Anda di halaman 1dari 13

UJI ANTIBAKTERI MINYAK WIJEN (Sesamum indicum L.

)
TERHADAP Streptococcus mutans

PROPOSAL

Oleh:
MOCHAMMAD FEBRI GHOZALI
17910047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
UJI ANTIBAKTERI MINYAK WIJEN (Sesamum indicum L.)
TERHADAP Streptococcus mutans

PROPOSAL

Diajukan kepada:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:
MOCHAMMAD FEBRI GHOZALI
17910047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020

i
UJI ANTIBAKTERI MINYAK WIJEN (Sesamum indicum L.)
TERHADAP Streptococcus mutans

PROPOSAL

Oleh:
MOCHAMMAD FEBRI GHOZALI
17910047

Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diuji:


Tanggal: 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

dr. Abdul Malik Setiawan, M.Infect., Dis dr. Yuliono Trika Nur Hasan, Sp. M
NIP 198002032009122002 NIP 19810207201701012122

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

dr. Ana Rahmawati, M.Biomed


NIP 197412032009122001

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara

keseluruhan. Kesehatan gigi dan mulut juga dapat merefleksikan kondisi tubuh

kekurangan nutrisi dan sebagai gejala penyakit lain. Berdasarkan The Global

Burden of Disease Study 2016 masalah kesehatan pada gigi dan mulut terutama

masalah karies gigi adalah penyakit yang dialami oleh hampir setengah dari

populasi penduduk di dunia atau kurang lebih 3,58 milyar jiwa. Pada urutan 11

penyakit yang paling banyak terjadi di dunia juga diisi oleh penyakit pada gusi

(periodontal). Sedangkan pada wilayah Asia Pasifik, kanker mulut menempati

urutan ke 3 jenis kanker yang paling banyak diderita (WHO, 2020). Di Indonesia

sendiri, menurut data Riskesdas 2018 sebanyak 57,6% penduduk Indonesia

mengalami masalah gigi dan mulut selama 12 bulan terakhir dan hanya 10,2%

dari meraka yang mendapat perawatan oleh tenaga medis. Sedangkan berdasarkan

kelompok umur, persentase terbesar yang mengalami masalah gigi dan mulut

adalah kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 67,3%, dan kelompok umur

dengan persentase masalah gigi dan mulut terendah berada pada kelompok umur

3-4 tahun dengan persentase 41,1%. Meskipun masih banyak yang mengalami

masalah gigi dan mulut, mayoritas penduduk Indonesia (94,7%) sudah memiliki

perilaku menyikat gigi yang baik yaitu menyikat gigi setiap hari. Namun dari

persentase tersebut hanya 2,8% yang menyikat gigi di waktu yang benar, yaitu

minimal dua kali, sesudah makan pagi dan sebelum tidur (Riskesdas, 2018).

1
2

Karies gigi sebagai masalah yang paling banyak dialami pendudukan dunia

disebabkan oleh reaksi asam yang diproduksi ketika gula dalam makanan atau

minuman bereaksi dengan bakteri yang ada dalam biofilm gigi (plak) pada

permukaan email. Di dalam rongga mulut sendiri, terdapat banyak spesies bakteri

yang hampir seluruhnya merupakan flora normal. Flora normal ini memberikan

keuntungan bagi inangnya dengan memberikan mekanisme resistensi kolonisasi di

mana koloni flora normal ini akan berkembang dan menempati beberapa daerah

sehingga bakteri patogen tidak dapat masuk daerah yang sudah ditempati flora

normal. Tetapi, dalam keadaan tertentu flora normal ini dapat berubah menjadi

patogen dan menyebabkan berbagai masalah gigi dan mulut (Aas et al., 2005).

Salah satu bakteri yang terdapat di rongga mulut adalah Streptococcus mutans.

