ISI
1) Nyeri ringan
Contoh = sakit gigi,sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dapat diatasi
denganasetosal,paracetamol,bahkan placebo.
2) Nyeri sedang
Contoh = migran,sakit punggung, rheumatik memerlukan analgesik kuat.
3) Nyeri hebat
Contoh = kolik/kejang usus harus diatasi dengan analgesik sentral atau
analgesiknarkotik.
1. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik perifer atau
oleh anestetik lokal.
2. Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan anestetik
local.
3. Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau dengan
anestetik umum.
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa
neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa
neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga rasa
nyerinya berangsur-angsur menghilang.
Farmakodinamika
Farmakokinetika
Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna, 99%obat terikat oleh
protein plasma. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2 jamsetelah pemberian oral, dan
waktu paruh dalam plasma 2-4 jam.
Efek samping yang paling sering terjadi (kira-kira terjadi pada 25% dariseluruh pasien)
melibatkan sistem gastrointestinal. Biasanya berupa dispepsiaatau ketidaknyamanan
gastrointestinal bagian atas, diare yang mungkin beratdan disertai pembengkakan perut, serta
perdarahan gastrointestinal. Sakitkepala, pusing, mengantuk, tegang dan gangguan
penglihatan juga umum terjadi.
Kontraindikasi
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma danhipersensitif terhadap
asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan
peradangan saluran cerna.
2. Parasetamol
Mekanisme kerja
Paracetamol bekerja mengurangi produksi prostaglandin yang terlibatdalam proses nyeri dan
edema dengan menghambat enzim cyclooxygenase (COX).
Farmakokinetik
Farmakodinamika
Interaksi
o Parasetamol (generik)
o Afebrin (konimex) tablet 500 mg
o Afidol (afiat) tablet 500 mg
o Biogesik (medifarma) sirup 150mg/5 ml dan tablet 500 mg
o Bodrex (tempo) tablet 500 mg
o Dumin (dumex) sirup 120mg/5 ml dan tablet 500 mg.
3. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini
bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama
dengan aspirin. Ibuprofen dapat di gunakandoleh wanita hamil dan menyusui.Dengan alasan
bahwa ibuprofen relative lebih aman, dan dikenal lama dikenal dan tidak menimbulkan efek
sampingserius pada dosis analgesik.
Indikasi
Mekanisme kerja
Efek samping
Dofen
Dolofen
Forte
Farsifen
Febryn
Obat-obat ini mampu menghilangkan atau menghalau rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem
syaraf pusat atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Daya
antipiretiknya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hypothalamus, yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan
disertai keluarnya banyak keringat (Tjay dan Raharja, 2002).
Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung usus untuk salisilat,
penghambat prostaglandin (NSAID) dan derivat-derivat pirazolino. Kerusakan darah untuk
parasetamol, salisilat, derivat-derivat antranilat dan derivat-derivat pirazolinon. Kerusakan
hati dan ginjal untuk untuk parasetamol dan penghambat prostaglandin (NSAID) serta reaksi
alergi pada kulit.
Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi.
Oleh karena itu, penggunaan analgetik secara kontinyu tidak dianjurkan (Tjay dan Rahardja,
2002).
b. Analgetik narkotik,
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada kanker, fraktur (Anief,
1996). Penggunaan untuk jangka waktu lama pada sebagian pemakai menimbulkan kebiasaan
dan ketergantungan (Tjay dan Raharja, 2002).
Mekanisme aksi obat golongan ini adalah dengan menghambat adenilat siklasedari
neuron, sehingga terjadi penghambatan sintesis c-AMP (siklikAdenosin MonoPhosphat),
selanjutnya menyebabkan perubahan keseimbangan antara neuronnoradrenergik, serotonik
dan kolinergik
Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam tiga kelompok yakni (Tjay dan
Raharja, 2002):
1) Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam alkoloida candu: Morfin, Kodein, Heroin, dan
Nicomorfin.
2) Antagonis Opiat: Nalokson, Nalorfin, Pentazosin dan Buprenorfin. Bila digunakan
sebagai analgetik, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
3) Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opiat, tetapi tidak mengaktifasi
kerjanya dengan sempurna
Bekerja terutama kerja sebagai agonis reseptor µ. Obat lain yang mirip denganmeperidin
ialah piminodin, ketobemidon dan fenoperidin.
