Anda di halaman 1dari 22

ILMU DAN ADAB DALAM ISLAM

MAKALAH FILSAFAT ILMU

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

NAMA : EVIE FITRIANI


NIM : 2020530917
PRODI : MPI Unit 6

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa syukur kepada

Allah Swt. karena hanya dengan lindungan, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul Ilmu dan Adab Dalam Islam tepat pada

waktunya. Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami sebagai

mahasiswa pascasarjana dalam mata kuliah Filsafat Ilmu. Shalawat dan salam kepada

junjungan alam Nabi Besar Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan orang-

orang yang selalu istiqamah di jalan-Nya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Keberhasilan penulisan makalah ini tidak

terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, terutama bapak Dr.

Hamdani, AG, S.Pd.I.,M.A selaku dosen pengampu mata kuliah tesebut sekaligus

pembimbing kami dalam penulisan makalah ini.

Segala usaha telah dilakukan untuk penyempurnaan makalah ini. Namun,

penulis meyakini bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu, sangat diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran

yang bersifat inovatif dalam rangka menyempurnakan makalah ini. Semoga Allah

Swt. senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.

Bireuen, 20 November 2020

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ilmu dan Adab ........................................................................................... 3
2.2 Pengertian Ilmu dan Adab .......................................................................... 5
2.2.1 Pengertian Ilmu .................................................................................. 5
2.2.2 Pengertian Adab ................................................................................. 7
2.3 Akhlak Muslim Dalam Menuntut Ilmu ...................................................... 9
2.4 Adab Dalam Menuntut Ilmu .................................................................... 10

BAB III KESIMPULAN


3.1 Kesimpulan............................................................................................... 17
3.2 Saran - Saran ............................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Maka diutuslah Rasulullah saw

untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan

manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu

dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa

ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia

pun juga akan lebih baik.

Masalah mendasar yang sedang dihadapi umat sekarang ini adalah masalah

ilmu dan adab, ilmu sudah mulai dijauhkan, bahkan dihilangkan dari nilai-nilai adab,

akibatnya terjadilah suatu keadaan hilangnya adab dalam peradaban. Efek buruk dari

fenomena ini adalah terjadinya kebingungan dan kekeliruan persepsi mengenai ilmu

pengetahuan, yang selanjutnya menciptakan ketiadaan adab dari masyarakat. Hasil

akhirnya adalah ditandai dengan lahirnya generasi yang tidak mempunyai kompetensi

menjadi pemimpin dan tidak memiliki akhlak yang luhur.

Dunia pendidikan tentunya memiliki peran untuk menyebarkan ilmu dan adab

dalam kehidupan. Pelakunya tentu pendidik dan peserta didik atau secara khusus ada

ilmuwan dan penuntut ilmu. Para pelakunya tentunya harus mempunyai adab dalam

menjalankan praktek pendidikan sebagai syarat agar ilmu yang didapat akan

1
2

bermanfaat untuk dirinya, orang lain dan lingkungan. Dan hasil akhir yang

diharapkan adalah terciptanya generasi yang berilmu dan berakhlak mulia.

Berdasarkan paparan di atas maka penulis tertarik untuk menelaah tentang

“Ilmu dan Adab dalam Islam”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang maka rumusan yang muncul dalam

makalah ini adalah:

1. Bagaimana akhlak dalam menuntut ilmu sebagai seorang muslim ?

2. Bagaimana adab dalam menuntut ilmu?

1.3 Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam

penulisan makalah ini adalah :

1. Memberikan penjelasan tentang aklak dalam menuntut ilmu sebagai seorang

muslim.

2. Memberikan penjelasan tentang adab dalam menuntut ilmu.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ilmu dan Adab

Al- Qur’an dan hadis sebagai pedoman hidup, ia menjadi dasar dalam

menjalankan berbagai aktifitas kehidupan umat manusia. Menuntut ilmu sangat

dianjurkan dalam mengembang tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Ilmu dan adab adalah dua hal yang saling terintegrasi, keduanya ibarat sebuah

koin yang tak terpisahkan dan kebermaknaan yang satu tergantung pada yang lainnya.

