Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D DENGAN SECTIO CAESARIA


DI RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

Disusun oleh:

Nama : Ida Farida

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA

A.    Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro, 2006).

B.     Etiologi
1. Indikasi Ibu
a)      Panggul sempit absolute
b)      Placenta previa
c)      Ruptura uteri mengancam
d)     Partus Lama
e)      Partus Tak Maju
f)       Pre eklampsia, dan Hipertensi
2. Indikasi Janin
a)     Kelainan Letak
1.  Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan/cara yang
terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan
besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan
sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan
letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2.  Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b)      Gawat Janin
c)      Janin Besar 
3. Kontra Indikasi
a)      Janin Mati
b)      Syok, anemia berat.
c)      Kelainan congenital Berat

C.    Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan
dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea
dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat.
Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan
untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun
anak sudah mati.

D.   Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria


Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post  partum.Manifestasi klinis
sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
E.    Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
1. Abdomen (SC Abdominalis)
a)     Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri
y a n g m e m p u n y a i k e l e b i h a n m e n g e l u a r k a n j a n i n l e b i h c e p a t , tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias
diperpanjang proksimal  atau distal . Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah
infeksi mudah menyebar secara intra abdominal  karena tidak ada reperitonealisasi yang
baik danuntuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
b)    Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah rahim dengan
kelebihan penjahitan luka lebih mudah,  penutupan luka dengan reperitonealisasi
yang baik, perdarahan kurang dan kemungkinan rupture uteri spontan kurang/lebih
kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat melebar kekiri, bawah, dan kanan
sehingga mengakibtakan pendarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih.
c)     Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
a)      Sayatan memanjang (longitudinal)
b)      Sayatan melintang (tranversal)
c)      Sayatan huruf T (T Insisian)
3. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
a)      Mengeluarkan janin lebih memanjang
b)      Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c)      Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang
baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat
terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya
baru terjadi dalam persalinan.
4) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah
mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat
istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka
sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup
luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10cm
Kelebihan :
a)      Penjahitan luka lebih mudah
b)      Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c)      Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
d)     Perdarahan kurang
e)      Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan :
a)      Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan
arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
b)      Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

F.     Komplikasi
1. Infeksi Puerpuralis
a)      Ringan      : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b)      Sedang     : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung
c)      Berat        : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Pendarahan disebabkan karena :
a)      Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b)      Atonia Uteri
c)      Pendarahan pada placenta bled
c.     Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonalisasi
terlalu tinggi.
d.     Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal
ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

G.   Patofisiologi
     Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
     Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
     Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.

H.    Pemeriksaan Penunjang


1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2.  Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit
I.     Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
a)      Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
b)      Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
c)      Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar
d)    Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
e)     Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
f)       Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai
hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a)      Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
b)      Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1.      Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
2.      Oral             : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3.      Injeksi         : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c)      Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
8. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian
a.     Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara
masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b.     Keluhan utama
c.      Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d.     Data Riwayat penyakit
a)     Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan
saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b)     Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
c)     Riwayat Kesehatan Keluarga
d)    Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e.       Keadaan klien meliputi :
a)    Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b)    Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau
refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional
dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c)     Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d)     Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e)     Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi
kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f)      Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g)     Keamanan
h)    Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
i)      Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b.    Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan sirkulasi
c.     Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
d.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi.
e.    Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
f.     Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan

3.    Rencana Kperawatan
a.    Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri klien
berkurang / terkontrol dengan kriteria hasil :
a)     Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
b)     Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
c)     TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit,
Nadi : 80-100 x/menit
d)    Wajah tidak tampak meringis
e)     Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi :
1.     Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
2.     Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis)
terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
3.     Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur,
istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)
4.     Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas dalam,,
sentuhan terapeutik, distraksi.)
5.     Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
6.     Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu. 
b.    Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
1.      Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
2.      Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
3.      Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
4.      Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien
5.      Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
c.      Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit dan proteksi
jaringan membaik
Kriteria Hasil : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi :
1.      Berikan perhatian dan perawatan pada kulit
2.      Lakukan latihan gerak secara pasif
3.      Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi
4.      Jaga  kelembaban kulit
d.     Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas operasi
(SC)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien tidak
mengalami infeksi dengan kriteria hasil :
a)     Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
b)      Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -100x/
menit)
c)     WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL) 
Intervensi :
1.     Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah
ketuban.
2.    Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
3.    Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
4.     Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai
indikasi
5.     Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh
luka
6.      Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel
darah putih
7.     Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan
8.     Anjurkan intake nutrisi yang cukup
9.     Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi
e.     Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 6 jam diharapkan ansietas
klien berkurang dengan kriteria hasil :
a)    Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah
b)    Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang 
Intervensi :
1.      Kaji respon psikologis terhadap kejadian dan ketersediaan sistem pendukung
2.      Tetap bersama klien, bersikap tenang dan menunjukkan rasa empati
3.      Observasi respon nonverbal klien (misalnya: gelisah) berkaitan dengan ansietas
yang dirasakan
4.      Dukung dan arahkan kembali mekanisme koping
5.      Berikan informasi yang benar mengenai prosedur pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi.
6.      Diskusikan pengalaman / harapan kelahiran anak pada masa lalu
7.      Evaluasi perubahan ansietas yang dialami klien secara verbal 
4. Implementasi Keperawatan
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkah- langkah yang diperlukan
dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1) Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan mekanisme
bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan yang diusulkan masih
sesuai.
2) Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum memulai
perawatan. Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data
pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan
menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis
saat itu. Jika status pasien telah berubah dan diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan harus dimodifikasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menurut Potter & Perry (2010) yaitu membandingkan data subjek dan objek
yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk menentukan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang ditetapkan selama perencanaan.
Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan asuhan keperawatan
untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan aktual, mencegah kekambuhan
dari masalah potensial dan mempertahankan status sehat. Evaluasi terhadap asuhan
menetukan apakah tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari evaluasi mencakup
pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan perawatan
kesehatan (Potter & Perry, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC


Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
EdisiRevisi Jilid 1. Jakarta: ECG

Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan, Buku 3 Edisi
7.Jakarta: Elsevier

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Amin Huda, Hardhi Kussuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi jilid 1. Jojakarta: Mediaction
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Tanggal pengkajian : 10 Februari 2020 , pukul 08.00 WIB
b. Nama Pasien : Ny. D
c. Nomer medrek : 2002100908
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Tanggal lahir/umur : 37 tahun
f. Alamat : Semarang
g. Status perkawinan : Kawin
h. Agama : Islam
i. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
j. Suku/bangsa : Jawa
k. Diagnosa medis : Post Operasi Seksio Caesarea

2. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri

3. Riwayat penyakit sekarang


Pada saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada perut bekas operasi SC, nyeri
dirasakan pasien saat di gerakan, nyeri seperti teriris benda tajam, pasien mengatak
nyeri yang menganggu dengan skala 6 ( VAS 0-10 ) ringan, nyeri di rasakan hilang
timbul saat bergerak dan berkurang saat istirahat dengan tidur, waktunya 5-10 menit
apabila nyeri dirasakan.

4. Riwayat penyakit dahulu


Pasien telah dilakukan operasi SC spinal dengan kehamilan yang pertama G1P1A0.
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes militus, dan
penyakit jantung. Pasien mempunyai riwayat operasi post miomektomi tahun 2015
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga tidak memiliki riwayat penyakit turunan seperti
hipertensi, jantung diabetes mellitus dan asma.
6. Riwayat menstruasi
a. Umur menarche : 16 tahun
b. Siklus haid : 28hari
c. Lama haid : 6-7 hari
d. Jumlah darah haid : 2-3 xganti balutan selama 1 hari
e. HPHT : -
f. HPL : -
g. Dismenorhea : Pasien mengatakan mengalami sakit perut sebelum menstruasi dan
pada hari pertama dan kedua menstruasi saja.
h. Spotting : pada awal bulan april 2019
i. Menorrhagia : -
j. Metrorhargia : -
7. Riwayat perkawinan
a. Lama menikah : 10 tahun
b. Pernikahan ke : 1
c. Usia pertama menikah : 20
8. Riwayat obstetri
No Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Jenis Keadaan
partus / partus hamil persalinan persalinan kelamin/ anak
abortus BBL
1 2020 RS 9 SC Dokter Tidak Laki-laki Normal
bulan ada sehat

