Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dengan kehidupan masyarakat yang semakin maju, pengertian masyarakat terutama


dari kalangan mahasiswa, tentang masalah sehari – hari yang biasa di temui yaitu
perbedaan antara filsafat, ilmu serta agama tidak lah seperti yang diharapkan. Seperti
yang kita ketahui, filsafat, ilmu dan agama memiliki perbedaan yang tidak terlalu
menonjol sehingga masyarakat terutama mahasiswa terkadang sulit untuk membedakan
apa itu filsafat, apa itu ilmu dan apa itu agama.

Poedja wijatma (1974:11) mendefinisikan dilsafat sebagai sejenis pengetahuan yang


berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka.
Mohammad Hatta-- Definisi ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan
yang disistematisasikan. Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh
dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera manusia.Suatu cara menganalisis yang
mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk:
"jika,...maka..."
Dalam bahasa Indonesia, Drs. Sidi Gazalba menyatakan bahwa Agama itu hubungan
manusia Yang Maha Suci yang dinyatakan dalam bentuk suci pula dan sikap hidup
berdasarkan doktrin tertentu.
Jelas sekali perbedaan antara filsafat, ilmu serta agama. Jadi, filsafat, ilmu dan
agama tidak bisa di samakan. Dengan adanya makalah ini diharapkan masyarakat
khususnya mahasiswa dapat mengetahui perbedaan antara filsafat, ilmu dan agama. Dan
tidak lagi mengalami kesusahan dalam membedakan anatra filsafat, ilmu dan agama.

1
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah Filsafat, Ilmu dan Agama itu?


1.2.2 Apakah perbedaan filsafat dan ilmu?
1.2.3 Apakah perbedaan filsafat dan agama?
1.2.4 Apa filsafat ilmu itu?
1.2.5 Apa filsafat agama itu?
1.2.6 Bagaimana hubungan filsafat, ilmu dan agama?

1.3. Tujuan

1.3.1 Mahasiswa mengetahui pengertian filsafat, ilmu dan agama


1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui macam – macam perbedaan antara filsafat dan
ilmu
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui macam – macam perbedaan antara filsafat dan
agama
1.3.4 Mahasiswa mengetahui pengertian filsafat ilmu
1.3.5 Mahasiswa mengetahui pengertian filsafat agama
1.3.6 Mahasiswa mengetahui hubungan apa yang terjadi antara filsafat, ilmu dan
juga agama

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Filsafat, Ilmu dan Agama

2.1.1. Definisi Filsafat


Menurut arti kata, filsafat terdiri atas kata philein yang berarti cinta dan
sophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan.Cinta
berarti hasrat yang besar atau berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh.
Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi
filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati.
Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperolehkebenaran. Filsafat adalah
ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat
menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Ini sesuai
dengan arti filsafat menurut kata-katanya.

Filsafat juga dapat diartikan sebagai pandangan hidup seseorang atau


sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar
dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat
dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Sedangkan menurut
para ahli :

Menurut Ahmad Sadali dan Mudzakir Filsafat adalah pengetahhuan tentang


sesuatu yang non-empirik dan non-eksperimental diperoleh manusia dengan
usaha melalui pikiran yang mendalam.

Poedja wijatma (1974:11) mendefinisikan dilsafat sebagai sejenis


pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran belaka.

3
Menurut Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM, Istilah
dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman
akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam
kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa
Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.

Menurut Plato Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai


pengetahuan kebenaran yang asli. Dan Aristoteles mengatakan Filsafat adalah
ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-
ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Filosof Al
Farabi mengemukakan Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya.

Menurut Harold H. Titus (1979 ) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan


kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak
kritis.

Menurut Notonegoro, Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya


dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
Menurut Driyakarya, filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-
dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.

Menurut Sidi Gazalba, Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran


untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir
radikal, sistematik dan universal.

