Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORITIS

STASE KELUARGA

(KEBUTUHAN FISIOLOGI REMAJA)

Disusun Oleh :

Masnun

NIM. 20300045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Askep Fisiologi Remaja


1. Pengertian
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang
dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai
sebagaimana individu. Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu,
adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009).
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami
perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20
tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika
pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan
hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan
perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan
dengan abstraksi (Potter& Perry, 2005).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa,
seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak namun masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Pada masa ini remaja relatif belum
mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi
tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak perubahan-
perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dialami remaja, mencakup fisik,
mental, emosi dan perilaku sosial. Oleh karena itu, remaja sangat rentan sekali
mengalami masalah-masalah psikologis dan fisiologis. Masalah tersebut yang akan
berakibat pada masalah kesehatan pada remaja (Santrock, 2007).
Menurut Purwanto (1999), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa remaja
dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan oleh Stolz
adalah sebagai berikut:
a. Masa prapuber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Anak
menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat sementara.
b. Masa puber atau masa remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat. Dimana
anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini lamanya berkisar
antara 2,5 – 3,5 tahun.
c. Masa postpuber: pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak
perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan.
d. Masa akhir puber: melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-tanda
kedewasaan.
Masalah-masalah yang terjadi pada remaja tidak dapat terlepas dari pengaruh
interaksi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial terhadap berkembangnya
masalah-masalah remaja dan orang-orang yang berasal dari berbagai usia lainnya.
Menurut pendekatan biologis, masalah yang terjadi pada remaja dapat berkaitan dengan
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Sedangkan faktor-faktor psikologis yang dianggap
sebagai sebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gejolak emosional,
proses belajar yang keliru, dan relasi yang bermasalah. Selanjutnya faktor sosial yang
melatarbelakangi timbulnya masalah pada remaja yaitu berasal dari latar belakang
budaya, sosial-ekonomi, latar belakang keluarga, dan lingkungan (Santrock, 2007).

2. Tahap umur Remaja


Sebelum memahami remaja dan permasalahannya, kita harus terlebih dahulu memahami
karakteristik psikososial yang dialami oleh remaja. Menurut Depkes RI (1999) dalam
Purwanto (1999) dijelaskan bahwa perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu perkembangan psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan
(15-16 tahun), dan remaja akhir (17-19 tahun).
a. Remaja Awal (10 -14 tahun)
Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak yang biasanya
tidak menyenangkan, dimana dengan meningkatnya kesadaran diri (self
consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, psikis maupun sosial pada remaja
sehingga remaja mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah
marah, tersinggung bahkan agresif. Selain hal tersebut, remaja juga menjadi sulit
bertoleransi dan berkompromi dengan lingkungan sekitar sehingga cenderung
memberontak dan terjadi konflik (Ksir, Hart, & Ray dalam Santrock, 2007).
b. Remaja Pertengahan (15 – 16 tahun)
Remaja pertengahan terjadi pada usia 15-16 tahun, pada tahap ini biasanya remaja
lebih mudah untuk diajak bekerjasama karena mampu berkompromi, tenang, sabar,
lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain. Saat ini remaja lebih belajar untuk
berfikir independen dan menolak campur tangan orang lain termasuk orang tua.
Remaja juga mulai terfokus pada diri sendiri, mudah bersosialisasi, tidak lagi pemalu
dan mulai membutuhkan lebih banyak teman bersifat solidaritas bahkan mulai
membina hubungan dengan lawan jenis sehingga lebih memilih untuk menghabiskan
waktu dengan teman-teman dibandingkan keluarga. Remaja mulai memiliki minat
yang besar dalam seni, olah raga, organisasi, dan sebagainya seiring dengan
berkembangnya intelektualitas mereka. (Santrock, 2007).
c. Remaja Akhir (17 – 19 tahun)
Masa remaja akhir ini, remaja lebih berkembang dalam intelektualitasnya sehingga
mulai menggeluti masalah sosial, politik, agama. Remaja yang tumbuh dengan baik
dan tanpa masalah akan mulai belajar mandiri baik secara finansial maupun emosional
dengan lebih baik mengatasi stress sehingga pada tahap ini remaja ingin diakui sudah
menjadi seseorang yang dewasa dan dapat menentukan keputusan hidupnya sendiri.
Remaja juga mulai menjalin hubungan yang serius dengan temantemannya, khususnya
lawan jenis sehingga semakin sulit untuk diajak dalam acara keluarga. Keluarga
diharapkan terus memantau perkembangan remaja di tahap ini tanpa memberikan
banyak peraturan karena mereka sudah ingin dianggap dewasa.

