Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hal utama dalam industri jasa kesehatan yaitu pelayanan kesehatan.
Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan seiring dengan
perkembangan dunia kesehatan. Setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap
penerima jasa pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi
disiplin termasuk tim keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral pelayanan kesehatan dan menjadi
bagian terdepan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit (Nurachmah, 2002).
Pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai visi dan misi rumah sakit maka
diperlukan manajemen keperawatan yang baik. Manajemen keperawatan
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan prokatif dalam menjalankan suatu
kegiatan diorganisasi, dimana dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan dan
supervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan dan
organisasi (Grant & Massey, 1999).
Menurut Gilles (1996) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya
Sukmana (1996), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekaryaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk
merencanakan, mengorganisasian, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang
seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret
dalam pelaksanaannya. Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan
perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini bekaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan

1
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia.(Gilles, 1996)
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian, yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senatiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah sakit
perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik
dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang
dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara. Salah satu cara untuk dapat
meningkatkan keterampilan manajerial yang handal selain didapatkan di bangku
kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktik. Mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram
dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di
Ruang PJT RSUD Kota Mataram dengan arahan dari pembimbing lahan maupun
dari pembimbing akademik. Dengan adanya praktik tersebut diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik Manajemen Keperawatan selama 4 minggu di
Ruang PJT mahasiswa diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip
manajemen keperawatan metode modifikasi tim dalam melaksanakan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di tatanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Dalam praktik Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melaksanakan pengkajian situasi di Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
(PJT) RSUD KOTA MATARAM.
b. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.

2
c. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP):
Ketenagaan (M1), Sarana Prasarana (M2), Metode (M3), yang terdiri dari
: Timbang Terima, Penerimaan Pasien Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi
Keperawatan, Discharge Planning, Dokumentasi Keperawatan.
d. Pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian model asuhan keperawatan professional (MAKP): (1)
Timbang Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3) Sentralisasi Obat, (4)
Supervisi Keperawatan, (5) Discharge Planning, (6) Dokumentasi
Keperawatan, (7) Penerimaan Pasien Baru.
e. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Professional
(MAKP): (1) Timbang Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3) Sentralisasi
Obat, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge Planning, (6)
Dokumentasi Keperawatan, (7) Penerimaan Pasien Baru dan Mutu
Layanan.

C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan pasien terkait dengan patient safety yang optimal
meliputi identifikasi pasien, komunikasi yang efektif, ketepatan dalam
pemberian obat, ketepatan lokasi operasi, penurunan resiko infeksi
nosokomial dan penurunan resiko jatuh pasien selama dilakukan perawatan.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penerapan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang mencakup timbang
terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge
planning dan dokumentasi keperawatan.
3. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.

3
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
4. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP
yang di aplikasikan di ruang Pelayanan Jantung terpadu (PJT).
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan
model MAKP di ruang Pelayanan Jantung Terpadu (PJT).
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di ruang Pelayanan Jantung Terpadu
(PJT).

D. Metode Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian di ruang PJT RSUD KOTA MATARAM
diperoleh dengan cara :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan,
inventaris ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan dengan
pengamatan langsung kepada pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat primer, perawat
pelaksana, dan pasien untuk mengumpulkan data tentang proses pelayanan
pasien dan proses kegiatan yang dilakukan oleh perawat.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai pasien,
ketenagaan, dokumentasi keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
tindakan dan inventaris ruangan melalui data rekam medik, data
kepegawaian,data sarana dan prasarana, dan profil rumah sakit.

4
E. Praktikan
Mahasiswa Program S1 Keperawatan Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yarsi Mataram Kelompok 2:
1. Wahyuningsih (152 STYJ 18)
2. I Nyoman Suwarsana (STYJ 18)
3. Yuliana (STYJ 18)
4. Deni Hardianto (STYJ 18)
5. Retno Hamini Susilawati (STYJ 18)
6. Rina Gustafa (STYJ 18)
7. M.Rasydatul Afkari (STYJ 18)
8. Maulana Ibrahim (124 STYJ 18)
9. Ahyan Noviandi (STYJ 18)
10. M.Emilia Sa’di rasyd (STYJ 18)
11. Lalu Dedi Hidayat (STYJ 18)
12. Fayadi Ahmad (STYJ 18)
13. Eka Dharma Budhayani (STYJ 18)

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram


1. Gambaran Umum Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah jasa yang bergerak dalam bidang Pelayanan
kesehatan yang bersifat sosial ekonomi, yaitu usaha yang walaupun bersifat
sosial namun diusahakan agar bisa memperoleh surplus dengan cara
pengelolaan yang profesional (Hasyim, 2013). Rumah sakit merupakan
instansi yang sifatnya kompleks dan Sia organisasinya majemuk, sehingga
diperlukan adanya pola manajemen yang jelas dan modern untu setiap unit
kerja atau bidang kerja.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan Rumah Sakit
milik Pemerintah Kota Mataram yang resmi berdiri pada tanggal 31 Agustus
2009 dan mulai beroperasi tanggal 3 Maret 2010 sebagai salah satu unit
pelayanan kesehatan yang terletak di Kota Mataram dengan luas lahan 20.473
m2.
Rumah sakit ini mulai beroperasional sejak Maret 2010 berdasarkan
Surat Keputusan Walikota Nomor : 163/II/2010 tentang Izin Penyelenggaraan
Operasional Pelayanan.
Sejak 1 Desember 2010, RSUD Kota Mataram menetapkan pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), berdasarkan
SK Walikota Mataram No. 565/XII/2010.
Pada tahun 2013 Rumah Sakit Umum Kota Mataram ditetapkan
menjadi Rumah Sakit tipe B dengan total sumber daya manusia yang dimiliki
631 orang termasuk PNS dan pegawai kontrak. Pada tahun 2019, sumber
daya manusia yang dimiliki RSUD Kota Mataram sebanyak kurang lebih
1000 orang termasuk PNS maupun pegawai kontrak.

2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

6
Visi :
Rumah Sakit Pilihan Masyarakat dalam bidang Pelayanan Kesehatan, Pendidikan
dan Penelitian yang berstandar internasional.
 
Misi :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif, berkualitas,
dan profesional.
2. Melaksanakan pendidikan, penelitian kesehatan berkelanjutan dan
berkualitas.
3. Meningkatkan kompetensi yang berdaya saing.
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan/karyawati.
5. Meningkatkan sarana prasarana sesuai standard RS pendidikan dan
kemajuan IPTEKDOK
Motto :
1. Senyum
2. Mutu
3. Inovatif
4. Lengkap
5. Efisien

7
B. PENGKAJIAN MANAJEMEN DI RUANG PELAYANAN JANTUNG
TERPADU (PJT)
1. M1 (Man) Ketenagaan di Ruang PJT
a. Struktur Organisasi
b. Jumlah tenaga keperawatan
Kualifikasi tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan terdapat
pada tabel berikut ini.
Klasifikasi Pendidikan formal tenaga keperawatan Ruang PJT
RSUD Kota Mataram 2019

N
Jenis Pendidikan Jumlah
O
1 S1 Keperawatan + Ners 9
2 S1 Keperawatan 0
3 DIV Keperawatan 0
4 DIII Keperawatan 9
Total 18

Sumber: Data Primer 2019

Kesimpulan : Jumlah Jenjang Pendidikan S1 Kep Ners lebih banyak


dibandingkan dengan S1 Kep, DIII Keperawatan, dan
DIV Keperawatan

c. Tenaga Non-Keperawatan

N Kualifikasi Jumlah
O
1 Ahli Gizi 1
2 Apoteker 1
3 Asisten Apoteker 1
4 Cleaning Service 6
5 Administrasi (center) 1
Jumlah 10
Sumber: Data Primer 2019Kesimpulan : berdasarkan data
diatas, jumlah tenaga non keperawatan adalah 1 dari masing-
masing profesi, kecuali Cleaning service yang berjumlah paling
banyak yaitu 6 orang

8
d. Tenaga Medis

N Kualifikasi Jumlah
O
1 Dokter jaga Internship 6
3 Supervisor 1
Jumlah 7
Sumber: Data Primer 2019

Kesimpulan : dari data diatas, tenaga medis terdapat 7 orang, yakni


6 dokter jaga, dan 1 supervisor.

e. Pembagian Dinas Perawat Ruang Pelayanan Jantung Terpadu (PJT)

Dinas
Tenaga
Pagi Siang Malam Libur
Kepala Ruangan 1 - - -
Perawat Primer 2 1 1 1
Perawat Associete 4 2 2 2
Ahli Gizi 1 - - -
Apoteker 1 - - -
Asisten apoteker 1 - - -
Administrasi (center) 1 - - -
Sumber: Data Primer 2019

Kesimpulan : Ruang Pelayanan Jantung Terpadu (PJT)


menggunakan model MAKP Modifikasi Tim karena kurangnya
jumlah pegawai dan banyak pegawai yang cuti karena melahirkan.
Berdasarkan data diatas, dinas pagi membutuhkan lebih banyak
perawat yaitu terdiri atas 2 PP, 4 PA, dan tenaga non keperawatan
masing-masing 1. Sedangkan pada sore dan malam membutuhkan
hanya 1 PP dan 2 PA.

f. Pegawai Keperawatan Ruang Pelayanan Jantung Terpadu

NO Nama Perawat Jabatan Tingkat Pelatihan Masa

9
Yang Telah
Pendidikan Kerja
Diikuti

1 Ns. Eka Nadiastika Pramadista, KARU S1 Kep + Ners BHD, Service 9 tahun
S.Kep Exellent, cardiac
emergency, neurologi,
dan kegawatan pada
neonatus

2 Risuda Novitawati,Amd.Kep PA D III Keperawatan BHD, 7 tahun


Service excellent

3 Husnul Fahmi, AMK KATIM S1 Kep + Ners BTCLS, service 3 tahun


excellent, cardiac
emergency

4 Luluk Hidayati, Amd.Kep PA S1 Kep + Ners BTCLS, Service 6 Tahun


excellent

5 Ns. M.Arfian, S.Kep KATIM S1 Kep + Ners BTCLS, Service 3 Tahun


excellent, BPGD

6 Made Adi D P.Amd.Kep PA DIII Keperawatan BTCLS, Service 2.8 Tahun


excellent, BHD

7 Ns. Sri Ratna, S.Kep PP DIII Keperawatan BTCLS, Service 1.5 Tahun
excellent

8 Baiq Uni Maslahati, Amd.Kep KATIM S1 Kep + Ners BTCLS, Service 4 Tahun
excellent, cardiac
emergency

9 Ns. Dowek Darma Putra, Skep PA S1 Kep + Ners BTCLS 1.5 Tahun

10 Ns. Suci Setiaranil, S.Kep PA D III Keperawatan BHD 1.5 Tahun

11 Nanda Hati Puspita, Amd.Kep KATIM DIII Keperawatan BTCLS, Service 6 Tahun
excellent

12 Purnawati, Amd.Kep PA S1 Kep + Ners BTCLS, Service 2.8 tahun


excellent,
Manajement Haji

13 Ns. Lalu Idi Apriadi, S.kep PA S1 Kep + Ners BTCLS 5 bulan

14 Ns.Nur Afrian, S.Kep KATIM DIII Keperawatan BTCLS, Service 2.8 Tahun
excellent,
Circumsisi,
BHD,
Cardiac

10
emergency,
Perawatan
luka

15 Ns. L. Surya Chandra, S.Kep PA S1 Kep + Ners BTCLS, Service 3tahun


excellent

16 Ns. Helmi Widiyanti, S.Kep PA S1 Kep + Ners BTCLS, Service 1.5 tahun
excellent

17 Hilvia Syurviana,Amd.Kep OJT S1 Kep + Ners BTCLS 4 Bulan

18 Rika Oktaviani Admin

Kesimpulan : Perawat yang sudah bekerja <1 tahun ada 2 orang, 1-3 tahun
ada 10 orang, dan >3 tahun ada 5 orang. Rata-rata sudah mengikuti
pelatihan BTCLS dan BHD

g. Pengaturan ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan menurut Permenkes 56 Tahun 2014
pasal 33 Ayat [1] jumlah tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 32 ayat [1] huruf c sama dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat
inap.
Untuk mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan ruangan Pelayanan
Jantung Terpadu (PJT) menggunakan perhitungan kebutuhan tenaga kerja
metode Douglas berdasarkan observasi tanggal 29 April 2019 sebagai berikut :

Standar Nilai Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Ketergantungan


Pasien
Kualifikasi
pasien Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat Pagi Sore Malam


Ketergantungan
Mandiri 0.17 0.14 0.07
Parsial 0.27 0.15 0.10
Total 0.36 0.30 0.20
Jumlah Pasien Dalam Shift

11
Kualifikasi
pasien Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat
Pagi Sore Malam
Ketergantungan
Mandiri 0 0 0
Parsial 14 14 14
Total 9 9 9

Kebutuhan jumlah perawat di ruang IRNA II /shift

1. Shift pagi
Parsial : 14 x 0.27 = 3.78 (4 orang)
Total : 9 x 0.36 = 3.24 (4 orang)
2. Shift sore
Parsial : 14 x 0.15 = 2.1 (2 orang)
Total : 9 x 0.30 = 2.7 (3 orang)
3. Shift malam
Parsial : 14 x 0.17 = 2.38 (2 orang)
Total : 9 x 0.20 = 1.8 (2 orang) +
Total = 17 orang
Jumlah tenaga lepas dinas perhari :
86 x 17
= =5,24 (dibulatkan menjadi 5)
279
Jadi, jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bertugas
perhari di ruang Pelayanan Jantung Terpadu ( PJT ) adalah 17 + 5
orang lepas dinas + 1 orang tenaga (kepala ruangan) adalah 23 orang.

Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan menurut metode Douglas (2016) diatas
dapat disimpulkan bahwa tenaga keperawatan diruang PJT masih
kurang, dibutuhkan 5 orang tenaga keperawatan tambahan untuk
mencukupi standar jumlah tenaga keperawatan yaitu 23 orang.

12
C. Alur Pasien Masuk Ruangan PJT

PASIEN POLIKLINIK/
PASIEN IGD

Pendaftaran Pasien Rawat Inap

Pasien Diantar Ke Ruang


Rawat Inap

Proses Perawatan Di Ruang


Rawat Inap

BOLEH PULANG Apotek Kasir


R.PJT

PASIEN PULANG

2. Sarana dan Prasarana (M2-Materials)


Menurut Azwar A (1995), bahwa bila sarana (kualitas dan kuantitas)
yang tersedia tidak cukup (tidak sesuai) dengan kebutuhan, maka sulitlah
diharapkan baiknya mutu dari pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Penyediaan alat-alat di ruang PJT RSUD Kota Mataram sudah
menggunakan pedoman buku standar atau SOP fasilitas dan peralatan
keperawatan.
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan diperoleh informasi
bahwa pengadaan alat atau bahan yang sudah diusulkan terlebih dahulu
kemudian akan diterima di ruangan. Sehingga akan mempengaruhi mutu,
tingkat kepuasan pasien. Penyediaan alat dan bahan di ruang PJT sudah
menggunakan pedoman atau buku standar fasilitas dan peralatan

13
keperawatan, dan perencanaan pengadaan alat dan bahan. Untuk barang habis
pakai (berupa masker, handscoon, dll.) serta blanko dan resep, amprahan
dilakukan tiap minggunya (3 kali dalam seminggu, pada hari Selasa, Kamis,
dan Sabtu) atau sesuai dengan kebutuhan. Untuk alat-alat Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM) dan ATK (Alat Tulis Kantor), amprahan dilakukan satu kali
dalam sebulan. Amprahan ini tidak sepenuhnya bergantung pada kepala
ruangan, semua perawat bisa mengusulkan alat apa saja yang diamprah untuk
nanti dipertimbangkan kepala ruangan.
Untuk alat kesehatan yang mengalami kerusakan dilaporkan dengan
mengisi formulir pengembalian barang ke bagian ALKES. Sedangkan untuk
alat-alat non kesehatan seperti meja, kursi, dan yang lainnya, dapat dilaporkan
dengan mengisi formulir pengembalian barang ke bagian UMUM.
a. Lokasi
Gambaran umum ruang PJT merupakan bagian dari ruang
perawatan di IRNA RSUD Kota Mataram. Ruang PJTI terletak di lantai
2 di sebelah Utara Instalasi Gizi, sebelah Timur Depo Farmasi Rawat
Inap, sebelah Barat Irna 3 B, dan sebelah Selatan Ruang IRNA III A.
Gambaran umum situasi dan kondisi di dalam Ruang PJT terdiri
dari 3 ruangan ( R.Persiapan, R.Intermediet dan R. Cathlab) dan ruang
Intermediet terdiri dari 7 Bad pasien dan Masing-masing bad terdapat 2
buah alat EKG.
b. Fasilitas Pasien
No. Nama Barang Jumlah

1. AC 1,5 PK 8

2. Bed Pasien 8

3. Bed Side Cabinet 0

4. Box Penutup Kabel + Power Outlet 4

5. Cermin 1

6. Ember Besar 3

7. Gayung 1

8. Jamban 1

14
9. Matras Pasien 0

10. Meja Wastafel + Cermin 3

11. Pengharum Ruangan 7

12. Pispot 7

13. Rak Troli 1

14. Tempat Hand Wash 2

15. Tempat Tisu WC 2

16. Tiang Infuse 8

17. TV 1

18. Urinal 2

19. Wastafel 2

20. Wastafel+Cermin 0

c. Fasilitas Petugas Kesehatan


1) Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang jaga perawat
2) Nurse Station berada di tengah ruangan, di depan ruang jaga perawat
3) Kamar mandi dan WC pegawai terletak di dalam ruang jaga perawat
4) Ruang tindakan menjadi satu dengan ruang penyimpanan alat medis
d. Buku-Buku Protap dan Acuan
1) Buku Timbang Terima
2) Buku Monev Gizi
3) Buku Tanda-Tanda Vital
4) Buku Register
5) Buku protap tindakan pelayanan medis dan non medis, staf medis
fungsional RSUD Kota Mataram
6) Buku Nilai Kritis
7) Buku Kontrol
8) Buku Ekspedisi Peminjaman Alat
9) Buku Bon Makan

15
10) Buku Ekspedisi Radiologi
11) Buku Tindakan Pasien Pulang
12) Buku SOP
13) Buku register transfusi darah
14) Buku bookingan pasien dari ruangan lain
15) Buku bookingan pasien ke ruangan lain
16) Buku operan alat

e. Alat-Alat Kesehatan
1) Alat Kesehatan

Kondisi
No. Nama Barang Jumlah
Baik Rusak

1. Alat EKG 8 7 1

2. Alat GDS stick 1 1 -

3. Ambubag Dewasa 2 2 -

4. Bak Instrumen Besar 1 1 -

5. Bak Instrumen Sedang 2 2 -

6. Baki 1 1 -

7. Bed Side Monitor 7 7 -

8. Bengkok Besar 1 1 -

9. Bengkok Kecil 1 1 -

10. Blood Lancets 2 Kotak 2 Kotak -

11. Box Darah 1 1 -

12. Eskap 2 2 -

13. Gaun/Apron OK Hijau 2 2 -

14. Gliserin Spuit - - -

15. Gunting Jaringan 1 1 -

16. Gunting Perban 2 2 -

17. Hecting Set 2 2 -

16
18. Humidifier 22 17 5

19. Infuse Pump 9 9 -

20. Jelly/Gel 3 3 -

21. Kacamata Google 3 3 -

22. Kasur Decubitus 0 0

23. Klem Arteri 3 3 -

24. Kom Besar + Tutup 1 1 -

25. Lampu tindakan 1 1 -

26. Masker N95 2 2 -

27. Nebulizer Anak 1 1 -

28. Nebulizer Dewasa 2 2 -

29. Oxymeter/SpO2 3 3 -

30. Pispot 14 14 -

31. Pot Sputum 0 0 -

32. Refleks Hammer 2 2 -

33. Regulator 3 3 -

34. Safety Box 4 4 -

35. Stethoscope Anak 1 1 -

36. Stethoscope Dewasa 5 5 -

37. Suction Dewasa 1 1 -

38. Syringe Pump Ganda + Kabel 1 1 -

39. Syringe Pump Tunggal + Kabel 9 9 -

40. Tabung EDTA Biru 23 23 -

41. Tabung EDTA Merah 33 33 -

42. Tabung EDTA Ungu 23 23 -

43. Flowmeter 24 24 -

44. Tabung Oksigen Mobile 2 2 -

17
45. Tensi Meter 4 4 -

46. Termometer 3 3 -

47. Tiang/Standar Infuse 32 32 -

48. Timbangan BB & Pengukur TB 1 1 -

49. Tourniquet 2 2 -

50. Troli 3 3 -

51. Tempat cuci rambut 1 1

52. Urinal 7 7 -

53. UV Sterilisator 1 1 -

2) Non Alkes

Kondisi
No. Nama Barang Jumlah
Baik Rusak

1. AC 1,5 PK 10 10 -

2. Amplop 1 Kotak 1 Kotak -

3. APAR 1 1 -

4. Apron Plastik 2 2 -

5. Baju OK 1 1 -

6. Baju Pasien - - -

7. Bantal 21 21 -

8. Baskom 15 15 -

9. Baterai 2 2 -

10. Box Besar 4 4 -

11. Box File 9 9 -

12. Brosur Tempel 3 3 -

13. Buli-Buli Panas 1 1 -

18
14. Cok 5 5 -

15. Dispenser 1 1 -

16. Ember Kamar Mandi 2 2 -

17. Ember Linen Infeksius 1 1 -

18. Ember Linen Non Infeksius 1 1 -

19. Galon 1 1 -

20. Gantungan kabel 4 4 -

21. Gayung 2 2 -

22. Gelas 1 1 -

23. Gorden 15 15 -

24. Guling 2 2 -

25. Handuk 3 3 -

26. Jam Dinding 2 2 -

27. Kamar Mandi/WC 2 2 -

28. Karpet 2 2 -

29. Keran Air 2 2 -

30. Keranjang Dokumen 1 1 -

31. Keset 2 2 -

32. Kipas Angin 1 1 -

33. Komputer + Keyboard + CPU 2 2 -

34. Kulkas Obat 1 1 -

35. Kursi Pengunjung 7 7 -

36. Kursi Petugas 4 4 -

37. Kursi Roda 2 2 -

38. Lampu 12 12 -

39. Lemari Alat-Alat 4 4 -

40. Lemari Dokumen 3 3 -

41. Lemari Linen 1 1 -

19
42. Lemari Obat Emergency 1 1 -

43. Lembar Kertas EKG 3 Bungkus 3 Bungkus -

44. Loker BHP, Alkes, KDM, dan 9 9 -


Petugas

45. Loker Obat 7 7 -

46. Loker Penitipan Barang Pasien 5 5 -

47. Map Dokumen Besar 2 2 -

48. Matras Udara + Alat Pompa 1 1 -

49. Meja Kantor 1 1 -

50. Meja Komputer 1 1 -

51. Meja Nurse Station 1 1 -

52. Meja Pasien 7 7 -

53. Papan Nama Meja 1 1 -

54. Papan Visi Misi 0 0 -

55. Pemanas Air 1 1 -

56. Pembersih Jendela 1 1 -

57. Pengharum Ruangan 3 3 -

58. Penutup Sprei - - -

59. Perlak 2 2 -

60. Rak Sepatu 1 1 -

61. Saklar 25 25 -

62. Sapu 2 2 -

63. Sarung Bantal 10 10 -

64. Sarung Buli-Buli Panas 1 1 -

65. Sarung Eskap 2 2 -

66. Sarung Guling 2 2 -

67. Selimut 2 2 -

20
68. Sendok 1 1 -

69. Spidol Papan Tulis 5 5 -

70. Sprei 7 7 -

71. Telepon Ruangan 1 1 -

72. Tempat ATK 2 2 -

73. Tempat Jemuran 3 3 -

74. Tempat Sampah Botol Infuse 1 1 -

75. Tempat Sampah Medis/ 1 1 -


Infeksius

Tempat Sampah Non Medis/


76. 2 2 -
Non Infeksius

77. Tempat Tidur Biasa 1 - 1

78. Tempat Tidur Fungsional 7 7 -

79. Tempat Tisu 1 1 -

80. Volume Control Dinding 9 9 -


(TOA)

81. Washlap 7 7 -

82. Wastafel + Cermin 2 2 -

3) BHP (Barang Habis Pakai) dan ATK (Alat Tulis Kantor)

Kondisi
No. Nama Barang Jumlah
Baik Rusak

Alcohol 70 % 10 10 -

Alcohol Swab 5 5 -

Anios 1 1 -

Betadine 6 6 -

Cairan Klorin 2 2 -

Correction Fluid 4 4 -

Cotton Bud 1 Bungkus 1 Bungkus -

21
Detergen 1 1 -

Hand Rub 12 12 -

Hand Wash 5 5 -

Handscoon Bersih 9 9 -

Hypafix 13 13 -

Injetomat Line 1 1 -

Isi Cutter 1 1 -

Isi Steples 12 12 -

Isi Tinta Spidol 1 1 -

Kasa Gulung 15 cm 10 Bungkus 10 Bungkus -

Kasa Gulung 5 cm 8 Bungkus 8 Bungkus -

Lem Kertas 1 1 -

Masker Bersih 8 kotak 8 kotak -

OGT 1 1 -

Selotip Besar 2 2 -

Selotip Kecil 2 2 -

Shampoo 2 2 -

Spidol Papan Tulis 5 5 -

Stabilo 2 2 -

Sticky Note 1 1 -

Supratul 2 2 -

Tisu 5 5 -

Tisu Basah 3 3 -

STANDAR ALAT KESEHATAN (ALKES)

22
No. Nama Barang Rasio Pasien : Alat

1. Tensi meter 2 / ruangan

2. Stetoskop 2/ ruangan

Timbangan Berat Badan/ tinggi


3. 1/ ruangan
badan

4. Tabung oksigen + Flow meter 2/ ruangan

5. Bak instrumen besar 2/ ruangan

6. Bak instrumen sedang 2/ ruangan

7. Bak instrumen kecil 2/ ruangan

8. Gunting perban 2/ ruangan

9. Korentang 2/ ruangan

10. Blah Spuit 2/ ruangan

11. Gliserin Spuit 2/ ruangan

12. Bengkok 2/ ruangan

13. Pispot 1:1

14. Urinal 1:1

15. Masker O2 2/ ruangan

16. Tiang infuse 1:1

17. Termometer 5/ ruangan

18. Set angkat jahitan 1:1

19. Set ganti balutan 5/ ruangan

20. Eskap 1:1

Sumber : Departemen Kesehatan RI tentang standar peralatan keperawatan


dan kebidanan di sarana kesehatan, 2015)

STANDAR NON ALAT KESEHATAN (ALKES)

23
No. Nama Barang Rasio Pasien : Alat

24
1 Gorden 1:2

2 Baju pasien 1:5

3 Seprei 1:5

4 Penutup seprei 1:5

5 Selimut biasa 1:5

6 Sarung bantal 1:6

7 Sarung buli – buli panas 1:1

8 Sarung eskap 1:1

9 Handuk 1:3

10 Washlap 1:5

11 Kursi Roda 2 – 3 / ruangan

12 Lemari obat emergency 1/ ruangan

13 Meja pasien 1/ 1

14 Standar infus 2-3 / ruangan

15 Tempat tidur fungsional 1: 1

16 Tempat tidur biasa 1 : 1 atau 2

17 Troli obat 1/ ruangan

18 Troli balut 1 / ruangan

19 Keran air 1:1

20 Tempat sampah besar tertutup 4/ ruangan

Sumber : Departemen Kesehatan RI tentang standar peralatan keperawatan


dan kebidanan di sarana kesehatan, 2015)

Penjelasan : Ruang PJT belum memenuhi standar peralatan keperawatan dan


kebidanan di sarana kesehatan menurut Depkes RI (2015). Sebagian
besar alat kesehatan dan alat non kesehatan tidak memenuhi jumlah
ideal atau standar fasilitas alat kesehatan, penjabarannya yaitu sebagai
berikut.

No. Nama Barang Jumlah Jumlah Perbandingan Ideal Persentase

25
(Rasio Pasien :
Barang Ideal (%)
Alat)
1. Baju Pasien - 120 1:5 0%
Bak Instrumen
2. 1 16 2/ruangan 6,25 %
Besar
Bak Instrumen
3. 2 16 2/ruangan 12,5 %
Kecil
Bak Instrumen
4. 6 16 2/ruangan 37,5 %
Sedang
5. Bengkok 7 16 2/ruangan 43,75 %
6. Blah Spuit - 16 2/ruangan 0%
7. Eskap 2 24 1:1 8,3 %
8. Gliserin Spuit - 16 2/ruangan 0%
9. Gorden 40 48 1:2 83,3 %
10. Gunting Perban 2 16 2/ruangan 12,5 %
11. Handuk 3 72 1:3 4,16 %
Hecting Set/Up
12. 2 24 1:1 8,3 %
Hecting
13. Korentang - 16 2/ruangan 0%
14. Kran Air 17 24 1:1 70,8 %
15. Kursi Roda 2 16 2-3/ruangan 12,5 %
Lemari Obat
16. 1 8 1/ruangan 12,5 %
Emergency
17. Masker Oksigen 2 16 2/ruangan 12,5 %
18. Meja Pasien 24 24 1:1 100 %
19. Penutup Sprei - 120 1:5 0%
20. Pispot 14 24 1:1 58,3 %
21. Sarung Bantal 74 70 1:6 100 %
Sarung Buli-Buli
22. 1 24 1:1 4,16 %
Panas
23. Sarung Eskap 2 24 1:1 8,3 %
24. Selimut 20 120 1:5 16,6 %

26
25. Set Ganti Balutan 1 40 5/ruangan 2,5 %
26. Sprei 150 120 1:5 100 %
27. Standar Infuse 32 16-24 2-3/ruangan 100 %
28. Stetoskop 6 16 2/ruangan 37,5 %
Tabung Oksigen
29. 24 16 2/ruangan 100 %
& Flowmeter
Tempat Sampah
30. 9 32 4/ruangan 28,1 %
Besar Tertutup
Tempat Tidur
31. 1 24 1:1 4,16 %
Biasa
Tempat Tidur
32. 23 24 1:1 95,8 %
Fungsional
33. Tensi Meter 4 16 2/ruangan 25 %
34. Termometer 1 40 5/ruangan 2,5 %
35. Tiang Infuse 32 24 1:1 100 %
Timbangan BB &
36. 1 8 1/ruangan 12,5 %
Pengukur TB
37. Troli Balut 1 8 1/ruangan 12,5 %
38. Troli Obat 1 8 1/ruangan 12,5 %
39. Urinal 7 24 1:1 29,16 %
40. Washlap 7 120 1:5 5,83 %

4) Fasilitas Tempat Tidur


Ruang PJT adalah ruang perawatan Intensive yang memiliki fasilitas
tempat tidur pasien sebanyak 8 (7 dalam kondisi baik dan 1 dalam kondisi
buruk) dan masing-masing mempunyai bed side cabinet sebanyak 5 buah dan
kursi penunggu sebanyak 8 buah.

3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 Metode)


a. Penerapan Pemberian Asuhan Keperawatan (MAKP)
Model yang diterapkan di ruang PJT adalah MAKP Modifikasi-
Tim dan sudah berjalan dengan baik namun masih kekurangan Sumber

27
Daya Manusia (SDM) dalam menjalankan MAKP. Menurut Nursalam
(2016), metode Tim dibutuhkan 6-7 tenaga perawat professional dan
perawat pelaksana sebagai satu tim dalam satu shift.
b. Timbang Terima
Timbang terima berdasarkan hasil observasi tanggal 29 April s/d
01 Mei 2019 timbang terima PJT dilakukan setiap pergantian shift yang
diikuti oleh semua perawat yang bertugas dimasing - masing shift.
Pelaksanaan timbang terima di ruang PJT dilaksanakan di ruangan
nurse station dan setelah itu kunjungan ke pasien. Kepala ruangan
membuka acara timbang terima dan selalu menutup dengan berdo’a.
Timbang terima telah dilakukan, tetapi belum dilakukan secara
optimal, yaitu :
- Menyebutkan keluhan subjektif tetapi belum optimal
- Menyebutkan Masalah Keperawatan yang masih muncul tetapi
belum optimal
Selain itu saat timbang terima pasien masuk dari ruang IGD atau
ruangan IRNA yang lain, pelaporan mengenai kondisi pasien lengkap,
keluhan saat masuk pasien, membahas diagnosa medis, terapi yang
sudah dilakukan, terapi yang akan dilakukan, terapi medis lanjutan
pasien. Proses timbang terima yang efektif dan terstruktur akan
memperkuat status profesional perawat dalam pelayanan kesehatan era
modern (Davies dan Priestly, 2006).
c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan dilakukan apabila masalah pasien kompleks
dan tidak terselesaikan sehingga membutuhkan rawat inap yang lama.
Ronde Keperawatan belum pernah dilakukan di ruang PJT karena
jumlah hari perawatan pasien relatif singkat.

d. Supervisi Keperawatan
Supervisi dilakukan setiap hari oleh Petugas Supervisi Managemen
Rumah Sakit, supervisi managemen keperawatan. Sedangkan kepala
ruangan setiap hari melakukan supervisi secara langsung melalui

28
pengamatan terhadap pelaksanaan tugas perawat. Kepala ruangan
mengamati pekerjaan yang dilakukan perawat kemudian memberikan
evaluasi kepada perawat yang bersangkutan.
e. Discharge Planning
Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning di ruangan
untuk pasien pulang mengenai berbagai penyakit, leaflet dan adanya
kartu control berobat untuk pasien setelah pulang.
Discharge planning sudah dilaksanakan tetapi pelaksanaannya
belum optimal. Perawat ruangan memberikan penyuluhan kesehatan
pada pasien dan keluarga saat merawat pasien dan terdokumentasinya di
dalam buku rekam medis. Hal-hal yang disampaikan meliputi: obat,
control, nutrisi, aktivitas dan latihan.
Untuk pemberian leaflet biasanya diberikan oleh profesi gizi,
karena pada saat pasien pulang biasanya memiliki pantangan terhadap
makanan, sehingga ahli gizi harus memberikan informasi melalui media
leaflet maupun media lainnya.
f. Pendokumentasian Keperawatan
Sistem pendokumentasian di Ruang PJT berdasarkan SOR (Source
Oriented Record)yaitu suatu system pendokumentasian yang
berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan misalnya dokter,
perawat, ahli gizi dan lain-lain.
Tersedianya sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga
kesehatan (sarana administrasi penunjang).Sudah ada sistem
pendokumentasian SOAP, Format asuhan keperawatan, serta kesadaran
perawat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat.

TABEL BAGIAN DARI DOKUMENTASI PASIEN


KODE Nama Formulir
  ADMISI
R1.1 Identitas Pasien

29
R1.2 general Consent
R1.3 Surat Persetujuan Pasien Rawat Inap
R1.4 Permintaan Penggantian Dokter
  RAWAT JALAN
R2.1 Rekam Medis Instalasi Gawat Darurat
R2.2 Transfer Pasien Antar Ruangan
R2.3 Rekam Medis Rawat Jalan (Poliklinik)
  KAJIAN AWAL PASIEN
R3.1 Pengkajian awal medis &keperawatan rawat inap
R3.2 Pengkajian pasien rawat inap obstetri & ginekologi
R3.3 Pengkajian asuhan kebidanan & kandungan
R3.4 Pengkajian awal medis & keperawatan neonatus
R3.5 Pengkajian awal pasien anak
R3.6 Pengkajian keperawatan pasien ICU
R3.7 Pengkajian resiko jatuh pada pasien dewasa
R3.8 Pengkajian resiko jatuh pada anak
R3.9 Pengkajian resiko jatuh pada neonatus
R3.10 Pengkajian resiko jatuh pada pasien psikiatri
R3.11 Pengkajian awal farmasi/renkonsiliasi obat
R3.12 Skrining gizi anak lanjut
R3.13 Skrining gizi lanjut(pasien dengan kehamilan)
R3.14 skirining gizi lanjut(pasie dewasa)
  PERKEMBANGAN PASIEN
R4.1 Catatan perkembangan pasien terintegrasi
R4.2 Asuhan keperawatan
R4.3 Asuhan kebidanan
R4.4 Grafik perkembangan pasien
R4.5a Asuhan gizi
R4.5b Catatan perkembangan gizi
R4.6 Partograf
R4.7 Monitoring pasien tranfusi darah
R4.8 Efek samping obat
R4.9 Pemberian obat
R4.10 SBAR
R4.11 Pengamatan ICU
R4.12 Pengamatan NICU
R4.13 Pengamatan PICU
R4.14 Pengamatan ICCU
  HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG(EKG,LAB)
R5.1 Lembar penempatan hasil EKG
  EDUKASI
R6.1 Catatan edukasi terintegrasi pasien/keluarga

30
TINDAKAN MEDIS OPERATIF & NON
  OPERATIF
R7.1 Persetujuan tindakan medis
R7.2 Penolakan tindakan medis
R7.3 Pesetujuan sterilisasi(tubektomi)
R7.4 Check list pre operasi & pemeriksaan post operasi
R7.5 Check list keselamatan pasien di ruang operasi
R7.6 Formolir pra anestesi dan sedasi
R7.7 Pemantauanstatus fisiologis pasien operasi
R7.8 Laporan anestesi
R7.9 Laporan operasi
R7.10 Formulir penandaan lokasi operasi pria/wanita
R7.11 Laporan kuretase
  RESUME PASIEN
R8.1 Resume medis
R8.2 discharge planning
  FORMUKIIR KHUSUS
R9.1 Surat rujukan
R9.2 Surat keterangan kelahiran
R9.3 Surat keterangan kematian
R9.4 Pelayanan ambulance
  LAIN- LAIN
R10.1 Lembar resep dan identitas(KK,KTP,BPJS)
Kesimpulan : Dari tabel bagian dokumentasi pasien tersebut sudah lengkap
untuk mengetahui bagian dari dokumentasi pasien.

4. M4 (Money)
Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Ruang PJT mendapat
pendapatan dari jasa pelayanan medik seperti jasa pelayanan BPJS, jasa
raharja, asuransi dan umum. Ada perbedaan gaji pokok antara perawat
kontrak dan PNS diruang rawat inap, sedangkan untuk gaji jasa pelayanan
seperti REMUNERASI di samakan antara PNS dan kontrak. Untuk sarana dan
prasarana yang dibutuhkan di ruangan diamprah ke bagian penunjang alat
medis baik itu ATK maupun alat kesehatan. Pengeluaran dan kebutuhan
ruangan dibiayai oleh institusi.Ada kesempatan untuk menggunakan
instrumen media dengan re-use sehingga menghemat pengeluaran.

5. M5 Mutu

31
Alur Pasien Masuk Ruang PJT
UGD POLI

Rawat Inap
Pemeriksaan
Pengobatan/Tindakan

Sembuh/KRS Meninggal

a. Bed Occupancy Ratio (BOR)


BOR (bed occupancy ratio = angka penggunaan tempat
tidur). BOR Menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient
service days to inpatient bad count days in a period under
considenration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR
adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuuan waktu
tertentu. Inndikator ini diberikan gambaran tinggi pada rendahnya
tingkat pemnfaatan tempat tidur rumash sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005)
1. BOR hari pertama
Jumlah bed yang terisi pada tanggal 29 April 2019 sebanyak 7 bed
Jumlah tempat tidur : 7 bed
Jumlah tempat tidur terisi
BOR = x 100 %
banyak tempat tidur
= 7 X 100 %
= 95,8%

2. BOR hari kedua


Jumlah bed yang terisi pada tanggal 30 April 2019 sebanyak 7
bed

32
Jumlah tempat tidur terisi
BOR = x 100 %
banyak tempat tidur
8
= X 100 %
7
= 95,8%

3. BOR Hari Ketiga


Jumlah bed yang terisi pada tanggal 1 Mei 2019 sebanyak 7 bed
Jumlah tempat tidur terisi
BOR = x 100 %
banyak tempat tidur
8
= X 100 %
7
= 87,5%
Rata-rata BOR tanggal 29 April sd 1 Mei 2019
95,8 %+ 95,8 %+87,5 %
=93 %
3
Kesimpulan : Berdasarkan data diatas penggunaan tempat tidur diRuang PJT
selama 3 hari tidak ideal yaitu 93%

b. Average Length Of Stay (AVLOS)


AVLOS (average length of stay = rata-rata lama pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The Average Hospitalization
Stay Of In Patient this charge during the pariet under conderation,”
AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal tertentu pengamanan yang
lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6 sampai 9 hari
(Depkes RI 2005).
Rumus hitung AVLOS tanggal 29 April sampai dengan 1 Mei 2019 :
jumlah lama dirawat
AVLOS =
jumlah pasien keluar( hidup+mati)

33
Jumlah hari perawatan pada tanggal 29 April sampai dengan 1 Mei 2019
adalah 56 hari
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = 5 pasien.
jumlah lama dirawat
AVLOS =
jumlah pasien keluar( hidup+mati)
56
=
10
= 5.6 (dibulatkan menjadi 6)
Kesimpulan : Dari perhitungan rata-rata lama pasien dirawat di Ruang PJT
yaitu 6 hari, dan merupakan hasil yang ideal.

c. Turn Over Interval(TOI)


TOI (Turn Over Interval = tegangan perputaran). TOI menurut Depkes RI
2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
disini ke saat terisi berikutnya, indicator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1 sampai 3 hari.
Jumlah tempat tidur : 8 bed
Periode perawatan : 3 hari
Hari perawatan : 56 hari
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) : 1 pasien
Rumus hitung TOI :
( jumlah tempat tidur X periode)
TOI = −rata−rata hari perawatan
jumlah pasien keluar( hidup+mati )
(8 X 3)
¿ −6
10
=1
Kesimpulan : Jadi dari hasil rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya yaitu 1
hari, dan hasil tersebut merupakan hasil yang ideal.

d. Bed Turn Over (BTO)


BTO menurut Huffman (1994) adalah “the net effect of changed in
occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005)

34
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40 sampai 50.
Jumlah pasien dirawat (Hidup + Mati) = 65
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) =7
Jumlah tempat tidur = 7 bed
Rumus Hitung BTO
Jumlah pasien keluar( hidup+mati)
BTO= x100%
Jumlahtempat tidur
7
= x 100 %
7
= 1 x 100%
= 40
Kesimpulan : Jadi dari hasil perhitungan mengenai berapa kali tempat
tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu menunjukkan
hasil yangideal yaitu 40.

e. Net Death Rate (NDR)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 72 jam setelah
dirawat untuk tiap tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan
gambaran mutu pelayanan rumah sakit.
Jumlah pasien mati > 72 jam = 1 orang
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = 10 pasien
Rumus Hitung NDR
Jumlah Pasien mati>72 jam
NDR = X 100 %
jumlah pasien keluar( hidup+mati )
1
= X 100 %
10
= 10%
Kesimpulan : Jadi dari hasil perhitungan angka kematian selama >72 jam
setelah dirawat inap, menunjukkan bahwa 10% angka
kematian terdapat pada ruang PJT.

f. Gross Death Rate (GDR)

35
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar.
Jumlah pasien mati seluruhnya = 1
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = 10 orang
Rumus Hitung GDR:
Jumlah pasien mati seluruhnya
GDR = X 100 %
jumlah pasien keluar ( hidup+mati )
1
= X 100 %
10
= 10
Kesimpulan : Jadi dari hasil perhitungan angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar menunjukkan hasil yang ideal.

g. Keselamatan Pasien (Pasient Safety)


1) Angka Kejadian Dekubitus
Luka tekan (Pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah serius
yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas,
seperti pasien Jantung, Pasien stroke, cedera tulang belakang atau
penyakit degenerative.
Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan dekubitus :
a) Kaji risiko invididu terhadap kejadian dekubitus
b) Kaji faktor risiko pada saat pasien memasuki RS dan diulang dengan
pola yang teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada
pasien seperti pada pembedahan atau penurunan status kesehatan.
c) Identifikasi kelompok-kelompok yang berisiko tinggi terhadap
kejadian dekubitus.
d) Kaji keadaan kulit teratur setidaknya sehari sekali.
e) Kaji mobilitas
f) Minimalkan terjadinya tekanan
g) Kaji dan minimalkan pergesekan (friction) dan tenaga yang merebok
(shear)
h) Kajilah inkontinensia
i) Kaji status nutrisi

36
j) Kajilah factor yang menunda status penyembuhan
k) Evaluasi penyembuhan luka

Penilaian Angka Kejadian Dekubitus


Skala Norton dapat digunakan untuk memprediksi apakah seorang pasien
berisiko dekubitus atau tidak dengan lima indikator, yaitu kondisi fisik
(physical condition), kondisi mental (mental condition), kegiatan
(activity), mobilitas (mobility), inkontinensia (incontinence).
Tabel Observasi Pasien Dengan Dekubitus

Tanggal
NO Variabel
29-04-2019 30-04-2019 01-05-2019

1 Jumlah kejadian decubitus 0 0 0

2 Jumlah pasien berisiko terjadi decubitus 1 1 1

3 Jumlah tidak berisiko 6 6 6

jumlah kejadian dekubitus


Angka Kejadian Dekubitus¿ x 100 %
jumlah pasienberisiko terjadi dekubitus

0
Angka Kejadian Dekubitus¿ x 100 % = 0 %
10

1
Angka pasien berisiko terjadi Dekubitus¿ x 100 % = 10%
10

9
Angka pasien tidak berisiko terjadi Dekubitus¿ x 100 % = 90%
10

Kesimpulan : Dari hasil pengamatan tanggal 29 April-01 Mei 2019


jumlah responden di PJT sebanyak 10 responden dengan
angka kejadian dekubitus 0%

2) Kesalahan Pemberian Obat Oleh Perawat


Angka kejadian kesalahan pemberian obat oleh perawat dapat
diketahui dari formula sebagai berikut:

37
a. Angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Sentinel dalam
pemberian obat:
Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat
X 100 %
jumlah pasien pada haritersebut

b. Kejadian Nyaris Cedera KNC dalam pemberian obat:


Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat
×100 %
jumlah pasien pada haritersebut
Indikator kesalahan pemberian obat:
1) Salah pasien
2) Salah nama, tidak sesuai dengan medical record
3) Salah waktu:
a) Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadwal)
b) Terlalu cepat (30 menit sebelum jadwal)
c) Obat stop tetap dilanjutkan

Tabel KTD dan KNC tanggal 29 April-01 Mei 2019

Tanggal Total
No Variabel 29-04- 30-04- 01-05-
2019 2019 2019

Jumlah pasien
yang terkena
kejadian tidak di
harapkan dalam
pemberian obat.
a. Tidak Tepat
Pasien - - - 0
b. Tidak Tepat
Obat - - - 0
c. Tidak Tepat
waktu - - - 0
pemberian
d. Tidak Tepat
Dosis Obat - - - 0
e. Tidak Tepat
Cara
Pemberian
- - - 0
f. Tidak Tepat

38
Dokumentasi
Jumlah pasien
pada hari - - - 0
tersebut

Jumlah pasien pada


hari tersebut

20 23 22

Angka kejadian KTD dan KNC= tidak ada

Kesimpulan : Dari hasil penilaian yang dilakukan selama melakukan


pengkajian dapat diketahui bahwa angka KTD oleh
perawat dalam pemberian obat yaitu tidak adanya angka
KTD yang terjadi. Hal tersebut juga terjadi pada KNC
yang angka kejadiannya tidak ada.

3) Pasien Jatuh (Patient Fall)


Pasien di kategorikan beresiko jatuh apabila mempunyai satu atau
lebih faktor beresiko jatuh pada saat pengkajian:
a. Faktor resiko instrinsik, antara lain:
1) Karakteristik pasien dan fungsi fisik umum
2) Diagnosis/perubahan fisik
3) Medisasi dan interaksi obat
b. Faktor ekstrinsik (lingkungan), antara lain:
1) Tingkat pencahayaan
2) Permukaan lantai
3) Furniture
4) Ketinggian tempat tidur, kunci tempat tidur
5) Call bell
6) Penggunaan alat bantu
7) Lama di rawat
Table observasi pasien fall risk

Tanggal Beresiko Beresiko Tidak Jumlah


Tinggi Rendah Beresiko Pasien

39
29-04-2019 0 9 11 20

30-04-2019 0 8 15 23

01-05-2019 0 8 14 22
9
Tanggal 29-04-2019 : x 100 % = 45%
20

8
Tanggal 30-04-2019 : x 100 % = 34.7%
23

8
Tanggal 01-04-2019 : x 100 % = 36,3%
22

45 %+ 34,7 %+36,3 %=%


Rata – rata : =38,7%
3

Kesimpulan : Dari hasil penilaian selama 3 hari, dapat disimpulkan


bahwa angka kejadian resiko jatuh/fall risk di ruang PJT
RSUD Kota Mataram yaitu hari pertama didapatkan
45%, hari kedua 34,7%, dan hari ketiga yaitu 36,3%.
Jadi rata-rata kejadian resiko jatuh di Ruang PJT
sebanyak 38,7% dan angka kejadian pasien jatuh
sebanyak 0 %.

4) Flebitis
Flebitis (phelebitis) didefinisikan sebagai peradangan akut lapisan
internal vena yang ditandai oleh rasa sakit dan nyeri di sepanjang vena
kemerahan, bengkak dan hangat, serta dapat dirasakan di sekitar daerah
penusukan. Flebitis adalah komplikasi yang sering dikaitkan dengan
terapi IV. Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi dan
meningkatkan resiko flebitis. Faktor ini antara lain :
a. Trauma pada vena selama penusukan
b. Cairan infus bersifat asam atau alkali atau memiliki osmolaritas
tinggi
c. Penusukan ke pembuluh arah yang terlalu kecil
d. Menggunakan jarum yang terlalu besar untuk vena
e. Jarum infus lama tidak di ganti

40
f. Jenis bahan (kateter infus ) yang di gunakan
g. Riwayat pasien dan kondisi sekarang
h. Kondisi pembuluh darah
i. Stabilitas kanul
j. Pengendalian infeksi

Pencegahan kejadian Flebitis dapat dicegah dengan cara :


1) Mengikuti teknik asepsis selama penusukan dan saat pencampuran
obat,
2) Rotasi tempat pemasangan
3) Menggunakan jarum yang sesuai dengan ukuran vena,
4) Pemantauan berkala area IV line,
5) Pendidikan pasien tentang tanda dan gejala dari flebitis,
6) Pilihan perangkat IV yang tepat,
7) Mengikuti pedoman pengenceran obat, untuk mencegah partikel dan
untuk memastikan obat atau solusi tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah kadar pH atau kepekatannya.

Jumlah kejadian Flebitis


Formula ¿ x 100 %
Jumlah pasienberisiko terjadi plebitis

0
Hari pertama: Formula = x 100 % = 0%
20
1
Hari kedua : Formula = x 100 % = 4,3%
23
1
Hari Ketiga : Formula = x 100 % = 4,5%
22
0 %+ 4,3 %+ 4,5 %
Rata – rata : = 2,9%
3
Kesimpulan : Rata-rata Kejadian Flebitis di Ruang PJT Kota Mataram
sebanyak 2,9%, karena saat pengkajian dilakukan, terdapat
banyak pasien anak-anak.
H. Kepuasan Pasien
Ada enam faktor menyebabkan timbulnya rasa tidak puas pelanggan terhadap
suatu produk yaitu :

41
1. Tidak sesuai harapan dan kenyataan
2. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan
3. Perilaku personel kurang memuaskan
4. Suasana dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang
5. Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh banyak waktu terbuang dan
harga tidak sesuai
6. Promosi/iklan kehilangan pelangganTingkat Kepuasan Pasien

jumlah pasien yang menyatakan puas t erhadap pelayanan kesehatan


¿ x 100 %
jumlah pasien yang dilakukan survei pada periode tertentu

No Tingkat Kepuasan Jumlah pasien

1. Sangat puas 0

2. Puas 10

3. Tidak puas 0

4. Sangat tidak puas 0


0
Sangat Puas ¿ x 100 % = 0%
10
10
Puas= x 100 %=100 %
10
0
Tidak Puas= x 100 %=0 %
10
0
Sangat Tidak Puas= x 100 %=0 %
10
Kesimpulan : Dari hasil survey menggunakan kuesioner kepuasan pasien
dengan responden sebanyak 10 orang didapatkan Sangat
Puas 0%, Puas 100%, Tidak Puas 0%, dan Sangat Tidak
Puas sebanyak 0% dengan mutu pelayanan ruangan PJT
RSUD Kota Mataram. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa rata-rata pasien merasa puas terhadap mutu
pelayanan di ruang PJT RSUD Kota Mataram

I. Kenyamanan

42
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sitem saraf
untuk mengubah berbagai stimulus mekanis, kimia, termal, elektris
menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system saraf pusat. Nyeri
merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan muncul bila
jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespon untuk
menghilangkan, mengurangi rangsang nyeri.

Skala nyeri :
0 = tidak nyeri,
1-3 = nyeri ringan, mengomel, sedikit mengganggu ADL,
4-6 = nyeri sedang, cukup mengganggu ADL,
7-10= nyeri berat tidak mampu melakukan ADL.

Persentase Pasien Dengan Nyeri Yang Terdokumentasi

No Variabel Tanggal

29/4/19 30/4/19 01/5/19

1 Jumlah pasien yang mengalami nyeri 6 7 5


terdokumentasi

2 Total pasien 20 23 22

Presentase 30% 26% 27%

Kesimpulan :Dari hasil penilaian melalui pengkajian yang dilakukan selama 3


hari dapat di ketahui bahwa Persentase pasien dengan nyeri yang
terdokumentasi di dapatkan hasil tanggal 11 sebanyak
30%,tanggal 12 sebanyak 26%,tanggal 13 sebanyak 27%.
Jadi rata-rata persentase pasien yang mengalami nyeri dan
terdokumentasi adalah 27,7% dan yang tidak mengalami nyeri
dan tidak terdokumentasi sebanyak 72,3%

Persentase Tatalaksana Pasien Nyeri


No Variabel Tanggal

29/4/19 30/4/19 01/5/19

43
1 Jumlah tindakan perawat sebagai respons nyeri 0 2 3

2 Total pasien nyeri skala ≥ 4 6 6 6

Presentase 0% 33,3% 50%

Kesimpulan :Dari hasil penilaian melalui pengkajian yang dilakukan selama 3


hari dapat di ketahui bahwa Persentase tatalaksana pasien nyeri
di dapatkan hasil tanggal 11 sebanyak 0%, tanggal 12 sebanyak
33,3%,tanggal 13 sebanyak 50%.
Jadi rata-rata persentase tatalaksana pasien nyeri adalah 27,7%

Persentase Pasien Dengan Nyeri dan Terkontrol


No Variabel Tanggal

29/4/19 30/4/19 01/5/19

1 Jumlah pasien yang mengalami nyeri dan 6 7 5


terkontrol

2 Total pasien yang nyeri 20 23 22

Presentase 30% 30,4% 22,7 %

Kesimpulan :Dari hasil penilaian melalui pengkajian yang dilakukan


selama 3 hari dapat di ketahui bahwa Persentase pasien
dengan nyeri dan terkontrol di dapatkan hasil tanggal 11
sebanyak 30%,tanggal 12 sebanyak 30,4%,tanggal 13
sebanyak 22,7%. Jadi rata-rata persentase pasien dengan
nyeri dan terkontrol adalah 27,7 %

J. Kecemasan
Kesimpulan :Dari hasil penilaian yang dilakukan selama melakukan
pengkajian menggunakan kuesioner skala HARS dapat diketahui bahwa dari 7
responden, terdapat 2 responden yang tingkat kecemasannya normal/tidak
cemas dengan rentang skor <6 dengan persentase 30% , 6 responden dengan
kecemasan ringan dengan rentang skor 6-14 dengan presentase 60%,1
responden dengan kecemasan sedang rentang skor 15-27 dengan persentase

44
10% dan tidak ada responden dengan kecemasan berat dengan skor >27
dengan presentase 0%

6. M6 (Mesin)
Daftar Mesin Yang berada di Ruang PJT Kota Mataram
Kondisi
No Nama Barang Jumlah Ideal Presentase
Baik Rusak

1 EKG 2 buah 2 0 1/ruangan 100%

2 Monitor Electode 7 buah 7 0 2/ruangan 50%

3 Syring pump tunggal 8 buah 8 0

4 Syring pump ganda 1 buah 1 0

5 Infuse pump 7 buah 7 0

6 Suction 1 buah 1 0

7 oksigen central 1 buah 1 0

8 Oksimetri 2 buah 2 0

Kesimpulan : Jumlah mesin elektrokardiogram atau mesin rekam jantung


sebanyak 1 buah dengan kondisi baik, ideal 1 mesin per ruangan
persentase 100%. Jumlah Mesin Electode sebanyak 7 Suction
sebanyak 1 buah dengan kondisi baik, idealnya 2 buah per
ruangan persentase 50%. Jumlah Mesin Syringe Pump baik
tunggal maupun ganda sebanyak 9 buah dengan kondisi baik.
Jumlah Mesin Infuse Pump sebanyak 7 buah dengan kondisi
baik. h dengan kondisi baik. Jumlah Mesin oksimetri sebanyak 2
buah dengan kondisi baik.

BAB III

45
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Analisa Ruangan PJT
Ruang Pelayanan Jantung Terpadu ( PJT ) merupakan salah satu ruangan
Intensive Care Unit yang merawat pasien dengan masalah keperawatan
khususnya Jantung. Memiliki 8 tempat tidur( Bad ) 7 Bad dalam keadaan
baik dan 1 bad dalam kondisi rusak. ketenagaan terdiri dari S1+Ners
sebanyak 9 orang, Diploma III sebanyak 8 orang, Admin sebanyak 1
orang, Dokter jaga sebanyak 6 orang, dokter interna sebanyak 2 orang,
Ahli Gizi sebanyak 1 orang, Apoteker sebanyak 1 orang, Asisten Apoteker
1 orang, Admin center sebanyak 1 orang, Cleaning service sebanyak 3
orang. Ruang PJT menggunakan model MPKP Modifikasi tim
2. Kebutuhan tenaga keperawatan di ruang Pelayanan Jantung Terpadu
Untuk menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di ruang PJT kami
menggunakan perhitungan tenaga menurut perhitungan kebutuhan tenaga
kerja metode Douglas tahun 2016. Berdasarkan perhitungan kebutuhan
tenaga perawat di ruang PJT belum tercukupi dengan tenaga 7 orang.
3. Continuitas pelayanan yang dilaksanakan yaitu penerimaan pasien sampai
dengan pulang meliputi pemberian asuhan keperawatan dan pelaksanaan
discharge planning belum optimal. Pelaksanaan discharge planning di
Ruang PJT telah dilaksanakan oleh ketua tim namun media penyampaian
pendidikan kesehatan hanya melalui informasi lisan, sehingga kami
mahasiswa Poltekkes Mataram telah melakukan upaya optimalisasi
pelaksanaan discharge planning dimana kami membuat dan
memperbanyak leaflet sesuai dengan keadaan ruangan.
4. Metode penugasan yang sesuai dengan keadaan ruangan
Ruangan PJT merupakan ruangan yang merawat pasien-pasien dengan
masalah keperawatan penyakit dalam (medical bedah), pasien pre op,
pasien post op dan penyakit dengan kondisi pasien beragam, dengan
demikian akan sangat baik jika ruangan PJT menggunakan metode
penugasan tim, biasanya tim hal ini memungkinkan pelayanan
keperawatan yang menyeluruh pada pasien yang berbeda-beda,

46
mendukung pelaksanaan proses keperawatan serta akan memungkinkan
komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.
5. Kendala Saat Melakukan Pengkajian 6 M
Pengkajian dilakukan selama 3 hari yaitu hari senin sampai hari rabu,
dimana terdapat 6 hal yang menjadi fokus utama yaitu, Sumber Daya
Manusia/Man (M1), Sarana dan Prasarana/Material (M2), Metode (M3),
Keuangan/Money (M4), Mutu (M5), dan Mesin (M6). Kendala saat
melakukan pengkajian 6M tersebut yaitu, kurangnya sumber data atau
referensi yang ada, kurang teliti dalam menghitung jumlah barang atau
hasil tertentu, waktu yang singkat dalam melakukan pengkaijan, adanya
missed communication dan kurangnya koordinasi antar anggota, dan
terdapat perbedaan pemahaman antar anggota.
6. Dokumentasi asuhan keperawatan
Untuk pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang PJT belum optimal
karena dilihat dari catatan perkembangan hanya mengikuti catatan
perkembangan pasien sebelumnya, untuk rencana dan implementasi dibuat
berdasarkan SOR yang ada di ruang Pelayanan Jantung Terpadu ( PJT )
7. Supervisi keperawatan
Supervisi telah dilakukan secara optimal oleh Petugas Supervisi
Manajemen Rumah Sakit dan Bidang Keperawatan terjadwal setiap hari.
Sedangkan kepala ruangan PJT selalu melakukan supervisi secara
langsung melalui pengamatan terhadap pelaksanaan tugas perawat . kepala
ruangan angsung melakukan evaluasi. Kepala ruangan mengamati
pekerjaan yang dilakukan perawat kemudian memberikan evaluasi kepada
perawat yang bersangkutan dan yang setiap paginya selalu memberikan
informasi dan masukan-masukan kepada ketua tim dan seluruh perawat
pelaksana serta mahasiswa yang sedang praktik klinik di ruangan.

B. SARAN

47
1. Untuk meningkatkan kepuasan kerja dari perawat diruangan, perawat
harus mengerjakan semua tindakan sesuai protap yang sudah ditetapkan.
2. Pada saat melakukan timbang terima diharapkan mencantumkan masalah
keperawatan dan tindakan yang telah dilakukan, serta melaporkan keadaan
alat-alat.
3. Diperlukan pengembangan ilmu-ilmu terbaru oleh pemberi pelayanan
kesahatan khususnya perawat dalam persiapan menghadapi era globalisasi.
4. Dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien harus
memperhatikan teknik komunikasi terapeutik untuk memotivasi
kesembuhan pasien dan untuk mnghindari sigma negatif terhadap
pelayanan keperawatan oleh pasien dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Adunair, Nur Hasyim. 2013. “Pengertian Layanan” (online),


www.damandiri.or.id/file/nurhasyimadunairbab2. Pdf. Diakses
26Februari 2018.
Depkes RI. 2005. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
di Rumah sakit. Edisi 5 , Jakarta :Depkes
Davies, S., & Priestly, M, J. (2006). A reflective evaluation of patient handover
practices. Journal of Nursing. Diunduh pada tanggal 20 Maret 2016.
Gillies, DA. 1996. Manajeman Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Alih
Bahasa Sukmana, Dika & Editor Sudiyono. Philadelphia: W.B Sauder
Company.
Grant, A.B., dan V.H. Massey. 1999. Nursing Leadership, Management, And
Research.Pennsylvania : springhouse corporation

Nurachmah, S. 2002. Persepsi Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat I


terhadapProgram Asuransi Kesehatan/JPKM. Jurnal Manajemen
PelayananKesehatan Volume 05
Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika

48
49

Anda mungkin juga menyukai