Bakteri ini dilaporkan banyak ditemukan sebagai penyebab plak dan karies pada

gigi (Moynihan, 2004). Asam yang dihasilkan ketika gula dalam makanan atau

minuman bereaksi dengan bakteri tersebut menyebabkan hilangnya kalsium dan

fosfat dari enamel atau email yang mana proses ini disebut demineralisasi. Untuk

mengimbangi proses demineralisasi, air liur bertindak sebagai buffer yang

melarutkan dan menetralkan asam yang menyebabkan demineralisasi dan

merupakan pertahanan alami yang penting terhadap karies. Selain itu, air liur

menyediakan reservoir mineral yang dugunakan untuk remineralisasi dan

"menyembuhkan" setelah asam telah dinetralkan. Email mengalami

demineralisasi dan remineralisasi berkali-kali selama sehari dan ketika

keseimbangan ini terganggu dan demineralisasi melebihi remineralisasi, karies

gigi akan berkembang lebih cepat. Jika tidak lakukan perawatan secara rutin,

karies ini juga dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti rasa sakit, abses
3

gigi, kehilangan gigi, gigi patah, masalah mengunyah dan infeksi serius (Dental

Health Foundation, 2002).

Sebuah penelitian menyebutkan, pada karies gigi yang diambil dari berbagai

populasi yang berbeda, ditemukan bakteri Streptococcus mutans sebesar 74-94%.

Salah satu penyebab perkembangan bakteri ini cukup tinggi adalah kurang dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut (Moynihan, 2004). Rasulullah bersabda dalam

sebuah hadist, “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan

mereka untuk bersiwak setiap kali melakukan wudhu.” (HR. Al Bukhari dan

Muslim) ini menandakan bahwa Islam tidak menyepelekan urusan kesehatan gigi.

Dalam pandangan islam sendiri dijelaskan, semua anugrah yang Allah yang

diberikan kepada manusia harus dijaga agar dapat berfungsi dan dipergunakan

dalam waktu yang lama, termasuk gigi. Gigi menjadi alat yang penting untuk

manusia untuk mengunyah makanan sebelum makanan tersebut masuk kedalam

perut (Nata, 2004).

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya masalah pada

gigi dan mulut, salah satunya adalah perilaku konsumsi makanan dan minuman

yang mengandung gula secara berlebih. Gula yang tertinggal dalam gigi dan

mulut digunakan oleh bakteri dan diubah menjadi asam yang nantinya dapat

merusak enamel gigi dan dapat beresiko untuk mengalami karies gigi. Merokok

juga menjadi faktor resiko masalah gigi dan mulut. Indonesia sendiri menjadi

penyumbang persentase perokok terbanyak di negara ASEAN yaitu 46,16% dari

jumlah perokok di negara ASEAN. Merokok dapat menyebabkan noda pada gigi,

napas tidak sedap, hilangnya indera perasa dan penciuman, dan kanker mulut.

Selain itu, merokok bersamaan dengan mengkonsumsi alkohol juga dapat


4

memperberat resiko karena alkohol sendiri dapat mengiritasi mulut dan

kerongkongan. Sehingga mengkonsumsi rokok dan alkohol secara bersamaan

dapat meningkatkan resiko kanker mulut. Kemudian yang terakhir adalah

kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kurang menjaga kebersihan mulut

dapat menyebabkan terbentuknya plak dan meningkatkan perkembangan bakteri

dalam mulut (Riskesdas, 2018; Riskesdas, 2013). Selain itu, kurangnya perawatan

pada gigi terutama yang sudah mengalami plak ataupun karies juga dapat

menimbulkan masalah baru pada gigi.

Terapi untuk menjaga kebersihan mulut sebenarnya sudah diperkenalkan

sejak lama, terutama yang menggunakan bahan-bahan herbal. Salah satu

contohnya adalah dengan menggunakan teknik oil pulling dari Ayurveda.

Ayurveda adalah ilmu kesehatan yang berasal dari negara India. Ayurveda telah

dikenal ribuan tahun yang lalu. Secara global Ilmu Ayurveda dikenal sebagai ilmu

yang membahas tentang pengobatan yang menggunakan bahan alami sebagai

media pengobatannya, tidak hanya yang berasal dari tanaman organik, tetapi

Ayurveda juga yang bersumber dari mineral seperti sulfur hingga metal berat

seperti merkuri. Konsep oil pulling telah dibahas dalam Teks Ayurvedic, Charak

Samhita (Sutrasthana 5, 78-80) sebagai ‘Kavalagraha’ atau ‘kavala gandoosha’.

Konsep ini dipopulerkan oleh Dr. Karach pada tahun 1990-an di Rusia.