Farmakokinetik
Absorbsi meferidin setelah cara pemberian apapun langsung baik, akan tetapikecepatan
absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. Kadar puncak dalam plasma dalam
45 menit dan kadar yang dicapai sangat berfariasi antar individu. Setelah pemberian
secara oral sekitar 50 % mengalami metabolism lintas pertamadan kadar maksimal dalam
plasma tercapai dalam 11-2 jam. Setelah pemberian IV kadarnya dalam plasma menurun
secara cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian penurunan berlangsung dengan lambat.
Kurang lebih 60 % meferidin dalam plasmaterikat protein metabolism meferidin terutama
berlangsung dihati.
Indikasi
Mefridin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia pada beberapakeadaan klinis
seperti tindakan diagnostic sistoskopi, pielografiretrograd dangastroskopi. Mefiridin
digunakan jagu untuk menimbulkan analgesia obstetric dansebagai obat praanastetik.
Efek samping
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh tetapi dapat diansorbsi melalui kulitluka
morfin juga dapat menembus mokosa. Dengan kedua cara pemberian in absorbsmorfin
kecil sekali. Morfin dapat diabsorbsi usus, tetapi efek analgetik yang timbulsetelah
pemberian parenteral dengan dosis yang sama. Mula kerja semua alkaloidopioid setelah
suntikan IV sangat cepat, sedangkan setelah suntikan subkutan absorbs berbagai alkaloid
berbeda-beda. Setelah pemberian dosis tunggal sebagian morfin mengalami kunjugasi
dengan asam glukoronat di hepar, sebagian dikleluarkan dalam bentuk bebas dan 10 %
tidak diketahui nasibnya. Morfin dapat melintasi sawar urindan mempengaruhi janin.
Ekskresi morfin terutama melalui ginjal, sebagian kecil bebas ditemukan dalam tinja dan
keringat.
Morfin yang terkonyugasi ditemukan dalam empedu, sebagian yang sangat kecil
dikeluarkan melalui cairan lambung.Opium atau candu adalah getah papaver somniferum
L yang telah dikeringkan.Secara kimia opium dibagi menjadi 2 golongan : golongan
Penantren dan golonganBenzilisokinolin. Dari alkaloid derivate fenantren yang alamiah
telah dibuat berbagaiderivatesintetik.
Farmakologi
Indikasi
Diindikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapatdiobati
dengan obat analgesic non opioid. Morfin sering digunakan nyeri yangmenyertai infark
miokard; neoplasma; kolik renal atau kolik empedu; oklusio akut pembuluh darah perifer,
pulmonal atau koroner; perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan nyeri
akibat trauma.
Efek samping
Idiosinkrasi dan Alergi. Morfin dapat menyebabkan mual dan muntaahterutama pada
wanita berdasarkan idiosinkrasi. Bentuk idiosinkrasi lain ialahtimbulnya eksitasi dengan
tremor, dan jarang-jarang dillirium lebihjarang lagikonfulsi dan insomnia. Bayi dan anak
kecil tidak lebih peka terhadap alkaloid opium,asal saja dosis diperhitungkan berdasarkan
berat badan, tetapi oranng lanjut usia dan pasien Penyakit berat agaknya lebih peka
terhadap efek morfin.
Morfin 9 Hidralorfinokodon
Heroin 10 Oksikodon
Hidromorfon 11 Nalorfin
Oksimorfon 12 Nalokson
Levorvanol 13 Naltrekson
c. Propoksifen
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Indikasi
Hanya digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai nyeri sedang, yangtidak cukup
baik diredakan oleh asetosal. Kombinasi propoksifen dengan asetosalsama kuat seperti
kombinasi kodein dengan asetosal.
Efek samping
Propoksifen memberikan efek mual, anoreksia, sembelit, nyeri perut dan kantuk,kurang
lebih sama dengan kodein.
Propoksifen : 65 mg 4x sehari.
d. Metadon
farmakokinetik
Setelah suntikan metadon subkutan ditemukan kadar dalam plasma yangtinggi dalam 10
menit pertama. Sekitar 90 % metadon terikat protein plasma.Metadon diabsorbsi secara
baik di usus dan dapat ditemukan diplasma setealah pemberian secara oral, kadar puncak
dicapai setelah 4 jam. Metadon cepat keluar dari darah dan menumpuk dalam paru, hati,
ginjal dan limpa. Hanya sebagian kecil yangmasuk otak kadar maksimal metadon dalam
otak dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian parenteral dan kadar ini sejajar dengan
intensitas dan lama analgesia.
Farmakodinamik
Efek analgetik 7,5 – 10 mg metadon sama kuat dengan morfin, setelah pemberian
berulang kali timbul efek sedasi yang jelas, mungkin karena adanya akumulasi.