3. Ciri-ciri Pertumbuhan Fisik Remaja


Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan
gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan perubahan ini meliputi
perubahan ukuran tubuh; proporsi tubuh, munculnya cirri-ciri kelamin yang utama
(primer) dan cirri-ciri kelamin kedua (sekunder).
Menurut Muss (Sarlito, 1991) ukuran perubahan fisik adalah sebagai berikut :
a. Pada anak perempuan :
1) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang).
2) Pertumbuhan payudara.
3) Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan.
4) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya.
5) Bulu kemaluan menjadi keriting.
6) Menstruasi atau haid.
7) Tumbuh bulu-bulu ketiak.
b. Pada anak laki-laki :
1) Pertumbuhan tulang-tulang.
2) Testis (buah pelir) membesar.
3) Tumbuh bulu kemaluan yang halus dan berwarna gelap.
4) Awal perubahan suara.
5) Ejakulasi (keluarnya air mani).
6) Bulu kemaluan menjadi keriting.
7) Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya.
8) Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot).
9) Tumbuh bulu ketiak.
10) Akhir perubahan suara.
11) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap.
12) Tumbuh bulu dada.

4. Penyebab perubahan fisik remaja


Penyebab perubahan pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar yang
menjadi aktif bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitri yang terletak
didasar otak mengeluarkan duamacam hormon yang diduga erat hubungannya
dengan perubahan pada masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon
pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon
ganadotropik atau hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Tidak
berapa lama sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai
diproduksi dan semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini dikendalikan oleh
perubahan yang terjadi dalam kelenjar endoktrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh
rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalmus, yaitu kelenjar yang dikenal
sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat remaja berkembang.
Perubahan fisik sepanjang masa remaja meliputi dua hal,yaitu:

a. Percepatan pertumbuhan
Masa dan proses pertumbuhan tidak sama bagi semua remaja.Banyak faktor
individual mempengaruhi jalannya pertumbuhan ini sehingga baik awal maupun akhir
prosesnya terjadi secara berbeda .Pada titik awal pertumbuhan biasanya tidak terdapat
banyak berbeda,akan tetapi kecepatan pertumbuahan setiap individu menjadi sangat
berbeda sesuai dengan iramanya masing-masing.jadi perbebaan individual tentang
pertumbuhan tampak dalam perbedaan awal percepatan dan cepatnya pertumbuhan.

Percepatan bagi remaja laki-laki umumnya berbeda dan berkisar antara 10,5
tahun dan 16 tahun ,sedangkan remaja perempuan antara 7,5 tahun 11,5 tahun dengan
umur rata-rata 10,5 tahun.Puncak pertambahan ukuran fisik dicapai pada usia 12
tahun,yakni kurang lebih bertambah 6-11 cm setahun.

b. Proses kematangan seksual


Meskipun kematangan seksual berlangsung dalam batas-batas tertentu dan
urutan tertentu dalam perkembangan cirri-ciri kelamin sekundernya,namun
kematangan seksual anak-anak remaja berjalan secara individual sehingga hanya
mungkin untuk memberikan ukuran rata-rata.

