(Proposal)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
OUTLINE PROPOSAL
PENDAHULUAN
1. Permasalahan Penelitian...........................................................................7
1. Tujuan Penelitian.......................................................................................8
2. Kegunaan Penelitian..................................................................................9
D. Kerangka Konsepsional................................................................................10
E. Metode Penelitian.........................................................................................22
1. Pendekatan Masalah................................................................................22
4. Analisa Data.............................................................................................27
5. Sistematika Penulisan..............................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
2
PROSES PENETAPAN DIVERSI PADA KASUS NARKOBA
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK
(Proposal)
masyarakat. Telah banyak orang yang menjadi korban tanpa memandang umur
dan status sosial yang berjatuhan akibat kecanduan narkotika. Ironisnya, yang
menjadi korban mayoritas adalah kalangan anak-anak, remaja dan pemuda yang
fenomena yang berbeda dengan pelaku tindak pidana dewasa. Anak sebagai
pelaku tindak pidana yang dijatuhi pidana untuk dibina dalam Lembaga
narkotika.
3
Pengertian narkotika berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
Bahwa anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, maka anak berhak
telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, yang mana tujuan pemerintah adalah untuk melindungi
anak yang berhadapan dengan hukum. Dalam prakteknya Sistem Peradilan Pidana
1
Siswanto, Politik Hukum dalam Undang- Undang Narkotika (UU No. 35 Tahun 2009), Jakarta:
Rineka Cipta, 2012, hlm. 1
4
dilakukan secara khusus yakni penyidik yang khusus untuk menangani anak,
penuntua umum yang khusus menangani perkara anak dan hakim yang khusus
anak sebagai pelaku tindak pidana yang dianggap terbukti melakukan tindak
pidana maka dipidana (penjara), dan ada juga yang diselesaikan diluar pengadilan
dengan cara “Diversi” yang bertujuan untuk mencapai perdamaian antara korban
Diversi pada hakikatnya dilakukan agar anak terhindar dari dampak negatif
penerapan pidana. Diversi juga mempunyai esensi tetap menjamin anak tumbuh
dan berkembang baik secara fisik maupun mental. Ditinjau secara teoretis dari
konsep tujuan pemidanaan, maka pengalihan proses dan proses yustisial menuju
terdiri dan upaya untuk melindungi masyarkat di satu sisi dan melindungi individu
Diversi bertujuan untuk memberikan yang paling baik bagi anak, tanpa
mendidik kembali dan memperbaiki sikap dan prilaku anak sehingga ia dapat
2
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan
Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2010, hlm. 77
5
Negara Republik Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui
Child (Konvensi tentang hak-hak anak). Ratifikasi ini sebagai upaya negada untuk
memberikan perlindungan terhadap anak dari berbagai isu yang ada dalam
konvensi hak anak, salah satunya sangat membutuhkan perhatian khusus adalah
anak yang melakukan tindak pidana. Secara hukum negara Indonesia telah
Anak, Undang-Undang No.39 tahun 1999 Tentang Hak Anak dan Undang-
Undang No.29 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak serta Undang-Undang No.
3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak serta Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
pertengahan tahun 2014. Salah satu solusi yang dapat ditempuh dalam
6
Dalam Undang-Undnag No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak dalam ketentuan Pasal 1 Angka 7 diversi telah mendapat legalitas dalam
Ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12,
administratif dan pidana terhadap para sub sistem peradilan pidana anak yang
tidak melakukan diversi dapat dikenakan ketentuan Pasal 95, Pasal 98, Pasal 99,
Pasal 7 ayat (1), Pasal 14 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18, Pasal 21 ayat (13), Pasal
(27) ayat (1) dan ayat (3), Pasal 29 ayat (1), Pasal 39, Pasal 42 ayat (1) dan ayat
(4), Pasal 55 ayat (1)< serta pasal 62 dikenai sanaksi administratif sesuai dengan
7
“Peyidik yang dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban yang sebagaimana
dimaksud Pasal 33 (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun.”
sebagaimana yang dimaksud Pasal 34 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
dimaksud Pasal 35 ayat (3), Pasal 37 ayat (3), Pasal 38 ayat (3) dipidana dengan
3
pihak kobran dimana pihak korban tidak mau berdamai anak yang berkonflik
dengan hukum (pelaku), sehingga tujuan diversi yang diamanatkan dalam pasal 6
tercapai.
diversi dengan memperhatikan Pasal 127 Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009
8
tentang Narkotika. Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun
golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
dan diharuskan melakukan rehabilitas medis maupun rehabilitas sosial atau dapat
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Diversi itu hanya
Untuk memahami lebih jelas tentang partisipasi dalam membantu pencegahan dan
1. Permasalahan Penelitian
9
2) Bagaimana proses penetapan diversi terhadap anak pelaku tindak pidana
Adapun ruang lingkup penelitian dari permasalahan di atas adalah terbatas pada
hasil kajian diversi terhadap anak pelaku tindak pidana narkotika yaang terdiri
dari:
Peradilan Anak.
1. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan uraian yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang
Sehubungan dengan uraian yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang
10
1) Untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsi faktor anak
menggunakan narkotika.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan secara teoritis dan praktis yaitu:
efektifitas hukum.
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam cara berfikir dan
11
D. Kerangka Konsepsional
larangan itu.3
Dari uraian di atas dapat disimpulkan Hukum Pidana adalah keseluruhan hukum
yang berlaku di Negara, yang telah mengadakan dasar-dasar dan aturan tertentu,
siapa saja yang melanggar larangan tersebut dapat dikenakan sanksi pidana yang
telah diancamkan.
Beberapa pendapat pakar hukum Indonesia mengenai hukum pidana, antara lain
sebagai berikut :
1. Martiman Prodjohamidjojo
3
Moeljatno. 2002. Asas-asas Hukum Pidana. Rineka Cipta,Jakarta,hlm 1.
12
a) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh di lakukan,
b) Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah
tersebut.
2. Roeslan Saleh
tidak boleh atau tidak dapat dilakukan sehingga perlu adanya penekanan
pada perasaan hukum masyarakat. Oleh karena itu, suatu perbuatan pidana
pokok dari definisi hukum pidana itu dapat di simpulkan sebagai berikut:
Tindak pidana, istilah ini karena timbulnya dari pihak Kementerian Kehakiman,
dari pada “perbuatan” tapi “tindak” tidak menunjukkan kepada hal yaang abstrak
Zainab ompu Jainah. 2018.Kapita Selekta Hukum Pidana. Tira Smart. Jakarta, hlm 4-5
4
13
dengan peristiwa dengan perbedaan bahaya tindak adalah kelakuan, tingkah-laku,
Istilah tindak pidana timbul dari pihak Kementerian Kehakiman yaang dipakai
Kesalahan menurut Hukum Pidana kesalahan itu dalam arti luas dan dalam arti
sempit. Dalam arti luas kesalahan meliputi tiga anasir yaitu : tentang pertanggung
(Belanda; toerekenboarheid).6
1. Kesalahan dalam arti luas, yaitu tentang pertanggungan jawab dari pelaku.
Kesengajaan adalah adanya hubungan antara pikiran atau intelek terdakwa dengan
sebagai kemungkinan.
5
Moeljatno. 2002. Asas-asas Hukum Pidana.Rieneka Cipta,Jakarta,hlm 55.
6
Hilman Hadikusuma. 1984. Bahasa Hukum Indonesia.Alumi,Bandung,hlm 117.
14
1. Sengaja dengan maksud adalah hubungan dengan perbuatan yaang
orang lain.
bahwa terdakwa menginsafi pasti aka nada. Berdasarkan Pasal 112 Kitab
Culpa (kealpaan) adalah suatu pihak dalam kekeliruan dalam perbuatan lahir, dan
cukup dengan dilakukannya perbuatan pidana saja, akan tetapi disamping ituharus
ada kesalahan, atau sikap batin yang dapat dicela ternyata pula dalam asas
7
Op. Cit, hlm 57.
15
Pertanggungjawaban pidana tidak hanya melakukan perbuatan pidana saja, tetapi
harus ada pula kesalahan atau sikap batin yang capat dicela yang terdapat di dalam
asas hokumyang tidak tertulis menyatakan bahwa tidak ada pidana jika ada
kesalahan.
perbuatan, sehingga apa yang dilakukan oleh Terdakwa selalu menjadi perbuatan
yang patut dan benar berdasarkan Pasal 49 ayat 1 mengenai pembelaan terpaksa.
yang dilakukan Terdakwa tetap bersifat melawan hukum, jadi tetap merupakan
perbuatan pidana. Tetapi tidak ada pidana, karena tidak ada kesalahan.Sesuai
keturunan, anak juga mengandung pengertian sebagai manusia yang masih kecil.
