Anda di halaman 1dari 26

Nama : Fajar Manase H.

Panggabean

Nella Estaurina Br. Sirait

Tingkat/Jurusan : V/Teologi

Mata Kuliah : MKB-Administrasi Gereja

Dosen : Dr. Jadiaman Perangin-angin Kelompok 9

Manajemen Keuangan dan Pengawasan

I. Pendahuluan

Gereja adalah sebuah sistem yang menjalankan fungsinya secara dinamis, karena
gereja merupakan suatu kehidupan bersama yang dipengaruhi oleh lingkungannya dan
sekaligus mempengaruhi lingkungannya. Gereja sebagai sebuah sistem tentulah perlu diolah
kinerjanya dan dimanajemen sebagaimana seharusnya sehingga visi, misi, tujuan dan sasaran
gereja dapat dicapai. Gereja merupakan lembaga non profit yang di dalamnya terdapat
kegiatan manajemen dan administrasi. Untuk itu perlu ada kegiatan manajemen dan
administrasi secara benar. Dengan demikian, memang diperlukan orang-orang yang bertugas
untuk bertanggung jawab melaporkan kegiatan tersebut dalam bentuk laporan. Karena
pengaturan terhadap manajemen yang benar terhadap bidang tersebut akan memberikan
kelanjutan yang baik. Manajemen keuangan menjadi salah satu dari bagian yang perlu
diperhatikan. Apakah gambaran dari manajamen tersebut telah sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, dan manfaatnya juga gereja bisa mendapatkan informasi mengenai sasaran
yang berhasil diraih oleh gereja. Dengan adanya manajemen keuangan maka akan banyak hal
ataupun kegiatan bisa didukung dan diatur dan bahkan disajikan.

Berbicara mengenai masalah pengawasan (mengontrol) dalam suatu kegiatan baik di


dalam organiasi formal maupun non-formal merupakan suatu hal yang sangat penting
dilakukan. Justru dalam ilmu manajemen masalah mengawas atau controlling itu merupakan
hal yang utama, karena sejauh manapun baiknya perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, tetapi tanpa adanya kontroling, atau pengawasan maka organisasi itu tidak
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Melalui tindakan controlling atau pengawasan dapat dilihat sejauh mana program
kegiatan dan anggaran dalam suatu organisasi dapat berjalan sesuai dengan yang telah
diprogramkan atau tidak, gagal atau berhasil sesuai dengan standart yang ditetapkan. Dalam
hal ini seorang manajer atau pemimpin atau tim atau kelompok yang ditentukan untuk
pengawasan ini sangat mempunyai peranan penting dalam melakukan tindakan pengawasan
terhadap seluruh fungsi yang mendukung jalannya organisasi tersebut. Gereja sebagai
organisasi lembaga keagamaan juga tidak terlepas dari pengawasan ini.

II. Pembahasan
II.1. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen adalah merupakan suatu proses mendesain, menjaga dan


mempertahankan suatu lingkungan kerja di mana semua anggota dapat bekerja sama dalam
mencapai tujuan.1 Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab
manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi: keputusan
tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan.
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,
pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi
atau perusahaan.2 Manajemen keuangan dalam arti sempit adalah aktifitas yang bersangkutan
dengan usaha untuk mendapatkan dana (Financing). Manajemen keuangan (Financial
Management) dalam arti luas adalah segala aktifitas organisasi atau perusahaan yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, mengumpulkan dana, dan mengelola
asset sesuai dengan tujuan organisasi secara menyeluruh.3
II.2. Tujuan Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan data,
pelaporan, dan pertanggung jawaban penggunaan dana sesuai yang direncanakan. Tujuan
manajemen keuangan adalah untuk mewujudkan tertibnya administrasi keuangan sehingga
penggunaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Manajemen keuangan memiliki aturan tersendiri, terdapat pemisahan tugas dan fungsi antara
otorisator, ordonator, dan bendaharawan.4 Tujuan dari manajemen keuangan adalah untuk

1
Ida Nuraida, Manajemen Administrasi Perkantoran, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 17
2
N. Sunardi, Modul Perkuliahan Manajemen Keuangan 1,(Pamulang: Universitas Pamulang, 2010), 3-
4.
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Groups,
3

2008), 180.
4
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: Refika Aditama, 2009), 27.
memaksimumkan nilai perusahaan, nilai perusahaan secara sederhana dapat dijelaskan
sebagai harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.5
II.3. Fungsi Manajemen Keuangan
Sebagaimana tujuan, manajemen keuangan juga mempunyai fungsi dan tugas, fungsi
dari manajemen keuangan antara lain:
1. Merencanakan tentang keuangan
Manajemen keuangan berfungsi merencanakan keuangan lembaga atau perusahaan
terkait, perencanaan keuangan ini menyangkut beberapa hal penting, yaitu tentang pos-pos
pengeluaran perusahaan yang disebut dengan kredit. Di sini juga direncanakan beberapa
kegiatan tertentu dalam satu anggaran yang biasanya disusun setiap satu tahun sekali.
2. Penganggaran keuangan
Setelah merencanakan keuangan dengan matang, tugas manajemen keuangan
selanjutnya adalah menganggarkan pemakaian dana tersebut, pos-pos mana yang perlu
diperhatikan terlebih dahulu dan mana yang bisa ditunda. Asalkan semua pihak berkolaborasi
dengan penuh rasa tanggungjawab, tugas manajemen keuangan akan lebih mudah.
3. Pengelolaan keuangan
Dalam mengelola dana, manajemen keuangan perlu memperhatikan beberapa hal
penting, dengan begitu penggunaan dana sebagai produksi dan kegiatan lain akan lebih
maksimal untuk selanjutnya menghasilkan laba bagi perusahaan. Hal penting yang selalu
diperhatikan adalah pengeluaran sebagai biaya operasional dalam kegiatan keseharian harus
lebih kecil daripada pemasukan keseluruhan. Jika hal ini tidak bisa diseimbangkan, akan
terancam tidak bisa beroperasi lagi.
4. Pencarian dana
Selain mengelola keuangan, tugas lain dalam manajemen keuangan adalah mencari
sumber dana dan mengeksploitasi dana yang tersedia bagi operasional dan kemajuan
perusahaan. Jika ada sumber dana baru atau peluang untuk menambah pendapatan
perusahaan dengan penuh inovasi produk, bagian manajemen perlu menghitung secara
seksama. Keterkaitan antara beberapa manajemen akan lebih mudah menghasilkan kemajuan
serta keberlangsungan dalam mencapai keberhasilan bersama.
5. Penyimpanan dan pengendalian dana
Fungsi berikutnya dari manajemen keuangan adalah menyimpan serta mengembalikan
penggunaan keuangan, terutama untuk hal-hal yang tidak relevan. Adanya kehati-hatian

5
Moh. Benny Alexandri, 500! Soal Manajemen Keuangan yang paling sering dinyatakan dan
pemecahannya disertai pembahasannya, (Bandung: Alfabeta, 2006), 17.
dalam mengelola dan menyimpan keuangan akan membuat permasalahan dana menjadi
berkurang dan bahkan hilang. Mengelola keuangan dengan sehat akan menyehatkan pula
perusahaan dan membuat usaha menjadi lancar serta dapat mencapai kemajuan.
6. Pemeriksaan keuangan
Selain mengelola dana perusahaan, manajemen keuangan juga berhak untuk
melakukan audit atau pemeriksaan keuangan secara internal perusahaan. Memeriksa
penggunaan dana untuk anggaran yang telah ditentukan dan mengantisipasi adanya
penyelewengan dana membuat keuangan perusahaan tetap dalam keadaan sehat.6
II.4. Peranan Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan.
Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi
pada berbagai aktiva dan memilih sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva tersebut.
Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun luar
perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk hutang
atau modal sendiri. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan
berinvestasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan, dengan
demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai
perusahaan. Kegiatan penting lainnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut
empat aspek yaitu:
1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer lainnya yang
bertanggungjawab atas perencanaan umum perusahaan.
2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi
dan pembiayaan, dan berbagai hal yang berkaitan dengannya.
3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di perusahaan agar
perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin.
4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan pasar
keuangan, di mana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga
perusahaan dapat diperdagangkan.7
Ada pun keputusan keuangan yang menjadi tanggungjawab manajer keuangan
dikelompokkan ke dalam tiga (3) jenis:

