9-15
∗ Email: rafifabdussalam2@gmail.com
Abstract: Conventional assessments of terrain correction liki kelemahan, yaitu jumlah kompartemen yang relatif
are carried out by laying out transparent paper containing sedikit untuk daerah dengan variasi topografi yang besar,
the Hammer chart on topographic maps, then estimating the dan adanya subjektivitas pengamat pada penentuan keting-
elevation for each compartment. But this procedure has dis- gian kompartemen. Penelitian ini bertujuan untuk menang-
advantages, the number of compartments are too small for gulangi kelemahan tersebut sehingga didapatkan nilai ko-
area with many topographic variations, and there is a sub- reksi terrain yang lebih akurat. Pada penelitian ini esti-
jectivity from the observer in estimating the compartments masi koreksi terrain dilakukan dengan metode square pat-
height. This research aim to overcome these problems and tern dan sloped triangle. Metode ini membagi daerah di
get more accurate terrain correction value. In this research, sekitar titik pengukuran menjadi zona berisi kompartemen
estimation of terrain correction carried out usingsquare pat- berbentuk persegi dan segitiga. Penelitian dimulai dengan
tern and sloped triangle method. This method divides the uji coba program perhitungan koreksi terrain dengan data
area around the measurement point into a zone containing a sintetik, untuk melihat pengaruh tubuh batuan pada ko-
square-shaped and triangle compartment. The research start reksi terrain. Selanjutnya program diaplikasikan pada data
with testing the program by using synthetic data to see the ef- Karangsambung untuk melihat pengaruh topografi di sek-
fect of rock bodies on terrain correction value. Then the pro- itar Karangsambung terhadap nilai koreksi terrain. Ke-
gram was applied to Karangsambung to see the topographic mudian program diaplikasikan pada data gayaberat, dan
influence around Karangsambung on terrain correction. The dibandingkan hasilnya dengan perhitungan menggunakan
program is then applied to gravity data, and the results are Hammer chart. Berdasarkan uji coba data sintetik, didapat
compared with calculations using the Hammer chart. Based bahwa nilai koreksi terrain dari tubuh batuan berukuran
on the synthetic data test, it was found that the value of ter- 10 x 10 km dengan beda tinggi 1000 m dari stasiun, tidak
rain correction from a rock body measuring 10 x 10 km with lagi berpengaruh secara signifikan di jarak 20 km. Topografi
a height difference of 1000 m from the station no longer sig- di sekitar Karangsambung berupa Pegunungan Serayu Sela-
nificantly affects at the distance of 20 km. The topography tan dengan ketinggian 1000 m pada jarak 20 30 km mem-
around Karangsambung in the form of South Seraju Ranges berikan pengaruh sebesar 0.05 mGal terhadap koreksi ter-
with altitude of 1000 m at distance of 20 30 km gives effect rain, sedangkan Gunungapi Kuarter dengan ketinggian 3000
of 0.05 mGal on terrain correction, while the Quaternary m pada jarak 30 40 km memberikan pengaruh sebesar 0.1
Volcano with an altitude of 3000 m at distance of 30 40 mGal. Hasil penerapan pada data gayaberat menunjukkan
km gives effect of 0.1 mGal. The results of applying program bahwa penggunaan metode square pattern dan sloped trian-
at the gravity data show that the use of the square pattern gle mampu mengkoreksi kesalahan dari Hammer chart sam-
method is able to correct errors from Hammer chart up to pai dengan 3 mGal. Selisih perhitungan kedua metode dite-
3 mGal. The difference between the calculation of the two mukan semakin besar di daerah lereng, hal ini dikarenakan
methods is getting bigger in the station located at slope area. estimasi beda ketinggian topografi di lereng sulit untuk di-
It happens because estimation of the height difference in slope lakukan.
area is more difficult to do. Kata kunci: Karangsambung, koreksi terrain, square pat-
Keywordsi: Karangsambung, terrain correction, square pat- tern, sloped triangle
tern, sloped triangle
c 2019 Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
10 Salam dkk.s (2019)
chart di atas sebuah peta topografi, kemudian keting-
gian rata-rata setiap kompartemen diestimasi. Prosedur ini
memiliki kelemahan, yaitu jumlah kompartemen yang re-
latif sedikit untuk daerah dengan variasi topografi yang
besar, dan adanya subjektifitas pengamat pada penentuan
ketinggian rata-rata kompartemen (Nowell, 1999). Contoh
praktis dari metode Hammer chart diterapkan sampai saat
ini pada kuliah lapangan Karangsambung Teknik Geofisika
ITB. Pembagian zona pada Hammer chart disimplifikasi
menjadi empat kompartemen berbentuk segmen cincin kon-
sentris dengan radius dalam 2 meter dan radius luar 100
meter. Beda tinggi kompartemen terhadap ketinggian sta-
siun diestimasi secara visual di lapangan.
2 X
2 X
2
X xi yj
g(x,y,z) = Gρ sijk × [zk tan−1
i=1 j=1 k=1
zk rijk