Disusun Oleh:
Irmawati (10288)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Perlindungan Hukum Terhadap Hak Asasi Anak Perempuan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan dapat diketahui dari banyaknya instrumen hukum nasional dan internasional
yang digunakan untuk mendukung terciptanya tujuan hukum berupa kedamaian, keadilan dan
ketertiban di masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai oleh hukum tersebut sangat diharapkan
untuk memberikan perlindungan hukum bagi hak-hak individu dan hak-hak masyarakat dari
perbuatan yang mengahancurkan sendi-sendi kemanusiaan dalam sejarah peradaban manusia.
Isu hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM) adalah isu utama yang sedang dibahas
oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Dari sekian banyak hal pokok yang banyak disorot i o
leh ba ngsa-bangsa di seluruh dunia adalah perbuatan kekerasan terhadap perempuan sebagai
salah modus operandi kejahatan. Kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu
bentuk perbuatan yang bertentangan dengan sendi-sendi kemanusiaan. Ituiah sebabnya
perbuatan kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu perbuatan yang melanggar
HAM sehingga dibutuhkan suatu instrumen huku m nasiona l tentang penghapusan kekerasan
terhadap perempuan di Indonesia.
Hukum pidana sebagai salah satu instrumen huku m nasional yang merupakan produk
pemikiran manusia yang sengaja dibuat untuk melindungi korban dari semua bentuk
kejahatan. Pembentukan hukum sebagai instrumen untuk melindungi hak-hak individu dan
masyarakat sangat relevan dan terkait dengan program untuk melindungi perempuan dari
tindak kekerasan. Keterkaitan tersebut sangat mendalam dengan perlindungan hukum
terhadap hak asasi manusia. Perempuan merupakan salah satu individu yang mengemban
misi ganda dalam kehidupan bermasyarakat. Misi pertama perempuan adalah pelanjut
keterunan yang tidak dapat diganti oleh kaum laki-laki. Misi kedua perempuan adalah
sebagai seorang ibu yang merupakan salah satu alasan mendasar mengapa perempuan perlu
mendapatkan perhatian yang khusus untuk dilindungi dan dihormati hak-haknya. ltulah
sebabnya sehingga semua perbuatan yang terkait dengan kejahatan terhadap perempuan,
termaksud tindak pidana kekerasan mendapat perhatian dalam hukum pidana.
Dalam kenyataanya, kedudukan perempuan masih dianggap tidak sejajar dengan laki-laki,
perempuan sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga seperti kekerasan fisik,
psikis sampai pada timbulnya korban jiwa. Perempuan hanya dijadikan objek pemuas seks
kaum laki-laki yang akrab dengan kekerasan. Berita-berita tentang meningkatnya tindak
kekerasan terhadap perempuan dalam tahun-tahun terakhir ini sudah sangat memprihatinkan
masyarakat. Masalah kejahatan khususnya tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan
bagian dari kenyataan sosial dan bukan hal yang baru, meskipun tempat dan waktunya
berlainan, tetapi prinsipnya dinilai sama. Persamaan tersebut dapat diketahui dari banyak
fenomena dalam masyarakat yang menggambarkan bahwa tingkat kejahatan semakin
meningkat dan hal ini juga berpengaruh terhadap kejahatan kekerasan terhadap perempuan.
Peningkatan tindak kekerasan terhadap perempuan dari waktu ke waktu tidak dapat dielakkan
dengan berbagai bentuk perubahan sebagai pendorongnya. Di Indonesia, tindak kekerasan
terhadap perempuan secara umum merupakan masalah yang banyak dialami oleh banyak
perempuan, seerti sebuah piramid yang kecil pada puncaknya tetapi besar pada bagian
dasarnya, sebab untuk mendapatkan angka yang pasti sangatlah sulit.
Data kekerasan terhadap perempuan yang ditunjukkan dalam Catatan Tahunan (CATAHU)
Komnas Perempuan tahun 2015 bersumber pada data kasus atau perkara yang ditangani oleh
Pengadilan Agama atau Badan Peradilan Agama (PA-BADILAG) sejumlah 305.535 kasus,
dan dari lembaga layanan mitra Komnas Perempuan sejumlah 16.217 kasus, serta terdapat
sejumlah 1.099 kasus yang diadukan langsung ke Komnas Perempuan melalui Unit
Pengaduan untuk Rujukan (UPR). Pola kekerasan terhadap perempuan yang ditangani oleh
lembaga pengada layanan antara lain: kekerasan yang terjadi di ranah personal atau KDRT
sejumlah 305.535 kasus berasal dari data unduh PA-BADILAGdan 11.207 kasus dari
lembaga layanan mitra Komnas Perempuan (69%); kekerasan yang terjadi di ranah
komunitas sejumlah 5.002 kasus (31%); dan kekerasan ranah negara sejumlah 8 kasus. Di
ranah personal atau KDRT, berbeda dari CATAHU tahun 2014 di mana kekerasan seksual
menempati peringkat ketiga, di tahun 2015 kekerasan seksual naik di peringkat kedua,
sedangkan di ranah komunitas, pada tahun 2015 sama halnya seperti tahun 2014, kekerasan
tertinggi adalah kekerasan seksual (61%).1
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini
1. Memberikan informasi dalam perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum
1
2. Dapat digunakan sebagai literatur tambahan bagi yang berminat untuk meneliti lebih
3. Menjadi masukan bagi para pengambil kebijakan khususnya yang berkaitan dengan
perlindungan hukum terhadap hak asasi perempuan sebagai korban tindak pidana
kekerasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup
di masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup
lama. Secara garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan
Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001), membagi perkembangan
HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum
Kemerdekaan (1908–1945), periode setelah Kemerdekaan (1945– sekarang).