6
Poppy Alexano, Manajemen Keuangan untuk pemula dan orang awam, (Jakarta: Laskar Askara,
2007), 44-46.
7
N. Sunardi, Modul Perkuliahan Manajemen Keuangan 1,13.
1. Mengambil keputusan investasi (investment decision). Menyangkut masalah
pemilihan investasi yang diinginkan dari sekelompok kesempatan yang ada,
memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai paling menguntungkan.
2. Mengambil keputusan pembelanjaan (financing decision). Menyangkut masalah
pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia untuk melakukan investasi,
memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling
murah.
3. Mengambil keputusan dividen (dividend decision). Menyangkut masalah
penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen, pembagian
saham dividen dan pembelian kembali saham-saham.8
II.5. Analisis Sumber Dana dan Penggunaannya
Analisis sumber dana atau analisis dana merupakan hal yang sangat penting bagi
manajemen keuangan. Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana dana digunakan
dan asal perolehaan dana tersebut. Langkah pertama dalam analisis sumber dan penggunaan
dana adalah laporan perolehan yang disusun atas dasar dua neraca untuk dua waktu. Laporan
tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen tersebut yang mencerminkan
adanya sumber atau penggunaan dana. Pada umumnya rasio keuangan yang dihitung bisa
dikelompokkan menjadi ena jenis yaitu:
1. Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
2. Rasio Leverage, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang
di-supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh
dari kreditor perusahaan.
3. Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam
menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktivitas melibatkan perbandingan
antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta.
4. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen
yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.
5. Rasio Pertumbuhan, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya, pertumbuhan ekonomi dan industri.

8
N. Sunardi, Modul Perkuliahan Manajemen Keuangan 1,17-18.
6. Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling
lengkap oleh karena rasio tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh dari rasio
risiko dengan rasio hasil pengembalian.9
II.6. Prinsip Manajemen Keuangan
1. Konsistensi (Consistency): Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi
harus konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem
keuangan tidak boleh disesuaikan apabila terjadi perubahan di organisasi.
Pendekatan yang tidak konsisten terhadap manajemen keuangan
merupakan suatu tanda bahwa terdapat manipulasi di dalam pengelolaan
keuangan.
2. Akuntabilitas (Accountability): Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau
hukum yang melekat pada individu, kelompok, atau organisasi untuk
menjelaskan bagaimana dana, peralatan, atau kewenangan yang diberikan
pihak ketiga telah digunakan. Organisasi harus dapat menjelaskan
bagaimana dia menggunakan sumber dayanya dan apa yang telah dia capai
sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan dan penerima
manfaat. Semua pemangku kepentingan berhak untuk mengetahui
bagaimana dana dan kewenangan digunakan.
3. Transparansi (Transparency): Organisasi harus terbuka dengan
pekerjaannya, menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan
aktivitasnya kepada para pemangku kepentingan. Termasuk di dalamnya
menyiapkan laporan keuangan yang akurat, lengkap, dan tepat waktu serta
dapat dengan mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan penerima
manfaat. Apabila organisasi tidak transparan, hal ini mengindikasikan ada
sesuatu hal yang disembunyikan.
4. Kelangsungan Hidup (Viability): Agar keuangan terjaga, pengeluaran
organisasi di tingkat strategis maupun operasional harus
sejalan/disesuaikan dengan dana yang diterima. Kelangsungan hidup
(viability) merupakan suatu ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan
keuangan organisasi. Manajer organisasi harus menyiapkan sebuah
rencana keuangan yang menunjukkan bagaimana organisasi dapat
melaksanakan rencana strategisnya dan memenuhi kebutuhan
keuangannya.
9
Lukas Admadjaya, Manajemen Keuangan dan Aplikasi, (Jakarta: Andi Ofset, 2008), 21.
5. Standar Akuntansi (Accounting Standards): Sistem akuntansi dan
keuangan yang digunakan organisasi harus sesuai dengan prinsip dan
standar akuntansi yang berlaku secara umum. Hal ini berarti bahwa setiap
akuntan di seluruh dunia dapat mengerti sistem yang digunakan
organisasi.10
II.7. Managemen Keuangan Gereja11
Sekalipun gereja berbeda dengan organisasi komersial yang lainnya, namun dalam
penataan keuangan tetaplah harus dapat dipertanggungjawabkan sama seperti pada organisasi
komersial. Semua pengurus gereja yang terlibat didalamnya mengerti bahwa mereka
terseleksi secara ideal mempunyai tujuan yang tulus untuk mendukung organisasi guna
mencapai tujuannya dan untuk masalah manajemen keuangan mereka diasumsikan secara
serius ikut serta mempertanggungjawabkannya.
Karena pengaturan manajemen keuangan yang baik akan memberikan informasi
berkelanjutan yang berguna memberikan gambaran apakah tujuan itu dapat atau sudah
terealisasikan. Sehingga banyak pihak dari pelaksana, ataupun pihak sasaran yang akan
diuntungkan serta berharap untuk memperoleh manfaat yang dijanjikan gereja bisa
mendapatkan informasi mengenai sasaran yang berhasil diraih oleh gereja.
Dengan adanya manajemen keuangan maka akan banyak hal ataupun kegiatan yang
bisa didukung dan diatur dan bahkan disajikan informasi (yang menampilkan manfaat atau
hasil yang diraih yang didenominasikan dalam besaran uang) kepada penyedia sumber dana
yang ada dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional
dalam pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.
Manajemen keuangan akan memudahkan gereja merencanakan dan melaksanakan
program-programnya sehingga mudah bagi gereja untuk menunjukkan tingkat
akuntabilitasnya tidak hanya kepada Tuhan tetapi juga kepada para donatur baik dari pihak
dalam maupun dari pihak luar gereja. Tingkat akuntabilitas yang memadai akan semakin
meningkatkan kepercayaan umat dan para donatur untuk memberikan batuan amalnya guna
mendukung program-program gereja.
Seiring melesatnya perkembangan gereja dan jemaatnya maka diperlukan
pertanggungjawaban yang baik atas laporan keuangan dalam manajemen gereja. Dengan
manajemen keuangan yang baik gereja dapat mempertanggungjawabkan atas setiap dana-

N. Sunardi, Modul Perkuliahan Manajemen Keuangan 1, 8.


10

Andreas Untung Wiyono, & Sukardi, Manajemen Gereja Dasar teologis dan Implementasi Praktisnya,
11

(Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 129-130


dana yang diterima kepada donatur gereja yang sebagian besar adalah jemaat anggota gereja
itu sendiri.
Manajemen keuangan akan memudahkan gereja merencanakan dan melaksanakan
program-programnya sehingga mudah bagi gereja untuk menunjukkan tingkat
akuntanbiitasnya tidak kepada Tuhan tetapi juga kepada para donatur baik dari pihak dalam
maupun dari pihak luar gereja. Seiring melesatnya perkembangan gereja dan jemaatnya maka
diperlukan tanggungjawab yang baik atas laporan keuangan dalam manajemen gereja.
Dengan manajemen keuangan yang baik gereja dapat mempertanggungjawabkan atas setiap
dana-dana yang diterima kepada donatur gereja yang sebagian besar adalah jemaat anggota
gereja itu sendiri.
II.7.1. Penyelenggaraan dan Pengeloloaan
Seringkali karena gereja merupakan suatu organisasi nirlaba maka kelemahan yang
terjadi dalam manajemen keuangan gereja adalah :
1. Berkaitan dengan sumber daya manusia yaitu bendahara bukanlah pelaku ataupun
ahli keuangan. Orang yang tepat ditempat yang tepat sangat jarang bisa
diterapkan dalam menentukan perangkat pengelola keuangan gereja. Bisa siapa
saja yang dipilih melalui penunjukkan oleh semacam forum rapat untuk menjadi
bendahara/staf pembantu pengelola keuangan dengan syarat-syarat yang lebih
bermuatan unsur non akademik/spesifikasi keahlian atau kecakapan tentang
keuangan.
2. Prioritas program kerja yang relatif terpaku pada rutinitas tradisi gereja sehingga
tidak memiliki prioritas program pelayanan yang kekinian, keragaman program-
program gereja yang terus berkembang akan tentu saja berpengaruh terhadap
rencana pengelolaan keuangan gereja.
3. Keseimbangan neraca keuangan. Manajemen keuangan gereja yang tidak
seimbang dan didominasi pengeluaran tekhnis untuk memenuhi kebutuhan
pendukung dimana angkanya dapat lebih besar dari program pokoknya (komitmen
untuk melaksanakan program kerja). Hal ini berkaitan dengan masalah teknis
perkembangan situasi dilapangan dan membutuhkan dana cadangan/dana tak
terduga. Pengelola keuangan gereja harus bisa membuat pos-pos yang efisein dan
efektif untuk memuat kebutuhan yang kompleks dan tidak berhenti pada neraca
negatif yang artinya lebih besar pasak daripada tiang sehingga menyebabkan
kekurangan dana dan program kerja tidak terlaksana atau bahkan akhirnya
menjadi beban jemaat hanya karena kesalahan perhitungan pada saat perencanaan
anggaran.12
Maka diperlukan penyelenggaraan dan pengelolaan yang tepat bagi gereja untuk
memanajemen kegiatan termasuk memanajemen keuangannya.
II.7.1.1. Rencana Kerja dan Anggaran
Yang menjadi pedoman dari setiap perencanaan , gereja adala visi, misi dan tujuan
gereja. Penyusunan program dan kegiatan berdasarkan departemen atau bidang-bidang dalam
organisasi gereja harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan. Dalam menyusun rencana
kerja organisasi gereja perlu diperhatikan tujuan utama gereja.
Dalam menyusun rencana kerja dapat dilakukan secara bertahap yang dijabarkan
melalui program dan kegiatan setiap tahunnya , yang didukung dengan anggaran yang sesuai
dengan kemampuan organisasi gereja sehingga mampu meningkatkan kinerja dan efisiensi
kegiatan setiap departemen.
Manfaat dari penyusunan rencana kerja secara bertahap adalah:13
1. Terkoordinasinya hubungan RPJP (Rencana Program Jangka Panjang), RPJM
(Rencana Program Jangka Menengah), RKT (Rencana Kerja Tahunan) dan kegiatan
dengan pengalokasian anggaran.
2. Menghindarkan tumpang tindih dan duplikasi program/ kegiatan dari masing-
masng bidang yang berbeda fungsi dan tanggung jawabnya.
3. Memudahkan pengaturan pendanaan program/ kegiatan yang bersifat lintas
fungsi, lintas bidang, lintas lokasi/ daerah dan lintas kepentingan.
4. Menjamin kepastian ketersediaan anggaran dan pemanfaatan sumberdaya
secara efisien, efektif dan bertanggung jawab.
5. Dapat mengutamakan kebutuhan yang dianggap lebih priotitas untuk
dilakukan terlebih dulu, dengan menyesuaikan anggaran yang tersedia.
6. Dapat mengukur tingkat keberhasilan pada waktu tertentu dengan melihat
kebutuhan anggaran yang masih harus disediakan, efisiensi dapat ditekan.
Gereja harus membelanjakan uang. Gereja membelanjakan uang untuk mendukung
pelayanan dan misi. Untuk itu perlu direncanakan pengeluarannya. Menurut Walz ada
beberapa hal yang penting :

12
Andreas Untung Wiyono, & Sukardi, Manajemen Gereja Dasar teologis dan Implementasi
Praktisnya, 130-132.
13
Andreas Untung Wiyono, & Sukardi, Manajemen Gereja Dasar teologis dan Implementasi Praktisnya,
133.
1. Sifat anggaran. Setiap departemen atau komisi memerlukan anggaran pendapatan
belanja seperti Sekolah minggu, pemuda, ibadah dan kelompok lain. Demikian
juga dengan anggaran khusus seperti pembangunan gedung gereja memerlukan
anggaran yang terpisah. Anggaran biasanya berlaku satu tahun kalender kecuali
anggaran khusus bisa beberapa tahun yang dimulai dari awal pelaksanaan proyek.
2. Mempersiapkan anggaran. Seseorang perlu mempersiapkan anggaran biasanya
adalah bendahara, untuk departemen atau komisi biasanya ketua atau
bendaharanya. Beberapa bulan sebelum tahun fiskal dimulai, staf anggaran/
bendahara mengirimkan surat tertulis tentang rencana anggaran. Dan bila sudah
dikembalikan akan digabungkan oleh staf anggaran. Bila melebihi dari anggaran
sebelumnya dilaporkan ke sidang jemaat/ majelis untuk negoisasi.
3. Menggunakan anggaran. Komunikasi antara staf anggaran dan kepala komisi
sangat penting supaya anggaran dapat dipergunakan secara efektif.
4. Pembelian yang terkendali. Pembelian harus diawasi supaya pembelian-pembelian
sesuai dengan yang disetujui. Mereka yang mengetahui anggaran diharapkan
mereka juga mengetahui dimana melakukan pembelian atau jasa yang terbaik dari
pengeluaran dana.
5. Penyesuaian anggaran. Bukan hal yang luar biasa bila biaya tak terduga timbul.
Bila hal ini terjadi staf anggaran atau gereja memungkinkan untuk menyesuaikan
anggaran.14

II.8. Pengertian dan Konsep Manajemen Pengawasan


Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi
dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai
yang di rencanakan dengan instruksi yang telah diberikan dan dengan prinsip-prinsip yang
telah digariskan. Pengawasan yang dijelaskan Robert J. M Ockler berikut ini telah
menjelaskan unsur-unsur esensial proses pengawasan yaitu suatu usaha sistematika untuk
menetapkan standar pelaksanaan dan tujuan-tujuan perencanaan merancang sistem informasi,
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.15 Sarwoto memberikan definisi tentang pengawasan sebagai berikut:
“Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan
14
Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 114-118.

