Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ASASI PEREMPUAN

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Guru Pembimbing : Suratmilah S.Pd

Disusun Oleh:

Amallia Rahma Wijaya (10277)

Fitri Khairunnisa (10284)

Irmawati (10288)

Puji Nawangsari (10295)

Putri Nindia (10296)

Tiara Iqlimah (10301)

Vera Rista (10306)

SMK NEGERI 12 JAKARTA


Bidang Keahlian : Akuntansi Lembaga Keuangan
Jalan Kebon Bawang XV Tanjung Priok Jakarta Utara Telp/Fax : 43932785/43913815
Website : http://smkn12jkt.sch.id , Email :www.smkn12@yahoo.com
2020
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Perlindungan Hukum Terhadap Hak Asasi Anak Perempuan.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam


penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mohon maaf jika ada kesalahan. Segala
saran dan kritik atau masukan sangat penyusun harapkan demi membangun kesempurnaan
makalah ini.

Penyusun berharap semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi


motivasi untuk penyusun menjadi lebih maju dan bersungguh-sungguh. Penyusun juga
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan
mengenai Hak Asasi Perempuan. Akhir kata, penyusun ucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu, semogaTuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan
kalian.Amin.

Jakarta, 03 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………

1.1 Latar Belakang……...………………………………………………...

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………..

1.4 Kegunaan Penelitian………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………

2.1 Sejarah HAM di Indonesia…………………………………………...

2.2 Pengertian Kekerasan dan Perlindungan Hukum……....…………….

2.2.1 Faktor – faktor Kekerasan Terhadap Perempuan…........………..

2.2.2 Hambatan dalam Penegakan Hak Asasi Perempuan……

2.2.3 Upaya Penegakkan Hak Asasi Perempuan …………

2.2.4 Bentuk – bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan……....

BAB III PENUTUP…………………………………………………………

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..

3.2 Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dapat diketahui dari banyaknya instrumen hukum nasional dan internasional
yang digunakan untuk mendukung terciptanya tujuan hukum berupa kedamaian, keadilan dan
ketertiban di masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai oleh hukum tersebut sangat diharapkan
untuk memberikan perlindungan hukum bagi hak-hak individu dan hak-hak masyarakat dari
perbuatan yang mengahancurkan sendi-sendi kemanusiaan dalam sejarah peradaban manusia.

Isu hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM) adalah isu utama yang sedang dibahas
oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Dari sekian banyak hal pokok yang banyak disorot i o
leh ba ngsa-bangsa di seluruh dunia adalah perbuatan kekerasan terhadap perempuan sebagai
salah modus operandi kejahatan. Kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu
bentuk perbuatan yang bertentangan dengan sendi-sendi kemanusiaan. Ituiah sebabnya
perbuatan kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu perbuatan yang melanggar
HAM sehingga dibutuhkan suatu instrumen huku m nasiona l tentang penghapusan kekerasan
terhadap perempuan di Indonesia.

Hukum pidana sebagai salah satu instrumen huku m nasional yang merupakan produk
pemikiran manusia yang sengaja dibuat untuk melindungi korban dari semua bentuk
kejahatan. Pembentukan hukum sebagai instrumen untuk melindungi hak-hak individu dan
masyarakat sangat relevan dan terkait dengan program untuk melindungi perempuan dari
tindak kekerasan. Keterkaitan tersebut sangat mendalam dengan perlindungan hukum
terhadap hak asasi manusia. Perempuan merupakan salah satu individu yang mengemban
misi ganda dalam kehidupan bermasyarakat. Misi pertama perempuan adalah pelanjut
keterunan yang tidak dapat diganti oleh kaum laki-laki. Misi kedua perempuan adalah
sebagai seorang ibu yang merupakan salah satu alasan mendasar mengapa perempuan perlu
mendapatkan perhatian yang khusus untuk dilindungi dan dihormati hak-haknya. ltulah
sebabnya sehingga semua perbuatan yang terkait dengan kejahatan terhadap perempuan,
termaksud tindak pidana kekerasan mendapat perhatian dalam hukum pidana.