Ilmu tanpa adab ibarat pohon tanpa buah, adab tanpa ilmu ibarat orang yang berjalan

tanpa petunjuk arah. Berilmu tanpa adab adalah dimurkai, sementara beradab tanpa

ilmu adalah kesesatan.

Allah SWT berfirman:

Artinya: Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan


janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".(QS. Thaha :
114)

Rasulullah saw senantiasa istiqamah melantunkan do’a ilmu nafi’ yakni

ilmu yang bermanfaat, sebagaimana berikut: “Dari Abu Hurairah r.a bahwa

Rasulullah saw senantiasa membaca do’a: “ya Allah berikanlah manfaat terhadap

apa yang telah engkau ajarkan kepadaku, dan ajari aku apa yang bermanfaat bagiku,
3
4

dan tambahilah aku ilmu. Segala puji hanya milikmu atas segala keadaan dan aku

berlindung dari perilaku ahli neraka.” (HR. Tirmidzi dan Bazzar).

Ilmu nafi’ akan mendatangkan iman, realisasi iman akan membawa pada

amal saleh, integrasi keduanya akan membawa ke jalan yang lurus (sirath mustaqim),

dengan demikian bila ilmu didapat tetapi tidak diikuti dengan amal saleh, bias

digolongkan kepada ilmu yang tidak bermanfaat.

Ilmu yang bermanfaat akan mendatangkan rasa takut kepada Allah sehingga

dapat mendekatkan pemiliknya kepada Allah SWT, dan pemiliknya

disebut alim atau ulama. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surah al-Fathir ayat

28, berikut:

Artinya: "Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata


dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

Para ulama salaf terdorong untuk melahirkan karya-karya abadi tentang ilmu

dan adab, yang dari kajiannya tersebut dapat disimpulkan bahwa adab memiliki peran

sentral dalam dunia pendidikan, tanpa adab dunia pendidikan berjalan tanpa ruh dan

makna. Lebih dari itu, salah satu penyebab utama hilangnya keberkahan dalam dunia

4
5

pendidikan adalah kurangnya perhatian civitas akademikanya dalam masalah adab

Ibn Jama’ah mengatakan, “Mengamalkan satu bab adab itu lebih baik

daripada tujuh puluh bab ilmu yang hanya sekedar dijadikan sebagai pengetahuan.”

2.2 Pengertian Ilmu dan Adab

2.2.1 Pengertian Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu ilmu jamaknya ulum yang berarti

pengetahuan.Dari akar kata ‘alama berarti mengecap, memberi tanda, mengerti.1

Dari akar kata tersebut juga berarti tanda, bukti, alamat, ilmu pengetahuan, sains.2

Dari kata ‘alamah ditarik pula pengertian yaitu tanda, penunjuk, indikasi

yang dengannya sesuatu atau seseorang dikenal; kognisi atau label; ciri-ciri;

indikasi; tanda-tanda. Sejak dahulu umat Islam menganggap ‘ilm adalah ilmu

pengetahuan berarti al- Qur’an; syariat, sunnah; Islam; iman; ilmu spiritual, hikmah;

ma’rifah atau sering juga disebut cahaya (nur); pikiran (fikrah); sains (khususnya

ilmu yang kata jamaknya ‘ulum) dan pendidikan yang kesemuanya menghimpun

semua hakikat ilmu.3 Kini umat Isalam menyadari begitu luas cakupan ilmu

(pengetahuan) dalam Islam sehingga mendifinisikan batasan ilmu pengetahuan

adalah suatu hal yang mustahil.4

Ilmu adalah apa yang kamu tahu. Dalam hal ini arti ilmu dapat dilihat:
1
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab IndonesiaTerlengkap, Yogyakarta, 1984, h.965-
966.
2
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al- ‘Ashry Arab Indonesia, Yogyakarta, 1996,
3
Adian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam, Jakarta: Gema Insani, h. 61.
4
Adian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu…
5
6