Ada tiga kriteria yang membedakan anak laki-laki daripada anak


perempuan,yaitu dalam hal:

a. kriteria kematangan seksual nampak,lebih jelas pada anak perempuan daripada


anak laki-laki. Kriterianya adalah menstruasi pertama sebagai tanda permulaan
pubertas. Setelah itu dibutuhkan satu tahun lagi baru anak wanita betul-betul
matang untuk reproduksi. kriteria sejelas ini tidak terdapat pada anak laki-laki.
Sehubungan dengan ejakulasi (pelepasan air mani) pada laki-laki permulaannya
sangat sedikit sehingga tidak jelas.
b. permulaan kematangan seksual pada anak perempuan 2 tahun lebih cepatnya
daripada laki-laki .
c. untuk gejala-gejala kematangan seksual pada wanita dimulai dengan tumbuhnya
buah dada (8-13 tahun). Menjelang haid,jaringan pengikat disekitarnya mulai
tumbuh hingga payudara mulai memperoleh bentuk yang lebih dewasa. Kelenjar
payudara baru mengadakan reaksi pada masa kehamilan dengan suatu
pembengkakan sedangkan produksi air susu terjadi pada akhir kehamilan. Hal ini
merupakan akibat reaksi-reaksi fisiologi yang menyebabkan perubahan-perubahan
pada organ-organ kelamin internal dalam hipofise lobus frontalis.
Pada anak laki-laki kematangan seksual dimulai dengan pertumbuhan
testes yang dimulai antara umur 9,5 dan 13,5 tahun dan berakhir antara umur 13,5
dan 17 tahun. Pada usia kurang lebih 15-17 tahun, anak laki-laki dan perempuan
pangkal tenggorokan (jakun) mulai membesar yang menyebabkan pita suara
menjadi lebih panjang. Menstruasi merupakan ukuran yang baik karena hal ini
menentukan salah satu ciri kematangan seksual yang pokok, yaitu suatu disposisi
untuk konsepsi (hamil) dan melahirkan,juga merupakan manifestasi yang jelas
meskipun pada awalnya masih terjadi pendarahan sedikit.
Perubahan proporsi tubuh menunjukkan keanekaragaman antara laki-laki
dan perempuan. Remaja laki-laki cenderung menuju bentuk tubuh mesomorf
(cenderung menjadi lebih kekar,berat dan segi tiga) sedangkan anak perempuan
cenderung menjadi gemuk dan berat (endomorf) akan memperlihatkan ciri
ektomrf (cendrung kurus dan bertulang panjang).
Beberapa kondisi yg mempengaruhi pertumbuhan fisik anak yaitu :
a. Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan dan lingkungan, terutama
terhadap tinggi dan berat badan.
b. Pengaruh gizi bagi anak,terutama terhadap tinggi dan berat badan.
c. Gangguan emosional yang sering menyebabkan terbentuknya steroid adrenal
yang berlebihan , dan akan membawa akibat berkurangnya pembentukan
hormon pertumbuhan di kelenjar pituitry.
d. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat
daripada anak perempuan, kecuali pada usia 12 dan 15 tahun anak perempuan
biasanya sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki.
Perbedaan ini karena bentuk tulang dan otot anak laki-laki memang berbeda
dengan anak perempuan .
e. Status sosial ekonomi keluarga yang berbeda juga berpengaruh terhadap
tinggi dan berat badan anak.
f. Kesehatan jelas berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik (tinggi dan berat
badan ).
g. Bentuk tubuh (mesomorf , ektomorf dan endomorf ) akan berpengaruh
terhadap besar kecilnya tubuh anak. Anak yang bentuk tubuhnya mesomorf
akan lebih besar daripada yang endomorf atau ektomorf.

5. Pengaruh Pertumbuhan Fisik Terhadap Perilaku

Perubahan – perubahan psikologis yang muncul sebagai akibat dari perubahan


fisik, yaitu rasa kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan
perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri. Pertumbuhan badan yang
mencolok misalnya, perbesaran payudara/buah dada yang cepat membuat remaja tersisih
dari teman – temannya. Demikian pula dalam menghadapi haid dan mimpi basah, anak –
anak remaja perlu mengadakan penyesuain tingkah laku yang tidak ada dukungan dari
orang tua.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan
I. Data Umum
1. Nama KK :
2. Umur KK :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan KK :
5. Tanggal Pengkajian :
6. Komposisi keluarga
No Nama Umur Jenis Hub Dengan Pendidikan Pekerjaan
Kelamin KK

1.