Terapi oil pulling dapat dilakukan dengan menggunakan minyak nabati

seperti minyak wijen, selain itu juga bisa menggunakan minyak bunga matahari

atau minyak kelapa (Amith et al., 2007). Minyak wijen, selain mudah didapatkan

juga mengandung asam lemak omega-3, omega-6 dan omega-9 yang berhubungan

dengan kemampuan antioksidan, vitamin, dan mineral, selain itu juga memiliki
5

manfaat antibakterial, yang dapat memberikan penyembuhan dari berbagai

penyakit (Anand et al., 2008). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa senyawa

antioksidan dapat menghambat pertumbuhan mikroba melalui penghambatan

donor elektron dalam sel, kebocoran protein intraseluler dan perubahan FA vital

dalam organisme, dan penekanan pertumbuhan ragi dan transisi hifa pada spesies

jamur. Sehingga asam lemak omega-3, juga memiliki mekanisme antibakteri

seperti gangguan komunikasi sel ke sel, gangguan produksi adenosin trifosfat

(ATP), perubahan hidrofobik membran, memblokir enzim FabI untuk

mengganggu sintesis asam lemak, menyebabkan kebocoran seluler melalui

peningkatan kutub membran, dan gangguan sistem transpor elektron (Zheng et al.,

2005; Carballeira, 2008; Desbois and Smith, 2010).

Pada minyak wijen juga terkandung asam linoleat

Menurut firman allah dalam QS. Ali-imron ayat 191:

‫هّٰللا‬
‫ض َربَّنَا َما خَ لَ ْقتَ ٰه َذا‬
ِ ۚ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫الَّ ِذ ْينَ يَ ْذ ُكرُوْ نَ َ قِيَا ًما َّوقُعُوْ دًا َّوع َٰلى ُجنُوْ بِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُوْ نَ فِ ْي َخ ْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

‫ار‬ َ ‫اطاًل ۚ ُسب ْٰحنَكَ فَقِنَا َع َذ‬


ِ َّ‫اب الن‬ ِ َ‫ب‬

Berdasarkan ayat diatas, Allah SWT memerintahkan kepada umat manusia

untuk memahami bahwasanya segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya tidak ada

yang sia-sia dan pasti memberi manfaat untuk kesejahteraan manusia di muka

bumi (Abdushshamad, 2003). Termasuk tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar

kita, begitu juga wijen pasti memiliki manfaat tersendiri.

Menurut sumber yang ada, penelitian terkait minyak wijen sebagai

antimikroba yang diuji langsung terhadap Streptococcus mutans masih terbatas.


6

Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan minyak

nabati terutama minyak wijen yang dapat digunakan dalam terapi oil pulling untuk

mengetahui efektivitasnya dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut serta

menghambat perkembangan bakteri rongga mulut yang sering menyebabkan plak

dan karies gigi, yaitu Streptococcus mutans.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, maka diambil

rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh antimikroba minyak wijen (Sesamum Indicum L.)

terhadap Streptococcus mutans?

2. Bagaimana perbandingan jumlah Streptococcus mutans sebelum dan sesudah

pemberian minyak wijen (Sesamum Indicum L.)?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan tujuan umum dari

penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh antimikroba pada minyak wijen (Sesamum

Indicum L.) terhadap Streptococcus mutans.

2. Untuk mengetahui perbandingan jumlah Streptococcus mutans sebelum dan

sesudah pemberian minyak wijen (Sesamum Indicum L.)

1.3.2 Tujuan Khusus


7

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan

khusus dari penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh efek antimikroba minyak wijen (Sesamum

Indicum L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans

2. Untuk mengetahui zona hambat minyak wijen (Sesamum Indicum L.) pada

bakteri Streptococcus mutans.

3. Untuk mengetahui jumlah kolonisasi bakteri Streptococcus mutans sebelum

pemberian minyak wijen (Sesamum Indicum L.).