2.1.2. Definisi Ilmu


Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-
akibat dalam suatu golongan masalah yang sifatnya sama, baik menurut
kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika
dilihat dari dalam). Mohammad Hatta berpendapat bahwa definisi ilmu dapat
dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan. Suatu
pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat

4
diamati panca indera manusia.Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada
para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: "jika,...maka..."
Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indera-indera masing-masing
individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu
dalam memproses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu juga, definisi ilmu
bisa berlandaskan aktivitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Kita dapat melihat hal
itu melalui metode yang digunakannya.
Dari definisi yang diungkapkan Mohammad Hatta dan Harjono di atas, kita
dapat melihat bahwa sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai
suatu bidang tertentu yang mana ilmu
1. Berdiri secara satu kesatuan,
2. Tersusun secara sistematis,
3. Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung
jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
4. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
5. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat
dimengerti dan dipahami maknanya.
6. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku
di mana saja dan kapan saja diseluruh alam semesta ini.
Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-
pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu
menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari
sebelumnya.

Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan
dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut:
Segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk
mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak
ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan
dalam dari pengetahuan.

Mengapa ilmu hadir? Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan


pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab,
banyak sekali sisi-sisi kehidupan yang menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh

5
sebab itulah, timbul pengetahuan (yang suatu saat) setelah melalui beberapa
proses beranjak menjadi ilmu.

Bagaimanakah manusia mendapatkan ilmu? Manusia diciptakan oleh Yang


Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi dengan seperangkat akal dan
pikiran. Dengan akal dan pikiran inilah, manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu
pengetahuan sosial, ilmu pertanian, ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, dan lain-
lain. Akal dan pikiran memroses setiap pengetahuan yang diserap oleh indera-
indera yang dimiliki manusia.

Dengan apa manusia memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu?


Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk memperoleh,
memelihara, dan meningkatkan ilmu. Jadi, ilmu tidak hanya diam di satu tempat
atau di satu keadaan. Ilmu pun dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
cara berpikir manusia.

2.1.3. Definisi Agama


Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi".
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Tuhan.
Agama itu pengakuan dan pemuliaan kepada Tuhan (J. Kramers Jz)
Dalam bahasa Eropa Agama itu sesuatu yang tidak dapat dicapai hanya dengan
tenaga akal dan pendidikan saja (Mc. Muller dan Herbert Spencer)
A.S. Hornby, E.V Gatenby dan Wakefield mengomentari bahwa Agama itu
kepercayaan kepada adanya kekuasan mengatur yang bersifat luar biasa, yang
pencipta dan pengendali dunia, serta yang telah memberikan kodrat ruhani
kepada manusia yang berkelanjutan sampai sesudah manusia mati.

6
Dalam bahasa Indonesia, Drs. Sidi Gazalba menyatakan bahwa Agama itu
hubungan manusia Yang Maha Suci yang dinyatakan dalam bentuk suci pula dan
sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.
Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1997)
Dalam bahasa Arab ialah din, yang artinya :
 Taat
 takut dan setia
 paksaan
 tekanan
 penghambaan
 perendahan diri
 pemerintahan
 kekuasaan
 siasat
 balasan
 adat
 pengalaman hidup
 perhitungan amal

Sinonim kata din dalam bahasa arab ialah milah. Bedanya, milah lebih
memberikan titik berat pada ketetapan, aturan, hukum, tata tertib, atau doktrin
dari din itu.

Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan


keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa
juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige dll.

7
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada
Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu :

 menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan


yakin berasal dari Tuhan
 menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal
dari Tuhan

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu


penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3
unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran
yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

2.2. Perbedaan Filsafat dan Ilmu

(a). Dilihat dari obyek material (lapangan)

Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita)
sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan
empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra
kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam
disiplin tertentu

(b). Obyek formal (sudut pandangan)

 Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala
sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu
bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu
bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan
penyatuan diri dengan realita.

 Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya


spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat
pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan
pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya.

8
 Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu
menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.

 Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam


sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab
yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]

 Filsafat = berpikir kritis atau selalu mempertanyakan segala hal tanpa ada
eksperimen. Sedangkan ilmu pengetahuan = selalu dengan eksperiman untuk
menemukan jawaban dari pertanyaannya

2.3. Perbedaan filsafat dan Agama

Istilah filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami secara


berlawanan oleh banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal,
sedangkan agama bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir
sementara agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat mebahas sesuatu dalam
rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu logis atau bukan. Agama
tidak selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena agama kadang-kadang
tidak terlalu memperhatikan aspek logisnya.
Perbedaan tersebut menimbulkan konflik berkepan-jangan antara orang yang
cenderung berfikir filosofis dengan orang yang berfikir agamis, pada hal filsafat dan
agama mempunyai fungsi yang sama kuat untuk kemajuan, keduanya tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk menelusuri seluk-beluk filsafat dan
agama  secara mendalam perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
agama dan filsafat  itu.