Dalam kenyataanya, kedudukan perempuan masih dianggap tidak sejajar dengan laki-laki,
perempuan sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga seperti kekerasan fisik,
psikis sampai pada timbulnya korban jiwa. Perempuan hanya dijadikan objek pemuas seks
kaum laki-laki yang akrab dengan kekerasan. Berita-berita tentang meningkatnya tindak
kekerasan terhadap perempuan dalam tahun-tahun terakhir ini sudah sangat memprihatinkan
masyarakat. Masalah kejahatan khususnya tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan
bagian dari kenyataan sosial dan bukan hal yang baru, meskipun tempat dan waktunya
berlainan, tetapi prinsipnya dinilai sama. Persamaan tersebut dapat diketahui dari banyak
fenomena dalam masyarakat yang menggambarkan bahwa tingkat kejahatan semakin
meningkat dan hal ini juga berpengaruh terhadap kejahatan kekerasan terhadap perempuan.
Peningkatan tindak kekerasan terhadap perempuan dari waktu ke waktu tidak dapat dielakkan
dengan berbagai bentuk perubahan sebagai pendorongnya. Di Indonesia, tindak kekerasan
terhadap perempuan secara umum merupakan masalah yang banyak dialami oleh banyak
perempuan, seerti sebuah piramid yang kecil pada puncaknya tetapi besar pada bagian
dasarnya, sebab untuk mendapatkan angka yang pasti sangatlah sulit.
Data kekerasan terhadap perempuan yang ditunjukkan dalam Catatan Tahunan (CATAHU)
Komnas Perempuan tahun 2015 bersumber pada data kasus atau perkara yang ditangani oleh
Pengadilan Agama atau Badan Peradilan Agama (PA-BADILAG) sejumlah 305.535 kasus,
dan dari lembaga layanan mitra Komnas Perempuan sejumlah 16.217 kasus, serta terdapat
sejumlah 1.099 kasus yang diadukan langsung ke Komnas Perempuan melalui Unit
Pengaduan untuk Rujukan (UPR). Pola kekerasan terhadap perempuan yang ditangani oleh
lembaga pengada layanan antara lain: kekerasan yang terjadi di ranah personal atau KDRT
sejumlah 305.535 kasus berasal dari data unduh PA-BADILAGdan 11.207 kasus dari
lembaga layanan mitra Komnas Perempuan (69%); kekerasan yang terjadi di ranah
komunitas sejumlah 5.002 kasus (31%); dan kekerasan ranah negara sejumlah 8 kasus. Di
ranah personal atau KDRT, berbeda dari CATAHU tahun 2014 di mana kekerasan seksual
menempati peringkat ketiga, di tahun 2015 kekerasan seksual naik di peringkat kedua,
sedangkan di ranah komunitas, pada tahun 2015 sama halnya seperti tahun 2014, kekerasan
tertinggi adalah kekerasan seksual (61%).1

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. apa saja bentuk perlindungan hukum terhadap kekerasan perempuan ?


2. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh pemerintah dalam menangani pelanggaran
Hak asasi perempuan?
3. apa saja upaya penegakan hak asasi perempuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor terjadinya Kekerasan Terhadap Perempuan.

2. Untuk mengetahui Perlindungan Hukum Terhadap Hak Asasi Perempuan terhadap.

3. Untuk mengetahui hambatan dalam penegakkan pelangaran Hak Asasi Perempuan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Memberikan informasi dalam perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum

pidana pada khususnya yang berkaitan dengan Hak Asasi Perempuan.

1
2. Dapat digunakan sebagai literatur tambahan bagi yang berminat untuk meneliti lebih

lanjut tentang Penegakkan Hukum Hak Asasi Perempuan.

3. Menjadi masukan bagi para pengambil kebijakan khususnya yang berkaitan dengan

perlindungan hukum terhadap hak asasi perempuan sebagai korban tindak pidana

kekerasan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah HAM di Indonesia

Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup
di masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup
lama. Secara garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan
Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001), membagi perkembangan
HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum
Kemerdekaan (1908–1945), periode setelah Kemerdekaan (1945– sekarang).

I. Sebelum kemerdekaan (1908 – 1945)

Untuk perkembangan HAM dalam periode ini banyak dijumpai pada


organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia, seperti Budi Oetomo
(hak mengeluarkan pendapat), Sarekat Islam (hak hidup layak dan bebas
penindasan), Perhimpunan Indonesia (hak menentukan nasib sendiri), dan
Partai Komunis Indonesia (hak berkaitan dengan alat produksi).

II. Sesudah kemerdekaan (1945 – hingga sekarang)

Untuk pemikiran ham pada periode ini semakin berkembang dari tahun ke
tahun. Pada periode ini juga HAM semakin berkembang dan menekankan
kepada hak-hak mengenai:

 Hak kebebasan dalam menyampaikan pendapat terutama pada


parlemen pemerintahan
 Self dtermination yang artinya hak untuk merdeka
 Hak kebebasan untuk berserikat melalui suatu organisasi politik yang
telah didirikan

Secara ringkasnya di bawah ini perkembangan HAM pada periode-periode


yang ada pasca kemerdekaan:

II.2 Periode 1950 – 1959

Pada periode ini lebih menekankan kepada kebebasan dalam berdemokrasi


secara liberal dengan berfokus kepada kebebasan individu.

