Disusun Oleh :
A. JUDUL
The prevalence of dysphagia in primary care patients
B. PENELITI
Thad wilkins, MD,Ralph A, Gillies,Phd, Andria M. Thomas, PhD and Peggy J.Wagner, Phd
C. .LATAR BELAKANG
Disfagia biasanya terjadi pada pasien perawatan primer namun seringkali tidak di diskusikan
dengan dokter.
Menelan adalah refleks motor yang kompleks yang memerlukan koordinasi antara sistem
neurologis, orofaring, kerongkonga. Sebuah gangguan baik jinak maupun ganas, mengganggu
proses menelan dan menyebabkan disfagia.Pasien dengan disfagia menderita beban sosial dan
psikologis yang signifikan terkait dengan gejala kesulitan menelan, termasuk kecemasan dengan
makanan atau menghindari makan dengan orang lain.
Diagnosis disfagia penting karena morbiditas dan mortalitas terkait. Disfagia yang tidak di obati
dapat menyebabkan dehidrasi, malnutrisi, infeksi saluran pernafasan, dan kematian. Lansia
dengan gejala disfagia beresiko tinggi mengalami komplikasi disfagia, termasuk pnemonia
aspirasi. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi orang tua sebagai berisiko terhadap
perkembangan disfagia. Prevalensi disfagia makanan padat di temukan 7% pada pasien lanjut
usia di sebuah klinik pengobatan keluarga di universitas kedokteran.
D. REVIEW PENELITIAN
1. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi disfagia pada semua
pasien perawatan primer orang dewasa. Dalam publikasi ini dan dalam survei tersebut,
kami menggunakan istilah "disfagia" yang berarti pernah mengalami 1 atau lebih episode
perasaan bahwa makanan menempel di dada atau tenggorokan atau tersedak atau
terbatuk-batuk dengan menelan. Kami mendefinisikan disfagia klinis penting karena
2. METODE PENELITIAN
Menggunakan Metode penelitian Kualitatif dengan cara mengumpulkan orang dari usia 18
tahunke atas sebagai subyek survei anonim yang di kumpulkan di ruang tunggu klinik
sebelum pasien di periksa oleh dokter.
3. SAMPEL
Pencarian data dalam penelitian ini dilakukan di sebuah jaringan penelitian Georgia, dengan
12 kantor asuransi keluarga di hamesNet.
4. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini di lakukan di united kingdom
Dari mereka yang disfagia, 19% pasien dilaporkan mengalami gejala beberapa kali per hari. Tiga
Deskriptor Pasien dengan Disfagia Klinis Signifikan (Minimum Beberapa Kali Per Bulan) dan
tanpa Disfagia (n = 947) *
Tingkat respons yang relatif tinggi (71,6%) di antara subjek yang didekati diamati di tempat
praktik terbesar; Namun, situs yang lebih kecil tidak dapat melacak tingkat respons karena
kurangnya staf klinik dan keterbatasan waktu. Tingkat disfagia dilaporkan berkisar antara 5%
sampai 40%, dengan 10 dari 12 lokasi melaporkan persentase antara 14% dan 27%, termasuk
situs terbesar dimana tingkat respons dilacak. Tidak termasuk 2 situs di luar tidak mengubah
frekuensi rata-rata disfagia yang dilaporkan sendiri. Jumlah survei yang diperoleh di masing-
masing lokasi bervariasi dari 21 sampai 572 (lokasi latihan terbesar). Rata-rata jumlah survei
yang diperoleh di 11 lokasi komunitas adalah 35,6. χ2 analisis menunjukkan bahwa ada
beberapa perbedaan demografis antara situs dalam hal jenis kelamin (P = .029) dan persentase
orang Amerika Afrika (P <.0005). Namun, tidak ada perbedaan prevalensi disfagia yang
signifikan secara statistik atau item survei lainnya menurut lokasi.
Spechler SJ. AGA technical review on treatment of patients with dysphagia caused by benign
disorders of the distal esophagus. Gastroenterology 1999; 117: 233–54.
Ekberg O, Hamdy S, Woisard V, Wuttge-Hannig A, Ortega P. Social and psychological burden
of dysphagia: its impact on diagnosis and treatment. Dysphagia 2002; 17: 139–46
Marik PE, Kaplan D. Aspiration pneumonia and dysphagia in the elderly. Chest 2003; 124:
328–36 Robbins J, Hamilton JW, Lof GL, Kempster GB. Oropharyngeal swallowing in normal
adults of different ages. Gastroenterology 1992; 103: 823–9
Tracy JF, Logemann JA, Kahrilas PJ, Jacob P, Kobara M, Krugler C. Preliminary observations
on the effects of age on oropharyngeal deglutition. Dysphagia 1989; 4: 90–4.
C