Anda di halaman 1dari 9

1.

APD yang digunakan


a. Memakai jas lab dan disarankan yang berlengan panjang.
b. Memakai masker dan handscoon
c. Bersepatu karet (tidak boleh pakai sandal) dan disarankan memakai kacamata untuk
keselamatan mata Anda.
d. Perlengkapan lainnya yang akan banyak membantu kelancaran kerja anda, antara
lain: alat tulis, lap kain, tissue.
2. Sumber bahaya dan Resiko
a. Bahan kimia
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau
menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan
atau kontak lewat kulit.
Sumber bahaya : segala macam bahan kimia beracun.
Contohnya : arsen triklorida, merkuri klorida, kalium sianida, hidrogen sulfida, metanol.
Risiko: Keracunan yang bisa bersifat akut dan kronis, bahkan bisa hingga menyebabkan
kematian pada konsentrasi tinggi.
Keracunan karena bahan dengan simbol di atas bukan hanya terjadi jika bahan masuk
melalui mulut. Ia juga bisa meracuni lewat proses pernafasan (inhalasi) atau melalui kontak
dengan kulit.
Pencegahan : harus memperhatikan keselamatan diri. Hindari kontak langsung dengan
kulit, menelan, serta gunakan selubung masker untuk mencegah uapnya masuk melalui
pernafasan.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila
kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.
Sumber bahaya : segala macam bahan kimia korosif
Contohnya : Klor, belerang dioksida, asam klorida, asam sulfat, soda, api (NaOH) dg kadar >
2 %.
Risiko : luka ringan, kehilangan jaringan tubuh,ganguan sistem syaraf, kematian.
Pencegahan : Jangan menghirup uap dari bahan ini, jangan pula membuatnya kontak
langsung dengan mata dan kulit Anda.
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan
kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.
Sumber bahaya : segala macam bahan kimia yang mudah terbakar.
Contohnya : Al alkil fosfor, fosfor putih, hidrida, asetilen, CaC2, Ca3P2, eter, alkohol, aseton,
benzena, logam natrium.
Risiko : kebakaran ringan, kebakaran berat, kematian
Adapun beberapa contoh bahan bersifat flammable dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Zat terbakar langsung. Contohnya : aluminium alkil fosfor. Keamanan : hindari kontak
bahan dengan udara.
b) Gas amat mudah terbakar. Contohnya : butane dan propane. Keamanan : hindari kontak
bahan dengan udara dan sumber api.
c) Cairan mudah terbakar. Contohnya: aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari
sumber api atau loncatan bunga api.
d) Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air
atau api. Keamanan : Hindari zat kontat dengan air.
4. Bahan Kimia Mudah Meledak (Explosive)
Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia
dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi,
sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Sumber bahaya :segala macam bahan kimia yang mudah meledak.
Contohnya : dinamit, 2,4,6-trinitrotoluen (TNT), 2,4dinitrotoluena, dibenzoilperoksida
Risiko : kebakaran karena bahan meledak,kematian
Pencegahan : membutuhkan pengalaman praktis sekaligus pengetahuan. Menghindari hal-
hal yang dapat memicu ledakan sangat penting dilakukan untuk mencegah risiko fatal bagi
keselamatan diri.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.
Sumber bahaya : segala macam bahan kimia yang bersifat oksidator kuat.
Contohnya : Hidrogen peroksida, kalium klorat, kalium permanganat, asam nitrat,
ammonium nitrat
Risiko : kebakaran oleh bahan lain,iritasi.
Pencegahan : membutuhkan pengalaman praktis dan pengetahuan tentang bahan kimia
oksidator ini.
6. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas
yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.
Sumber bahaya : segala macam bahan yang bertekanan dan berpotensi meledak
Contohnya : Gas yang terdapat pada jalur perpipaan.
Risiko : bocornya gas,kerusakan lingkungan,ledakan,kematian
Pencegahan : menggunakan pipa yang tahan,selalu mengatur dan mengawasi besaran
tekanan,tidak lalai.

