Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

“METODE PEMERIKSAAN KIMIA”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Adilla Lulu Fujianti (P21345119001)

Cindy Fadhilah Muryanto (P21345119017)

Gita Nur Anggraini (P21345119031)

Hana Anggita (P21345119034)

Hani Nuri Sabrina (P21345119035)

Muhammad Nur Alif (P21345119047)

1D3A Kesehatan Lingkungan

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 2

Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120


Telp. 021.7397641, 7397643 Fax. 021.7397769
E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.i

i
BAB I PEMBAHASAN

1.1 Metode Pemeriksaan Kimia Air


a) pH

            Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur


dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari
ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak
banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan
demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah PH dan
cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan bagi air
tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki potensi
keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.

            pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi


kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh
hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi),  kandungan oksigan terlarut
akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan
selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar
ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9.0
dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan Andi,2009).

b) Oksigan Terlarut / DO

            Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh


suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan
dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan
oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi
kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana
oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga
terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.

1
            Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam
air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya
didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota
akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua
aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif
yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).

C) CO2

            Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-


tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.
Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun
kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu secara
langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan Andi,2009).

            Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi


keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida memiliki
kelarutan yang relatif banyak.

d) Amonia

            Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat,
sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul
(NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk
molekul dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan
Andi,2009).

            Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi


amonia oleh  ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa
diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan- protein ikan)
dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :

2
Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)

Keterangan :  NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto

                        Protein : protein dalam pakan

                        6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.

e) Nitrat nitrogen

            Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae


memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen
yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen
(organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan konsentrasinya lambat laun
akan berubah bila didalamnya ada faktor yang mempengaruhinya sehingga antara lain
akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.

            Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak


terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada
kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga
mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah
1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada perairan yang planktonya
blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.

f) Orthophospat

            Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia


bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan pasti.
Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang biasanya
tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan
sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi orthophospat yang terlarut dalam air
dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari setelah perlakuan.

3
            Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi
yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan
fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat
dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu
perairan, secara alami terdapat  sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup
diperairan tersebut.

1.2 Metode Pemeriksaan Kimia Tanah


Analisis tanah bertujuan memberikan data sifat kimia dan fisika serta status unsur
hara di dalam tanah. Selain untuk uji tanah, analisis tanah juga diperlukan untuk evaluasi
lahan dan klasifikasi tanah. Dalam Peningkatan Hasil Pertanian perbaikan kesuburan tanah
sangat diperlukan yang dilakukan dengan melakukan Uji tanah sebagai bahan pembuatan
rekomendasi pemupukan. Hasil analisis air dapat digunakan sebagai dasar penilaian kualitas
air irigasi, intensitas pencucian hara dari suatu lahan, tingkat erosi dan kuantitas pasokan.
Adapun analisis pupuk sangat diperlukan dalam penelitian pertanian maupun perdagangan
sebagai bahan uji mutu pupuk.
Berikut teknik analisis kimia tanah :

1. Persiapan contoh di laboratorium


Pencatatan contoh

 Ambil Contoh tanah dari lapangan.


 Tanah harus disertai kelengkapan surat permintaan analisis berisi jenis analisis yang
diperlukan dan daftar contoh, diterima oleh administrasi laboratorium.
 Pencatatan nomor permintaan analisis didalam buku administrasi (jumlah dan nomor
contoh).
 Pembuatan nomor laboratorium setiap contoh yang ditulis pula pada label karton.
 Pembuatan laporan hasil analisis yang telah selesai dikerjakan didalam administrasi
laboratorium.
 Dokumentasikan surat permintaan dan daftar hasil analisis.

4
Pengeringan

 Contoh tanah disebarkan merata di atas tampah dialasi kertas sampul. Beri label karton
yang berisi nomor laboratorium pada tiap contoh yang diselipkan di bawah kertas.
 Pembersihan sisa-sisa tanaman, akar-akar, kerikil dan kotoran lain.
 Penyeragaman bentuk tanah dengan cara melakukan pemecahan bongkahan besar
menjadi kecil menggunakan tangan.
 Setelah selesai selanjutnya melakukan penyimpanan contoh sampel tanah pada rak di
ruangan khusus bebas kontaminan (terlindung dari sinar matahari) atau dapat juga
langsung dimasukkan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 derjat celcius.

