PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lanjut dan pada saat persalinan selain dari plasenta previa, solusio plasenta, dan
pendarahan yang terjadi pada kehamilan yang lebih dari 22 minggu sampai
dari ibu yaitu partus lama akibat ruptur uteri dan diabetes militus. Maka hali ini
ibu atau bayi. Kelahiran spontan pasca kelahiran caesar pada kehamilan
B. Rumusan Masalah
metode SOAP?
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Ruptur uteri adalah Keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi
2010).
Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada kehamilan atau dalam
Ginekologi, 2012).
daya regang miometrium. Pada bekas seksio sesarea, resiko terjadinya rupture
Terjadinya ruptur uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin
masih merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya.
Kematian ibu dan anak karena ruptur uteri masih tinggi. Insidens dan angka
kematian yang tinggi kita jumpai di negara- negara yang sedang berkembang,
seperti afrika dan asia. Angka ini sebenarnyadapat diperkecil bila ada
pengertian dari para ibu dan masyarakat prenatal care, pimpinan partus yang
darah yang sukup juga merupakan faktor yang penting. Ibu-ibu yang telah
dan perasaan takut diceraikan oleh suaminya. Oleh karena itu, diagnosis yang
tepat serta tindakan yang jitu juga penting, misalnya menguasai teknik operasi
Yaitu ruptur uteri yang hanya bagian dinding uterus yang ribek
a. Korpus Uteri
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR
tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri.
c. Serviks Uteri
d. Kolpoporeksis-Kolporeksis
metroplasti.
pada penanganan abortus, trauma tumpul atau tajam seperti pisau atau
previous pregnancy).
berkembang.
• Sebelum kelahiran anak: his spontan yang kuat secara terus menerus,
pengukur tekanan intrauterin, trauma luar tumpu atau tajam, versi luar,
kehamilan ganda.
yang berlebihan pada segmen bawah rahim, teanan yang kuat pada
inkarserata.
a. Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada bekas SC
plasenta secara manual. Dapat juga pada graviditas pada kornu yang
misalnya mola destruens, adenomiosis dan lain-lain atau pada gemelli dan
kelainan letak janin: letak lintang dan presentasi rangkap; atau malposisi
dari kepala : letak defleksi, letak tulang ubun-ubun dan putar paksi salah.
Selain itu karena adanya tumor pada jalan lahir; rigid cervix:
seperti:
• Ekstraksi Forsep
• Embriotomi
• Manual plasenta
• Kuretase
a. Gawat janin
b. Syok hipovolemik
c. Sepsis
uteri telah terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami
yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang luas dan
1. Nyeri abdomen
Dapat terjadi tiba-tiba, tajam dan seperti di sayat pisau. Apabila tejadi
ruptur saat persalinan, kontraksi uterus yang intermiten dan kuat akan
berhenti secara tiba-tiba, dan pasien akan mengeluh nyeri uterus yang
menetap.
2. Pendarahan pervaginan
Dapat simptomatik karena karena pendarahan aktif dari pembuluh
kesehatan harus mengenal tanda-tanda dari gejala ruptura uteri mengancam. Hal
ini dimakksudkan agar petugas kesehatan seperti bidan dapat mencegah ruptura
e. Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu mulut
f. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
g. Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan
h. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR
i. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang
k. Pada pemriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi, seperti
oedem porsio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.
Jika ruptur uteri yang mengancam dibiarkan terus maka akan terjadi gejala
• Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa,
• Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak terukur.
lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat
jalan lahir.
dibahu.
subkutan.
• Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas
panggul.
• Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut,
sebesar kelapa.
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit
setelah ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga
perut.