Untuk pemikiran ham pada periode ini semakin berkembang dari tahun ke
tahun. Pada periode ini juga HAM semakin berkembang dan menekankan
kepada hak-hak mengenai:
Pada periode ini HAM tidak mendapatkan perkembangan yang cukup luas,
yang artinya pemerintah melakukan pemasungan terhadap HAM, HAM hanya
berpusat pada hak sipil, seperti hak berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
aspirasi melalui tulisan.
Pada periode ini HAM semakin berkembang dengan pesat, dimulai dari
diberikannya hak uji materiil dari Mahkamah Agung dan pemikiran HAM
tidak lagi hanya sekedar wacana saja melainkan sudah dibentuk dengan
lembaga penegakan hukum yang berlaku.
Pada periode ini HAM telah mendapatkan perhatian resmi dari pemerintah
dengan melakukan amandemen UUD 1945 menjamin HAM dan telah
menetapkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
Kekerasan sendiri merupakan suatu istilah yang biasa diterjemahkan dari kata asing
violence. Violence merupakan gabungan kata latin “vis” yang berarti daya atau kekuatan dan
kata “latus” yang berasal dari kata ferre, yang berarti membawa kekuatan atau
daya.Kekerasan dalam bahasa inggris adalah violence berasal dari bahasa latin violentus yang
berarti kekuasan atau berkuasa. Kekerasan dalam prinsip dasar hukum publik dan privat
romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik dilakukan secara fisik maupun secara verbal
yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat
seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan
dengan kewenangannya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kekerasan diartikan sebagai sifat atau hal
yang keras, kekuatan, paksaan atau tekanan, desakan yang keras, sehingga kekerasan berarti
membawa kekuatan, paksaan atau tekanan. Hampir setiap menit terjadi kekerasan didunia ini,
baik kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga, kekerasan dalam lingkungan, kekerasan
dalam politik dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya. Kekerasan dalam Pasal 89 KUHP adalah
membuat orang menjadi pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah) dijelaskan bahwa melakukan
kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak sah,
misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang
dan sebagainya. Kekerasan juga bisa disebut suatu tindakan, yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang yang berposisi kuat (atau yang tengah merasa kuat) terhadap
seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lebih lemah (atau yang tengah dipandang
sebagai orang lemah atau juga berada dalam keadaan lemah) berdasarkan kekuatan fisiknya
yang superior, dengan kesengajaan untuk dapat ditimbulkannya rasa derita dipihak yang
tengah menjadi objek kekerasan itu.
Secara teologis, kekerasan diantara sesama manusia merupakan akibat dari dosa. Kita
tinggal dalam suatu dunia yang bukan saja tidak sempurna tapi lebih menakutkan, dunia yang
berbahaya. Orang bisa menjadi berbahaya bagi sesamanya. Mulai dari tipu muslihat,
pemerasan, penyerangan, pemerkosaan, penganiayan, pengeroyokan, sampai pembunuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sejarah-negara.com/1383/sejarah-ham-di-indonesia/
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15060/BAB
%2520II.pdf%3Fsequence%3D6%26isAllowed%3Dy%23:~:text%3DKekerasan%2520dalam
%2520Pasal%252089%2520KUHP,%252C%2520menyepak%252C%2520menendang%2520dan
%2520sebagainya.&ved=2ahUKEwigqum6hO3sAhXSfH0KHU98BREQFjABegQICRAF&usg=AOvVaw2D
rLKH1wlJIxr1kiBw-7kS&cshid=1604635537302
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/perlindungan-dan-
penegakan-hukum-di-indonesia-
5974/amp/&ved=2ahUKEwjtivnIhO3sAhUadCsKHTgFCoYQFjAIegQIAxAB&usg=AOvVaw0ouGidKsaU2
GSFF7CsU2R_&cf=1&cshid=1604635441017
https://id.theasianparent.com/penyebab-kdrt
https://pontianak.tribunnews.com/2017/08/15/7-faktor-penyebab-
terjadinya-kekerasan-pada-perempuan-dan-anak