Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang
penulis

ajukan adalah “

KERAJAAN TERNATE TIDORE

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas
dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini
masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik,
serta masukannya yang bersifat membangun tentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam
menyusun makalah di masa mendatang. Denpasar, Juli 2018 Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

........................................................................................... i

DAFTAR ISI

.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang............................................................................ 1 1.2

Rumusan masalah....................................................................... 1 1.3

Tujuan......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate Tidore............................... 2 2.2


Letak Kerajaan Ternate Tidore...................................................... 4 2.3

Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate Tidore

…..

....... 6 2.4

Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate

…..

................ 7 2.5

Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore

…..

.................. 9

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan.................................................................................. 13 3.2

Saran........................................................................................... 13

DAFTAR PUSAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari
sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja)
yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang
dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan
Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim
di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan
Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan
yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba
menguasai Maluku.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1

Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate Tidore ? 1.2.2

Dimana Letak Kerajaan Ternate Tidore? 1.2.3

Bagaimana Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate Tidore ? 1.2.4

Kapan Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate ? 1.2.5

Kapan Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore ?

1.3

Tujuan

1.3.1

Untuk mengetahui dimana letak Kerajaan Ternate Tidore. 1.3.2

Untuk mengetahui bagaimana sejarah Kerajaan Ternate Tidore. 1.3.3

Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Ternate Tidore. 1.3.4

Untuk mengetahui aspek kehidupan masyarakat Kerajaan Ternate Tidore. 1.3.5

Untuk mengetahui masa kejayaan & kemunduran Kerajaan Ternate Tidore.


BAB II PEMBAHASAN

2.1

Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate Tidore

Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan Pada abad ke-15, para
pedagang dan ulama dari Malaka dan jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat
kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan
Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh
Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati dan Kesultanan Bacan yang
dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku
sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera Kerajaan Ternate dan
Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki
peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai
Maluku Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni
politik di kawasan Maluku Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-
rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.
Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore,
sedangkan sebagian.besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke
Flores dan Mindanao, dikuasai oleh. Kesultanan Ternate Kerajaan Ternat .mencapai puncak
kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya
pada masa Sultan Nuku Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam
perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang masing-masing menjadi
pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu: a.

Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi dan
Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan
daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.

b.

Uli Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera Jailalo sampai
ke Papua Kerajaan Tidore mencapai jaman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku Kerajaan-
kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki
Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah

bagia timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i,Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh

sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.

2.2

Letak Kerajaan Ternate Tidore


Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia
perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu,
Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the
Spice Island". Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat
itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur bertujuan untuk
menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk menguasai rempah-
rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya,
baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

2.3

Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate Tidore a.

Kehidupan Politik

Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan Ternate sebagai
pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau
Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa, yang
berarti persekutuan sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan,
Jahilolo atau Halmahera, dan pulau- pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat. Ketika
bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate pada tahun
1521. Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang
ketika datang di Maluku langsung membantu

Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua bangsa kulit putih tersebut di daerah Maluku. Untuk
menyelesaian perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun tangan dan menen-tukan garis batas
wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa. Dalam Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa
Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap menguasai
daerah-daerah di Maluku. Sultan Hairun Untuk dapat memperkuat kedudukannya di Maluku,
Portugis mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin lama tindakan
Portugis semakin dibenci oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan Temate. Sultan Hairun,
penguasa Ternate, semakin bertambah bend (anti) melihat tindakan-tindakan dan gerak-gerik
bangsa Portugis. Oleh karena itu. Sultan Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli
dari bangsa Portugis. Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku di bawah
pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit menentang Portugis. Tahun 1575 M,
Portugis dapat dikalahkan dan diberi kesempatan untuk meninggalkan benteng. Pada tahun 1578 M,
bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa
Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun
1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999.
Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.

b.

Kehidupan Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil
diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M
permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting.
Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya
persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.

c.

Kehidupan Sosial

Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan
mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin

mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang
kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.Seperti sudah
diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk
agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang
Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan
sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang
Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa. Setelah
masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus
berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar
dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat. Keadaan ini menimbulkan
amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan
Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni
Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga
muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

d.

Kehidupan Budaya

Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu banyak
mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis
kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya
kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.

2.4

Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate a.

Masa Kejayaan Kerajaan Ternate

Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore,
Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada
tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang
kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur
dari Arab. Raja Tidore mencapai

puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat
menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris.
Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa
kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat
itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga
kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau
Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah
adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.

b.

Masa Kemunduran Kerajaan Ternate

Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang
dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka
telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir
Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama
sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku
berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam
bentuk organisasi yang kuat.

2.5

Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore a.

Masa Kejayaan Kerajan Tidore

Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore,
Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada
tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang
kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur
dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805
M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang
dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak
mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan
waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis,

Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah
kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan
Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang
berniat menjajah kembali.

b.

Masa Kemunduran Kerajaan Tidore

Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang
dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka
telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir
Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama
sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku
berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam
bentuk organisasi yang kuat.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari
sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja)
yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang
dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan
Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim
di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan
Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan
yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba
menguasai Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia
perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu,
Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the
Spice Island".

3.2

Saran

Dari keberadaanya Kerajaan Ternate & Tidore di wilayah nusantara pada masa yang lalu. Maka kita
wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati
yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara
budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita
ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama


sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua

Anda mungkin juga menyukai