Menurut Prof. Dr. H. H. Rasyidi, perbedaan antara filsafat dan agama bukan
terletak pada bidangnya, tetapi terletak pada cara menye-lidiki bidang itu sendiri.
Filsafat adalah berfikir, sedang-kan agama adalah mengabdikan diri, agama banyak
hu-bungan dengan hati, sedangkan filsafat banyak hubungan dengan pemikiran.
Williem Temple, seperti yang dikutip Rasyidi, mengatakan bahwa filsafat menuntut
pengetahuan untuk memahami, sedangkan agama menuntut pengeta-huan untuk

9
beribadah atau mengabdi. Pokok agama bukan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi
yang penting adalah hubungan manusia dengan Tuhan.

Lewis mengidentikkan agama dengan enjoyment dan filsafat dengan


contemplation. Kedua istilah ini dapat dipahami dengan contoh: Seorang laki-laki
mencintai perempuan, rasa cinta itu dinamai dengan enjoyment, sedangkan pemikiran
tentang rasa cinta itu disebut contemplation.  

Di sisi lain agama mulai dari keyakinan, sedangkan filsafat mulai dari


mempertanyakan sesuatu. Mahmud Subhi mengatakan bahwa agama mulai dari
keyakinan yang kemudian dilanjutkan dengan mencari argumentasi untuk
memperkuat keyakinan itu, (ya`taqidu summa yastadillu), sedangkan filsafat berawal
dari mencari-cari argumen dan bukti-bukti yang kuat dan kemudian timbul-lah
keyakinannya (yastadillu summa ya`taqidu).  Dalam pendapat Mahmud Subhi ,
agama di sini kelihatan identik dengan kalam, yaitu berawal dari keyakinan, bukan
berawal dari argumen.     

Perbedaan lain antara agama dan filsafat adalah bah-wa agama banyak
hubungannya dengan hati, sedangkan filsafat banyak hubungannya dengan pikiran
yang dingin dan tenang. Agama dapat diidentikkan dengan air yang terjun dari
bendungan dengan gemuruhnya, sedangkan filsafat diumpamakan dengan air telaga
yang jernih, tenang dan kelihatan dasarnya. Seorang penganut agama biasa-nya selalu
mempertahankan agama habis-habisan karena dia sudah mengikatkan diri kepada
agamanya itu. Sebalik-nya seorang ahli filsafat sering bersifat lunak dan sanggup
meninggalkan pendiriannya jika ternyata pendapatnya keliru. Dalam diri seorang ahli
filsafat terdapat maksud meneliti argumen-argumen yang mendukung pendapatnya
dan kelemahan argumen tersebut walaupun untuk argumen dia sendiri, sedangkan
dalam diri penganut suatu agama tidak terdapat keinginan seperti itu. 

Di sisi lain Harun Nasution membandingkan pemba-hasan filsafat agama dengan


pembahasan teologi, karena setiap persoalan tersebut juga menjadi pembahasan
tersen-diri dalam teologi. Jika dalam filsafat agama pembahasan ditujukan kepada
dasar setiap agama, pembahasan teologi ditujukan pada dasar-dasar agama tertentu.
Dengan demikian terdapatlah teologi Islam, teologi Kristen, teologi Yahudi dan
sebagainya.

10
Pemikiran-pemikiran seperti itu kurang tepat karena pandangan masing-masing
penganut agama dan filosof bersifat sepihak. Pendirian yang lebih baik dan lebih
berfaedah adalah pendirian seorang penganut suatu agama yang bersedia
mendengarkan uraian tentang paham atau agama lain dan meminta bukti dari paham
atau agamanya itu.  