15
Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rafika Aditam,
1999), 360.
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki”. 16
Kemudian Henry Fayol mengatakan bahwa pengawasan adalah “Definisi pengawasan yakni
pengawasan terdiri dari pengujian apakah segala sesuatu berlangsung sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan dengan intruksi yang telah digariskan, ia bertujuan untuk menunjukkan
(menentukan) kelemahan-kelemahan dan kesalahan- kesalahan dengan maksud untuk
memperbaikinya dan mencegah terulangnya kembali.17

Secara konseptual maka fungsi manajemen pengawasan berhubungan sangat erat


secara interaktif dengan fungsi-fungsi manajeman lainnya seperti dengan perencanaan,
pengarahan, serta pelaksaan dan tujuan-tujuan organisasi supaya fungsi-fungsi tersebut
berjalan secara efektif dan efisien.18

II.9. Tipe-tipe Pengawasan19


II.9.1. Segi Fokusnya
1) Pengawasan pendahuluan atau sebelum pelaksaan kegiatan-
kegiatan (preliminary control).
Pengawasan atau pengendalian pendahuluan dilakukan
sebelum pelaksaan kegiatan organisasi, sehingga pemimpin
pengawasan dapat mempersiapkan sumber daya organisasi,
termasuk sumber daya manusia, bahan-bahan dan bahan baku,
serta modal yang diperlukan.
2) Pengawasan bersamaan dengan pelaksaan kegiatan organisasi
(Concurrent control)
Bersamaan dengan pelaksaan kegiatan organisasi,
pengawasan pun dijalankan oleh pimpinan organisasi.
Pemimpin organisasi terutama pemimpin pengawasan harus
secara jeli mengamati, menyelidiki, dan memantau setiap
kegiatan operasionil dari setiap karyawan, setiap bagian, dan
setiap departemen, apakah dilakukan sesuai dengan cara,
metode dan prosedur pengawasan.

16
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Management, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), 93.
17
Victor M. Situmorang & Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, (Jakarta: Rineka Cipta,
1994), 20.
18
Benny J. Iskandar, Manajemen Alkitabiah, (Jakarta: Kalam Indah Publishing, 2009), 185.
19
Benny J. Iskandar, Manajemen Alkitabiah 188-189.
3) Pengawasan umpan balik dilakukan setelah terdapat hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan organisasi (feedback control).
Sistem pengawasan umpan balik biasanya berfokus
pada hasil akhir dari pelaksaan kegiatan organisasi, sebagai
dasar untuk perbaikan-perbaikan di kemudian hari.
II.9.2. Segi Objeknya
1) Pengawasan administrasi dilakukan pada bidang tugas
administrasi dalam suatu organisasi seperti bagian keuangan,
bagian personalia dan lain-lain.
2) Pengawasan operasional dilakukan pada bidang operasi yang
melaksanakan kegiatan secara nyata, seperti pabrik, bagian
pemasaran, bagian kebersihan dan lain-lain.
II.9.3. Segi Subjeknya
1. Pengawasan intern dilakukan khusus ditujukan khusus kepada
pelaku-pelaku yang berada di dalam (intern) organisasi.
2. Pengawasan ekstern dilakukan pada subjek-subjek atau faktor-
faktor dan fungsi-fungsi yang berada di luar (ekstern)
organisasi.
II.10. Fungsi Manajerial Pengawasan
Pengawasan merupakan aspek manajemen yang penting dan berkaitan erat dengan
beberapa fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan (planning) dan penyusunan
anggaran (budgeting). Fungsi pengawasan ini diharapkan agar seluruh kegiatan berjalan
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dalam kebijaksanaan dan prosedur.20

II.11. Tujuan Pengawasan


Tujuan pengawasan:
1. Memastikan kegiatan/program yang dijalankan sesuai keutuhan atau tidak.
2. Memastikan semua sumber daya digunakan untuk pencapaian program.
Sumber daya: (1) manusia, (2) material, (3) uang, (4) teknologi.
3. Mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk mencari solusi. Pengawas
harus mengetahui hambatan-hambatan yang ada.21

20
Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Gereja, (Jakarta: Suara GKYE Peduli Bangsa, 2008),
107-108.
Marhasil Hutasoit, Rekaman Catatan Akademis Kelas IV-A Theologi, Tanggal: 21 November 2019l,
21

a.n. Fajar Manase H. Panggabean.


II.12. Langkah-langkah Pengawasan
Fungsi pengawasan adalah memastikan bahwa hasil yang dicapai
sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Untuk itu, agar
sistem pengawasan menjadi lebih efektif harus memiliki langkah-langkah
antara lain:
1) Membentuk standar-standar kinerja dengan spesifikasi yang mandiri
sehingga hasil yang dicapai dapat diukur berdasarkan standar tersebut.
2) Memantau dan mengukur kinerja dan membandingkan hasil-hasil yang
telah dimodifikasi dengan standar-standar yang ditetapkan sebelumnya.
3) Mengambil tindakan untuk mengoreksi penyimpangan dari standar yang
ditetapkan dan dari tujuan yang direncanakan.22
II.13. Karakteristik Pengawasan yang Efektif
Adapun beberapa karakteristik pengawasan yang efektif, antara lain:
1. Akurat
2. Tepat waktu
3. Objektif dan menyeluruh
4. Terpusat pada titik pengawasan strategi
5. Realistis secara ekonomi
6. Realistis secara organisasional
7. Terorganisasi dengan aliran kerja organisasi
8. Fleksibel
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
10. Diterima para anggota organisasi.23
II.14. Tugas Seorang Pemimpin dalam Mengawasi
Seorang pemimpin harus melakukan 3 hal dalam melakukan pengawasan:
1. Informasi apa yang dibutuhkan untuk memahami semua program yang ada. Pemimpin
harus mengingat informasi apa yang dibutuhkan.
2. Menafsirkan informasi
Pemimpin harus menafsirkan informasi. Jadi, jangan buru-buru mengambil
keputusan. Lima hal yang perlu dilihat yaitu:
a. variasi signifikan atau tidak

22
Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Gereja, 110.
23
Marhasil Hutasoit, Rekaman Catatan Akademis Kelas IV-A Theologi, Tanggal: 21 November 2019l,
a.n. Fajar Manase H. Panggabean.
b. variasi karena salah ketik
c. variasi karena kebijakan managemen.
d. variasi tak terkendali yang dapat dijelaskan, biaya diakonia dipakai untuk
yang lain.
e. variasi tak dapat dijelaskan
3. Mengambil tindakan.24
II.15. Dasar Alkitabiah Manajemen Pengawasan dalam Gereja
II.15.1. Tuhan sebagai Pengawas
Siapakah yang mengawasi seorang Pendeta Senior atau disebut: High Reverend atau
Most Reverend? Semua yang disebut pimpinan tertinggi dari suatu organisasi atau suatu
negara atau gereja,mau tidak mau selalu harus diawasi oleh Tuhan Yang Mahakuasa atau
pada akhirnya bertanggung-jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.Kalau gereja ingin berjalan
pada kebenaran, pada jalannya Tuhan dan diberkati dengan berlimpah-limpah dan dengan
menjalankan empat fungsi gereja dan mematuhi segala perintah-perintah-Nya, maka kita
harus mau berkonsultasi dengan Tuhan, mau berjalan dan hidup bersama Tuhan dan mau
diawasi oleh Tuhan.
1. Tuhan selalu mengasihi, mengerti kita dan Tuhan juga yang selalu mengawasi dan
menyelidiki hati kita seperti tertulis dalam 1 Tawarikh 28:9b, yaitu: “...sebab Tuhan
menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita”. Dalam Amsal 20:27,
tertulis: “Roh manusia adalah pelita Tuhan, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya”.
Demikian juga dalam Yeremia 17:10 tertulis: “Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati,
yang menguji batin,...”
2. Demikianlah menurut Firman Tuhan, Tuhanlah yang mengawasi manusia dan segala
langkah manusia, seperti yang dikatakan oleh Raja Salomo dalam Amsal. 5:21:
“Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan, dan segala langkah orang
diawasi-Nya”.
3. Dilanjutkan juga oleh Salomo dalam Amsal 15:3:”Mata Tuhan ada di segala temp'at
mengawasi orang jahat dan orang baik”. Di sinilahletak keadilan Tuhan yang bukan
saja mengawasi orangjahat, tetapi juga mengawasi orang baik.
4. Dalam Kitab Pengkhotbah 5:7b, tertulis : “...karena pejabat tinggi yang satu
mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi
mereka”. Dalam konteks ini, diceritakan tentang orang-orang miskin yang ditindas,