7. Genogram :
Tipe keluarga :

8. Budaya
- Suku bangsa :
- Bahasa yang digunakan :
- Pantangan :
- Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan :
9. Agama
10. Status sosial ekonomi keluarga
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahapan perkembangan keluarga saat ini
Tugas perkembangan keluarga saat ini :
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
a. Tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga yaitu :
b. Penyebab belum terpenuhinya tugas perkembangan keluarga:
3. Riwayat keluarga inti
4. Riwayat keluarga sebelumnya :
III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
a. Status rumah : jenis bahan dinding, jenis lantain tipe atap rumah
b. Perincian denah rumah
c. Keadaan rumah : pencahayaan, jendela dll
d. Kebiasaan keluarga dalam perawatan rumah
e. Sistem drainase air :
f. Penggunaan jamban : jenis dan jarak dengan sumber air
g. Kondisi air :
h. Pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan yang berkaitan dengan
lingkungan :
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
3. Mobilitas geografis keluarga
a. Alat transportasi di daerah :.
b. Alat transportasi yang biasa digunakan oleh keluarga :
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga
a. Sistem pendukung di dalam keluarga :
b. Sistem pendukung di komunitas :
c. Persepsi keluarga mengenai pentingnya sistem pendukung :
IV. Struktur keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
2. Struktur Kekuatan keluarga
3. Struktur Peran:
4. Nilai dan Norma Budaya
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Biologis
4. Fungsi Psikologis
5. Fungsi Spiritual
6. Fungsi Kultural
7. Fungsi Reproduksi
8. Fungsi Ekonomi
9. Fungsi Perawatan Keluarga
VI. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor Jangka Pendek
2. Stressor Jangka Panjang
3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
4. Strategi Koping yang Digunakan
5. Strategi Adaptasi Disfungsional : Tidak ada.
VII. Harapan Keluarga

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Koping tidak efektif
2. Ketidakmampuan koping keluarga
Standar Diagnosa Standar Intervesi Keperawatan
Standar Luaran Keperawatan
Keperawatan Indonesia Indonesia
Indonesia ( SLKI )
( SDKI ) ( SIKI )

 Koping tidak efektif (D.0096)  Setelah dilakukan intervensi  Dukungan penampilan peran (I.13478)
Berhubungan dengan : keperawatan selama 3x24 jam observasi
o Ketidakpercayaan terhadap diharapkan Status koping membaik o Identifikasi berbagai peran dan periode
kemampuan diri mengatasi dengan kriteria hasil : transisi sesuai tingkat perkembangan
masalah o Kemampuan memenuhi peran sesuai o Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
o Ketidakadekuatan sistem usia meningkat o Identifikasi adanya peran yang tidak
pendukung o Perilaku koping adaptif meningkat terpenuhi
o Ketidakadekuatan strategi o Verbalisasi kemampuan mengatasi Teraupetik
koping masalah meningkat o Fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap
o Ketidakteraturan atau kekacauan o Verbalisasi pengakuan masalah perubahan peran yang tidak diinginkan
lingkungan meningkat o Fasilitasi diskusi tentang peran orangtua,
o Ketidakcukupan persiapan untuk o Verbalisasi kelemahan diri jika perlu
menghadapi stressor meningkat o Fasilitsi diskusi tentang adaptasi peran saat
o Disfungsi sistem keluarga o Perilaku asertif meningkat anak meninggalkan rumah, jika perlu
o Krisis situasional o Partisipasi social meningkat Edukasi
o Krisis maturasional o Tanggung jawab diri meningkat o Diskusikan prilaku yang di butuhkan untuk
o Kerentanan personalitas o Orientasi realitas meningkat pengembangan peran
o Ketidakpastian o Diskusikan perubahan peran dalam
 Ditandai dengan : o Verbalisasi menyalahkan orang lain menerima ketergantungan orang tua
Mayor (subjektif) menurun o Diskusikan strategi positif untuk mengelola
o Mengungkapkan tidak mampu o Verbalisasi rasionalisasi kegagalan perubahan peran
mengatasi masalah menurun o Ajarkan perilaku baru yang dibutuhkan oleh
Mayor (objektif) pasien/orang tua untuk memenuhi peran
o Hipersensitif terhadap kritik
o Tidak mampu memenuhi peran
menurun Kolaborasi
yang diharapkan (sesuai usia)
o Perilaku penyalahgunaan zat o Rujuk dalam kelompok untuk mempelajari
o Menggunakan mekanisme koping
yang tidak sesuai menurun peran baru
Minor (subjektif) o Perilaku manipulasi menurun
o Tidak mampu memenuhi o Perilaku permusuhan menurun
kebutuhan dasar o Perilaku superior menurun
o Kekhawatiran kronis
Minor (objektif)
o Penyalahgunaan zat
o Manipulasi orang lain untuk
memenuhi keinginannya sendiri
o Perilaku tidak asertif
o Pertisipasi social kurang