a) Informasi dan kecakapan yang diperoleh melalui pengalaman atau pendidikan;

b) Keseluruhan dari apa yang diketahui;

c) Kesadaran atau kebiasaan yang didapat melalui pengalaman akan sesuatu fakta

atau keadaan.5

Definisi ilmu menurut Ulama sebagai berikut6:

a) Al-Ragib al- Isfahani (w.443/1060) dalam karyanya Kamus Istilah Quran, ilmu

didefinisikan sebagai “Persepsi suatu hal dalam hakekatnya”. Menurutnya dalam

pandangan filosofis bahwa setiap zat terdiri atas essence dan accidents. Essence

adalah apa yang membuat sesuatu sebagai dirinya, sesuatu darinya akan tetap

satu dan sama sebelumnya, semasa, setelah perubahan, maka disebut sebagai

hakekat. Ilmu adalah segala hal yang menyangkut hakekat yang tak berubah.

b) Imam al-Gazali (w. 505/1111) memberikan pengertian ilmu sebagai ”pengenalan

sesuatu atas dirinya“. Definisinya disini untuk tahu sesuatu, berarti sesuatu itu

sebagai adanya. Ilmu adalah pengenalan, ilmu datang sebagaimana adanya ke

dalam pikiran seseorang dari luar.

c) Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam monografinya berjudul The Concept of

Education in Islam mendefinisikan ilmu sebagai “Tibanya makna dalam jiwa

sekaligus tibanya jiwa pada makna. Ilmu adalah tentang makna. benda, fakta.

Atau peristiwa apapun, dikatakan diketahui oleh seseorang jika ia bermakna

baginya”.

5
Adian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu…, h. 72.
6
Adian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu , h. 75-77.
6
7

2.2.2 Pengertian Adab

Kata Adab berasal dari bahasa Arab dengan akar kata adaba. Dari akar kata

ini dapat melahirkan arti yang banyak. Adab bisa berarti mengadakan jamuan

(makan), sopan, beradab, berbudi baik, mendidik, memperbaiki akhlak, menghukum,

pengajaran pendidikan, perbaikan, ilmu kesusasteraan, sastra (disiplin ilmu), moral,

etika, adab, tata cara pergaulan, etiket.7

Dari aspek bahasa kata adab diungkapkan dari berbagai makna sesuai

zamannya. Berikut adab digambarkan sesuai masa masyarakat pemakainya:

a) Pada masa Jahiliyah adab diartikan sebgai akhlak.

b) Pada masa Islam adab diartikan sebagai pendidikan.

c) Pada masa Bani Umayyah adab diartikan sebagai pengajaran.

d) Pada masa Bani Abbasiyah adab menunjukkan sebagai peradaban.

e) Pada masa modern adab diartikan seni.8

Pada abad ke 3 Hijriyah pengertian Adab lebih luas yaitu Adab mencakup

segala ilmu, bukan hanya sebatas yang berkaitan dengan Arab, tetapi adab meliputi

Litterature yang dimiliki Perancis pada masa modern. Pada abad ke 20 kata adab ini

menjadi dikenal sebagai bahasa yang indah dari syi’ir dan prosa.9

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengertian adab secara bahasa

7
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-‘Ashry Arab Indonesia, Yokyakarta: 1996,
h.64.
8
Arif Karkhi Abu Hudhuri, Tadris al-Adab al-Arabiy li Gairi al-Arab, Kairo: Maktabat al-
Adab, 2010, h.14.
9
Arif Karkhi Abu Hudhuri, Tadris al-Adab al-Arabiy…
7
8

mengandung makna yang bermacam macam yang kesemuanya tidak terlepas dari

adanya nilai-nilai yang tinggi dari muatan makna yang dikandungnya. Seperti akhlak,

pendidikan, moral, mengadakan jamuan dan lain-lain. Kata adab ini pula mengalami

dinamika dalam aspek makna sebagaimana dapat dilihat di atas dari perkembangan

zaman. Sebagai contoh pada masa Abbasiyah adab diartikan sebagai peradaban

karena ketika itu perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan

berkembang pesat yang melahirkan peradaban.