Selain itu, anak pada hakekatnya seorang yang berada pada satu masa
Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang yang belum
dibawah umur (minderjaring heid/inferiority) atau bisa disebut juga sebagai anak
8
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1988, hal.30.
16
Pengertian anak itu sendiri jika kita tinjau lanjut dari segi usia kronologis menurut
hukum dapat berbeda-beda tergantung tempat, waktu dan untuk keperluan apa, hal
ini juga akan mempengaruhi batasan yang digunakan untuk menentukan umur
anak.9
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak asasi
sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi dan dilindungi UUD 1945.
Perlindungan hukum terhadap anak dalam UUD 1945 terdapat pada Pasal 34 ayat
(1) yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh Negara. Dalam Pasal 28B ayat (2) UUD 1945, menyatakan bahwa setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, adalah orang yang dalam
perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai
Adapun proses perkembangan anak terdiri dari beberapa fase pertumbuhan yang
9
Abdussalam, Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Restu Agung, 2007, hal.5.
17
dengan perkembangan jiwa anak. Penggolongan tersebut dibagi kedalam 3 (tiga)
fase yaitu:
1. Fase pertama adalah dimulainya pada usia anak 0 (nol) tahun sampai dengan
7 (tujuh) tahun yang bisa disebut sebagai masa anak kecil dan masa
perkembangan kehidupan emosional, bahasa bayi dan arti bahasa bagi anak-
anak, masa kritis (trozalter) pertama dan tumbuhnya seksualitas awal pada
anak;
2. Fase kedua dimulai pada usia 7 (tujuh) sampai 14 (empat belas) tahun disebut
3. Fase ketiga adalah dimulai pada usia 14 (empat belas) sampai 21 (dua puluh
satu) tahun, yang dinamakan masa remaja, dalam arti sebenarnya yaitu fase
sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
sosial sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang
menyimpang.11
mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18
10
Wagiati Soetodjo. 2005. Hukum Pidana Anak. Refika Aditama, Bandung, hlm. 7.
11
Ibid, hlm. 7.
18
(delapan belas) tahun. bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh,
1. Non diskriminatif;
Penegakan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana yaitu dijatuhi
pidana setengah dari hukuman orang dewasa. Pengertian dari penegakan hukum
dalam arti luas adalah penegakan seluruhnya norma atau tatanan kehidupan
sebagainya).13
oleh para penegak hukum apabila terjadi pelanggaran hukum atau diduga hukum
akan atau mungkin dilanggar.14 Menurut G.P. Hoefnagels yang dikutip oleh Barda
12
Ibid, hlm. 8.
13
Ibid, hlm. 10.
14
Barda Nawawi Arief. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan. Citra Aditya Bhakti, Bandung, hlm. 145.
19
3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan
Punishment/Mass Media).15
dari maksimum ancaman pidana yang dilakukan oleh orang dewasa, sedangkan
penjatuhan pidana mati dan pidana seumur hidup tidak diberlakukan terhadap
tersebut untuk lebih melindungi dan mengayomi anak agar dapat menyongsong
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak bertujuan untuk
penghindaran pembalasan.
Melalui upaya diversi terhadap perilaku anak yang menyimpang atau melakukan
yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan anak. Kebijakan pengalihan
atau diversi ini, merupakan penyelesaian yang terbaik yang dapat dijadikan
15
Barda Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Op. Cit, hlm. 48.
20
formula dalam penyelesaian beberapa kasus yang melibatkan anak sebagai pelaku
konsep diversi telah ada sebelum Tahun 1960 ditandai berdirinya peradilan anak
(children’s court) sebelum abad ke-19 yaitu diversi dari sistem peradilan pidana
Praktiknya telah berjalan di negara bagian Victoria Australia pada Tahun 1959
pemulihan keadaan untuk menjadi lebih baik. Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak bahwa
Anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan
21
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sitem Peradilan Pidan Anak
dalam tindak pidana yang dilakukan oleh anak dan mengusahakan perkara tidak
masyarakat maupun badan kesehatan dan badan sosial lainnya sangat tepat untuk
sukarela.Oleh sebab itu perlu adanya koordinasi yaang efektif guna menjamin
cukup banyak diperlukan didalam dunia kesehatan, industri dan rumah tangga.
Sebagian besar senyawa Narkoba bersifat mempengaruhi sistem kerja otak, oleh
Anak yang Berkonflik dengan Hukum (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tegal No.
