Disusun Oleh :
Kelompok 5
i
BAB I PEMBAHASAN
b) Oksigan Terlarut / DO
1
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam
air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya
didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota
akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua
aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif
yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).
C) CO2
d) Amonia
Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat,
sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul
(NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk
molekul dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan
Andi,2009).
2
Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)
e) Nitrat nitrogen
f) Orthophospat
3
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi
yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan
fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat
dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu
perairan, secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup
diperairan tersebut.
4
Pengeringan
Contoh tanah disebarkan merata di atas tampah dialasi kertas sampul. Beri label karton
yang berisi nomor laboratorium pada tiap contoh yang diselipkan di bawah kertas.
Pembersihan sisa-sisa tanaman, akar-akar, kerikil dan kotoran lain.
Penyeragaman bentuk tanah dengan cara melakukan pemecahan bongkahan besar
menjadi kecil menggunakan tangan.
Setelah selesai selanjutnya melakukan penyimpanan contoh sampel tanah pada rak di
ruangan khusus bebas kontaminan (terlindung dari sinar matahari) atau dapat juga
langsung dimasukkan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 derjat celcius.
Penumbukan/pengayakan
Penyiapan contoh-contoh tanah dengan ukuran partikel < 2 mm dan < 0,5 mm
disediakan dengan cara sebagai berikut:
Penumbukan Contoh tanah pada mesin giling atau lumpang porselen kemudian diayak
dengan ayakan (ukuran lubang ayakan sebesar 2 mm).
Simpan contoh tanah tersebut kedalam botol yang sudah diberi nomor contoh.
dan Pada Contoh <2 mm dilakukan pengambilan lagi contoh tanah ukuran < 0,5 mm
kemudia digerus atau digiling dan diayak dengan ayakan berukuran 0,5 mm. Lumpang,
ayakan dan alat-alat lainnya harus keadaan bersih sebelum dipakai untuk contoh
berikutnya.
Penyimpanan
Penyimpanan contoh tanah yang akan dianalisis didalam ruang contoh yang
berdekatan dengan ruang timbang. hal ini bertujuan agar untuk jangka waktu tertentu
memudahkan bila diperlukan pengulangan analisis tanah.
2. Penetapan kadar air kering mutlak
Dasar penetapan
Contoh tanah dipanaskan pada suhu 105 derajat celcius dalam kurung waktu selama 3
jam. bertujuan untuk menghilangkan air pada tanah. Sebelum dan setelah melakukan
pengeringan kadar air dari contoh diketahui dan dicatat sehingga didapati perbedaan
bobot contoh sebelum dan setelah dikeringkan. Faktor koreksi kelembapan dihitung dari
kadar air contoh.
5
Cara kerja
Perhitungan
Kadar Air (%) = (kehilangan bobot / bobot contoh) x 100
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100 / (100 – kadar air)
Neraca analitik
Botol kocok 100 ml
Dispenser 50 ml/gelas ukur
Mesin pengocok
Labu semprot 500 ml
Konduktometer dengan sel platina Pereaksi
Air bebas ion yang bebas CO2. Masak Air bebas ion samapai mendidih dan
dinginkan sebelum digunakan untuk membuat semua pereaksi penetapan DHL.
Larutan baku NaCl 0,010 M atau KCl 0,010 M. Larutan ini memiliki daya hantar
listrik sebesar 1.413 μS cm-1. Timbang 0,5844 g NaCl p.a. yang telah dikeringkan
pada 105 oC selama 2 jam atau 0,7455 g KCl p.a. yang telah dikeringkan pada 110 oC
selama 2 jam.Masukan ke dalam labu ukur 1 l, larutkan dengan air bebas ion hingga 1
l.
6
Cara kerja
Timbang 10,00 g contoh tanah ke dalam botol kocok, tambahkan 50 ml air bebas ion.
Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit.
Pengukuran DHL suspensi tanah dengan alat konduktometer yang sebelumnya telah
dikalibrasi menggunakan larutan baku NaCl. Setiap akan melakukan kalibrasi dan
mengukur contoh elektrode dicuci dan dikeringkan dengan tisu.
Pelaporan Nilai DHL menggunakan satuan dS m-1 menggunakan 3 desimal.
Catatan:
4. Penetapan pH Tanah
Dasar penetapan
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakan
sebagai –log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur
oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas sebagai elektrode pilihan khusus
H+yang hanya dapat mengukur potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+.
Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode pembanding (kalomel atau
AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding
dan elektrode gelas (elektrode kombinasi). kemasaman aktif (aktual) dinyatakan dengan
Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air sedangkan kemasaman cadangan (potensial)
dinyatakan dengan pengekstrak KCl 1 N.