24
Marhasil Hutasoit, Rekaman Catatan Akademis Kelas IV-A Theologi, Tanggal: 21 November 2019l,
a.n. Fajar Manase H. Panggabean.
dihukum dan diperlakukan tidak adil oleh pejabat-pejabat yang mencintai uang dan
mencintai kekayaan lebih daripada mencintai rakyatnya.
5. Walaupun Tuhan bersemayam di dalam Sorga yang kudus, tetapi mata Tuhan tetap
mengawasi dan menguji anak-anak manusia, seperti tertulis dalam Mazmur 11:4b-5:
“mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia, Tuhan
menguji orang benar dan orang fasik, dan la membenci orang yang mencintai
kekerasan.”
6. Ayub sudah tahu bahwa jalan hidupnya selalu diawasi oleh Tuhan sehingga ia merasa
tidak takut, karena ia tahu benar Tuhan itu adil dan melindunginya dan Tuhan sangat
mengasihinya, dan suatu waktu ia akan dipulihkan, walaupun ia sangat menderita
pada waktu itu. Penderitaannya adalah suatu ujian baginya dan dengan seizin Tuhan,
iblis sedang mencobai dia seperti tertulis dalam Ayub 31:4:”Bukankah Allah yang
mengamat-amatijalanku dan menghitung segala langkahku”.
7. Tuhan sebagai pencipta langit dan bumi serta memerintahnya, selalu mengawasi
bangsa-bangsa dari awal tahun sampai akhir tahun, seperti tertulis dalam Mazmur
66:7a: ”yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya, yang mata-Nya
mengawasi bangsa-bangsa”, dan dalam Ulangan 11:12b: “mata Tuhan, Allahmu, tetap
mengawasinya dari awal sampai akhirtahun”.25
II.15.2. Landasan Alkitabiah dalam Mengawasi
Jika proses Manajemen Pengawasan tidak dilandasi dan atas dasar Keadilan,
Kebenaran, Kejujuran dan Ketulusan, maka akan timbul keadaan yang tidak menyenangkan
bagi semua pihak di dalam suatu bangsa, organisasi atau di dalam gereja. Beberapa ayat
dalam Alkitab tentang landasan-landasan Alkitabiah dalam mengatur dan mengawasi
kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam kehidupan berorganisasi dan dalam kehidupan
bergereja sebagai berikut:

1) Raja Daud bermazmur tentang Tuhan yang menghakimi dunia dan bangsa-
bangsa.Dalam Mazmur. 98:9b tertulis: "'Ia akanmenghakimi dunia dengan keadilan,
dan bangsa-bangsa dengan kebenaran”.
2) Nabi Yesaya bernubuat tentang Yesus Kristus yang akan memerintah kerajaan-Nya,
dalam Yesaya 9:6b: "...karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan
dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya”. Begitu pula dalam Yesaya

25
Benny J. Iskandar, Manajemen Alkitabiah,194-196.
32:17: “Dimana ada kebenaran disitu akan timbul damai sejahtera, dan akibat
kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya”.
3) Nabi Yeremia bernubuat tentang tunas bagi Daud dan tentang kebijaksanaannya,
dalam Yeremia 23:5b,: "...la akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan
melakukan keadilan dan kebenaran di negeri”.
4) Nabi Yehezkiel menyuarakan Firman Tuhan tentang tanggung jawab raja-raja Israel
dalam Yehezkiel 45:9: ”Cukuplah itu, hai raja-raja Israel, jauhkanlah kekerasan dan
aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran; hentikanlah kekerasanmu yang
mengusir umat-Ku dari tanah miliknya”.
5) Pekerjaan orang-orang jujur akan meringankan manajemen pengawasan seperti
terdapat dalam 2 Raja-raja 12:15: "Mereka kemudian tidak mengadakan perhitungan
dengan orang-orang yang diserahi uang itu untuk memberikannya kepada tukang-
tukang, sebab mereka bekerja denganjujur”.
6) Raja Salomo juga bicara tentang kejujuran dan ketulusan sebagai landasan untuk
manajemen pengawasan, seperti dalam Amsal 11:3: ”Orang yang jujur dipimpin oleh
ketulusannya, tetapi penghianat dirusak oleh kecurangannya”. Kemudian, dalam
Amsal 16:17: “Menjauhi kejahatan itulah jalan orangjujur, siapa menjaga jalannya,
memelihara nyawanya”, dan dalam Amsal 21:8 tertulis: “Berliku-liku jalan si penipu,
tetapi orang yang jujur lurus perbuatannya.”
7) Kemudian Raja Salomo melanjutkan tentang kejujuran dan ketulusan sebagai
landasan dan dasar manajemen pengawasan yang terdapat dalam Amsal. 14:2 dan 32:
”Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan, tetapi orang yang sesat jalannya
menghina Dia"; dan “Orang fasik dirobohkan karena kejahatahnya, tetapi orang benar
mendapat perlindungan karena ketulusannya”.
8) Dalam nasihat Raja Salomo selanjutnya mengenai kejujuran, terdapat dalam Amsal
3:32b: “tetapi dengan orang jujur la bergaul erat”, dan Amsal11:1 tertulis : ”neraca
serong adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang
tepat”.
9) Mengenai kejujuran dan ketulusan, sebagaimana surat Paulus dalam Kitab Titus 2:10
mengatakan: ”jangan curang tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan
demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Tuhan, Juruselamat kita”.
Demikian pula, Matius dan Yakobus juga menulis tentang kejujuran dalam segala hal,
sebagai berikut: Matius 5:37 menulis: Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”.
Kemudian, ditambahkan oleh Yakobus 5:12b dengan kalimat atau perkataan :“supaya
kamujangan kena hukuman”.
10) Rasul Paulus menasihati kepada Timotius tentang pengawasan untuk diri sendiri dan
agar kejujuran dan ketulusan selalu terjaga dengan baik, sehingga setiap orang dapat
mengendalikan dirinya sendiri. Dalam 1 Timotius 4:16a"Awasilah dirimu sendiri dan
awasilah ajaranmu”.26
11) Kisah Para Rasul 20:28: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan,
karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan
jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.27
II.16. Pengawasan yang Efektif Secara Alkitabiah28
Alkitab kita mulai dari Perjanjian Lama sampai kepada Perjanjian Baru banyak
memuat tentang pengawasan atau pengendalian, baik oleh Tuhan sendiri maupun oleh para
nabi dan hamba-hamba-Nya. Pengawasan yang pertama dicatat oleh Alkitab adalah
pengawasan Tuhan Allah kepada Adam dan Hawa sesudah mereka jatuh ke dalam dosa (Kej.
3). Pengawasan pejabat tinggi kepada bawahannya, hal ini dicatat dalam Pengkotbah 5:7
yang menyatakan,"...Karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula
pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka”. Menurut Alkitab bahwa Tuhanlah
yang mengawasi atau mengendalikan manusia. Dalam proses pengawasan atau pengendalian
agar berjalan dengan baik, maka unsur kejujuran dan ketulusan harus dimiliki, baik oleh yang
mengawasi maupun yang diawasi. Sehingga kejujuran dan ketulusan merupakan landasan
dalam kehidupan dalam organisasi, khususnya gereja.