Seseorang memerlukan kepiawaian dalam menge-mukakan argumen, memahami


teknik analisa serta menge-tahui sejumlah bahan pengetahuan untuk memikirkan se-
gala sesuatu secara logis, termasuk setiap problem kehi-dupan yang ada hubungannya
dengan hal itu. Melihat sesuatu itu memerlukan pemikiran luas, dan jauh dari emosi.
Tetapi harus disadari bahwa agama pada satu sisi memang ditandai dengan unsur-
unsur yang bersifat memi-hak kepada keyakinannya sendiri. Tanpa ada sifat memi-
hak, agama kadang-kadang kurang terasa maknanya.

2.4. Filsafat Ilmu

Filsafat Ilmu terdiri dari kata filsafat dan ilmu yang memiliki pengertian masing-
masing. Filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu “Falsafah”. Ditinjau dari bahasa Yunani
yaitu “Philosophia”, yang berarti “Philos” cinta, suka, dan “Sophia” pengetahuan,
hikmah (wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Menurut Aristoteles, Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
Sedangkan Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala
tertentu. Menurut Harold H. Titus mendefinisikan Ilmu sebagai common science yang
diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau
peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan kritis.
Sehingga jika kedua kata tersebut digabungkan, Filsafat Ilmu merupakan telaah
kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari
segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengakaji hakikat ilmu.
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi

11
dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu
sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan
bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep
tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta
memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi;
formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat
digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah
terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.

2.5. Filsafat Agama

Filsafat bisa didefinisikan sebagai usaha dengan menggunakan metode ilmiah untuk
memahami dunia di mana kita hidup. Usaha ini dimaksudkan untuk memahami dunia
dengan cara menggabungkan hasil ilmu pengetahuan khusus ke dalam semacam suatu
pandangan dunia yang konsisten. Hal ini selalu menjadi tujuan filsafat sejak Thales
sampai jaman sekarang. Pengertian filsafat yang sering diutarakan, yaitu berpikir secara
sistematis, radikal, dan universal, untuk mengetahui tentang hakikat segala sesuatu (Hery
Noer Aly, 1999: 22-23).

Berangkat dari pengertian filsafat, maka dapat dirumuskan pengeretian filsafat


adalah usaha untuk memahami sesuatu secara kritis, sistematis, radikal (mendalam),
rasional, dan bersifat komprehensif.

Secara etimologi istilah “agama” berasal dari kata Sansekerta, yang berasal dari dua
suku kata, yaitu a, artinya tidak dan gam, artinya pergi, jadi agama artinya tidak pergi,
tetap di tempat, diwarisi turun-temurun (Harun Nasution, 1979: 9). Sedangakan dalam
Tadjab, dkk..(1994: 37) menyatakan bahwa agama berasal dari kata a, berarti tidak dan
gama, berarti kacau, kocar-kacir. Jadi agama artinya tidak kacau, tidak kocar-kacir/
teratur.

Jadi, agama adalah jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia dalam
kehidupannya di dunia ini supaya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan serta
keselamatan.

12
Suatu agama secara generik dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem simbol
(misalnya, kata-kata dan isyarat, cerita dan praktik, benda dan tempat) yang berfungsi
agamis, yaitu, suatu yang terus menerus dipakai partisipan untuk mendekat dan menjalin
hubungan yang benar atau tepat dengan sesuatu yang diyakini sebagai realitas-mutlak.
Yakni adanya sesuatu yang dianggap transedental yang menjadi motif seseorang untuk
beragama dan berpengaruh terhadap pola kehidupannya. Tuhan tidak dapat dilihat
(secara dzohir), tapi peran-Nya sangat dominan sekali dalam kehidupan seseorang.
Agama adalah perasaan mendalam akan ketergantungan pada kekuatan yang tidak dapat
dilihat tetapi mengendalikan dan menentukan nasib kita.

Sebagai konklusi, pengertian filsafat agama adalah suatu sikap terhadap agama
secara kritis, sistematis, radikal (mendalam), rasional, dan bersifat komprehensif yang
didasari oleh suatu keyakinan mendalam terhadap sesuatu kekuatan yang transedental/
sebagai realitas-mutlak dan ghaib tetapi mengendalikan dan menentukan nasib kita dan
dianggap menjadikan hidup teratur dan mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan.