32/Pid.Sus-ank/2014/PN.TGL). Program Studi Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Semarang,
hlm. 5.
18
Holil Soelaiman. 2006. Garis Besar Penanggulangan Penyalahgunaan
danPerdagangan Gelap Narkoba Secara Komprehensif dan Multidisiplin. Badan Narkotika
Nasional, Jakarta, hlm42.
22
karena itu penyalahgunaannya harus memenuhi aturan-aturan
Sebagaimana obat yang bekerja pada sistem saraf, pemakaian narkoba dapat
yang berat. Pengaruh yang ringan,misalnya rasa ngantuk dan rasa santai.Pengaruh
yang berat, misalnya pingsan,mabuk,dan bahkan mati. Oleh karena itu, Narkoba
tidak bisa dikonsumsi sembarangan tanpa sepengetahuan tenaga medis atau tenaga
kesehatan.19
undang ini diatur juga mengenai Prekursor Narkotika karena Prekursor Narkotika
merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
Narkotika. Selain itu, diatur pula mengenai sanksi pidana bagi penyalahgunaan
Narkotika, diatur mengenai pemberatan sanksi pidana, baik dalam bentuk pidana
Yogyakarta,hlm1.
23
E. Metode Penelitian
penelitian ini diperlukan metode tertentu, adapun metode yaang akan digunakan
1. Pendekatan Masalah
b. Pendekatan Empiris
diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara
24
2. Sumber dan Jenis Data
Data dalam penelitian ini bersumber dari penelitian pustaka (library research)
penelitian lapangan (field research). Jenis data yang akan digunakan dalam
a. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara
Amandemen.
Republik Indonesia.
25
g) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 48
Indonesia.
Pelaksanaan KUHAP.
Bahan hukum sekunder adalah data-data yang diambil dari literature yaang
ilmiah dan hasil penelitian para pakar sesuai dengan objek permasalahan
penelitian.
Bahan hukum tersier antara lain berupa bahan-bahan yang dapat menunjang bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa,
b. Data Primer
Data primer adalah data yaang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan (field
research) secara langsung pada objek penelitian yang dilakukan dengan cara
pengunpulan dan pengolahan data yang relevan dan akurat. Penulis dalam
26
penelitian ini menggunakan prosedur pengumpulan dan pengolahan data sebagai
berikut:
Dalam pengumpulan data, penulisan ini akan dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
memperoleh arah pemikiran dan tujuan penelitian yang dilakukan dengan cara
Studi lapangan (field research) adalah teknik pengumpulan data secara langsung
berikut:
1) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan
27
berhubungan dengan pokok bahasan dengan tujuan agar mudah menganalisisi
menginterprestasikan data.
4. Analisa Data
mengenai perihal didalam rumusan masalah serta hal-hal yaang diperoleh dari
suatu penelitian pendahuluan. Dalam proses analisis data ini, rangkaian data yang
kalimat. Kemudian dari hasil analisa dari data tersebut diinterpretasikan kedalam
5. Sistematika Penulisan
terbagi dalam V Bab secara berurutan dan saling berkaitan hubungannya sehingga
Bab II. Tinjauan Pustaka, Bab ini mengemukakan tentang pengertian tindak
28
pengertian dan dasar hukum tindak pidana narkotika, pengertian anak dan
pengertian diversi.
Bab III. Metode Penelitian, Bab ini menguraikan tentang langkah-langkah atau
dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisa data.
Bab IV. Proses Penetapan Diversi Kasus Narkotika Yang Di Lakukan Oleh
anak pelaku tindak pidana narkotika dan upaya penegak hukum dalam
mendatang.
29
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
30
Zainab Ompu Jainah, 2018, Kapita Selekta Hukum Pidana, Tira Smart,
Jakarta.
LAINNYA
indonesia
Indonesia.
KUHAP
C. SUMBER LAIN
31
Yan Pramadya Puspa. 2008. Kamus Hukum Belanda-Indonesia-Inggris.
Aneka Ilmu, Semarang.
Dwi Kusumadewi Aditia, Pujiyono, A.M. Endah Sri Astuti. 2016.
Diponegoro Law Journal Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016. Analisis
Yuridis Penjatuhan Sanksi Pidana terhadap Anak yang Berkonflik
dengan Hukum (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tegal No.
32/Pid.Sus-ank/2014/PN.TGL). Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang.
32