Dalam menerapkan fungsi manajerial pengawasan, kita dapat belajar banyak apa yang
dilakukan oleh Nehemia, salah satu di antaranya adalah berdoa kepada Allah. Baginya doa
bukan saja merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan pekerjaannya
sehari-hari. Dalam perencanaan yang rinci, ia mengadakan suatu penelitian yang hati-hati dan
mengadakan penilaian terhadap situasinya secara objektif (Neh. 2: 11-16). Ia menjalankan
pendelegasian yang bijaksana, pengawasan atas Yerusalem diserahkan kepada Hanani,
saudaraku dan kepada Hanaya, panglima benteng, karena dia seorang yang dapat dipercaya
dan yang takut akan Allah (Neh. 7: 2). Dengan demikian ia memberikan kesempatan kepada
orang-orang yang mampu untuk mengembangkan potensi kepemimpinan mereka.

26
Benny J. Iskandar, Manajemen Alkitabiah, 196-198.
27
Marhasil Hutasoit, Rekaman Catatan Akademis Kelas IV-A Theologi, Tanggal: 21 November 2019l,
a.n. Fajar Manase H. Panggabean.
28
Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Gereja,113-116.
Dalam Perjanjian Baru kita dapat belajar tentang pengawasan atau kontrol yang
secara tegas dan berani dilakukan Yohanes Pembabtis kepada raja Herodes (Mat 14: 1-12),
yakni tentang Herodias, isteri Filipus saudaranya yang mau diambilnya. Tegoran yang begitu
keras dan berani yang menegakkan keadilan dan kebenaran mengakibatkan Yohanes masuk
penjara dan kehilangan nyawa. Yesus juga dalam pelayanannya, jauh lebih tegas dan berani
mengawasai atau mengkontrol bahkan mengecam sikap dan tingkah laku ahli-ahli Taurat dan
orang Farisi yang munafik dalam bidang keagamaan ditengah-tengah masyarakat. Kecaman
Yesus yang begitu keras, berani dan tegas dengan mengatakan "celakalah” sampai delapan
kali (Mat. 23). Konsekuensi mengawasi secara benar dan tegas yang dilakukan oleh Yohanes
dan Yesus mengakibatkan taruhan nyawa.

II.17. Manajemen Pengawasan dalam Gereja


Mengawasi para pekerja gereja sama halnya seperti mengawasi individu-individu lain
yang sedang bekerja. Tujuan dan sasaran gereja sangat berbeda dengan tujuan dan sasaran
perusahaan pencari laba atau organisasi jasa. Oleh karena itu, motivasi dan pengawasan di
dalam gereja juga berbeda. Berbagai fungsi yang dilaksanakan gereja menekankan keunikan
pengawasan pekerja gereja.29

Tiga hal yang perlu diawasi: kebijakan, pelaksanaan, keuangan. 30 Dalam hal
pengelolaan gereja sebagai suatu institusi, masalah pelanggaran biasa sering terjadi. Hal
tersebut berupa tindakan indisipliner yang dilakukan oleh sebagian warga jemaat, para
pengurus komisi, atau sebagian dari para anggota majelis. Pelanggaran sering terjadi secara
merata pada simpul-simpul birokrasi. Dalam jangka panjang, hal ini sangat merugikan
pengelolaan gereja. Pelanggaran juga bisa terjadi pada sesuatu yang kelihatannya hanya
sekadar mengambil jalan pintas dalam berbagai PMKj (Pengertian Prosedur dan Mekanisme
Kerja)31 untuk mempercepat suatu proses kegiatan, namun hal tersebut dapat berpotensi
menimbulkan berbagai pelanggaran selanjutnya.

Yang sangat menyedihkan di dalam gereja adalah ternyata banyak terjadi pelanggaran
di bidang keuangan. Oleh karena itu, salah satu PMKj yang perlu dibuat secara cermat ialah
29
Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda?, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008), 83.
30
Marhasil Hutasoit, Rekaman Catatan Akademis Kelas IV-A Theologi, Tanggal: 21 November 2019l,
a.n. Fajar Manase H. Panggabean.
31
PMKJ merupakan salah satu sarana untuk mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
unit-unit yang berbeda dalam bentuk perangkat lunak (software) untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk
menyusun berbagai PMKj, dibentuklah suatu tim kerja yang beranggotakan sejumlah warga jemaat yang
mempunyai pengalaman dan wawasan luas di bidang pengelolaan dan manajeman suatu lembaga/organisasi.
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja Sebuah Alternatif, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2019), 96-97.
hal pengaturan keuangan, yaitu keluar-masuknya uang dan pertanggungjawabannya, sistem
penyimpanannya, bahkan sampai dengan sistem pengawasannya; semua ini perlu dibuat
dengan sangat cermat. Di samping PMKj tentang pengaturan keuangan yang dibuat dengan
cermat, perlu dibuat juga prosedur-prosedur lain yang bertujuan agar penyelenggaraan suatu
proses pekerjaan bisa berjalan cepat dan rapi, dengan langkah-langkah yang jelas dan tidak
terlampau birokratis. Hal ini disebabkan lembaga apa pun tetap memerlukan simpul-simpul
birokrasi yang wajar, sebagai sarana terwujudnya pengawasan melekat (build in control).

Secara ideal, para warga gereja, terlebih lagi para anggota majelis, tentu mengetahui
dan bahkan menyadari bahwa menjadi anggota jemaat gereja itu identik dengan menjadi
pelayan Tuhan. Melayani Tuhan adalah juga melayani sesama sebagai wujud ungkapan rasa
syukur kepada-Nya. Oleh karena itulah, para pengelola gereja sebagai pelayan-pelayan Tuhan
perlu berupaya menghindari terjadinya berbagai tindakan penyelewengan dalam gereia.
Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan cara membuat berbagai macam peraturan untuk
menutup celah-celah yang bisa digunakan secara tidak benar oleh mereka yang tidak
bertanggung jawab. Namun, meskipun berbagai peraturan bisa dibuat, terwujudnya suatu
penyelenggaraan pengelolaan gereja yang baik tetap kembali pada para penyelenggaranya,
baik itu para anggota majelis, para pengurus komisi, maupun para warga jemaatnya.

Oleh karena itu, majelis jemaat perlu mempunyai komitmen yang kuat untuk
menempatkan aspek pengawasan sebagaifokus perhatian mereka di dalam pelayanan di
gereja. Proses pengawasan ini, terlebih pengawasan keuangan, bisa dilakukan melalui
beberapa mekanisme kerja, yang biasa disebut sebagai pengawasan melekat dan pengawasan
fungsional.Adapun muara dari kedua jenis pengawasan keuangan ini berupa sanksi yang
seimbang dengan kadar tindak penyelewengan yang terjadi.32

II.17.1. Pengawasan Melekat


Pengawasan melekat bisa dianggap sebagai salah satu kunci yang sangat menentukan
untuk mengamankan penyimpangan keuangan dengan sangat dini. Keberadaan pengawasan
melekat terintegrasi di dalam proses kaluar-masuknya dana/keuangan gereja, yang berbentuk
PMKj bidang keuangan. PMKj dilengkapi dengan berbagai instrumen administrasi dalam
bentuk berbagai macam formulir baku yang tersusun dengan baik. Apabila setiap atasan
langsung pada setiap posisi juga mengawasi bawahannya dengan baik, hal tersebut akan
menghasilkan suatu pengawasan melekat yang efektif. Jadi, dengan kelengkapan PMKj
32
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja Sebuah Alternatif, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2019),
105-107.
tersebut, keberhasilannya masih perlu diikuti pengawasan langsung dari pihak atasannya,
yang diteruskan secara berjenjang sampai ke bawah.

Jadi, terdapat dua elemen penting yang menentukan bisa berjalannya proses
pengawasan melekat dengan baik, yaitu tersedianya sistem PMKj di bidang keuangan yang
dilengkapi dengan instrumen administrasi yang tertata baik, serta dapat berjalannya
pengawasan dari setiap atasan langsung di semua tingkat kepada bawahan langsungnya.