4. Untuk mengetahui jumlah kolonisasi bakteri Streptococcus mutans sesudah

pemberian minyak wijen (Sesamum Indicum L.).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya

terkait manfaat minyak wijen dalam memelihara kebersihan mulut dan gigi.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat dan dapat diaplikasikan pada kehidupan

sehari-hari sebagai terapi mandiri dirumah guna memelihara kebersihan mulut dan

gigi.
8

DAFTAR PUSTAKA

Aas J.A., Paster B.J., Stokes L.N., Olsen I., Dewhirst F.E., 2005. Defining the
Normal Bacterial Flora of the Oral Cavity. Journal of Clinical
Microbiology [serial online]; 43(11): 572--5732. Available from:
http://jcm.asm.org/cgi/reprint/43/11/5721
Abdushshamad, M. K. 2003. Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an. Akbar Media
Eka Sarana. Jakarta
Amith H.V., Ankola A.V., Nagesh L., 2007. Effect of oil pulling on plaque and
gingivitis. Journal of Oral Health and Community Dentistry
Anand T.D., Pothiraj C., Gopinath R.M., Kayalvizhi B., 2008. Effect of oil-
pulling on dental caries causing bacteria. Afr J Microbiol Res.
Banas JA, Vickermann MM. Glucan Binding Protein of The Oral streptococcus.
Critical Review Oral Biologi & Medecine. 2003; 14: 89.
Bekeleski GM, McCombs G, Melvin WL, 2012. Oil pulling: an ancient practice
for a modern time. J Int Oral Health;4:1e10.
Carballeira NM, 2008. New advances in fatty acids as antimalarial,
antimycobacterial and antifungal agents. Prog Lipid Res, 47(1):50-61.
https://doi.org/10.1016/j.plipres.2007.10.002
Dental Caries (Tooth Decay), 2002. Dental Health Foundation. Available from:
https://www.dentalhealth.ie/dentalhealth/causes/dentalcaries.html
Desbois AP, Smith VJ, 2010. Antibacterial free fatty acids: activities, mechanisms
of action and biotechnological potential. Appl Microbiol Biotechnol,
85(6):1629-1642. https://doi.org/10.1007/s00253-009-2355-3
FDI World Dental Organization. 2019. FDI's Definition of Oral Health.
https://www.fdiworlddental.org/oral-health/fdi-definition-of-oral-health
Fejerskov O, Kidd E. Dental Caries The Desease and Its Clinical Management.
2nd Edition. Blackwell Munksgaard. 2008.
Kaushik M, Reddy P, Roshni, Udameshi P, Mehra N, Marwaha A., 2016. The
Effect of Coconut Oil pulling on Streptococcus mutans Count in Saliva in
Comparison with Chlorhexidine Mouthwash. The Journal of
Contemporary Dental Practice.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Moynihan P, Petersen P.E., 2004. Diet, nutrition and the prevention of dental
diseases. Public Health Nutrition; 7(1A): 201-25.
Napimoga MH, Hofling JF, Klen MI, Kamiya RU, Goncalves RB. Transmisssion
Diversity And Virulence Factor Of Streptococcus Mutans Genotype.
Journal of Oral Science. 2005; 47(2): 59-64.
Nata, Abudin, Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2004
Peedikayil FC, Sreenivasan P, Narayanan A, 2015. Effect of coconut oil in plaque
related gingivitis e a preliminary report. Niger Med J;56:143e147.
Shanbhag K.V.L., 2017. Oil pulling for maintaining oral hygiene – A review.
Journal of Traditional and Complementary Medicine .Volume 7. Issue 1;
Pages 106-109.
9

Sood P, Devi MA, Narang R, V S, Makkar DK, 2014. Comparative efficacy of oil
pulling and chlorhexidine on oral malodor: a randomized controlled trial.
Journal of Clinical and Diagnostic Research. ZC18-21.
Suci Romadhona, Musthofa Lutfi, Rini Yulianingsih. 2015. Studi metode dan
lama pemanasan pada ekstraksi minyak biji wijen (Sesamum indicum L.).
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. 3(1): 50-57
WHO. 2018. Oral Health. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/oral-
health (akses 5 Januari 2021)
Zheng CJ, Yoo JS, Lee TG, et al., 2005. Fatty acid synthesis is a target for
antibacterial activity of unsaturated fatty acids. FEBS Lett, 579(23):5157-
5162 https://doi.org/10.1016/j.febslet.2005.08.028

Anda mungkin juga menyukai