2.6 Hubungan antara Filsafat, Ilmu dan Agama

Ilmu, filsafat serta agama mempunyai hubungan yang kuat terkait pada manusia,
karena ke tiga tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan pada manusia, yakni
ketiga tersebut ada potensinya pada manusia yaitu, akal, rasa dan keyakinan. Sehingga
dengan ketiga tersebut manusia dapat merasakan dan meraih sesuatu kepuasan dari
hidupnya yakni kebahagiaan dan tujuannya.

Ilmu mendasar pada akal, filsafat mendasar pada otoritas akal murni secara radikal
pada kenyataan dan agama mendasar pada wahyu.
Prof. Nasroen, S.H., menerangkan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasar pada
agama karena filsafat terkandung dalam agama. Bila filsafat tidak terkandung pada
agama maka filsafat itu akan memuat kebenaran objektif karena segala sesuatunya
dengan pikiran akal. Sedangkan kemampuan akal itu terbatas, dan tidak mungkin untuk
menerima pada hal-hal yang gaib.
Hubungan antara filsafat dan agama dalam sejarah kadang-kadang dekat dan baik,
dan kadang-kadang jauh dan buruk. Ada kalanya para agamawan merintis perkembangan
filsafat. Ada kalanya pula orang beragama merasa terancam oleh pemikiran para filosof
yang kritis dan tajam. Para filosof sendiri kadang-kadang memberi kesan sombong, sok
tahu, meremehkan wahyu dan iman sederhana umat. Kadang-kadang juga terjadi

13
bentrokan, di mana filosof menjadi korban kepicikan dan kemunafikan orang-orang yang
mengatas-namakan agama.

Yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Demikian juga ilmu pengetahuan dan
agama. Kebenaran dalam filsafat dan ilmu pengetahuan adalah kebenaran akal, sedang
kebenaran agama adalah kebenaran wahyu. Meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan
mencari kebenaran dengan akal, hasil yang diperoleh juga bermacam-macam. Terdapat
bermacam-macam agama, yang masing-masing mengajarkan kebenaran. Yang penting
adalah bagaimana agar aliran yang bermacam-macam dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan itu tidak saling bertabrakan satu sama lain, tetapi dapat saling membantu
dan bekerja sama.

Ilmu pengetahuan dan filsafat dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran
agama kepada manusia. Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap
problem yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan dan filsafat. Agama mengatur
seluruh kehidupan manusia untuk berbakti kepada Tuhan. Fakta atau realita atau hal
yang dihadapi adalah sama. Oleh karena itu menjadi tugas agama, filsafat, dan ilmu
pengetahuan untuk menjelaskan. Tugas agama dapat dibantu oleh ilmu pengetahuan dan
filsafat. Apabila masing-masing tahu tempat, ruang lingkup, dan tugasnya sendiri-sendiri
maka tak akan ada masalah apapun dan tidak akan terjadi peertentangan di antaranya.

a. Socrates dipaksa minum racun atas tuduhan atheisme padahal ia justru berusaha
mengantar kaum muda kota Athena kepada penghayatan keagamaan yang lebih
mendalam.
b. Filsafat Ibn Rusyd dianggap menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam, ia ditangkap,
diasingkan dan meninggal dalam pembuangan.
c. Abelard (1079-1142) yang mencoba mendamaikan iman dan pengetahuan
mengalami berbagai penganiayaan.
d. Thomas Aquinas (1225-1274), filosof dan teolog terbesar abad pertengahan,
dituduh kafir karena memakai pendekatan Aristoteles (yang diterima para filosof
Abad Pertengahan dari Ibn Sina dan Ibn Rusyd).
e. Giordano Bruno dibakar pada tahun 1600 di tengah kota Roma. Sedangkan di
zaman moderen tidak jarang seluruh pemikiran filsafat sejak dari Auflklarung
dikutuk sebagai anti agama dan atheis.