4. Pemeriksaan dalam
• Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah
dapat didorong ke atas dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang
agak banyak
• Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding
rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka
dapat diraba usus, omentum dan bagian-bagian janin. Kalau jari tangan
kita yang didalam kita temukan dengan jari luar maka terasa seperti
dipisahkan oleh bagian yang tipis seklai dari dinding perut juga dapat
5. Kateterisasi
Lakukanlah selalu eksplorasi yang teliti dan hati-hati sebagai kerja rutin
D. Patofisiologi
1. Ruptur uteri spontan : Ruptur ini terjadi secara spontan pada uterus yang utuh
(tanpa parut). Faktor pokok disini adalah bahwa persalinan tidak dapat
berjalan dengan baik karena ada halangan misalnya : panggul yang sempit,
hidrosefalus, janin yang letak lintang,dll. Segmen bawah uterus makin lama
keras kebawah terus menerus pada fundus uteri, hal ini dapat menambah
tekanan pada segmen bawah uterus yang sudah regang dan mengakibatkan
4. Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlalu tinggi/indikasi yang tidak tepat
disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan. Robekan ini
bisa terjadi setiap saat pada masa kehamilan jarang terjadi, karena rupanya
otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang lebih sering terjadi
adalah ruptur uteri violenta, karena distosia sudah ada regangan segmen
timbulnya ruptur uteri. Hal itu misalnya terjadi pada versi ekstraksi pada letak
uteri.
5. Ruptur uteri pada luka ekas parut. Diantara parut – parut bekas seksio sesarea,
parut yang terjadi setelah seksio sesarea klasik lebih sering menimbulkan
ruptur uteri daripada parut bekas ruptur uteri profunda. Hal ini disebabkan
oleh luka pada segmen bawah rahim yang menyerupai daerah uterus yang
lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga
parut lebih kuat. Ruptur uteri pada bekas parut sesarea klasik juga lebih sering
terjadi pada kehamilan tua sebelum persalinan dimulai, sedangkan pada parut
bekas seksio profunda umumnya terjadi waktu persalinan. Ruptur uteri paska
bekas seksio sesarea bisa menimbilkan gejala – gejala seperti telah diuraikan
lebih dahulu, akan terjadi bisa juga terjadi tanpa menimbulkan banyak gejala.
Dalam hal ini tidak terjadi robekan secara mendadak melainkan lambat laun
jaringan disekitar luka semakin menipis untuk akhirnya terpisah sama sekali
dan terjadilah ruptur uteri. Disini biasanya peritonium tidak ikut serta
sehingga terdapat ruptur inkomplet. Pada peristiwa ini ada kemungkinan arteri
besar terbuka dan timbul perdarahan yang sebagian berkumpul diligamen dan
sebagian keluar. Biasanya janin masih tinggal didalam uterus dan his kadang
- kadang masih ada. Sementara itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri
pada perabaan tempat bekas luka. Jika arteria besar terluka, terjadi gejala –
distosia, dan pada wanita yang pernah mengalami sectio sesarea atau
pembedahan lain pada uterus. Pada distosia harus diamati terjadinya regangan
segmen bawah rahim, bila ditemui tanda-tanda seperti itu, persalinan harus
segera diselesaikan.
Jiwa wanita yang mengalami ruptur uteri paling sering bergantung pada
karena itu keterlambatan dalam memulai pembedahan tidak akan bisa diterima.
oksigen.
cairan ketuban berbau, hasil apusan atau biakan darah) segera berikan
antibiotik spektrum luas. Bila terdapat tanda – tanda trauma alat genitalia
atau luka yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapatkan tetanus toksoid.
tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0.5 ml IM.