II.3 Periode 1959 – 1966

Pada periode ini HAM tidak mendapatkan perkembangan yang cukup luas,
yang artinya pemerintah melakukan pemasungan terhadap HAM, HAM hanya
berpusat pada hak sipil, seperti hak berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
aspirasi melalui tulisan.

II.4 Periode 1966 – 1998

Pada periode ini HAM semakin berkembang dengan pesat, dimulai dari
diberikannya hak uji materiil dari Mahkamah Agung dan pemikiran HAM
tidak lagi hanya sekedar wacana saja melainkan sudah dibentuk dengan
lembaga penegakan hukum yang berlaku.

II.5 Periode 1998 – sekarang

Pada periode ini HAM telah mendapatkan perhatian resmi dari pemerintah
dengan melakukan amandemen UUD 1945 menjamin HAM dan telah
menetapkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.

2.2 Pengertian Kekerasan dan Perlindungan Hukum

Kekerasan memiliki kaitan dengan perlindungan hukum. Kekerasan adalah suatu


perbuatan yang disengaja atau suatu bentuk aksi atau perbuatan yang merupakan kelalaian,
yang kesemuanya merupakan pelanggaran atas hokum kriminal, yang dilakukan tanpa suatu
pembelaan atau dasar kebenaran dan diberi sanksi oleh Negara sebagai suatu tindak pidana
berat atau tindak pelanggaran hukum yang ringan. Perlindungan hukum sendiri secara umum
adalah segala upaya yang dilakukan penegak hukum untuk melindungi hak-hak dari subjek
hukum agar hak-hak tersebut tidak dilanggar. Dimana, penegakan hukum ini dijalankan
sebagai upaya untuk menjalankan ketentuan hukum yang berlaku. Dengan adanya
perlindungan hukum memungkinkan dapat mengurangi kasus kekerasan yang dapat terjadi
pada siapa pun dan dimana pun. Karena seseorang/sekelompok orang yang melakukan suatu
perbuatan kepada orang lain yang berbentuk kekerasan akan diberi sanksi oleh Negara sebagi
bentuk dari perlindungan hukum itu sendiri.

2.2.1 Pengertian Kekerasan Hukum :

Kekerasan sendiri merupakan suatu istilah yang biasa diterjemahkan dari kata asing
violence. Violence merupakan gabungan kata latin “vis” yang berarti daya atau kekuatan dan
kata “latus” yang berasal dari kata ferre, yang berarti membawa kekuatan atau
daya.Kekerasan dalam bahasa inggris adalah violence berasal dari bahasa latin violentus yang
berarti kekuasan atau berkuasa. Kekerasan dalam prinsip dasar hukum publik dan privat
romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik dilakukan secara fisik maupun secara verbal
yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat
seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan
dengan kewenangannya.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kekerasan diartikan sebagai sifat atau hal
yang keras, kekuatan, paksaan atau tekanan, desakan yang keras, sehingga kekerasan berarti
membawa kekuatan, paksaan atau tekanan. Hampir setiap menit terjadi kekerasan didunia ini,
baik kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga, kekerasan dalam lingkungan, kekerasan
dalam politik dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya. Kekerasan dalam Pasal 89 KUHP adalah
membuat orang menjadi pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah) dijelaskan bahwa melakukan
kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak sah,
misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang
dan sebagainya. Kekerasan juga bisa disebut suatu tindakan, yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang yang berposisi kuat (atau yang tengah merasa kuat) terhadap
seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lebih lemah (atau yang tengah dipandang
sebagai orang lemah atau juga berada dalam keadaan lemah) berdasarkan kekuatan fisiknya
yang superior, dengan kesengajaan untuk dapat ditimbulkannya rasa derita dipihak yang
tengah menjadi objek kekerasan itu.

Secara filosofis, fenomena kekerasan merupakan gejala kemunduran hubungan antar


pribadi, dimana orang tidak bisa lagi duduk bersama memecahkan suatu masalah. Hubungan
yang ada hanya diwarnai dengan ketertutupan, kecurigaan dan ketidakpercayaan. Dalam
hubungan seperti ini, tidak ada lagi dialog, apalagi kasih. Semangat mematikan lebih besar
dari pada semangat menghidupkan, semangat mencelakakan lebih besar dari semangat
melindungi.

Secara teologis, kekerasan diantara sesama manusia merupakan akibat dari dosa. Kita
tinggal dalam suatu dunia yang bukan saja tidak sempurna tapi lebih menakutkan, dunia yang
berbahaya. Orang bisa menjadi berbahaya bagi sesamanya. Mulai dari tipu muslihat,
pemerasan, penyerangan, pemerkosaan, penganiayan, pengeroyokan, sampai pembunuhan.