Pengertian adab menurut Ibn Qayyim bahwa kata adab berasal dari kata

ma’dubah yang berarti jamuan atau hidangan. Dalam tradisi Arab kuno merupakan

simbol kedermawanan dimana pemilik hidangan mengundang banyak orang untuk

makan bersama di rumahnya.10

Kata ta’dib atau al-adab dipopulerkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab

Adab al- Mufrad, al- Mawardi dalam kitabnya Adab al- Dunya wa al- Din, Ibn

Shahnun dalam kitabnya Adab al-Muallimin wa al-Mutaallimin, Al-Khatib al-

Baghdadi dalam al-Jami’ Lii al-Akhlak al-Rawi wa Adab al-Sami’ serta Ibn Jam’ah

dalam kitabnya Tadzkirah al-Sami wa al-Mutakallim fii Adab al-Alim wa al-

Muta’allim.11

Hasyim Asy’ari memberikan pandangan tentang makna adab yaitu merupakan

istilah yang khas dalam Islam. Adab terkait iman dan ibadah dalam Islam bukan

hanya sekedar sopan santun, baik budi bahasa tetapi lebih dari itu adab mengangkat

10
Adian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu , h. 193.
11
Adian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu...., h. 194.
8
9

harkat dan martabat sesuatu berdasarkan ketentuan Allah.12

2.3 Ahklak Muslim dalam Menuntut Ilmu

Allah SWT Berfirman :

‫َّللاُ الهذِينَ َءا َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالهذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجات‬


‫يَ ْرفَ ِع ه‬

Artinya : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa
derajat.” (Al-Mujaadilah:11)

Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan

mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana

utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-

kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan.

Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula,

manusia menggapai kehidupan akhirat. Ada sebuah pepatah arab mengatakan :

“Uthlubu al-’ilma min al-mahdi ila al-llahdi” artinya : tuntutlah ilmu dari buaian

sampai keliang lahat.

Allah SWT menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu karena ilmu itu

memang sangatlah penting seperti yang difirmankan Allah SWT pada ayat di atas

12
Adian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu...., h. 219-
220.

9
10

dengan ilmu derajat kita akan terangkat baik dimata Allah ataupun di mata manusia.

Baik atau buruknya sebuah ilmu bukan karena ilmunya melainkan karena niat atau

tujuan si pemilik ilmu, ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau

dimiliki oleh orang jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh,

merampok atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa

digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau membelah ikan.

2.4 Adab Dalam Menuntut Ilmu

Seorang ulama yang memberikan perhatian dalam masalah konsep adab

akademik ialah Ibn Jama’ah. Nama lengkapnya Muhammad bin Ibrahim bin

Sa’dullah bin Jama’ah bin Ali bin Jama’ah bin Hazim bin Shakhr. Konsep akademik

ia jelaskan secara konprehensip dalam karyanya yang berjudul Tadzikrah al-Sami wa

al-Mutakallim fi Adab al- Ilm wa al-Muta’allim.17

Menurut Ibn Jama’ah seorang ilmuwan harus syarat dengan adab sebab tanpa

adab dirinya akan terjatuh dalam celaan dan ilmu yang ada pada dirinya tidak

membawa manfaat. Dalam kitabnya ia membicarakan secara rinci tentang adab

akademik sebagai berikut18:

1. Adab ilmuwan terhadap dirinya sendiri

Ibn Jamaah menyebutkan ada 12 butir sebagai adab personal yaitu:

beranggapan bahwa adab ini perlu bagi para ilmuwan sehingga dengan adab tersebut

melahirkan ilmuwan yang berkepribadian yang patut di contoh dan dijadikan teladan
10
11

dalam kehidupan. 12 butir Adab tersebut adalah:

a. Seorang ilmuwan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan merasa

diawasi baik sendirian, maupun dikeramaian. Senantiasa menjaga lisan

perbuatan, pemikiran dan pemahamannya serta amanah keilmuwannya.