 Ketidakmampuan koping  Setelah dilakukan intervensi  Dukungan koping keluarga (I.09260)


keluarga (D.0093) keperawatan selama 3x24 jam
Berhubungan dengan : diharapkan Status koping keluarga observasi
membaik dengan kriteria hasil:
o Hubungan keluarga ambivalen o identifikasi respon emosional terhadap
o Kepuasan terhadap perilaku
o Pola koping yang bersedia kondisi saat ini
bentuan anggota keluarga lain
diantara klien dan orang terdekat meningkat Teraupetik
o Resistensi keluarga terhadap o Keterpaparan informasi meningkat
perawatan/pengobatan yang o Dengarkan masalah, perasaan, dan
kompleks o Perasaan diabaikan menurun pertanyaan keluarga
o Kekhawatiran tentang anggota o Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk
o Ketidakmampuan orang terdekat
keluarga menurun menenangkan pasien dan/atau jika keluarga
mengungkapkan perasaan tidak dapat memberikan perawtaan
o Perilaku mengabaikan anggota
 Ditandai dengan : o Hargai dan dukung mekanisme koping
Mayor (subjektif)
keluarga menurun
o Kemampuan memenuhi kebutuhan adaptif yang digunakan
o Merasa diabaikan
Mayor (objektif) anggota keluarga menurun
Edukasi
o Tidak memenuhi kebutuhan o Perasaan tertekan menurun
anggota keluarga o Perilaku menyerang menurun o Informasikan kemajuan pasien secara
o Tidak toleran o Ketergantungan pada anggota berkala
o Mengabaikan anggota keluarga keluarga lain menurun o Informasikan fasilitas perawatan kesehatan
Minor (subjektif) yang tersedia
o Terlalu khawatir dengan o Toleransi membaik
anggota keluarga
o Merasa tertekan (depresi) o Perilaku bertujuan membaik Kolaborasi
Minor (objektif) o Perilaku sehat membaik
o Perilaku menyerang (agresi) o Rujuk untuk terapi keluarga jika perlu
o Perilaku menghasut (agitasi)
o Tidak berkomitmen
o Menunjukkan gejala
psikosomatis
o Perilaku menolak
o Perawatan yang mengabaikan
kebutuhan dasar klien
o Mengabaikan
perawatan/pengobatan anggota
keluarga
o Perilaku bermusuhan
o Perilaku individualistic
o Upaya membangun hidup
bermakna terganggu
o Perilku sehat terganggu
o Ketergantungan anggota
keluarga meningkat
o Realitas kesehatan anggota
keluarga terganggu
Daftar pustaka

Fauzi. (2010). Relefansi pengetahuan seks dan komunikasi orang tua dan anak dengan perilaku

seksual pranikah remaja. Dalam http://webcache.googleusercontent.com. Diakses pada

tanggal 1 Juli 2013.

Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan

praktik. Jakarta: EGC.

Purwanto, H. (1999). Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia :
Jakarta

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018 Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai