Anda di halaman 1dari 2

Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan pre-post test with control group design.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami hipertensi. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 30 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 15 kelompok
intervensi dan 15 kelompok kontrol. Data dianalisis menggunakan uji-t.

Intervensi berupa teknik progresif berupa latihan kontraksi dan relaksasi pada setiap kelompok
otot secara berurutan sesuai dengan pedoman dan jadwal. Intervensi menggunakan booklet yang
berisi petunjuk pelaksanaan teknik PMR disertai dengan gambar gerakan kontraksi dan relaksasi
pada setiap kelompok otot secara bergantian. Teknik PMR pada penelitian ini dilakukan dengan
duduk di lantai sambil bersandar pada dinding dengan bantal diletakkan pada punggung dan kaki
diluruskan. Gerakannya menegangkan kelompok otot (kontraksi otot) dan menahannya selama 5
detik kemudian mengendurkan (relaksasi otot) selama 5 detik. Setiap gerakan diulang dua kali.
Teknik relaksasi dilakukan pada 10 kelompok otot yang terdiri dari 1) otot kaki dan paha; 2) otot
pergelangan tangan; 3) otot lengan bawah; 4) otot siku dan lengan atas; 5) otot perut; 6) otot
dada; 7) otot punggung; 8) otot bahu; 9) otot kepala dan leher; 10) otot wajah. Intervensi
dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 09.00 dan sore pukul 17.00 selama 5 hari,
sehingga total teknik PMR yang dilakukan sebanyak 10 kali.

Karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas 18 orang (60%) lansia penderita


hipertensi berjenis kelamin laki-laki (Tabel 1).

Pada tabel 2 terlihat bahwa pada kelompok intervensi hasil

Pengukuran sistol awal (pre) didapatkan persentase tertinggi adalah yang mengalami hipertensi
ringan (86,7%). Sedangkan pada hasil pengukuran diastole terdapat 40% yang mengalami
hipertensi ringan dan 26,7% mengalami hipertensi sedang. Setelah dilakukan intervensi
pengukuran tekanan darah kedua (post) dan didapatkan tekanan sistolik 73% hasilnya normal
dan 20% sisanya mengalami hipertensi ringan. Terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada kelompok intervensi. Selanjutnya untuk kelompok kontrol juga dilakukan
pengukuran sebelum dan sesudah. Untuk tekanan darah sistolik, persentase tertinggi pada
kelompok hipertensi ringan adalah 93,3% pada saat pengukuran awal dan 86% pada saat
pengukuran,terdapat 1 sampel yang mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi
sedang. Untuk tekanan darah diastolik persentase tertinggi hipertensi ringan adalah 80% dan
pada pasca pengukuran terjadi peningkatan hipertensi ringan menjadi 86,7%, karena terdapat 1
pasien yang tekanan diastoliknya meningkat. Pada kelompok kontrol terjadi peningkatan nilai
rata-rata sistol dan diastol pada pengukuran akhir (pos).

Hal ini ditunjukkan pada tabel 3 bahwa terjadi penurunan tekanan sistol setelah dilakukan
intervensi, dengan perbedaan mean 12 mmHg, dan hasil analisis statistik menunjukkan
perbedaan yang bermakna (p = 0,000). Hasil analisis tekanan diastolik juga menunjukkan
penurunan tekanan diastolik setelah dilakukan intervensi dengan selisih rata-rata 8, namun
perbedaan tersebut tidak bermakna (p = 0,054). Selanjutnya analisis perbedaan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi yang ditunjukkan
pada tabel 4, baik tekanan darah sistolik maupun diastolik menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan pengukuran.

tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi lebih rendah dari rata-rata pada kelompok
kontrol. Berdasarkan hasil analisis statistik juga menunjukkan perbedaan yang signifikan tekanan
darah sistolik dan diastolik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p-value = 0,00).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh teknik PMR terhadap penurunan tekanan
darah lansia hipertensi yang ditunjukkan dengan penurunan tekanan darah baik tekanan darah
sistolik maupun diastolik pada kelompok intervensi yang dilakukan oleh Teknik PMR.

Anda mungkin juga menyukai