b. Ia juga senantiasa menjaga ilmunya tidak menukar ilmu dengan hal-hal yang

bersifat duniawi. Dengan ilmunya ia menyampaikan kebenaran.

c. Berperilaku zuhud dalam urusan duniawi.

d. Hendaknya ilmuwan tidak menjadikan ilmu sebagai alat untuk kepewntingan-

kepentingan duniawi.

e. Hendaknya imuan menghindari profesi yang dipandang kurang bermartabat

seperti sebagai tukang bekam, tukang cuci dan sejenisnya, menjauhi tempat judi

dan tempat maksiat lainnya, menjaga muruah.

f. Menjaga syiar-syiar keislaman menyebarkan salam amar ma’ruf nahi munkar

menjauhi segala macam bid’ah.

g. Menjaga amalan-amalan sunnah baik bersifat lisan maupun perbuatan.

h. Memiliki loyalitas tinggi terhadap masyarakat, memperlakukan mereka dengan

akhlak yang mulia.

i. Hendaknya setiap ilmuwan mensucikan dirinya dari segala hal yang tercela.

j. Rajin menambah wawasan keilmuwannya.

k. Setiap ilmuwan tidak segan untuk belajar kepada orang yang di bawahnya, baik

secara usia, kedudukan, maupun nasab.

11
12

l. Hendaknya setiap ilmuwan memiliki keahlian dalam dunia tulis menulis

terutama dalam bidang yang ditekuninya, untuk menyebarkan ilmunya kepada

masyarakat luas.

2. Adab ilmuwan dalam proses pengajaran

Ibn Jama’ah menguraikan 12 butir hal yang berkaitan dengan pengajaran,

yaitu:

a. Hendaknya setiap lmuan member salam dan membuka majelis dengan basmalah

serta mengambil posisi duduk dengan tepat.

b. Memulai proses pembelajaran atau perkuliahan membacakan beberapa ayat al-

Qur’an untuk mengambil hikmah dan keberkahan.

3. Adab ilmuwan terhadap para peserta didiknya

Ibn Jamaah berpendapat ada14 butir adab yang harus diamalkan yaitu:

a. Dalam mendidik hendaknya berniat karena Allah dan menyebarkan ilmu,

menghidupkan syiar agama Islam.

b. Tidak putus asa dalam mendidik murid yang menyimpang.

c. Memotivasi peserta didiknya agar mencintai ilmu dan antusias di dalam

memperolehnya.

d. Hendaknya ilmuwan mencintai muridnya sebagaimana dirinya sendiri.

e. Ilmuwan memilih metodologi pengajaran yang mudah di terima oleh peserta

didiknya.

12
13

f. Ilmuwan antusias menyampaikan pelajaran kepada anak didiknya sesuai kondisi

kejiwaan mereka.

g. Setelah mengajar dilakukan post test untuk menguji pemahaman mereka.

h. Hendaknya ilmuwan mengatur waktu tertentu untuk menguji hapalan atau hal-

hal yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.

i. Ilmuwan tidak membebani peserta didiknya di luar kemampuannya.

j. Hendaknya seorang ilmuwan memberikan kaidah-kaidah penting dan masalah-

masalah kontemporer yang berkaitan dengan materi pelajaran.

k. Bersikap adil.

l. Hendaknya memperhatikan secara cermat perkembangan akhlak peserta didik

dan memberikan solusi jika ada penyimpangan akhlak mereka.

m. Senantiasa membantu murid-muridnya baik yang bersifat moral dan materil.

n. Hendaknya ilmuwan bersikap tawadhu terhadap para peserta didiknya.

4. Adab penuntut ilmu:

Adapun Adab bagi penuntut ilmu terhadap dirinya sendiri yaitu:

a. Menyucikan hati dari segala sifat-sifat tercela, agar mudah menyerap ilmu,

meluruskan niat dan ikhlas mencari ilmu, menghargai waktu, memiliki sifat

qanaah dalam kehidupannya. Membuat jadwal kegiatan secara teratur,

memperhatikan makanan yang dikonsumsi harus dari yang halal, bersifat wara’,

menghindari makanan yang dapat menyebabkan kebodohan dan lemahnya

13
14

hafalan, mengurangi waktu tidur dan menjaga pergaulan hanya bergaul dengan

orang-orang saleh yang memiliki antusias dan cita-cita yang tinggi dalam ilmu.

b. Adab penuntut ilmu terhadap gurunya : memilih guru yang berkualitas dan

berahlak, menaati perintah dan nasehat guru, mengagungkan dan menghormati

guru, menjaga hak-hak gurunya dan mengingat jasa-jasanya semasa hidup dan

setelah wafatnya, mendoakan dan menghormati keluarganya, sabar terhadap

perlakuan guru dan tidak berburuk sangka terhadap guru, menunjukkan rasa

terima kasih yang tak terhingga terhadap guru, meminta izin terlebih dahulu

kepada guru jika ingin mengunjunginya atau duduk di majlisnya, duduk sopan

dihadapan guru dan tenang serta penuh perhatian terhadap penjelasan guru,

berkomunikasi dengan guru secara santun dan lemah lembut. Ketika guru

menyampaikan pembahasan yang telah didengar atau sudah dihafal oleh murid

hendaknya ia tetap mendengarkannya dengan antusias. Penuntut ilmu tidak boleh

terburu-buru menjawab pertanyaan tanpa ada isyarat dari guru untuk

menjawabnya. Dalam hubungan membantu guru hendaknya murid

melakukannya dengan tangan kanan. Ketika bersama dengan guru dalam

perjalanan hendaknya murid berlaku sopan dan senantiasa menjaga keamanan

serta kenyamanan perjalanan sang guru.

c. Adab penuntut ilmu terhadap pelajarannya, hendaknya para penuntut ilmu

memulai pembelajarannya dengan mempelajari Al Qur’an terlebih dahulu karena

Al Qur’an adalah pondasi dasar dan pusat dari semua ilmu. Bagi para pemula

14
15

hendaknya menghindari masalah-masalah khilafiyah dan perdebatan pemikiran

agar tidak membingungkannya. Hendaknya para penuntut ilmu memperbaiki

bacaan terlebih dahulu sebelum menghafalkannya. Hendaknya sedini mungkin

hadis dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya. Kehadiran diperhatikan agar

tidak ketinggalan dalam masalah keilmuwan. Mengucapkan salam ketika datang

di majlis dan menjaga adab. Penuntut ilmu tidak boleh malu bertanya namun

tetap menjaga adab dalam mengajukan pertanyaan, menjaga giliran atau antrian

sehingga tidak mendahului orang lain kecuali dengan persetujuan mereka. Ketika

tiba giliran untuk membaca hendaknya ia mulai dengan basmalah, besalawat atas

nabi saw kemudian mendoakan guru, orang tua dan hadirin setelah itu ia

membaca pelajaran. Penuntut ilmu hendaknya ia mendorong teman-temannya untuk

senantiasa antusias dalam proses pencarian ilmu karena dapat menghilangkan rasa malas dan

mewariskan sifat istiqamah dalam belajar ilmu.

d. Adab penuntut ilmu terhadap buku sebagai alat ilmiah: Hendaknya para penuntut

ilmu berupaya keras untuk memperoleh buku yang dibutuhkannya dengan cara

membeli, menyewa atau meminjam, dalam hal meminjam hendaknya dirawat

dimanfaatkannya dengan baik serta mengembalikannya tepat waktu. Ketika

membaca buku hendaknya tetap menjaga kerapihan suasana belajar tidak

berhamburan buku-buku tersebut. Sebelum membaca buku hendaknya dipastikan

terlebih dahulu kesahihan buku tersebut. Hendaknya ketika membaca buku

dirinya dalam keadaan suci dari hadas dan suci pakaian dan tempat dan

15
16

menghadap kiblat. Hendaknya bagi penuntut ilmu memperbaiki khat tulisannya

agar mudah dibaca dan dipahami. Hendaknya bagi penuntut ilmu memastikan

keshihan rujukan yang diambil dalam sebuah kitab dan memberi catatan kaki,

juga memberikan penjelasan kalimat yang dianggap sulit dalam memahaminya.