Penumbukan/pengayakan
Penyiapan contoh-contoh tanah dengan ukuran partikel < 2 mm dan < 0,5 mm
disediakan dengan cara sebagai berikut:

 Penumbukan Contoh tanah pada mesin giling atau lumpang porselen kemudian diayak
dengan ayakan (ukuran lubang ayakan sebesar 2 mm).
 Simpan contoh tanah tersebut kedalam botol yang sudah diberi nomor contoh.
 dan Pada Contoh <2 mm dilakukan pengambilan lagi contoh tanah ukuran < 0,5 mm
kemudia digerus atau digiling dan diayak dengan ayakan berukuran 0,5 mm. Lumpang,
ayakan dan alat-alat lainnya harus keadaan bersih sebelum dipakai untuk contoh
berikutnya.

Penyimpanan
Penyimpanan contoh tanah yang akan dianalisis didalam ruang contoh yang
berdekatan dengan ruang timbang. hal ini bertujuan agar untuk jangka waktu tertentu
memudahkan bila diperlukan pengulangan analisis tanah.
2. Penetapan kadar air kering mutlak
Dasar penetapan
Contoh tanah dipanaskan pada suhu 105 derajat celcius dalam kurung waktu selama 3
jam. bertujuan untuk menghilangkan air pada tanah. Sebelum dan setelah melakukan
pengeringan kadar air dari contoh  diketahui dan dicatat sehingga didapati perbedaan
bobot contoh sebelum dan setelah dikeringkan. Faktor koreksi kelembapan dihitung dari
kadar air contoh.

5
Cara kerja

 Pinggan alumunium terlebih dahulu ditimbang.


 Contoh tanah kering udara dalam pinggan aluminium Timbang  sebanyak 5,000 g.
 Kemudian dilakukan pengeringan di dalam oven pada suhu 105 derajat Celcius
selama 3 jam.
 Angkat pinggan dengan penjepit dan masukkan ke dalam eksikator.
 Setelah contoh tanah dingin kemudian timbang.
 Maka Bobot yang hilang adalah bobot air tanah.

Perhitungan
Kadar Air (%) = (kehilangan bobot / bobot contoh) x 100
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100 / (100 – kadar air)

3. Penetapan daya hantar listrik


Dasar penetapan
Nilai daya hantar listrik (DHL) mencerminkan kadar garam yang terlarut dS/M.
Peningkatan konsentrasi garam yang terlarut akan menaikkan nilai DHL larutan yang
diukur oleh alat menggunakan elektrode platina.
Peralatan

 Neraca analitik
 Botol kocok 100 ml
 Dispenser 50 ml/gelas ukur
 Mesin pengocok
 Labu semprot 500 ml
 Konduktometer dengan sel platina Pereaksi
 Air bebas ion yang bebas CO2.  Masak Air bebas ion samapai mendidih dan
dinginkan sebelum digunakan untuk membuat semua pereaksi penetapan DHL.
 Larutan baku NaCl 0,010 M atau KCl 0,010 M. Larutan ini memiliki daya hantar
listrik sebesar 1.413 μS cm-1. Timbang 0,5844 g NaCl p.a. yang telah dikeringkan
pada 105 oC selama 2 jam atau 0,7455 g KCl p.a. yang telah dikeringkan pada 110 oC
selama 2 jam.Masukan ke dalam labu ukur 1 l, larutkan dengan air bebas ion hingga 1
l.

6
Cara kerja

 Timbang 10,00 g contoh tanah ke dalam botol kocok, tambahkan 50 ml air bebas ion.
Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit.
 Pengukuran DHL suspensi tanah dengan  alat konduktometer yang sebelumnya telah
dikalibrasi menggunakan larutan baku NaCl. Setiap akan melakukan kalibrasi dan
mengukur contoh elektrode dicuci dan dikeringkan dengan tisu.
 Pelaporan Nilai DHL menggunakan satuan dS m-1 menggunakan 3 desimal.