9. Keluarga berencana
a. Metode KB terakhir yang digunakan : suntik 3 bulan
b. Lama penggunaan : 7 tahun
c. Keluhan / komplikasi : tidak ada
d. Rencana metode KB yang di inginkan : suntik 3 bulan
10. Riwayat ginekologi
a. Infertilitas : tidak
b. Kasus perkosaan : tidak
c. Kanker kandungan : tidak
d. Polip serviks : Ca serviks pada bulan april 2019
e. PMS : ada, nyeri di awal mens hari peertama dan kedua
f. Mioma uteri : tidak
g. Servisitis kronis : Ca serviks pada bulan april 2019
h. Infeksi virus : tidak
i. Endometritis :tidak
11. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital
Tekanan darah : 121/80 mmhg
Nadi : 86 x/m
Respirasi : 22 x/m
Suhu : 36,7ºC
Spo2 : 99%
b. Keadaan umum : Compomentis ( E4M6V5)
c. Kulit, kuku : Turgor kulit baik, tidak ada kelainan. Kuku : Capilar Refill < 2detik
d. Kepala : Bentuk kepala mesocephal, rambut warna hitam keadaan
bersih, tidak ada lesi.
e. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
f. Thorak :
Inspeksi : bentuk dada simetris, Rr 22 x/m
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler
g. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi :ictus cordis teraba
Perkusi : normal
Auskultasi : lub dub, normal
h. Mammae
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan

i. Abdomen :
Inspeksi : terdapat luka bekas SC
Palpasi : ada nyeri tekan
Auskultasi : peristaltic bising usus 5-12x/detik
j. Perianal : terpasang kateter, tidak ada hemoroid
k. Ekstremitas : tidak ada edema

12. Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 10 Februari 2020

Nama test Hasil Ket Satuan Nilai rujukan

HEMATOLOGI

Darah lengkap

Hemoglobin 10.7 L g/dl 11,7 – 17,5

Lekosit 10900 /mm3 3.600 –


11.000

Trombosit 380000 /mm3 150.000 –


440.000

Eritrosit 4.45 Juta/mm3 4,4 – 5,9

Hematokrit 33.9 L % 35 - 47

Hitung jenis (diff)

Eosinofil 2.7 % 2-4

Basofil 0.3 % 0-1

Neutrofil 66.7 % 50 – 70

Limfosit 23.3 % 25 – 40

Monosit 7.0 % 2–8

Laju endap darah - Mm/jam 0 – 10

MCV 76.0 L Fl 80 – 100

MCH 24.2 L Pg 26 - 34

MCHC 31.7 % 32 – 36

RDW 14.2 % 11,5 – 14,5

KIMIA KLINIK

Glukosa Sewaktu 70 Mg/dl 70-140

IMUNOLOGI
HBsAg kualitif Negatif Negatif

13. Therapy
Infuse Ringel laktat 20 Tpm
Cefotaxime intravena
Keterolac intravena
Kaltrofen supositoria

B. ANALISA DATA

No Data fokus Etilogi Masalah Tanda


tangan
1 DS : pasien mengatakan Agen Nyeri akut Ida
- Nyeri saat digerakan pencedera ( D.0077)
- Nyeri seperti teriris fisik
benda tajam
- Nyeri dibagian perut
bekas operasi
- Nyeri ringan dengan
skala 6 VAS
- Nyeri hilang timbul dan
dirasa ± 10menit saat
datang nyerinya

DO : - pasien terlihat meringis


kesakitan saat ditekan perut
bagian bawah
- Pasien post operasi SC
spinal
2 DS : Tirah Baring Intoleransi Ida
- Pasien mengatakan aktivitas
lemas (D.0056)
- Pasien mengatakan
setelah bergerak nyeri
DO :
- Pasien post operasi SC
hari 1
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah :
121/80 mmhg, Nadi :
86 x/m, Respirasi: 22
x/m, Suhu :
36,7ºC, Spo2 : 99%

3 DS : - pasien mengatakan sulit Hambatan Gangguan Ida


tidur lingkungan pola tidur
- Pasien mengeluh (D.0055)
istirahat tidak cukup
DO : Klien tampak lelah
- Saat dilakukan
pengkajian klien
terlihat menguap dan
mengantuk
- Terlihat kantung mata

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
1 Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) 1. Manajemen nyeri (I.08238)
( D.0077) menurun Setelah - Identifikasi lokasi,
dilakukan tindakan karakteristik, durasi,
keperawatan selama frekuensi, kualitas, intensitas
3x24 jam, dengan nyeri
kriteria hasil : - Identifikasi nyeri non verbal
- Keluhan nyeri - Monitor keberhasilan terapi
menurun (5) terapi komplementer yang
- Meringis menurun (5) sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2. Pemberian Analgesik (I.08243)
- Identifikasi riwayat alergi
obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik
- Monitor tanda-tanda vital
- Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesic, jika
perlu
3. Pemberian obat intravena
( I.02065)
- Jelaskan jenis obat, alasan
pmberian obat, tindakan
yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian

2 Intoleransi Toleransi aktivitas 1. Manajemen energi (1.05178)


aktivitas (L.05047) menurun - Monitor kelelahan fisik dan
(D.0056) b.d Setelah dilakukan emosional
tirah baring tindakan keperawatan - Monitor pola dan jam tidur
selama 3x24 jam, - Sediakan lingkungan yang
dengan kriteria hasil : nyaman
- Keluhan lelah - Berikan aktivitas distraksi
menurun (5) yang menenangkan
- Perasaan lemah - Anjurkan melakukan
menurun (5) aktivitas secara bertahap
- Tanda – tanda vital - Ajarkan strategi koping
membaik (5) untuk mengurahi keelmahan

3 Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) 1. Dukungan Tidur (I.05174)


tidur (D.0055) Membaik Setelah - Identifikasi pola aktivitas dan
b.d hambatan dilakukan tindakan tidur
lingkungan keperawatan selama - Idintifikasi penganggu tidur
3x24 jam dengan - Modifikasi lingkungan
kriteria hasil : - Fasilitasi menghilangkan stress
- Keluhan sulit tidur sebelum tidur
menurun - Tetapkan jadwal tidur rutin
- Keluhan tidak puas - Lakukan prosedur untuk
tidur menurun meningkatkan kenyamanan
- Keluhan pola tidur - Anjurkan menepati kebiasaan
berubah menurun waktu tidur
- Keluhan istirahat - Ajarkan relaksasi atau cara
tidak cukup nonfarmakologi lainnya
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal Implementasi Respon Tanda


dan jam tangan
1 12/08/19 - Mengdentifikasi DS : pasien mengatakan Ida
09.00 lokasi,karakteristik, - Nyeri saat beraktifitas
durasi, frekuensi, - Nyeri seperti teriris benda
kualitas, intensitas tajam
nyeri - Nyeri dibagian perut
- Identifikasi nyeri non bawah
verbal - Nyeri ringan dengan skala
5 VAS
- Nyeri hilang timbul dan
dirasa ± 10menit saat
datang nyerinya
DO : - pasien terlihat
meringis kesakitan saat
ditekan perut bagian bawah
2 09.30 - Menjelaskan penyebab, DS : pasien mengatakan Ida
periode, dan pemicu nyeri setelah Operasi SC
nyeri DO : - pasien kooperatif dan
paham mengenai efek setelah
operasi SC
3 10.00 - Mengajarkan teknik S : - pasien mengatakan Ida
nonfarmakologis untuk sudah bisa melakukan tehnik
mengurangi nyeri napas dalam dan merasa
sedikit nyaman setelah tarik
napas dalam 3x
O : - pasien bisa melakukan
tehnik napas dalam
4 11.00 - Memonitor hasil S :- Ida
laboratorium O : - Hb 10.7 (L),
Leukosit 10.900 (N),
Trombosit 380000 (N),
hematokrit 33.9 (L), eritrosit
4.45 (N)
5 13.00 - Berkolaborasi S:- Ida
pemberian dosis dan O: analgesic keterolac (IV)
jenis analgesic
keterolac (IV)
6 13.30 -Menganjurkan melakukan S : pasien mengatakan mau Ida
aktivitas secara bertahap melakukan aktivitas bertahap
O : pasien post operasi SC
H1

No Tanggal Implementasi Respon Tanda


dan jam tangan
1 13/08/19 - Mengdentifikasi DS : pasien mengatakan Ida
09.00 lokasi,karakteristik, - Nyeri saat beraktifitas
durasi, frekuensi, - Nyeri seperti teriris benda
kualitas, intensitas tajam
nyeri - Nyeri dibagian perut
- Identifikasi nyeri non bawah
verbal - Nyeri ringan dengan skala
4 VAS
- Nyeri hilang timbul dan
dirasa ± 10menit saat
datang nyerinya
DO : - pasien terlihat
meringis kesakitan saat
ditekan perut bagian bawah
2 09.30 - Menjelaskan penyebab, DS : pasien mengatakan Ida
periode, dan pemicu nyeri setelah Operasi SC
nyeri DO : - pasien kooperatif dan
paham mengenai efek setelah
operasi SC
3 10.00 - Mengajarkan teknik S : - pasien mengatakan Ida
nonfarmakologis untuk sudah bisa melakukan tehnik
mengurangi nyeri napas dalam dan merasa
sedikit nyaman setelah tarik
napas dalam 3x
O : - pasien bisa melakukan
tehnik napas dalam
4 11.00 - Memonitor hasil S :- Ida
laboratorium O : - Hb 10.7 (L),
Leukosit 10.900 (N),
Trombosit 380000 (N),
hematokrit 33.9 (L), eritrosit
4.45 (N)
5 13.00 - Berkolaborasi S:- Ida
pemberian dosis dan O: analgesic keterolac (IV)
jenis analgesic
keterolac (IV)
6 13.30 -Menganjurkan melakukan S : pasien mengatakan mau Ida
aktivitas secara bertahap melakukan aktivitas bertahap
O : pasien post operasi SC
H2
No Tanggal Implementasi Respon Tanda
dan jam tangan
1 14/08/19 - Mengdentifikasi DS : pasien mengatakan Ida
09.00 lokasi,karakteristik, - Nyeri saat beraktifitas
durasi, frekuensi, - Nyeri seperti teriris benda
kualitas, intensitas tajam
nyeri - Nyeri dibagian perut
- Identifikasi nyeri non bawah
verbal - Nyeri ringan dengan skala
3 VAS
- Nyeri hilang timbul dan
dirasa ± 10menit saat
datang nyerinya
DO : - pasien terlihat
meringis kesakitan saat
ditekan perut bagian bawah
2 09.30 - Menjelaskan penyebab, DS : pasien mengatakan Ida
periode, dan pemicu nyeri setelah Operasi SC
nyeri DO : - pasien kooperatif dan
paham mengenai efek setelah
operasi SC
3 10.00 - Mengajarkan teknik S : - pasien mengatakan Ida
nonfarmakologis untuk sudah bisa melakukan tehnik
mengurangi nyeri napas dalam dan merasa
sedikit nyaman setelah tarik
napas dalam 3x
O : - pasien bisa melakukan
tehnik napas dalam
4 13.00 - Berkolaborasi S:- Ida
pemberian dosis dan O: analgesic keterolac (IV)
jenis analgesic
keterolac (IV)
5 13.30 -Menganjurkan melakukan S : pasien sudah bisa berjalan Ida
aktivitas secara bertahap O : pasien post operasi SC
H3
F. EVALUASI KEPERAWATAN

Kode Tanggal Catatan Perkembangan Paraf


Diagnosa Jam
Keperawatan
D.0077 14/02/20 S : pasien mengatakan Ida
Pukul - Nyeri berkurang dengan skala VAS 4
14.00 - Bisa melakukan tehnik napas dalam
WIB
O : - pasien terlihat lemah
- Bisa melakukan tehnik napas dalam
- Nadi teraba lemah
- TD : 120/90 mmhg, S : 36,5ºC, N :
82x/m, Rr 20x/m
- Terpasang infuseRL 20tpm
- Hb 10.7 (L), Leukosit 10.900 (N),
Trombosit 380000 (N), hematokrit
33.9 (L), eritrosit 4.45 (N)
A : Masalah belum teratasi sebagian
- Keluhan nyeri menurun (2)
- Meringis menurun (3)

P : Lanjutkan intervensi
- Manajemen nyeri (I.08238)
- Pemberian Analgesik (I.08243)
- Pemberian obat intravena
( I.02065)
(D.0056) 14/02/20 S : pasien mengatakan Ida
Pukul - Bisa melakukan tehnik napas dalam
14.00 - Mau meningkatkan asupan makanan
WIB dan cairan untuk pengobatan optimal
- Masih merasa lemah
- Sudah bisa berjalan

O : - pasien terlihat lemah


- Bisa melakukan tehnik napas dalam
- Mukosa bibir terlihat pucat
- Nadi teraba lemah
- TD : 120/90 mmhg, S : 36,5ºC, N :
82x/m, Rr 20x/m
- Terpasang infuseRL 20tpm
A : Masalah belum teratasi sebagian
- Keluhan lelah cukup menurun (3)
- Perasaan lemah cukup menurun (4)
- Tanda – tanda vital membaik (5)

P : Lanjutkan intervensi
- Manajemen energy (1.05176)
D.0055 14/02/20 S : - pasien mengatakan sudah bisa mulai Ida
Pukul tidur nyenyak
14.00
WIB O:
- Ny.D klien terlihat lebih rileks dan
nyaman
- Ny.D mampu melakukan napas dalam
secara mandiri
A : masalah keperawaan gangguan pola tidur
belum teratasi
- Keluhan sulit tidur cukup menurun
- Keluhan tidak puas tidur cukup menurun
- Keluhan pola tidur berubah menurun
- Keluhan istirahat tidak cukup menurun
P : lanjutkan intervensi
- Dukungan tidur
- Modifikasi lingkungan

Anda mungkin juga menyukai