Hendaknya bagi penuntut ilmu memberikan susunan penulisan secara sistematis .

Hendaklah bagi penuntut ilmu melakukan perbandingan antara terbitan buku

yang satu dengan terbitan yang lain sehingga dapat diketahui kekurangan dan

kelebihan naskah buku tersebut.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa seseorang yang berilmu hendaklah

mengetahui adab akademik sebagai seorang yang memiliki karakter yang beradab

sebagai ciri seorang ilmuwan dan penuntut ilmu yang bermanfaat untuk dirinya,

masyarakat dan lingkungannya.

16
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berikut ini beberapa kesimpulan dari beberapa pemaparan di atas

sebagai berikut:

1. Ilmu dari segi bahasa berarti tanda, petunjuk, ciri-ciri, indikasi. Ilmu adalah

apa yang kamu tahu:

a. Informasi dan kecakapan yang diperoleh melalui pengalaman atau

pendidikan,

b. Keseluruhan dari apa yang diketahui,

c. Kesadaran atau kebiasaan yang didapat melalui pengalaman akan sesuatu

fakta atau keadaan.

2. Secara bahasa adab diartikan sebagai akhlak, pendidikan, moral, mengadakan

jamuan, hidangan.

3. Ilmu dan adab adalah dua kata yang saling berkaitan, hal ini dapat dilihat

bahwa kedudukan manusia yang dikaruniai akal dan kedudukan yang

terhormat yaitu sebagai khalifah di bumi, manusia dengan akalnya ia dapat

mencipta ilmu dan menjadi ilmuwan dan dengan ilmunya ia dapat

menciptakan peradaban di bumi.

4. Dengan ilmu dan adab yang dimiliki manusia ia dapat mengemban tugas

kekhalifahannya mengembangkan segi-segi fisik dan spiritualnya.

5. Manusia yang beradab yaitu manusia yang berpendidikan memiliki akhlak,

moral, sopan santun, berdisiplin, tertib. Jika hal ini teraktualisasi dalam diri

17
18

seseorang (maka ia menjadi manusia yang memiliki peradaban.

3.2 Saran - Saran

Dalam penyusunan makalah yang sangat sederhana ini tentunya banyak

kekurangan dan kekeliruan, yang menjadi sorotan adalah bagaimana makalah ini

dapat disusun setidaknya mendekati kata sempurna dan dapat mencakup substansi

materi yang ingin disampaikan sehingga tujuan pembelajaran pun dapat terpenuhi.

Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun tentunya sangat mengharapkan

segala saran, kritik dan pengayaan yang bersifat membangun dan dapat diberikan

landasan pijakan dari teori yang akan kami tambahkan demi kesempurnaan

penyusunan yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab IndonesiaTerlengkap.

Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al- ‘Ashry Arab Indonesia,
Yogyakarta, 1996.
Adian Husaini, et.al, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam, Jakarta: Gema
Insani, h. 61.
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-‘Ashry Arab Indonesia,
Yokyakarta: 1996.
Arif Karkhi Abu Hudhuri, Tadris al-Adab al-Arabiy li Gairi al-Arab, Kairo:
Maktabat al-Adab, 2010.
Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Bersdasarkan al-Qur’an dan Hadis,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.
Tahir, Gustia, Sinergitas Ilmu dan Adab Dalam Perspektif Islam, Jurnal Adabiyah
Vol. XV Nomor 1/2015

https://khafidhotulamaliah.wordpress.com/2013/05/17/6/

https://nilaernila.blogspot.com/2019/10/filsafat-ilmu-ilmu-dan-adab-dalam-

islam.html

19

Anda mungkin juga menyukai