Catatan:

 Prosedur di atas menggunakan rasio 1:5


 Rasio dapat berubah sesuai jenis contoh dan permintaan
 1 dS m-1 = 1 mS cm-1 = 1mmhos cm-1 = 1000 μS cm-1 = 1000 μmhos cm-1

4. Penetapan pH Tanah
Dasar penetapan
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakan
sebagai –log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur
oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas sebagai elektrode pilihan khusus
H+yang hanya dapat mengukur potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+.
Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode pembanding (kalomel atau
AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding
dan elektrode gelas (elektrode kombinasi). kemasaman aktif (aktual) dinyatakan dengan
Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air sedangkan kemasaman cadangan (potensial)
dinyatakan dengan pengekstrak KCl 1 N.

 Neraca analitik
 Botol kocok 100 ml
 Dispenser 50 ml gelas ukur-1
 Mesin pengocok
 Labu semprot 500 ml
 pH meter

7
Pereaksi

 Air bebas ion


 Larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0
 KCl 1 M Larutkan 74,5 g KCl p.a. dengan air bebas ion hingga 1 l.

1.3 Metode Pemeriksaan Kimia Udara

Berdasarkan protokol Kyoto, enam parameter pencemar udara yang utama


adalah gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),
sulfur dioksida (SO2), Total Suspended Particulate (TSP), dan hidrokarbon. Dampak
yang ditimbulkan oleh keenam parameter pencemar udara tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Karbon monoksida (CO)

a. Dampak terhadap kesehatan manusia

CO dapat engurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen, karena CO lebih


reaktif dengan hemoglobin dalam darah dibandingkan dengan oksigen. Hal ini dapat
menurunkan suplai O2 ke organ-organ tubuh. Bagi orang-orang yang memiliki
masalah dengan jantung lemah, menghirup CO akan mengakibatkan timbulnya
kemampuan beradaptasi dengan sedikitnya O2 yg masuk sehingga kinerja tubuh akan
menurun. Selain itu, akan timbul penyakit myocardical schemia, yang akan berujung
kepada kematian. Bagi orang yang kesehatannya normal, dampak dari inhalasi CO
akan timbul saat konsentrasi CO dalam darah sudah tinggi. Dampak yang mungkin
terjadi adalah berkurangnya kapasitas kerja, berkurangnya kecekatan, turunnya
kemampuan belajar, dan kesulitan mengerjakan hal kompleks. Berdasarkan
dampaknya terhadap kesehatan, EPA menetapkan standar CO dalam Health Based
National Air Quality Standard sebesar 9 ppm, apabila diukur pada konsentrasi
maksimum 8 jam dalam sehari.

b. Dampak terhadap kosistem dan lingkungan

8
CO termasuk gas rumah kaca lemah, sehingga secara langsung CO hanya berdampak
kecil kepada pemanasan global. Akan tetapi, dampak tidak langsung yang
ditimbulkannya cukup besar, karena keberadaannya mempengaruhi konsentrasi gas
rumah kaca lain, seperti CH4, O3 troposferik (smog), dan CO2.

c. Dampak terhadap hewan

Dampak pencemaran karbon monoksida (CO) terhadap hewan adalah jika terhisap ke
dalam paru-paru, gas CO akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat
racun metabolis, yaitu racun yang ikut bereaksi secara metabolis dengan arah. Seperti
oksigen, karbon monoksida mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin).

Ternyata ikatan karbon monoksida dengan darah atau karboksihemoglobin jauh lebih
stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Kestabilan
karboksihemoglobin kira-kira 140 kali kestabilan oksihemoglobin. Keadaan ini
menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap CO dan menyebabkan fungsi
vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu.

Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi sebagai pembawa atau pengangkut


oksigen dalam bentuk oksihemoglobin dari paru-paru untuk dibagikan ke sel-sel
tubuh yang memerlukannya. Selain itu hemoglobin juga berfungsi mengambil gas
CO2 hasil pembakaran di dalam tubuh (dari sel-sel) dalam bentuk karboksi
hemoglobin untuk dibuang keluar melalui paru-paru.

Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan ringan seperti pusing, sakit kepala, dan
mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh,
gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung, bahkan kematian.

Konsentrasi gas CO di udara secara langsung akan mempengaruhi konsentrasi


karboksihemoglobin. Bila konsentrasi gas CO di udara tetap maka konsentrasi
karboksihemoglobin di dalam darah akan mencapai keseimbangan tertentu dan akan
tetap bertahan selama tidak ada perubahan pada konsentrasi CO di udara.

9
d. Dampak terhadap tumbuhan

Pengaruh CO terhadap tanaman sebesar 100 ppm tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada tanaman tingkat tinggi. Pada paparan CO sebesar 2000 ppm selama 35 jam
dapat menghambat kemampuan bakteri untuk memfiksasi nitrogen.

e. Dampak terhadap material

Pada material, dampak pencemaran udara oleh CO adalah mennghitamnya benda-


benda pada daerah yang tercemar oleh CO.

 2. Karbon dioksida (CO2)

a. Dampak terhadap kesehatan manusia

Inhalasi CO2 dapat menimbulkan hypercapnia (tingginya kadar CO2 dalam darah),


yang pada akhirnya akan berdampak pada timbulnya asidosis. Asidosis ini baru
menimbulkan dampak saat konsentrasi >15000 ppm. Ciri-ciri asidosis adalah sakit
kepala, mual, dan gangguan visual.

b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan

CO2 termasuk gas rumah kaca utama, sehingga keberadaannya di atmosfer dapat


meningkatkan efek rumah kaca secara cukup signifikan, sehingga dapat dikatakan
bahwa CO2 berperan besar dalam menimbulkan global warming.

c. Dampak terhadap hewan

Dampak pencemaran karbon dioksida yaitu dapat menimbulkan efek sistematik,


karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi
oksigenasi jaringan tubuh akaibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat
menimbulkan kematian. Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berfikir,
gerakan otot, gangguan jantung.

10
d. Dampak terhadap tumbuhan

Peningkatan kosentrasi CO2 di atmosfer sudah terjadi sejak beberapa ratus tahun yang
lalu, namun lajunya mengalami peningkatan yang sangat tinggi dalam beberapa
decade terakhir. Hal ini memicu terjadinya adaptasi tanaman terhadap perubahan
karakteristik dalam tubuhnya. Sebuah pengamatan dengan menggunakan mikroskop
elektron menunjukkan adanya penipisan pada dinding bundle seath cell pada tanaman
yang ditanam pada kosentrasi CO2 700 μl l-1 dibandingkan dengan tanaman yang
ditanam pada kosentrasi 350 μl l-1. Hal ini diakibatkan oleh penurunan jumlah
suberin pada dinding sel dan menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas
bundle seath cell terhadap CO2. Sedangkan peningkatan kosentrasi CO2 tidak
menunjukkan perubahan nyata pada jumlah stomata serta panjang sel penjaga
(Walting et. al., 2000).

Respon tanaman terhadap peningkatan gas CO2 di atmosfer berbeda-beda tergantung


dari jenis tanaman serta kombinasi faktor-faktor pertumbuhan yang lain. Secara
umum, hasil tanaman dipengaruhi oleh proses-proses penting seperti fotosintesis dan
respirasi yang sangat tergantung dengan kondisi CO2 di udara. Perubahan terhadap
kosentrasi CO2 udara akan berpengaruh terhadap proses-proses tersebut sebagai suatu
bentuk adaptasi tanaman. Berbagai penelitian untuk menunjukkan bahwa respon
terhadap peningkatan kosentrasi CO2 udara terjadi mulai dari perubahan anatomi
hingga proses fisiologis tanaman.

Luas daun kacang tanah meningkat ketika ditanam pada kandungan CO2 yang tinggi
(800 μmol) pada suhu 25/15 derajat celcius dibandingkan dengan tanaman yang
ditanam pada lingkungan dengan kandungan CO2 sebesar 400μ mol, namun demikian
kondisi tersebut tidak terjadi pada suhu yang lebih tinggi (Pilumwong et. al., 2007)

e. Dampak terhadap material

Dalam produksi gas dan minyak, CO2 selain H2S merupakan salah satu factor utama
penyebab korosi. Gas ini tidak bersifat korosif jika berada dalam keadaan kering dan
tidak terlarut dalam air. Jika terlarut dalam air gas ini akan membentuk suatu asam
lemah H2CO3 yang bersifat korosif.