Indikasi
Analgesia : Jenis nyeri yang dapat dipengaruhi oleh metadon sama dengan jenis nyeri
yang dapat dipengaruhi morfin.
Antitusif : Metadon merupakan antitusif yang baik, efek anti tusif 1,5 -2 mg/oral
sesuai dengan 15-20 mg kodein, tetapi kemungkinan timbulnya adiksi pada metadon
jauh lebih besar dari pada kodein. Oleh karena itu sekarangmetadon sudah mulai
ditinggalkan sebagai antitusif.
Efek Samping
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Indikasi
Hanya digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai nyeri sedang, yangtidak cukup
baik diredakan oleh asetosal. Kombinasi propoksifen dengan asetosalsama kuat seperti
kombinasi kodein dengan asetosal.
Efek samping
Propoksifen memberikan efek mual, anoreksia, sembelit, nyeri perut dankantuk, kurang
lebih sama dengan kodein
f. Antrain-Interbat
Antrain adalah obat untuk meringankan rasa sakit /kolik dan rasa nyeri setelah operasi
yang diproduksi oleh Interbat. Ada 2 (dua ) jenis yakni Antrain tablet dan Antrain injeksi.
Komposisi :
Indikasi :
Antrain dapat meringankan rasa sakit, terutama nyeri kolik dan sakit setelah operasi.
Kontraindikasi :
Efek Samping :
Peringatan / Perhatian :
Tidak untuk mengobati sakit otot pada gejala-gejala flu dan tidak untukmengobati
rematik, lumbago, sakit punggung, bursitis, sindroma bahulengan.
Karena dapat menimbulkan agranulositosis yang berakibat fatal, makasebaiknya tidak
digunakan dalam jangka panjang.
Hati-hati pada penderita yang pernah mengalami gangguan pembentukandarah /
kelainan darah, gangguan fungsi hati & ginjal. Karena itu perludilakukan pemeriksaan
fungsi hati dan darah pada penggunaan yang lebihlama dari penggunaan untuk
mengatasi rasa sakit akut.
Pada pemakaian jangka lama dapat menimbulkan sindrom neuropathyyang akan
berangsur hilang bila penggunaan dihentikan.
Interaksi Obat :
Aturan Pakai :
Dewasa : 1 tablet jika sakit timbul, berikutnya 1 tablet tiap 6-8 jam, maksimum 4 tablet
sehari.
Dewasa : 500 mg injeksi jika sakit timbul, berikutnya 500 mg tiap 6-8 jam,maksimul 3 kali
sehari, diberikan secara injeksi I.M atai I.V.
Kemasan :
a. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat dapat
member pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi pengaruh buruk
biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
b. Fase Embrional atau Organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu.Pada
fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-organ tubuh, sehingga
merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh
teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada saat kerusakan terjadi,
karena selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada
waktu yang berbeda-beda. Jika blastula yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan
kerusakan tidak letal maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya
jika bahan yang merugikan mencapai blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka
terjadi cacat (pembentukan salah)
Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain:
- Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian
jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
- Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
- Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik (struktur)
pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri berasal dari bahasa
yunani yang berarti monster.
- Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini terjadi maturasi
dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi janin dalam
fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau
biokimiawi organ-organ.
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan dengan masalah
fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan
maupun sebab-sebab yang lain.Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses
radang,pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam jangka waktu relatife
pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses radang,umunya diperlukan pengobatan dalam
waktu tertentu. Penilaian yang seksama terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar dapat
ditentukan pilihan jenis obat yang paling tepat.
Pemakaian obat NSAID(Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya dihindari pada
wanita hamil. Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan ketika diberikan pada
wanita hamil dapat menyebabkan penutupan ductus arteriousus, gangguan pembentukan ginjal
janin, menghambat agregasi trombosit dan tertundanya persalinan dan kelahiran. Pengobatan
NSAID selama trimester akhir kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi. Selama beberapa hari
sebelum hari perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan ini
adalah diklofenac, diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam mefenamat,
nabumeton, naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat, sulindac, tenoksikam, asam
tioprofenic mempunyai mekanisme lazim untuk menghambat sintesa prostaglandin yang terlibat
dalam induksi proses melahirkan, NSAID dapat memperpanjang masa kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/20048530/makalah_analgetik_antipiretik_repost_
http://eprints.umm.ac.id/26143/1/jiptummpp-gdl-annafitria-38043-2-bab1.pdf
https://www.academia.edu/37813991/makalah_analgesik_dan_anestesi_docx