14
Filsafat sekurang-kurangnya dapat menyumbangkan empat pelayanan pada
agama:
a. Pertama. Menjelaskan makna wahyu Tuhan sampai mendekati makna yang
sesungguhnya,
b. Kedua, Mensistematisasikan, membetulkan dan memastikan ajaran agama yang
berdasarkan wahyu,
c. Ketiga, filsafat dapat membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah baru,
d. keempat yang dapat diberikan oleh filsafat kepada agama diberikan melalui fungsi
kritisnya.
Sebagaian ada yang menyatakan bahwa hubungan Ilmu, Filsafat dan Agama
adalah:
a. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. Ilmu Sejarah telah dapat membuktikan tentang
pengungkapan ilmiah manusia yang sangat menonjol di dunia adalah di zaman
Yunani Kuno (abad IV dan V S.M). Bangsa Yunani ditakdirkan Allah sebagai
manusia yang mempunyai akal jernih. Bagi mereka ilmu itu adalah suatu
keterangan rasional tentang sebab-musabab dari segala sesuatu didunia ini.
Dunia adalah kosmos yang teratur dengan aturan kausalitas yang bersifat
rasional. Demikianlah tiga dasar yang menguasai ilmu orang Yunani pada
waktu itu, yaitu: Kosmos, Kausalitas dan Rasional.
Pada hakikatnya kelahiran cara berfikir ilmiah itu merupakan suatu revolusi
besar dalam dunia ilmu pengetahuan, karena sebelum itu manusia lebih
banyak berpikir menurut gagasan-gagasan magi dan mitologi yang bersifat
gaib dan tidak rasional.
Dengan berilmu dan berfilsafat manusia ingin mencari hakikat kebenaran
daripada segala sesuatu Dalam berkelana mencari pengetahuan dan kebenaran
itu menusia pada akhirnya tiba pada kebenaran yang absolut atau yang mutlak
yaitu ‘Causa Prima’ daripada segala yang ada yaitu Allah Maha Pencipta,
Maha Besar, dan mengetahui.
Oleh karena itu kita setuju apabila disebutkan bahwa manusia itu adalah
mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari kebenaran itu manusia selalu
bertanya.
Dalam kenyataannya makin banyak manusia makin banyaklah pertanyaan
yang timbul. Manusia ingin mengetahui perihal sangkanparannya, asal mula
dan tujuannya, perihal kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya.
15
Dengan sikap yang demikian itu manusia sudah menghasilkan pengetahuan
yang luas sekali yang secara sistematis dan metodis telah dikelompokan
kedalam berbagai disiplin keilmuwan. Namun demikian karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka sejumlah besar pertanyaan tetap relevan dan
aktual seperti yang muncul pada ribuan tahun yang lalu, yang tidak terjawab
oleh Ilmu pengetahuan seperti antara lain: tentang asal mula dan tujuan
manusia, tentang hidup dan mati, tentang hakikat manusia sebagainya.
Ketidakmampuan Ilmu pengetahuan dalam menjawab sejumlah pertanyaan
itu, maka Filasafat tempat menampung dan mengelolahnya. Filsafat adalah
ilmu yang tanpa batas, tidak hanya menyelidiki salah satu bagian dari
kenyataan saja, tetapi segala apa yang menarik perhatian manusia.
b. Definisi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat. Arthur Thompson dalam bukunya” An
Introducation to Science” menuliskan bahwa ilmu adalah diskripsi total dan
konsisten dari fakta-fakta empiri yang dirumuskan secara bertanggung jawab
dalam istilah- istilah yang sederhana mungkin. Untuk menjelaskan perbedaan
antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat, baiklah dikemukakan rumusan Filsafat
dari filsuf ulung Indonesia Prof. DR. N. Driyarkara S.Y., yang mengatakan
“Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, artinya yang dengan
mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat- pendapat yang diterima
saja, mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain
pandangan dan sikap praktis. Jika filsafat misalnya bicara tentang masyarakat,
hukum, sisiologi, kesusilaan dan sebagainya, di satu pandangan tidak
diarahkan ke sebab-sebab yang terdekat, melainkan ‘ke’mengapa’ yang
terakhir sepanjang kemungkinan yang ada pada budi manusia berdasarkan
kekuatannya itu. “Filsafat adalah ilmu Pengetahuan dan Teknologi, filsafat
tidak memperlihatkan banyak kemajuan dalam bidang penyelidikan. Ilmu
pengetahuan dan Teknologi bahkan melambung tinggi mencapai era nuklir dan
sudah diambang kemajuan dalam mempengaruhui penciptaan dan reproduksi
manusia itu sendiri dengan revolusi genitika yang bermuara pada bayi tabung I
di Inggris serta diambang kelahiran kurang lebih 100 bayi tabung yang sudah
hamil tua. Di satu pihak fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban
manusia sangat berutang kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, berupa
penciptaan sarana yang memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia untuk
hidup sesuai dengan kodratnya. Inilah dampak positifnya disatu pihak
16
sedangkan dipihak lainnya bdampak negatifnya sangat menyedihkan. Bahwa
ilmu yang bertujuan menguasai alam, sering melupakan faktor eksitensi
manusia, sebagai bagian daripada alam, yang merupakan tujuan
pengembangan ilmu itu sendiri kepada siapa manfaat dan kegunaannya
dipersembahkan. Kemajuan ilmu teknologi bukan lagi meningkatkan martabat
manusia itu, tetapi bahkn harus dibayar dengan kebahagiaannya. Berbagai
polusi dan dekadensi dialami peradaban manusia disebabkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu. Dalam usahanya pendidikan keilmuwan
bukanlah semata-mata ditujukan untuk menghasilkan ilmuwan yang pandai
dan trampil, tetapi juga bermoral tinggi.
c. Untuk menerangkan selanjutnya hubungan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan, baiklah dikemukakan pendapat Aristoteles tentang abstraksi.
Menurut beliau pemekiran manusia melampaui 3 jenis abstraksi (kata Latin
‘abstrahere’ yang berarti menjauhkan diri)
Percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran
dengan cara mengelanakan atau mengembarakan akal budi secara redikal
(mengakar), dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam),tidak
merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannya sendiri yang
disebut ’logika’ Manusia dalam mencari dan menemukan kebenaran dengan
dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan pelbagi masalah asasi dari
suatu kepada kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk manusia di
permukaan planet bumi ini. Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran
positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat
dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan dan
filsafat keduanya nisbi (relatif). Dengan demikian terungkaplah bahwa
manusia adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri
dan menemukan kebenaran itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia
yang sekaligus merupakan institut kebenaran yaitu : ilmu, filsafat dan Agama.