cukup
Tindakan aman yang akan dipilih, tergantung dari beberapa faktor, antara
lain:
a. Keadaan umum
d. Tempat luka
F. Komplikasi
ibu dan janin adalah ruptur uteri. Ruptur uteri pada jaringan parut dapat
dijumpai secara jelas atau tersembunyi. Secara anatomis, ruptur uteri di bagi
ruptur). Pada kasus ruptur uteri komplit terjadi diskonstinuitas dinding uterus
Sedangkan ruptur uteri disebut dehisens bila terjadi robekan jaringan parut
uterus tanpa robekan dan tidak terjadi perdarahan. Ketika ruptur uteri terjadi,
pola denyut jantung janin yang tidak menjamin dengan decelerasi menunjang
delerasi lambat, variable, bradikardi atau denyut jantung hilang sama sekalijuga
dapat terjadi. Gejala dan tanda lain termasuk nyeri uterus atau perut, hilangnya
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Umum
2. Pemeriksaan Abdomen
uterus yang tiba-tiba dapat menunjukkan adanya ekstrusi janin. Fundus uteri
dapat terkontraksi dan erat dengan bagian-bagian janin yang terpalpasi dekat
3. Pemeriksaan Pelvis
bawah dan kavum uteri. Segmen uterus bagian bawah merupakan tempat
yang paling lazim dari ruptur langsung kedalam rongga peritonium, yang
4. Tes Laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah. Batas dasar hemoglobin dan nilai
kemih. Golongan darah dan rhesus sampai 6 unit darah dipersiapkan untuk
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Dilaksanakan Pada
Hari/Tanggal : Senin, 12 Juni 2017
Jam : 14.30 WIB
Tempat : BPS Mawar
➢ DATA SUBJEKTIF
1. Biodata Pasien
Nama Istri : Ny. “A” Suami : Tn. “M”
Umur : 42 tahun 50 tahun
Suku : Sasak Sasak
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SD SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Buruh
Alamat : Pelonggok, BB I
a. Keluhan utama
Nyeri perut bagian bawah, nyeri perut saat dipegang , ibu merasa cemas,
perut terasa sangat sakit jika datang kontraksi, dan terasa sering ingin
BAK. Keluarga mengatakan telah di bantu oleh dukun di pimpin
mengejan sejak 3 jam yang lalu dan di bantu di dorong oleh dukun sejak 1
jam yang lalu.
b. Alasan Datang
Bayi tidak lahir – lahir dan ibu merasa tidak kuat lagi menahan sakit.
3. Riwayat Obstetri
3.1 Riwayat Menstruasi
• Menarche : 14 tahun
• Siklus/Lama : 28 Hari
• Perdarahan : sedang
• Dismenorea : Ada
3.2 Riwayat kehamilan sekarang
HPHT 07-09-2016.
selama hamil ibu tidak mengalami keluhan yang berarti.
TTI kehamilan 16 minggu dan TT 2 kehamilan 20 minggu.
b. Palpasi
MC Donald : 33 cm
TBJ : (33-11) x 155 = 3.410 gr
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, pada fundus teraba bagian bulat
lunak tidak melenting yang teraba bagian bokong
Leopold II : perut sebelah kanan ibu teraba bagian panjang dan luas
berarti punggung
Leopold III : bagian terendah janin teraba bagian bulat keras dan
melenting yang berarti kepala. Kepala sudah masuk PAP
His : ada 5x / 10 menit lamanya 50 detik.
Leopold IV : Divergen, Penurunan 1/5
c. Auskultasi
Dada : paru –paru tidak terdengar ronchi dan wheezing dan jantung
tidak terdengar bunyi mur-mur
DJJ : terdengar tidak teratur dengan frekuensi 168x/mnt.
d. Perkusi
Reflek patela : positif (+).
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan 10.30 wib. Dengan hasil :
a. Pengeluaran pervaginam berupa darah segar sedikt - sedikit
b. Dinding vagina normal tidak ada benjolan atau kelainan.
c. Vulva oedem dan portio tidak teraba
d. Pembukaan lengkap 10 cm
e. Ketuban ( -) jernih
f. Penunjuk : Ubun Ubun Kecil
g. Presentasi : Belakang Kepala
h. Penyusupan : 0
i. Penurunan : Hodge IV
4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
C. DIAGNOSA
Ibu G3P2A0 Hamil 40 minggu inpartu kala II dengan suspect ruptur uteri Janin
Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep dengan gawat janin
D. DIAGNOSA POTENSIAL :
Ibu G3P2A0 Hamil 40 minggu inpartu kala II dengan suspect ruptur uteri
potensial terjadi syok
Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep dengan gawat janin potensial IUFD
E. TINDAKAN SEGERA :
• Perbaiki keadaan umum
• Penuhi kebutuhan cairan, pasang Infus 500 ml dalam 15 -20 menit dan
beri oksigen
• Berikan antibiotik
F. INTERVENSI
1. Atur posisi nyaman pada ibu
2. Beri tahu ibu bahwa telah terjadi komplikasi pada persalinannya
3. Beri dukungan psikologis
4. Pantau Djj secara ketat
5. Segera rujuk ibu dan dampingi saat merujuk dengan membawa Baksokuda
(Bidan, Alat, Keluarga, Surat (dokumentasi), Obat, Kendaraan, Uang, Donor
darah)
G. IMPLEMENTASI
1. Mengatur posisi nyaman pada ibu
2. Memberi tahu ibu dan keluarga bahwa telah terjadi komplikasi pada
persalinannya kemungkinan terjadi robekan pada rahim yang disebabkan oleh
ibu mengedan terlalu lama dan didorong oleh dukun, akibat komplikasi ini,
janin ibu mengalami gawat janin.
