Anda di halaman 1dari 5

KOMODITAS TANAMAN PANGAN

Mata kuliah : Pengantar Pertanian


Materi : Tahapan budidaya tanaman pangan dan pemanfaatan teknologi
Hari/Tanggal : Rabu,06 Januari 2021
Nama Mahasiswa : Zurwan Mufaidillah
NIREM/No.Absen : 03.06.20.0175/34
Prodi/Semester : Teknologi Benih/ I
Dosen pengampu : SUHARNO, SP, MP
: Dr. ANANTI YEKTI, SP, MP
: Ir. Ali Rahman, Msi
Asisten Dosen : Annisa Khoiriyah, SP, M.Sc

TEKNIK BUDIDAYA KOMODITAS TANAMAN JAGUNG DAN TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN


A. Pendahuluan
Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena di
beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga
mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku
untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam. Dengan semakin
berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan jagung akan
semakin meningkat pula, Kedudukan sebagai sumber pangan utama mempunyai peluang yang cukup
tinggi untuk dikembangkan sebagai bahan baku industry pengolahan pangan (Herlina,N & Fitria W
2017). Kebutuhan ini terus meningkat sejalan dengan meningkatnya industri pangan dan industri
pakan ternak. Oleh karena itu pada saat produksi dalam negeri tidak mencukupi, pemerintah harus
mengimpor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal tersebuat adalah tantangan bagi pemerintah
untuk meningkatkan hasil jagung walau dengan berbagai cara, baik dengan menggunakan varietas
unggul maupun teknologi yang dapat meningkatkan hasil jagung.
Menurut Warisno (1988), susunan tubuh jagung terdiri atas : akar, batang, daun, bunga dan
buah yang terdiri atas tongkol dan biji. Tanaman jagung berakar serabut, menyebar kesamping dan
kebawah sepanjang sekitar 25 cm. Penyebaran pada lapisan alah tanah, bentuk sistim perakaran
sangat bervariasi (Suprapto, 1992). Batangnya beruas – ruas dengan jumlah kurang lebih 8-21 ruas,
tetapi jumlah tersebut tergantung pada varitas dan kondisi lahan. Daun tanaman jagung berbentuk
pita/garis, jumlah daun tiap batangnya lebih kurang 10 - 20 helai, panjang daun sekitar 30 - 150 cm,
lebar dapat mencapai 15 cm. Daun muncul dari buku – buku batang yang pada bagian ujungnya
sering menjuntai ke bawah (Effendi, 1991). Bunga jagung berumah satu, yakni Bungan jantan dan
betina terpisah dengan bunga jantan. Bunga jantan terletak pada ujung tanaman di atas (tassal) dan
Bunga betina berada pada ketiak daun. Bunga betina berbentuk gada, putih panjang dan sering
disebut rambut jagung. Bunga jantan mengandung banyak bunga kecil, tiap bunga kecil terdapat 3
buah benang sari dan pistil rudimantar bunga betina juga mengandung banyak bunga kecil yang
ujung pendek datar, pada saat masak disebut tongkol.
B. pembahasan
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan jagung nasioal pemerintah telah menerapkan
program peningkatan produktifitas jagung melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu jagung (PTT
jagung), merupakan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu yang disingkat dengan PTT
pada dasarnya merupakan kiat atau metodologi dalam peningkatan produksi tanaman melalui
pengelolaan tanaman dan sumber daya secara terintegrasi dengan meramu teknologi yang memiliki
efek sinergis sehingga pendekatan PTT mampu meningkatkan produktivtas tanaman jagung secara
berkelanjutan.
Namun demikian beberapa komponen teknik dan teknologi budidaya jagung yang telah diuji
dan mempunyai sifat sinergisme yang tinggi sebagai pilar utama dalam penerapan konsep PTT.
1. Penyiapan Lahan
Untuk menekan biaya produksi pada usaha tani jagung, salah satu cara yang perlu dilakukan
adalah penyiapan lahan secara Tanpa Olah Tanah (TOT) atau Tanam dengan Olah Tanah
Minimum (TOM), baik di lahan kering ataupun dilahan sawah sesudah hujan dapat diterapkan
tergantung dari kondisi fisik lahan, syarat yang paling baik untuk pertanaman jagung adalah
PH tanah netral 5,5 – 6,8. Pengolahan tanah memperbaiki tekstur tanah sehingga terdapat
rongga-rongga di dalam tanah yang dapat menyimpan udara dan air yang diperlukan untuk
akar tanaman, yang dilakukan setelah selesai panen (AAK,2001), dapat menggunakan
teknologi alsintan dalam pengolahan tanah, lebih efesien,dan lebih hemat tenaga.
2. Penggunaan Varietas Unggul Berdaya Hasil Tinggi dan Stabil
Jenis Varietas unggul yang akan di gunakan di setiap wilayah pengembangan dipilih
berdasarkan kesesuaian varietas dengan lingkungan pertumbuhan setempat (spesifik lokasi)
serta dukungan swasta sebagai pemasok sarana teknologi untuk kebutuhan petani.

3. Penggunaan benih berkualitas


Benih dengan kualitas yang prima (daya tumbuh dan Vigornya cukup tinggi) diperlukan untuk
memacu keseragaman dan kecepatan pertumbuhan. Benih dengan kualitas fisiologi yang
tinggi (daya tumbuh minimal 90%) juga lebih toleran pada kondisi lingkungan tumbuh yang
kurang optimal dibanding benih dengan kualitas fisiologi yang lebih rendah, serta lebih efektif
memanfaatkan pupuk dan hara lain yang ada di dalam tanah.
4. Populasi tanaman
Populasi tanaman sangat tergantung dengan Varietas, lingkungan pertumbuhan tingkat
kesuburan tanah dan distribusi curah hujan / ketersediaan air. Untuk jagung hibrida pada
umumnya jarak tanam yang digunakan adalah 75 X 25 cm (satu tanaman / lubang) pada
musim hujan dan 75 X 20 (satu tanaman / lubang) pada musim kemarau , untuk
memudahkan oprasi alat penyiang ataupun alsin pembuat alur, sedangkan pada lahan kering
jarak tanam yang digunakan Paket introduksi menggunakan jarak tanam 75 x 25 cm satu biji
per lobang tanam, sedangkan paket petani menggunakan jarak tanam 75 x 40 cm dua biji per
lobang tanam.

Dengan berbedanya jarak tanam akan membedakan jumlah populasi dan diduga
berpengaruh terhadap fotosintesa yang akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan dan
produksi tanaman, perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman jagung contohnya pada tanaman jagung non hibrida Srikandi tabel di atas.
5. Rasionalisasi Penggunaan Pupuk
Dengan berkembangnya jagung hibrida, petani cenderung menggunakan pupuk urea lebih
banyak dari yang direkomendasi. Karena itu sudah selakyaknya jumlah pupuk yang
digunakan oleh para petani harus berdasarkan jumlah pupuk yang diperlukan tanaman untuk
mencapai hasil sesuai potensi hasil varietas yang digunakan, Pupuk organik diberikan pada
saat tanam, untuk menutup lobang tanam sebanyak 15 gram per lobang tanaman. Pupuk an
organik diberikan sebagai pupuk dasar umur 0 minggu dengan Urea 100 kg/ha, SP 36 100
kg/ha dan K.Cl 50 kg/ha. Pupuk susulan I umur 4 minggu 100 kg Urea/ha, susulan II umur 8
minggu 100 kg Urea/ha. Pemberian pupuk an organik dengan cara alur tertutup dalam tanah.
Pemupukan dilakukan pada pagi hari, paling lambat setelah tanamn berumur 7 hari.
Demikian juga halnya paket pemupukan pada paket introduksi pupuk yang digunakan
Urea 200 kg, SP-36 100 kg, KCl 100 kg dan 1000 kg pupuk kandang per hektar, sedangkan
pada paket petani Urea 100 kg, SP-36 100 dan 75 kg KCl per hektar.
6. Pembuatan Alur Irigasi dengan Alsin PAI-M2
Apabila populasi gulma tidak terlalu banyak dapat langsung dilakukan pembuatan alur
drainase/irigasi dengan Alsin PAI M-2 pada saat tanaman berumur 30 hari sesudah tanaman
tumbuh (segera setelah pemupukan susulan pertama). Kedalaman alur 21-25 cm dan lebar
32-34 cm Dengan pembuatan alur tersebut pada musim kemarau tanaman hanya perlu diberi
air 6-7 kali tanpa bantuan hujan dan dapat berkurang apabila masih ada hujan selama
pertumbuhan tanaman.

Adanya alur irigasi juga memudahkan para petani untuk melaksanakan pemupukan yang
biasanya dilakukan di sepanjang alur irigasi tersebut, sehingga pemberian pupuk lebih efektif.
7. Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Secara Terpadu
Hama dan penyakit merupakan kendala utama dalam produksi jagung. Sekitar 70 jenis
serangga (ortega, 1987) dan 100 jenis penyakit (Surtleff, 1980) yang dapat menyerang
tanaman jagung. Namun hanya beberapa yang secara ekonomi sering menimbulkan
kerusakan berat (Sumartini dan Hardaningsih, 1995). Beberapa jenis hama yang dilaporkan
sering menimbulkan kerusakan ekonomis yaiut: lalat bibit (Atherigona sp.), ulat grayak
(Spodoptera sp.), kumbang landak (Dactylispa sp), kutu daun (Rhopalosiphum maydis),
penggerek batang (Ostrinia furmacalis), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) dan
kumbang bubuk (Sitophillus sp.). Penyakit utama tanaman jagung adalah : penyakit bulai
(Peronosclerospora sp.), penyakit karat (Puccinia sp.). bercak daun
(Drechslera/Helminthosporium sp.), hawar upih (Rhizoctonia sp.), busuk tongkol/batang
(Fusarium sp.), busuk biji (Aspergillus sp.). Untuk mengendalikan hama dan penyakit jagung
tersebut maka direkomendasikan menggunakan komponen pengendalian yang meliputi:
varietas lahan, kultur teknis, musuh alami (larva) dan pertisida
( furadan,dursban,thiodikarab,karbofuran,cytrolen 2G dll.)
8. Pemanenan dan Penggunaan alat Pemipil PJ-MI
Dalam proses pemipilan jagung, kehilangan hasil dapat mencapai 8%.Kalau kehilangan hasil
dapat ditekan menjadi 5%, maka akan diperoleh tambahan produksi jagung nasional sekitar
290.000 ton/tahun. Dengan bantuan mesin pemipil, selain dapat menekan kehilangan hasil
secara fisik, penurunan kualitas hasil juga dapat ditekan karena kapasitas pemipilan dapat
mencapai 1.4 ton/jam jauh lebih tinggi dibanding cara manual yang kapasitasnya hanya
sebesar 20 kg/jam/orang, serta biaya pemipilan jauh lebih murah. Persentase biji pecah, biji
yang tidak terpipil serta kotoran masih jauh dibawah standar kualitas mutu-1 SNI, sehingga
masih layak untuk dikembangkan.

C. Daftar Pustaka
 Baco, D., & Tandiabang, J. (1998). Hama utama jagung dan
pengendaliannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Diakses pada
tanggal, 15, 185-204.
 Wiryono, B., Suwati, S., & Muliatiningsih, M. (2018). TEKNOLOGI PENINGKATAN
PRODUKSI UTAMA DAN BRANGKASAN JAGUNG DENGAN PENGGUNAAN
VARIETAS UNGGUL DAN KOMPOS PADA LAHAN KERING DI NUSA TENGGARA
BARAT. Jurnal Ulul Albab, 22(1).
 Syamsul bahri. Budidaya jagung dengan konsep pengelolaan tanaman terpadu
PTT.Departemen pertanian badan pengembang dan penelitian pertanian balai
pengkaji teknologi pertanian PTT sulawesi tengah.
 Kartika, T. (2018). Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Jagung (Zea Mays L) Non Hibrida di Lahan Balai Agro Teknologi Terpadu
(ATP). Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 15(2),
129-139.
 Edi, S., & Salvia, E. (2009). Kajian paket teknologi budi daya jagung pada lahan
kering di Provinsi Jambi. In Prosiding Seminar Nasional Serealia. Hlm (pp. 132-137).
 Wartapa, A., Slamet, M., Ariwibowo, K., & Hartati, S. (2020). TEKNIK BUDIDAYA
JAGUNG (Zea Mayz L) UNTUK MENINGKATKAN HASIL. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian, 26(2).

Anda mungkin juga menyukai