Pengawasan oleh atasan langsung dilakukan secara detail pada setiap proses keluar-
masuknya dana gereja. Hal itu dilakukan dengan cara memeriksa kecocokan alokasi-alokasi
dana yang terdapat dalam rencana biaya yang sudah disepakati sebelumnya, disertai
kecocokan besaran-besaran dana dan volume pekerjaannya.Mereka yang melakukan
penyelewengan dana jemaat itu jelas telah melecehkan kepercayaan jemaat yang
mempercayakan dana tersebut untuk dikelola sebaik-baiknya oleh gereja. Demikianlah Surat
Roma 12:1 dengan jelas menyatakan: "..., supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu
yang seiati”.33

II.17.2. Pengawasan Fungsional


Pengawasan fungsional merupakan kegiatan pengawasan yang sangat terbatas, karena
tidak berlangsung sepanjang waktu, tetapi secara berkala menyangkut data dan informasi
tentang keluar-masulmya dana gereja yang sudah dilakukan. Sistem berkalanya dilakukan
misalnya setiap tiga bulan sekali, atau enam bulan sekali, atau bahkan hanya dilakukan
setahun sekali di saat tutup buku. Namun demikian, pengawasan fungsional tetap perlu untuk
dilaksanakan. Janis pengawasan ini berfungsi sebagai cross-check secara acak atas proses
pengawasan melekat dan pengendalian yang dilakukan oleh para atasan langsung dari setiap
bawahan.

Pengawasan fungsional dilakukan oleh lembaga independen yang tidak terlibat dalam
proses operasional gereja. Lembaga ini bisa dibentuk khusus di dalam/intern gereja sebagai
intemal auditor, dan yang lain berada di luar gereja sebagai ekstemal auditor.

Dalam gereja, perlu dibentuk sebuah tim independen yang dipilih dan' jemaat secara
ketat. Bila dana yang dikelola cukup besar, barulah diminta bantuan dari lembaga luar atau
konsultan akuntan publik. Apabila ekstemal auditor menemukan adanya penyimpangan
33
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja Sebuah Alternatif, 107-108.
keuangan, maka hal ini dapat direkomendasikan secara jelas dan tegas, sehingga
memudahkan tindak lanjut dalam bentuk pengusutan atau tindakan hukum yang semestinya.34

II.17.3. Pengendalian
Di luar kedua sistem pengawasan yang sudah diuraikan di atas, dalam pengelolaan
atau manajemen suatu lembaga juga dikenal istilah pengendalian yang dilakukan di
sepanjang berbagai kegiatan yang berlangsung. Pengendalian tidak dilakukan oleh suatu
lembaga khusus, tetapi oleh setiap atasan yang membawahi orang atau kelompok orang
secara berjenjang.
Lingkup pengendalian lebih luas dari pengawasan melekat, karena peranannya
meliputi seluruh aspek dari semua kegiatan, tidak terbatas dalam PMKj saja. Pengendalian
dapat merambah masuk ke dalam aspek rasionalitas dari setiap langkah pelaksanaan tugas
yang dilakukan oleh para bawahan, di mana semuanya itu tidak diatur dalam PMKj yang ada.
Sebagai gambaran pengendalian diibaratkan seperti seorang kusir delman yang memegang
kendali kuda untuk menstabilkan kuda agar tidak berjalan keluar dari tujuannya.
Apabila ditemukan penyimpangan, maka dilakukan koreksi dan pengarahan untuk
meluruskan penyimpangan tersebut. Dengan demikian, tindak lanjut dari temuan
pengendalian ini tidak berupa sanksi sebagaimana yang terjadi dalam kedua proses
pengawasan melekat dan fungsional.35
II.18. Langkah-langkah Pelaksanaan Manajemen Pengawasan dalam Gereja
Telah dijelaskan di atas bahwa fungsi pengawasan adalah memastikan bahwa hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya. 36 Fungsi tersebut
harus dilaksanakan demi asas tanggung jawab di samping efektivitas dan efisiensi dalam
mengupayakan tercapainya visi, misi, dan tujuan gereja yang telah ditetapkan. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya adalah:
1) Menetapkan Standar untuk Mengukur Kinerja Beserta Hasilnya.
Untuk melakukan fungsi controlling dengan baik, pertama-tama gereja perlu
menetapkan standar untuk mengukur kinerja gereja beserta hasilnya. Standar
dimaksud berfungsi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah pekerjaan
dilakukan dengan cara yang benar dan memberi hasil yang optimal sesuai
dengan yang diharapkan. Memperhatikan fungsinya yang demikian, standar
tersebut pada dasamya berupa semua peraturan/kebijakan gereja.
34
Ibid, 108-109.
35
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja Sebuah Alternatif, 109-110.
36
Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Gereja, 108.
2) Mengukur dan Membandingkan Kinerja Beserta Hasilnya Dengan Standar
yang Telah Ditetapkan
Mengenai aktivitas mengukur kinerja dan hasilnya, pertama-tama perlu ,jelas
siapa yang berkewajiban untuk melakukannya. Dalam konteks manajemen
umum, aktivitas ini merupakan kewajiban para manajer baik top manager,
middle manager, maupun first line manager. Oleh karena dalam manajemen
gereja tidak mengenal istilah/jabatan-jabatan tersebut, sesuai dengan stuktur
organisasi gereja yang ada, fungsi tersebut dilaksanakan oleh dan menjadi
kewajiban/tanggung jawab majelis gereja, para konvokator komisi, dan para
konvokator bidang dalam tiap komisi yang bersangkutan. Aktivitas
selanjutnya adalah membandingkan kinerja dengan standar yang telah
ditetapkan beserta hasilnya.

Aktivitas ini pada dasarnya merupakan cara yang dlperlukan untuk melihat apakah
proses dan hasil yang diperoleh sesuai dengan yang direncanakan. Dalam praktik manajemen
gereja hal ini dapat dilakukan dengan baik melalui rapat-rapat koordinasi komisi, bidang-
bidang dalam komisi, dam pokja/tim. Sedangkan pada tingkat majelis gereja hal ini justru
sulit dilakukan mengingat pada umumnya majelis gereja hanya menyelenggarakan rapat
sekali dalam satu bulan dengan agenda dan materi pembahasan yang banyak.

1) Mengambil Tindakan Perbaikan Apablla Hasil yang Diperoleh Tldak Sesuai Dengan
yang Direncanakan.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa perencanaan pada dasamya
merupakah proses yang terus menerus dilakukan sepanjang perjalanan organisasi.
Sebagai proses, ia terkait dan dipengaruhi oleh keberadaan dan pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen yang lain. Oleh karena itu, sesuai dengan sifatnya yang dinamis,
jika dalam perjalanan terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
perlu dilakukan tindakan penyesuaian atau perbaikan. Tindakan penyesuaian atau
perbaikan dimaksud antara lain dapat berupa perubahan terhadap satu atau beberapa
aktivitas yang telah direncanakan, atau terhadap standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2) Evaluasi dan Pertanggungjawaban.
Sehubungan dengan meningkatnya semangat keterbukaan, pada masa kini gereja-
gereja menyadari pentingnya fungsi pengawasan sekaligus evaluasi kinerja secara lebih
menyeluruh. Untuk itu dibentuklah tim audit. lstilah “audit” berarti pemeriksaan
pembukuan tentang keuangan (perusahaan, bank, lembaga) secara berkala. Dapat pula
berarti pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang
dihasilkan. Dalam pengertian yang diperluas, pelaksanaan auditing dalam manajemen
gereja dimaksudkan untuk memeriksa pembukuan keuangan gereja sekaligus melihat
efektivitas kinerja para penyelenggara gereja berdasarkan dokumen-dokumen standar
yang telah ditetapkan dan dipergunakan sebagai dasar pelaksanaan tugas-tugas
pelaksanaan.37

II.19. Tindak Lanjut atas Penyimpangan/Pelanggaran


Sebenarnya, suatu kejahatan itu adalah bentuk tindakan yang melanggar firman
Tuhan. Oleh karena itu, terhadap kejahatan apa pun di dalam gereja perlu dikenakan
”sesuatu” untuk membuat jera pelakunya. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan agar
kejahatannya tidak berdampak panjang atau meluas, sehingga dapat merugikan banyak orang.
Langkah tersebut bisa disebut sebagai ”pembinaan”, bentuknya bisa berupa pengenaan
hukuman atau sanksi yang disesuaikan dengan kadar kesalahannya.