BAB III

17
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan.
 Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam
suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila
dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).
 Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya
dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut.
 Perbedaan Filsafat dan Ilmu

 Dilihat dari obyek material [lapangan]. Filsafat itu bersifat universal [umum],
sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan
empiris.

 Obyek formal [sudut pandangan]. Filsafat itu bersifat non fragmentaris.


Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif.

 Nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat


timbul dari nilainnya.

 Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif.

 Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam


sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab
yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]

 Filsafat = berpikir kritis. Sedangkan ilmu pengetahuan = selalu dengan


eksperiman untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya

 Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu.

18
 Filsafat agama adalah suatu sikap terhadap agama secara kritis, sistematis, radikal
(mendalam), rasional, dan bersifat komprehensif yang didasari oleh suatu keyakinan
mendalam terhadap sesuatu kekuatan yang transedental/ sebagai realitas-mutlak dan
ghaib tetapi mengendalikan dan menentukan nasib kita dan dianggap menjadikan
hidup teratur dan mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan.
 Ketika Ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab sejumlah pertanyaan, maka
Filasafat tempat menampung dan mengelolahnya.

DAFTAR PUSTAKA

19
 Shofie, Akrabi. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bandar Lampung: Gunung Pesagi.
 Ahmad Mudzakir, Syadali. 1997. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia.
 Jujun S, Suriasumantri. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Pustaka Sianr Harapan.
 Amin Jaiz, MH. 1980. Pokok-pokok Ajaran Islam, Korpri Unit PT. Jakarta: Asuransi
Jasa Indonesia.
 Rita Hanafi, SRDm dan Soetriono. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
Yogyakart: Penerbit ANDI.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
 http://www.anneahira.com/ilmu/index.htm
 http://yudhim.blogspot.com/2008/01/hubungan-ilmu-pengetahuan-filsafat-dan.html
 http://www.google.co.id/#hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=d
efinisi+ilmu+pengetahuan&fp=7e99b3a5df14a093
 http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/27/hubungan-ilmu-filsafat-dan-agama-
458566.html
 http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/filsafat-islam//218/agama-filsafat-dan-
ilmu.html
 http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090913053818AA54TO6

20

Anda mungkin juga menyukai