2.2.2 Pengertian Perlindungan Hukum :


Secara kebahasaan, kata perlindungan dalam bahasa Inggris disebut dengan
protection. Istilah perlindungan menurut KBBI dapat disamakan dengan istilah proteksi, yang
artinya adalah proses atau perbuatan memperlindungi, Secara umum, perlindungan berarti
mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan
maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman
yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Dengan demikian,
perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala upaya pemerintah untuk menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warga negaranya agar hak-
haknya sebagai seorang warganegara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan
dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Pengertian perlindungan adalah tempat
berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya) memperlindungi. Dalam KBBI yang dimaksud
dengan perlindungan adalah cara, proses, dan perbuatan melindungi. Sedangkan hukum
adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau yang data berlaku bagi semua orang dalam
masyarakat (negara).Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang
diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat
preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata
lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana
hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila


mengandung berbagai unsur-unsur yaitu adanya perlindungan pemerintah terhadap warganya,
jaminan kepastian hukum, dan berkaitan dengan hak-hak warga negara. Disamping itu,
perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia juga penting bagi kehidupan bernegara, hal
ini guna merealisasikan tegaknya supremasi hukum, tegaknya keadilan, dan mewujudkan
perdamaian.

 Tegaknya supremasi hukum, dengan tegaknya supremasi hukum maka hukum


memiliki kekuasaan yang besar dalam mengatur tindakan manusia.
 Tegaknya keadilan, hukum memberikan keadilan untuk melindungi hak setiap warga
negara tanpa memandang ras, agama, status, maupun jabatan subyek hukum. Selama
subyek hukum berhak maka hukum akan tetap melindungi hak tersebut.
 Mewujudkan perdamaian, dengan tegaknya hukum maka keadilan dalam memastikan
hak-hak setiap subjek hukum akan tewujud. Dengan demikian perdamaian akan
terwujud.

2.3 Faktor – faktor Kekerasan Terhadap Perempuan

1. Faktor Individu Perempuan


Perempuan yang menikah siri, secara agama, adat, kontrakatau lainnya
berpotensi 1,42 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan seksual.
Kemudian faktor seringnya bertengkar dengan suami membuat
perempuan 3,95 kali lebih tinggi mengalami kekerasan fisik dan
seksual.
2. Faktor Pasangan
Perempuan yang suaminya atau kekasihnya memiliki pasangan lain
berisiko 1,34 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan seksual.
3. Faktor Ekonomi
Rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan yang semakin rendah
cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekerasan fisik dan
seksual. Sebab ekonomi merupakan aspek yang lebih dominan menjadi
faktor kekerasan terhadap perempuan dibandingkan dengan aspek
pendidikan.
4. Faktor Sosial Budaya
Seperti timbulnya rasa khawatir akan bahaya yang mengancam.
Misalnya perempuan yang selalu dibayangi kekhawatiran memiliki
risiko 1,68 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan seksual.
5. Faktor Media Sosial
Seperti kita ketahui bahwa salah satu pemicu munculnya tindak kekerasan
seksual terhadap perempuan dan anak adalah media sosial. Apalagi di jejaring
sosial dan pornografi dengan mudah.
6. Faktor Keluarga
Keluarga yang tidak harmonis menjadi salah satu faktor terjadinya
kekerasan. Keluarga yang bermasalah itu juga salah satu penyebab.
Anak-anak korban perceraian itu adalah anak-anak yang rentan menjadi
korban.

2.4 Hambatan dalam Penegakan Hak Asasi Perempuan

2.5 Upaya Penegakkan Hak Asasi Perempuan

2.6 Bentuk – bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan dalam bab sebelumnya,

dapat ditarik kesimpulan bahwa:


3.2 Saran

Saran dalam penelitian ini adalah:

DAFTAR PUSTAKA

https://www.sejarah-negara.com/1383/sejarah-ham-di-indonesia/

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15060/BAB
%2520II.pdf%3Fsequence%3D6%26isAllowed%3Dy%23:~:text%3DKekerasan%2520dalam
%2520Pasal%252089%2520KUHP,%252C%2520menyepak%252C%2520menendang%2520dan
%2520sebagainya.&ved=2ahUKEwigqum6hO3sAhXSfH0KHU98BREQFjABegQICRAF&usg=AOvVaw2D
rLKH1wlJIxr1kiBw-7kS&cshid=1604635537302

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/perlindungan-dan-
penegakan-hukum-di-indonesia-
5974/amp/&ved=2ahUKEwjtivnIhO3sAhUadCsKHTgFCoYQFjAIegQIAxAB&usg=AOvVaw0ouGidKsaU2
GSFF7CsU2R_&ampcf=1&cshid=1604635441017

https://id.theasianparent.com/penyebab-kdrt

https://pontianak.tribunnews.com/2017/08/15/7-faktor-penyebab-
terjadinya-kekerasan-pada-perempuan-dan-anak

Anda mungkin juga menyukai