3. Memberi dukungan psikologis seperti menjelaskan pada ibu bahwa ibu dan
janin akan selalu dipantau keadaannya dan diberikan penanganan semaksimal
mungkin untuk menyelamatkan ibu dan janin
4. memantau Djj secara ketat , setiap 15 menit
5. Merujuk ibu dan dampingi saat merujuk dengan membawa Baksokuda
(Bidan, Alat, Keluarga, Surat (dokumentasi), Obat, Kendaraan, Uang, Donor
darah)
H. EVALUASI
1. Ibu memilih posisi yang nyaman bagi ibu
2. Ibu dan keluarga telah mengetahui keadaan ibu dan bayinya
3. Ibu dan keluarga menerima keadaan ibu dan bayinya
4. Keadaan umum ibu lebih baik dari sebelumnya
5. Darah utk tranfusi telah tersedia
6. Ibu telah dirujuk ke RS umum daerah
Pembahasan
pernah melakukan kunjungan ANC. Dari hasil anamnesa didapat Ny. A berumur
42 tahun, hamil yang ke 3, menurut teori bahwa umur yang baik untuk ibu hamil
psikologinya. Berarti tidak sama antara teori dengan kasus yang diambil, jadi Ny.
Nyeri perut bagian bawah, keluar darah pada kemaluan, sesak nafas dan nadi
cepat yang dialami ibu. Tekanan darah Ny A juga mengalami penurun 90/60
mmHg. Muka pucat, konjungtiva pucat. Pada pemeriksaan abdomen terdapat ring
bundl. Menurut teori adalah tanda gejala ruptur uteri Dikarenakan adanya
komplikasi kehamilan pada Ny.A yang disebabkan oleh persalinan di bantu oleh
dukun yang telah dipimpin mengejan sejak 3 jam yang lalu dan didorong sejak 1
jam yang lalu., maka harus segera dirujuk ke tempat yang memiliki fasilitas yang
memadai, hal ini sesuai dengan APN 2008 rujukan dalam kondisi optimal dan
tepat waktu.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruptur uteri adalah robekan dinding uterus yang dapat terjadi saat periode
antenatal ketika induksi, persalinan, dan kelahiran atau bahkan selama stadium
Ruptur uteri dapat disebabkan oleh dinding rahim yang lemah dan cacat,
misalnya pada bekas SC, kuratase, pelepasan plasenta secara manual dan
tindakan persalinan lainnya, serta kerena peregangan luar biasa pada rahim.
yang dapat menyebabkan ruptur uteri. Bila telah terjadi ruptur uteri maka
oksigen, transfusi darah, dan bila diagnosa telah ditegakkan maka lakukan
laparatomi (pembedahan).
B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu seorang bidan atau tenaga
DOSEN :
KELOMPOK 8 :
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena dengan Karunia-
Maternal dan Neonatal dengan judul RUPTUR UTERI”, semaksimal mungkin dan
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan
Pembimbing yaitu Ibu Hj. Sri Yun Utama, S.Pd, S.ST, MKM. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan maka dari itu kami
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya Mahasiswa D-IV kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi. Akhir kata kami
Kelompok
DAFTAR ISI
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2011. Buku
Panduan Praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. 325
hlm.
Kemenkes, 2013. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan. 329 hlm.
Martin.L, 2017. Buku saku Obstetri dan ginekologi ECG. 245 hlm.