Bila yang melakukan pelanggaran adalah warga jemaat atau anggota majelis, sanksi
atau pembinaan dilakukan oleh lembaga majelis. Proses pembinaan dimulai dengan
melakukan percakapan dalam rapat majelis pleno. Bila ditemukan pelanggaran yang sudah
jelas, teguran akan diberikan secara lisan dan tertulis. Bila teguran tidak ditanggapi secara
positif dalam bentuk perbaikan, sanksi atau siasat gereja diberlakukan, misalnya orang yang
bersangkutan tidak diizinkan mengikuti Perjamuan Kudus.

Selanjutnya, apabila tetap tidak ada perbaikan, tindakan pengucilan dapat diambil.
Apabila ternyata tindakan ini juga tidak membawa perubahan, maka yang bersangkutan dapat
dikeluarkan dari keanggotaan jemaat. Dalam kasus-kasus pelanggaran yang berat dan
memerlukan penanganan lebih lanjut dari pihak yang berwenang, maka pihak kepolisian
dapat dilibatkan untuk menyelesajkan kasus tersebut secara hukum. Tindakan terakhir ini
terutama dilakukan apabila pelanggaran yang dilakukan berkaitan dengan masalah keuangan,
misalnya tindakan penggelapan atau manipulasi keuangan.

Beberapa tokoh gereja terkadang enggan memberikan sanksi kepada warga jemaat
yang melakukan pelanggaran, meskipun sebenamya pelanggaran yang dilakukan itu cukup
berat. Alasannya adalah kekhawatiran bahwa kelak yang bersangkutan akan menjadi malu

37
Andreas Untung Wijono & Sukardi, Manajemen Gereja, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010),
64-67.
dan tidak mau bergereja lagi. Dengan kata lain, terdapat kekhawatiran gereja akan kehilangan
"satu domba”. Namun, sikap ini tentu tidak bijaksana karena dengan alasan melindungi nama
baik seorang warga jemaat, temyata merugikan seluruh jemaat, termasuk gereja sebagai
institusi. Sebenamya, tindakan penggembalaan yang bersifat membina juga sudah merupakan
suatu langkah yang bijaksana untuk memperbaiki moral warga jemaat tersebut demi
kebaikannva sendiri di kemudian hari.38

III. Kesimpulan
Manajemen keuangan gereja adalah salah satu alat untuk mencapai visi, misi, tujuan
dan sasaran gereja. Sebagai alat manajemen keuangan gereja haruslah dibangun sesuai
dengan kebutuhan gereja. Bangunan manajemen yang tidak sesuai dengan kebutuhan gereja
akan membuat alat manajemen itu tidak dapat dipergunakan untuk mencapai tujuannya atau
setidaknya menyebabkan kinerja gereja tidak optimal. Manajemen keuangan menentukan
langkah yang akan di lakukan organisasi yang bersangkutan sehingga di perlukan
pengelolaan keuangan. Tidak lepas juga manajemen keuangan merupakan sumber dana bagi
sebuah organisasi yang dapat membantu organisasi tersebut berkembang. Manajemen
keuangan menentukan baik atau buruknya perjalanan organiasi. Sehingga di perlukan
keahlian dalam memanajemen keuangan dalam sebuah organiasi.

Secara umum, pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar


pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang
dikehendaki. Pengawasan berfungsi untuk memastikan bahwa hasil yang dicapai sesuai
dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Dalam hal manajemen gereja, yang
menjadi dasar bagi manajemen pengawasan adalah Tuhan Allah yang mengawasi umat-Nya
dari tempat-Nya yang kudus kepada anak-anak manusia. Jadi, menurut Alkitab bahwa
Tuhanlah yang mengawasi atau mengendalikan manusia. Dalam proses pengawasan atau
pengendalian agar berjalan dengan baik, maka unsur kejujuran dan ketulusan harus dimiliki,
baik oleh yang mengawasi maupun yang diawasi. Sehingga kejujuran dan ketulusan
merupakan landasan dalam kehidupan gereja.

Bidang yang harus mendapat perhatian ekstra dalam manejemen pengawasan ialah
pengawasan terhadap keuangan gereja. Sebab, bidang keuangan ini merupakan hal yang
sensitif untuk terjadinya celah-celah bagi tindakan pelanggaran. Oleh sebab itu, bisa
dilakukan melalui beberapa mekanisme kerja, yang biasa disebut sebagai pengawasan

38
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja Sebuah Alternatif, 110-111.
melekat dan pengawasan fungsional, dan pengendalian. Bila terjadi tindakan pelanggaran,
maka gereja dapat memberikan teguran baik secara lisan maupun tertulis kepada pihak yang
melanggar. Bila teguran tidak ditanggapi secara positif dalam bentuk perbaikan, sanksi atau
siasat gereja. Selanjutnya, apabila tetap tidak ada perbaikan, tindakan pengucilan pun dapat
dilakukan oleh gereja.

IV. Daftar Pustaka


Sumber buku:
Admadjaya, Lukas, Manajemen Keuangan dan Aplikasi, Jakarta: Andi Ofset,
2008
Alexandri, Moh. Benny, 500! Soal Manajemen Keuangan yang paling sering
dinyatakan dan pemecahannya disertai pembahasannya, Bandung: Alfabeta,
2006
Alexano, Poppy, Manajemen Keuangan untuk pemula dan orang awam, Jakarta:
Laskar Askara, 2007
Handoko, Hani, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT
Rafika Aditam, 1999
Iskandar, Benny J., Manajemen Alkitabiah, Jakarta: Kalam Indah Publishing,
2009
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media Groups, 2008
Nuraida, Ida, Manajemen Administrasi Perkantoran, Yogyakarta: Kanisius, 2008
Prodjowijono, Suharto, Manajemen Gereja Sebuah Alternatif, Jakarta: BPK-
Gunung Mulia, 2019
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung: Refika Aditama, 2009
Saragih, Jahenos, Manajemen Kepemimpinan Gereja, Jakarta: Suara GKYE
Peduli Bangsa, 2008
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Management, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2001
Situmorang, Victor M., & Juhir Jusuf, Aspek Hukum Pengawasan Melekat,
Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Sunardi, N., Modul Perkuliahan Manajemen Keuangan 1, Pamulang: Universitas
Pamulang, 2010
Walz, Edgar, Bagaimana Mengelola Gereja Anda?, Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
2008
Wijono, Andreas Untung & Sukardi, Manajemen Gereja, Bandung: Bina Media
Informasi, 2010

Sumber lain:
Hutasoit, Marhasil, Rekaman Catatan Akademis Kelas IV-A Theologi, Tanggal:
21 November 2019l, a.n. Fajar Manase H. Panggabean.

Anda mungkin juga menyukai