Neraca analitik
Botol kocok 100 ml
Dispenser 50 ml gelas ukur-1
Mesin pengocok
Labu semprot 500 ml
pH meter
7
Pereaksi
8
CO termasuk gas rumah kaca lemah, sehingga secara langsung CO hanya berdampak
kecil kepada pemanasan global. Akan tetapi, dampak tidak langsung yang
ditimbulkannya cukup besar, karena keberadaannya mempengaruhi konsentrasi gas
rumah kaca lain, seperti CH4, O3 troposferik (smog), dan CO2.
Dampak pencemaran karbon monoksida (CO) terhadap hewan adalah jika terhisap ke
dalam paru-paru, gas CO akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat
racun metabolis, yaitu racun yang ikut bereaksi secara metabolis dengan arah. Seperti
oksigen, karbon monoksida mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin).
Ternyata ikatan karbon monoksida dengan darah atau karboksihemoglobin jauh lebih
stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Kestabilan
karboksihemoglobin kira-kira 140 kali kestabilan oksihemoglobin. Keadaan ini
menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap CO dan menyebabkan fungsi
vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu.
Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan ringan seperti pusing, sakit kepala, dan
mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh,
gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung, bahkan kematian.
9
d. Dampak terhadap tumbuhan
Pengaruh CO terhadap tanaman sebesar 100 ppm tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada tanaman tingkat tinggi. Pada paparan CO sebesar 2000 ppm selama 35 jam
dapat menghambat kemampuan bakteri untuk memfiksasi nitrogen.
10
d. Dampak terhadap tumbuhan
Peningkatan kosentrasi CO2 di atmosfer sudah terjadi sejak beberapa ratus tahun yang
lalu, namun lajunya mengalami peningkatan yang sangat tinggi dalam beberapa
decade terakhir. Hal ini memicu terjadinya adaptasi tanaman terhadap perubahan
karakteristik dalam tubuhnya. Sebuah pengamatan dengan menggunakan mikroskop
elektron menunjukkan adanya penipisan pada dinding bundle seath cell pada tanaman
yang ditanam pada kosentrasi CO2 700 μl l-1 dibandingkan dengan tanaman yang
ditanam pada kosentrasi 350 μl l-1. Hal ini diakibatkan oleh penurunan jumlah
suberin pada dinding sel dan menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas
bundle seath cell terhadap CO2. Sedangkan peningkatan kosentrasi CO2 tidak
menunjukkan perubahan nyata pada jumlah stomata serta panjang sel penjaga
(Walting et. al., 2000).
Luas daun kacang tanah meningkat ketika ditanam pada kandungan CO2 yang tinggi
(800 μmol) pada suhu 25/15 derajat celcius dibandingkan dengan tanaman yang
ditanam pada lingkungan dengan kandungan CO2 sebesar 400μ mol, namun demikian
kondisi tersebut tidak terjadi pada suhu yang lebih tinggi (Pilumwong et. al., 2007)
Dalam produksi gas dan minyak, CO2 selain H2S merupakan salah satu factor utama
penyebab korosi. Gas ini tidak bersifat korosif jika berada dalam keadaan kering dan
tidak terlarut dalam air. Jika terlarut dalam air gas ini akan membentuk suatu asam
lemah H2CO3 yang bersifat korosif.
11
Laju korosi pada korosi CO2 ditentukan oleh sifat lapisan produk korosi yang
terbentuk pada permukaan logam. Jika lapisan terbentuk pada keadaan yang sesuai
maka akan terbentuk lapisan protektif yang dapat menurunkan laju korosi.
NOx dapat bereaksi dengan SO2 di atmosfer dan membentuk hujan asam. Bagi
lingkungan, hujan asam dapat menurunkan pH badan air, sehingga kondisi badan air
tidak mendukung kehidupan beberapa biota air. Selain itu, hujan asam dapat merusak
bangunan dan fasilitas umum
Terjadinya emisi zat-zat pencemar ke atmosfer (udara) seperti partikulat, NOx, SO2,
HF, dan lain-lain yang kemudian berinteraksi dengan tumbuhan dan perairan beik
melalui proses pengendapan ataupun penempelan, akan berpengaruh langsung
terhadap vegetasi dan biota perairan hingga dapat menjalar pada hewan-hewan
melalui ranntai makanan yang telah terkontaminasi zat pencemar terseebut.
Pengaruh Oksida Nitrogen (NOx) pada dosis tinggi terhadap hewan berupa terjadinya
gejala paralisis sistem syaraf dan konvulusi, dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa
pemaparan NO dengan dosis 2500 ppm terhadap tikus akan berpengaruh kehilangan
kesadaran 6-7 menit, bila pemaparan terjadi selama 12 menit, maka tikus tersebut
akan mati. Begitu pula pengaruh NO2 terhadap hewan, NO2 yang bersifat racun, pada
konsentrasi lebih dari 100 ppm akan bersifat lethal terhadap kebanyakan hewan dan
90%
12
kematian tersebut disebabkan oleh gejala edema pulmonary. NO2 pada konsentrasi
800 ppm akan berakibat kematian 100 %.
Dampak pencemaran udara terhadap material dapat berupa timbulnya karat pada
permukaan logam, yang menyebabkan terlepas dan hilangnya material dari
permukaan serta perubahan kemampuan elektris logam. Dampak yang terjadi pada
material adalah terjadinya korosi dan hilangnya keindahan material tersebut.
13
b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan
NOx dapat bereaksi dengan SO2 di atmosfer dan membentuk hujan asam. Bagi
lingkungan, hujan asam dapat menurunkan pH badan air, sehingga kondisi badan air
tidak mendukung kehidupan beberapa biota air. Selain itu, hujan asam dapat merusak
bangunan dan fasilitas umum.
Dampak negatif zat-zat pencemar udara terhadap fauna (hewan) tidak berbeda jauh
dengan dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan. Dampak
terhadap hewan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara langsung
terjadi bila ada interaksi melalui sistem pernafasan sebagaimana terjadi pada manusia.
Dampak tidak langsung terjadi melalui suatu perantara, baik tumbuhan atau perairan
yang berfungsi sebagai bahan makanan hewan. Konsentrasi SO2 400-800 ppm akan
berpengaruh langsung dan sangat berbahaya, meskipun hanya terjadi kontak secara
singkat.
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi
dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-
tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan
tanaman iniakan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan
berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran
oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan
daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian
tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena
deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium
merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium
disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan
kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.
14
Pada dasarnya ekosistem darat tumbuhan mudah terpengaruh. Perbedaan dalam
kerentanan pada berbagai spesies tanaman yang berbeda telah didokumentasi dengan
baik. Hal ini konsisten dengan adanya beragam spesies tanaman dari pusat kota dan
daerah industri, sedangkan spesies yang sama dekat dengan daerah perbatasan.
Kerentanan selalu mencerminkan perbedandalam faktor genetik, umur, atau keadaan
fisiologis. Tidak hanya adanya perbedaan antara spesies tetapi seringkali terdapat
keragaman antara genotiftanaman. Dalam sejumlah kasus terjadi seleksi genetik
didalam beberapa komunitas tanaman alamiah terhadap daya tahan pencemaran
atmosfer. Pengaruh sulfur dioksida dan presipitasi asam paling nyata dan buruk dalam
ekosistem hutan yang berbatasan dengan peleburan atau beberapa sumber pusat
pencemaran lainnya. Sejalan dengan penelitian lainnya, spesies lumut bertambah dan
diversivitas meningkat dengan meningkatnya jarak dari gedung dibandingkan dengan
sisi arus angin naik. Jenis pepohonan tertentu, sweet birch dan pinus putih, diketahui
paling rentan terhadap pencemaran atmosfer.
15
dikonversi menjadi asam sulfuric yang merusak struktur kulit dan kertas, pada
awalnya pinggiran buku yang terpapar mulai berwarna kecoklatan dan retak pada
sendi-sendinya. Jika pemaparan ini terus berlangsung retakan akan semakin luas dan
buku menjadi hancur.
TSP terbagi menjadi partikel kasar (PM10) dan partikel halus (PM2,5). Apabila
PM10 terhirup oleh manusia, dapat timbul gangguan pernapasan. PM2,5 lebih bahaya
bagi manusia karena dapat mencapai bagian bawah sistem pernapasan, yang akan
berakibat kepada timbulnya kerusakan jaringan paru-paru, kanker, dan kematian.
Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran debu pada kesehatan sangat tergantung
pada komposisi kandungan kimianya, contohnya adalah debu asbes yang terjadi
akibat pengereman kendaraan bermotor yang menggunakan asbes untuk kanvas
remnya. Debu asbes tersebut akan menyebabkan asbestosis yang berdampak pada
penyakit kanker.
Debu yang mengandung logam berat juga mempunyai potensi untuk dapat
menimbulkan fibrosis pada paru dan iritasi mukosa. Beberapa partikel logam seperti
Be (Berilium) dapat menimbulkan penyakit pneumonic yang akut, sedangkan debu
arsen dapat
16
menimbulkan kanker paru dan kanker kulit. Dampak lainnya dari partikel debu adalah
terhalangnya jarak pandang,
Pengaruh partikulat terhadap tanaman terutama adalah dalam bentuk debunya, dimana
debu tersebut bergabung dengan uap air atau air hujan gerimis akan membentuk kerak
yang tebal pada permukaan daun, dan tidak dapat tercuci dengan air hujan kecuali
dengan menggosoknya. Lapisan kerak tersebut akan mengganggu proses fotosintesis
pada tanaman karena menghambat masuknya sinar matahari dan mencegah
pertukaran CO2 dengan atmosfer. Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi
terganggu. Bahaya lain yang ditimbulkan dari pengumpulan partikulat pada tanaman
adalah kemungkinan bahwa partikulat tersebut mengandung komponen kimia yang
berbahaya bagi hewan yang memakan tanaman tersebut.
Tanaman yang tumbuh didaerah dengan tingkat pencemaran yang tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan
bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi tanaman dapat menghambat proses
fotosintesis.
Logam biasanya tahan terhadap korosi di dalam udara kering atau di udara bersih
yang hanya mengandung sedikit air. Partikulat dapat merangsang korosi, terutama
dengan adanya komponen yang mengandung partikel hidroskopik atau sulfur. Fungsi
partikulat dalam merangsang kecepatan korosi adalah karena partikulat dapat berungsi
sebagai inti
17
dimana uap air dapat mengalami kondensasi, sehingga gas yang diserap oleh
partikulat akan terlarut di dalam droplet air yang terbentuk. Polutan partikulat juga
dapat merusak bahan bangunan yang terbuat dari tanah, cat, dan tekstil.
6. Hidrokarbon
Apabila konsentrasi hidrokarbon di udara sangat tinggi, gas metana (CH4) dapat
mengurangi ketersediaan oksigen di udara, sehingga dapat mengakibatkan sesak
napas bagi manusia yang menghirupnya.
Metana (CH4) adalah gas rumah kaca kedua yang paling banyak diemisikan ke
atmosfer. CH4 memiliki nilai Global Warming Potential yang tinggi, yaitu sekitar 28-
36 tahun, sehingga ia termasuk gas rumah kaca yang paling berbahaya walaupun
hanya tersedia di atmosfer dalam konsentrasi kecil.
Hidrokarbon yang bersifat mutagenic akan sangat rentan pada hewan. Beberapa
percobaan pada hewan telah membuktikan adanya indikasi perubahan gen pada
hewan tersebut. Dengan kekalan massa yang berlaku, konsumsi hewan yang tercemar
oleh manusia akan memindahkan kandungan senyawa hidrokarbon ke manusia.
18
Pemberian PAN dengan konsentrasi 0.02-0.05 ppm sudah cukup untuk menyebabkan
kerusakan tanaman.
A. Bila mendapat sampel makanan, yang perlu diperhatikan dan dicatat yaitu:
19
Kadar KIO3
Kadar Air
Kadar NaCl (Kadar Ca, Mg, SO4, Cl)
2. Sampel Minyak Goreng
Kadar Air
Bilangan Peroksida
Bilangan Penyabun
Bilangan Iod
Bilangan asam / asam lemak bebas
Bilangan Polenke
3. Sampel daging dalam kaleng
Kadar Protein
Kadar Lemak
Kadar NO2 & NO3
4. Sampel Susu Kemasan
Kadar Lemak
Kadar Protein
Kadar Karbohidrat
Kadar Air
5. Sampel Minuman Beralkohol
Sampel alkohol dibagi tiga sesuai dengan konsentrasi etanol yang terkandung di dalam
minuman tersebut.
1. Golongan A
Etanol terlarut < 5%
contohnya : Beer
2. Golongan B
Etanol terlarut 5-20%
contohnya : Anggur
3. Golongan C
Etanol terlarut 30-55%
contohnya : Vodka, Joni Walker
Parameter yang diperiksa yaitu
Kadar Etanol
Kadar Metanol
Pewarna
Pengawet (biasanya SO2)
20
DAFTAR PUSTAKA
https://rinoitink.blogspot.com/2017/07/analisis-kimia-tanah-kadar-air-daya.html
https://blogs.itb.ac.id/pencemud1klp5/2016/03/10/parameter-pencemaran-udara-dan-
dampaknya/
http://mltunite.blogspot.com/2009/03/kimia-makanan-minuman-amami.html
http://inilingkunganku.blogspot.com/2014/01/kualitas-air-dan-parameter-kualitas-air.html
21