7. Bahan Kimia Berbahaya ( Harmfull)


Untuk bahan (padatan, cairan, gas) yg jika kontak / inhalasi / oral dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan pada tingkat tertentu.
Sumber bahaya : segala macam bahan kimia yang berbahaya.
Contohnya : Piridyn, etilen glikol, diklorometan
Risiko : keracunan,iritasi, luka, rusaknya lingkungan, kematian.
Pencegahan : manambah wawasan tentang bahan kimia yang berbahaya,dan hindari hal-hal
yang dapat berpotensi menjadi risiko atau meminimalisir nya.
8. Bahan Kimia Karsinogenik
Utk menunjukkan paparan jangka pendek, menengah, panjang atau berulang dari bahan ini
sebabkan : karsinogenik, teratogenik, mutagenik, toksisitas sistemik thd organ spesifik,
toksisitas thd sistem reproduksi, gangguan saluranpernafasan.
Contoh : benzena, benzidin, asbestos, naftilamin, senyawaan nikel, vinyl klorida, warfarin,
roaccutane
9. Bahan Kimia Berbahaya untuk Lingkungan ( Dangerous for environment)
Untuk bahan yang dapat merusak/ menyebabkan kematian ikan / organisme akuatik lain. -
Bahan yg dpt erusak lapisan ozon - Bahan bersifat persistent di lingkungan.
Sumber bahaya : segala macam bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan.
Contohnya : Tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum benzena, klorofluorokarbon
(CFC), PCBs.
Risiko : merusak lingkungan, merusak ekosistem, membunuh makhluk hidup lain,merusak
lapisan ozon sehingga membuat pemanasan global
Pencegahan : melakukan sistem kerja dan pembuangan yang baik.
10. Bahan Kimia Iritasi (irritant)
Untuk bahan (padatan, cairan) jika kontak secara langsung / terus menerus dg kulit / selaput
lendir dp sebabkan iritasi / peradangan.
Sumber bahaya : segala macam bahan kimia yang bersifat iritasi.
Contohnya : Ammonia, benzyl klorida, kalsium klorida, isopropilamina, asam dan basa encer.
Risiko : iritasi,luka ringan hingga berat,kehilangan organ/jaringan tubuh, kematian
Pencegahan : menggunakan APD, hindari kontak langsung dengan bahan tersebut
b. Alat-alat laboratorium
a) Berbahan kaca
Sumber bahaya : gelas bekker,gelas ukur, termometer kaca,labu kaca,tabung
reaksi kaca,wadah pembakar spiritus.
Risiko : terkena pecahan menjadi luka, kaca meledak mengenai organ mata
menjadi buta,kaca meledak membawa bahan berbahaya korosif mengenai kulit.
b) Berbahan porselen
Sumber bahaya : alu pastle,cawan porselin
Risiko : pecah karena tekanan panas atau jatuh kemudian mengenai kaki,kaki
terluka
c) Alat-alat mekanik
Sumber bahaya : segala macam alat yang bersifat mekanik,alat pemotong
jaringan,vortex
Risiko :
- Kebakaran
- Melepuh
- Luka atau kehilangan organ tubuh
- Meledak
c. Aliran Listrik
- Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Contohnya adallah Tersengat dan
kebakaran. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain:
(1). Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan
melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
(2). Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan
dari peralatan.
(3). Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan
untuk menghindari kecelakaan kerja.
(4) Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang
memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga
dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.
(5). Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak
membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang
spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
(6). Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun
isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
(7). Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak.
Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah
terbakar.
(8). Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akanmemberikan pengaruh pada
bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan
mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC)
tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan
pada suhu –50 ºC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk
diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada
suhu 75 ºC, sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.
d. Api
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam
berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau
analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau
industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut
organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida,
toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan
mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets
(MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari
setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang
diperkenankan untuk disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak
stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak
jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label
pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja
akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
- Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium. Berdasarkan klasifikasi
oleh NFPA (National Fire Protection Agency), api dapat diklasifikasikan menjadi:
- 1.      Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastic
yang terbakar
- 2.      Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan
mudah menyala seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di
laboratorium.
- 3.      Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik
- 4.      Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti
magnesium, titanium, kalium, dan natrium.
e. Lantai
Sumber bahaya : lantai basah,lantai licin,lantai tidak rata,lantai rusak.
Risiko : terpeleset sehingga terbentur, tersandung, stroke,cacat, kematian.
Pencegahan : memberikan tanda pada lantai licin dan basah,memperbaiki lantai
yang tidak rata atau rusak.

3. Tata Ruang Laboratorium


Suatu laboratorium dapat berfungsi dengan efektif dan efisien harusmemperhatikan hal-
hal terkait persyaratan minimal sebagai berikut sebagaiberikut:
1. Jenis dan jumlah peralatan, serta bahan habis pakai berdasarkan padakompetensi yang
akan dicapai yang dinyatakan dalam rasio antara alatdengan peserta didik
2. Bentuk/desain laboratorium harus memperhatikan aspek keselamatanatau keamanan.
3. Laboratorium agar aman dan nyaman bagi peserta didik dandosen/instruktur harus:
a. Keadaan ruang harus memungkinkan dosen/instruktur dapat melihatsemua
peserta didik yang bekerja di dalam laboratorium itu tanpaterhalang oleh perabot
atau benda-benda lain yang ada di dalamlaboratorium tersebut.
b. Peserta didik harus dapat mengamati demonstrasi/simulasi dari jarakmaksimal 2
m dari meja demonstrasi.
c. Lantai laboratorium tidak boleh licin, harus mudah dibersihkan. dantahan
terhadap tumpahan bahan-bahan kimia.
d. Alat-alat atau benda-benda yang dipasang di dinding tidak bolehmenonjol sampai
ke bagian ruang tempat peserta didik berjalan dansirkulasi alat.
e. Tersedianya prosedur penggunaan alat sesuai SOP
 f. Tersedianya air mengalir (kran).
g. Meja praktikum harus tidak tembus air,tahan asam dan basa(Terbuatdari porselin)
4.  jenis laboratorium memiliki ruangan sebagai berikut:
a. Ruang pengelola laboratorium;
b. Ruang praktik peserta didik;
c. Ruang kerja dan persiapan dosen;
d. Ruang/tempat penyimpanan alat; dan
e. Ruang/tempat penyimpanan bahan.
5.  Bentuk Ruang
Bentuk ruang laboratorium sebaiknya bujur sangkar atau mendekati
bujursangkar atau bisa juga berbentuk persegi panjang. Bentuk bujur
sangkarmemungkinkan jarak antara dosen dan peserta didik dapat lebih
dekatsehingga memudahkan kontak antara dosen/instruktur dan peserta didik.
6.  Luas Ruangan. 
a.Luas ruang praktik laboratorium harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1) 1 orang peserta didik memerlukan ruang kerja minimal 2,5 m²
2) Disediakan ruang kosong antara tembok dan meja kerja sekitar
1.7 m untuk memudahkan dan mengamankan sirkulasi alat danpeserta didik di
laboratorium.
3) Jarak antara ujung meja yang berdampingan sebaiknya tidakkurang dari
1.5 m, sehingga peserta didik dapat bergerak eluasa pada waktu bekerja dan pada
waktu pindah ataumemindahkan alat (bahan) dari satu tempat ke tempat lain
4) Luas ruang harus sebanding dengan banyaknya peserta didikdan jenis pendidikan.
b. Luas ruang penyimpanan alat dan bahan disesuaikan dengan jenisalat/bahan yang
ada di setiap jenis pendidikan.
7. Fasilitas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan teknis masing-masinglaboratorium

4. Pembuangan Limbah
a. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan .
b. Buang pada tempat yang disediakanLimbah organik dibuang pada tempat terpisah
agar bisa didaur ulang.
c. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat khusus.
d. Limbah yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung dibuang
,dgpengenceran air yang cukup banyak.
e. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.Limbah cair yang tidak
larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada botol dan diberi label yg jelas.

5. Tempat Sampah
1. Tempat sampah bewarna kuning digunakan untuk limbah medis padat adalah limbah
padat yang terdiri dari:
Sebuah. limbah patologis dan limbah infeksius, limbah farmasi (obat-obatan
kadaluarsa).
2. .Tempat sampah bewarna merah digunakan untuk limbah radioaktif adalah limbah
yang berasal dari penggunaan medis atau penelitian di laboratorium berkaitan dengan
zat radioaktif.
3. Tempat sampah bewarna hijau digunakan untuk limbah Non-medis limbah padat
yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis yang berasal dari dapur, kantor, taman dan
halaman yang dapat digunakan lagi jika ada teknologi. 
6. Pencahayaan
Pencahayaan dapat bersifat alami dengllan memanfaatkan cahaya sinar matahari
atau menggunakan sistem penerangan buatan yaitu cahaya sinar lampu listrik. Perlu
diketahui bahwa penerangan dengan memanfaatkan cahaya sinar matahari
mempunyai jarak jangkauan sinar (sky light) dari ruang tepi berkisar antara 6 – 7,5
m. Karena itu, untuk mendapatkan cahaya sinar matahari yang cukup, laboratorium
lingkungan disarankan menggunakan jendela kaca dengan luas sekitar 1/3
(sepertiga) dari luas lantai ruangan. Hal ini dimaksudkan, selain untuk mendapatkan
cahaya sinar matahari yang cukup.

Namun, jika bahan kimia atau peralatan instrumentasi sensitif terhadap sinar
matahari langsung, maka gedung laboratorium harus didesain sedemikian rupa
untuk menghindari penembusan langsung sinar matahari yang melebihi intensitas 70
W/m2. Batasan intensitas sinar matahari yang masuk ke ruangan harus diukur
dengan menggunakan peralatan UV-meter. Adapun pencahayaan dalam
laboratorium yang diperlukan berkisar antara 540 – 1075 (Lux) atau lumens per
meter persegi pada area kerja. Kualitas dan intensitas harus dikontrol untuk
verifikasi apakah pencahayaan masih dalam kisaran yang dapat diterima. Untuk itu,
seluruh rekaman pencahayaan dalam laboratorium lingkungan serta
pengendaliannya harus dipelihara.

7. Ventilasi
Sistem ventilasi di laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan ventilasi
alami dan ventilasi buatan (air conditioning). Penggunaan air conditioning ditujukan
terutama untuk memperoleh suhu optimal yang dibutuhkan dalam proses pengujian
dan/atau kalibrasi serta untuk memberikan perlindungan terhadap peralatan
instrumentasi serta ruang lain yang tidak memungkinkan menggunakan ventilasi
buatan. Penggunaan ventilasi alami tidak dimungkinkan pada ruang instrumentasi,
ruang steril, atau ruang timbang, karena akan menyebabkan adanya debu atau
pergerakan udara yang dapat mempengaruhi peralatan dan instrumentasi
laboratorium.

Untuk mendapatkan suhu optimal di ruangan laboratorium, kebutuhan air


conditioning pada ruangan tersebut diperhitungkan sebesar 1 PK untuk 20 m2.
Apabila laboratorium menggunakan ventilasi alami maka luas area yang terbuka
tidak kurang dari 10% dari luas lantai ruangan dan letaknya harus berseberangan
agar sirkulasi udara dapat terjadi dengan baik.
8. Pemasangan sumber listrik
Dalam pemasangan sumber listrik diusahakan tidak membahayakan. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan, diantaranya:
1. Memasang sumber listrik yang tidak berdekatan dengan sumber air
untukmengindari adanya konsleting.
2. Memasang stop kontak tidak dilantai supaya tidak tersandung
3. Jauhkan dari bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah meledak
4. Pastikan kabel tertata dengan rapi dan terlindungi, missal diberi pipa kabel
9. Prosedur Evakuasi
Ada empat tahap utama untuk mengelola keadaan darurat berskala besar: mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan:

1. Tahap mitigasi meliputi upaya untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya


insiden dan membatasi pengaruh insiden yang terjadi. Upaya mitigasi bisa jadi
prosedural, seperti penyimpanan bahan dengan aman, atau bersifat fisik, seperti
sistem sembur.
2. Tahap kesiapsiagaan adalah proses pengembangan rencana untuk mengelola
keadaan darurat dan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa
laboratorium siap menangani keadaan darurat. Tahap ini termasuk menyimpan
bahan dengan tepat, melatih pegawai, dan menyiapkan rencana komunikasi.
3. Tahap tanggap darurat mencakup upaya untuk mengelola keadaan darurat saat
terjadi dan mungkin menyertakan lembaga tanggap darurat luar serta staf
laboratorium. Keefektifan dan keefisienan tanggap darurat bergantung pada
pemahaman semua orang terhadap peran mereka masing-masing dan
perlengkapan yang mereka butuhkan. Maka dari itu, pelatihan dan perencanaan
sebelumnya melakukan pekerjaan laboratorium sangatlah penting.
4. Tahap pemulihan meliputi tindakan yang diambil untuk mengembalikan
laboratorium dan daerah yang terpengaruh ke keadaan sebelumnya sehingga
kembali berfungsi dengan aman. Tahap ini juga memberikan peluang untuk
mengkaji tahap lainnya.

10. Denah

https://www.academia.edu/26451806/Standar_Laboratorium_ANALIS_KESEHATAN
https://www.safetyshoe.com/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-laboratorium-
kimia/
https://www.infolabling.com/2014/08/persyaratan-teknis-kondisi-akomdasi-
dan.html?m=1
http://3an-master.blogspot.com/2016/01/bahaya-dan-resiko-di-laboratorium.html?
m=1
https://www.synergysolusi.com/7-simbol-bahan-kimia-berbahaya.html

Anda mungkin juga menyukai