11
Laju korosi pada korosi CO2 ditentukan oleh sifat lapisan produk korosi yang
terbentuk pada permukaan logam. Jika lapisan terbentuk pada keadaan yang sesuai
maka akan terbentuk lapisan protektif yang dapat menurunkan laju korosi.

3. Nitrogen Oksida (NOx)

a. Dampak terhadap kesehatan manusia

Gas NO2 dapat menimbulkan dampak jangka pendek berupa radang saluran


pernapasan pada orang sehat. Sementara, dampak spesifik NO2 pada pengidap asma
adalah peningkatan gejala penyakit respiratori. NOx juga dapat bereaksi
dengan volatile organic carbon (VOC) membentuk smog, yang akan menimbulkan
dampak berupa penurunan fungsi paru-paru dan kerusakan jaringan paru-paru.

b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan

NOx dapat bereaksi dengan SO2 di atmosfer dan membentuk hujan asam. Bagi
lingkungan, hujan asam dapat menurunkan pH badan air, sehingga kondisi badan air
tidak mendukung kehidupan beberapa biota air. Selain itu, hujan asam dapat merusak
bangunan dan fasilitas umum

c. Dampak terhadap hewan

Terjadinya emisi zat-zat pencemar ke atmosfer (udara) seperti partikulat, NOx, SO2,
HF, dan lain-lain yang kemudian berinteraksi dengan tumbuhan dan perairan beik
melalui proses pengendapan ataupun penempelan, akan berpengaruh langsung
terhadap vegetasi dan biota perairan hingga dapat menjalar pada hewan-hewan
melalui ranntai makanan yang telah terkontaminasi zat pencemar terseebut.

Pengaruh Oksida Nitrogen (NOx) pada dosis tinggi terhadap hewan berupa terjadinya
gejala paralisis sistem syaraf dan konvulusi, dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa
pemaparan NO dengan dosis 2500 ppm terhadap tikus akan berpengaruh kehilangan
kesadaran 6-7 menit, bila pemaparan terjadi selama 12 menit, maka tikus tersebut
akan mati. Begitu pula pengaruh NO2 terhadap hewan, NO2 yang bersifat racun, pada
konsentrasi lebih dari 100 ppm akan bersifat lethal terhadap kebanyakan hewan dan
90%

12
kematian tersebut disebabkan oleh gejala edema pulmonary. NO2 pada konsentrasi
800 ppm akan berakibat kematian 100 %.

d. Dampak terhadap tumbuhan

Selain mempengaruhi ekosistem perairan, peningkatan jumlah nitrogen yang terserap


dalam tanah akibat adanya hujan asam juga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
nutrisi di dalam tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian mineral, seperti
Ca, Mg, dan K, yang merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru
menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian
mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan
terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman. Akibatnya produktivitas
tumbuhan menurun dan menghilangkan keragaman hayati karena hanya sepesies
tertentu saja yang dapat bertahan. Pada tumbuhan Nitrogen dioksida (NO2)
menimbulkan kerusakan jaringan sel mesofil. Kerusakan ditandai oleh adanya bercak
warna putih atau coklat pada permukaan daun. Kebutuhan nitrogen dalam tanaman
hanya diperlukan dalan jumlah yang tidak terlalu banyak.

e. Dampak terhadap material

Dampak pencemaran udara terhadap material dapat berupa timbulnya karat pada
permukaan logam, yang menyebabkan terlepas dan hilangnya material dari
permukaan serta perubahan kemampuan elektris logam. Dampak yang terjadi pada
material adalah terjadinya korosi dan hilangnya keindahan material tersebut.

4. Sulfur dioksida (SO2)

a. Dampak terhadap kesehatan manusia

Gas SO2 dapat menimbulkan dampak jangka pendek berupa penyempitan bronkus


dan peningkatan gejala asma. Dampak ini akan lebih parah pada anak-anak, orang tua,
dan penderita asma. Selain itu, inhalasi gas SO2 dapat menimbulkan penyakit paru-
paru kronis, seperti bronkitis dan emfisema.

13
b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan

NOx dapat bereaksi dengan SO2 di atmosfer dan membentuk hujan asam. Bagi
lingkungan, hujan asam dapat menurunkan pH badan air, sehingga kondisi badan air
tidak mendukung kehidupan beberapa biota air. Selain itu, hujan asam dapat merusak
bangunan dan fasilitas umum.

c. Dampak terhadap hewan

Dampak negatif zat-zat pencemar udara terhadap fauna (hewan) tidak berbeda jauh
dengan dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan. Dampak
terhadap hewan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara langsung
terjadi bila ada interaksi melalui sistem pernafasan sebagaimana terjadi pada manusia.
Dampak tidak langsung terjadi melalui suatu perantara, baik tumbuhan atau perairan
yang berfungsi sebagai bahan makanan hewan. Konsentrasi SO2 400-800 ppm akan
berpengaruh langsung dan sangat berbahaya, meskipun hanya terjadi kontak secara
singkat.

d. Dampak terhadap tumbuhan

Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi
dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-
tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan
tanaman iniakan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan
berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran
oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.

Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan
daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian
tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena
deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium
merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium
disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan
kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.

14
Pada dasarnya ekosistem darat tumbuhan mudah terpengaruh. Perbedaan dalam
kerentanan pada berbagai spesies tanaman yang berbeda telah didokumentasi dengan
baik. Hal ini konsisten dengan adanya beragam spesies tanaman dari pusat kota dan
daerah industri, sedangkan spesies yang sama dekat dengan daerah perbatasan.
Kerentanan selalu mencerminkan perbedandalam faktor genetik, umur, atau keadaan
fisiologis. Tidak hanya adanya perbedaan antara spesies tetapi seringkali terdapat
keragaman antara genotiftanaman. Dalam sejumlah kasus terjadi seleksi genetik
didalam beberapa komunitas tanaman alamiah terhadap daya tahan pencemaran
atmosfer. Pengaruh sulfur dioksida dan presipitasi asam paling nyata dan buruk dalam
ekosistem hutan yang berbatasan dengan peleburan atau beberapa sumber pusat
pencemaran lainnya. Sejalan dengan penelitian lainnya, spesies lumut bertambah dan
diversivitas meningkat dengan meningkatnya jarak dari gedung dibandingkan dengan
sisi arus angin naik. Jenis pepohonan tertentu, sweet birch dan pinus putih, diketahui
paling rentan terhadap pencemaran atmosfer.

e. Dampak terhadap material

Dampak pencemaran udara terhadap material, yaitu bangunan-bangunan, logam,


batuan, kulit, dan lain-lain dapat digambarkan sebagai dampak pencemaran udara
terhadap lingkungan alam sekeliling, timbulnya karat pada permukaan logam, yang
menyebabkan terlepas dan hilangnya material dari permukaan serta berubahnya
kemampuan elektris merupakan contoh pengaruh pencemaran udara yang cukup
penting. Pada gambar berikut ditunjukkan pengaruh pemaparan SO2 terhadap
kecepatan pengkaratan logam, yang dilakukan di Tusla, Oklahoma.

Pengaruh pencemaran udara terhadap batuan adalah terbentuknya noda/kotoran dan


pelapukan batuan kapur yang umum digunakan sebagai bahan bangunan dan
pemahatan marmer. Banyak gedung-gedung di perkotaan telah terpapar oleh
pencemar udara seperti asap, SO2, partikel debu dalam waktu yang lama, permukaan
menjadi terkotori dan menjadi tempat bagi reaksi-reaksi kimia oleh gas-gas yang
bersifat asam. Pengaruh pemaparan sulfur dioksida (SO2) terhadap kulit dan kertas
akan menyebabkan terjadinya pelapukan yang nyata. Contoh yang sering terjadi
adalah rusaknya kulit-kulit dan karet penikat buku pada perpustakaan-perpustakaan.
SO2 akan diserap oleh kulit dan

15
dikonversi menjadi asam sulfuric yang merusak struktur kulit dan kertas, pada
awalnya pinggiran buku yang terpapar mulai berwarna kecoklatan dan retak pada
sendi-sendinya. Jika pemaparan ini terus berlangsung retakan akan semakin luas dan
buku menjadi hancur.

5. Total Suspended Particulate (TSP)

a. Dampak terhadap kesehatan manusia

TSP terbagi menjadi partikel kasar (PM10) dan partikel halus (PM2,5). Apabila
PM10 terhirup oleh manusia, dapat timbul gangguan pernapasan. PM2,5 lebih bahaya
bagi manusia karena dapat mencapai bagian bawah sistem pernapasan, yang akan
berakibat kepada timbulnya kerusakan jaringan paru-paru, kanker, dan kematian.

b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan

Keberadaan TSP di atmosfer dapat menurunkan jarak pandang bagi pengemudi


kendaraan bermotor dan menghalangi sinar matahari di pertanian sehingga
mengganggu produktivitas pertanian. Selain itu, TSP juga dapat mengotori
permukaan tanaman dan mengganggu pertumbuhannya,

c. Dampak terhadap hewan

Partikel/debu dapat terhirup melalui saluran pernapasan. Partikel yang berukuran


lebih besar dari 0.6 µ akan tertahan pada saluran nafas bagian atas, sedangkan yang
dibawah 0.3 µ akan mengikuti gerakan brown, yaitu keluar masuk, dan hanya yang
memiliki ukuran antara 0.3 µ s/d 0.6 µ akan sampai pada bagian alveoli paru.

Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran debu pada kesehatan sangat tergantung
pada komposisi kandungan kimianya, contohnya adalah debu asbes yang terjadi
akibat pengereman kendaraan bermotor yang menggunakan asbes untuk kanvas
remnya. Debu asbes tersebut akan menyebabkan asbestosis yang berdampak pada
penyakit kanker.

Debu yang mengandung logam berat juga mempunyai potensi untuk dapat
menimbulkan fibrosis pada paru dan iritasi mukosa. Beberapa partikel logam seperti
Be (Berilium) dapat menimbulkan penyakit pneumonic yang akut, sedangkan debu
arsen dapat

16
menimbulkan kanker paru dan kanker kulit. Dampak lainnya dari partikel debu adalah
terhalangnya jarak pandang,

d. Dampak terhadap tumbuhan

Pengaruh partikulat terhadap tanaman terutama adalah dalam bentuk debunya, dimana
debu tersebut bergabung dengan uap air atau air hujan gerimis akan membentuk kerak
yang tebal pada permukaan daun, dan tidak dapat tercuci dengan air hujan kecuali
dengan menggosoknya. Lapisan kerak tersebut akan mengganggu proses fotosintesis
pada tanaman karena menghambat masuknya sinar matahari dan mencegah
pertukaran CO2 dengan atmosfer. Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi
terganggu. Bahaya lain yang ditimbulkan dari pengumpulan partikulat pada tanaman
adalah kemungkinan bahwa partikulat tersebut mengandung komponen kimia yang
berbahaya bagi hewan yang memakan tanaman tersebut.

Tanaman yang tumbuh didaerah dengan tingkat pencemaran yang tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan
bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi tanaman dapat menghambat proses
fotosintesis.

e. Dampak terhadap material

Partikulat-partikulat yang terdapat di udara dapat mengakibatkan berbagai kerusakan


pada berbagai bahan. Jenis dan tingkat kerusakan yang dihasilkan oleh partikulat
dipengaruhi oleh komposisi kimia dansifat fisik partikulat tersebut. Kerusakan pasif
terjadi jika partikulat menempel atau mengendap pada bahan-bahan yang terbuat dari
tanah sehingga harus sering dibersihkan. Proses pembersihan sering mengakibatkan
cacat pada permukaan benda-benda dari tanah tersebut. Kerusakan kimia terjadi jika
partikulat yang menempel bersifat korosif atau partikulat tersebut membawa
komponen lain yang bersifat korosif.

Logam biasanya tahan terhadap korosi di dalam udara kering atau di udara bersih
yang hanya mengandung sedikit air. Partikulat dapat merangsang korosi, terutama
dengan adanya komponen yang mengandung partikel hidroskopik atau sulfur. Fungsi
partikulat dalam merangsang kecepatan korosi adalah karena partikulat dapat berungsi
sebagai inti

17
dimana uap air dapat mengalami kondensasi, sehingga gas yang diserap oleh
partikulat akan terlarut di dalam droplet air yang terbentuk. Polutan partikulat juga
dapat merusak bahan bangunan yang terbuat dari tanah, cat, dan tekstil. 

6. Hidrokarbon

a. Dampak terhadap kesehatan manusia

Apabila konsentrasi hidrokarbon di udara sangat tinggi, gas metana (CH4) dapat
mengurangi ketersediaan oksigen di udara, sehingga dapat mengakibatkan sesak
napas bagi manusia yang menghirupnya.

b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan

Metana (CH4) adalah gas rumah kaca kedua yang paling banyak diemisikan ke
atmosfer. CH4 memiliki nilai Global Warming Potential yang tinggi, yaitu sekitar 28-
36 tahun, sehingga ia termasuk gas rumah kaca yang paling berbahaya walaupun
hanya tersedia di atmosfer dalam konsentrasi kecil.

c. Dampak terhadap hewan

Hidrokarbon yang bersifat mutagenic akan sangat rentan pada hewan. Beberapa
percobaan pada hewan telah membuktikan adanya indikasi perubahan gen pada
hewan tersebut. Dengan kekalan massa yang berlaku, konsumsi hewan yang tercemar
oleh manusia akan memindahkan kandungan senyawa hidrokarbon ke manusia.

d. Dampak terhadap tumbuhan

Polusi udara fotokimia dapat mengakibatkan kerusakan pada tenunan tanaman.


Komponen fotokimia yang paling merusak tanaman adalah ozon, tetapi kelompok
PAN juga berperan dalam menyebabkan kerusakan tersebut. Hidrokarbon bereaksi
dengan NO2 dan O2 mengahsilkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates).

Kerusakan tanaman karena PAN memperlihatkan permukaan bawah daun berwarna


keperakan dan kerusakan pada daun-daun muda. Tenunan daun kemudian mati.

18
Pemberian PAN dengan konsentrasi 0.02-0.05 ppm sudah cukup untuk menyebabkan
kerusakan tanaman.

Etilen merupakan satu-satunya hidrkarbon yang mengakibatkan kerusakan tanaman


pada konsentrasi ambien 1 ppm atau kurang. Asetilen dan propilen juga bersifat racun
terhadap tanaman, tetapi konsentrasi yang dibutuhkan adalah 60-500 kali sebanyak
etilen. Pengaruh etilen terhadap tanaman terutama adalah menghambat pertumbuhan,
perubahan warna daun, dan kematian bagian-bagian bunga.

e. Dampak terhadap material

Dampak hidrokarbon pada material biasanya disebabkan oleh sifat kimiawi


hidrokarbon. Sebagai contoh, karet gelang yang direndam dalam bensin maka akan
bertambah volumenya tetapi berkurang sifat elastisnya. Dengan demikian,
hidrokarbon mampu melarutkan beberapa senyawa pentng lain dalam material
sehingga akan mengubah tidak hanya sifat fisik, tetapi juga kimia.

1.4 Parameter Kimia Makanan dan Minuman

A. Bila mendapat sampel makanan, yang perlu diperhatikan dan dicatat yaitu:

 Nama jenis : co. daging dalam kemasan, margarin, garam beriodium


 Nama dagang : co. Kornet, Simas, Garam cap kapal layar
 Nama pabrik pembuat / manufacturer : co. infof**d
 Alamat pabrik
 No MD : nomor registrasi makanan yang terdaftar di depkes
 Bobot netto/volume
 Tanggal Kadaluarsa
 Komposisi
 Kemasan : co. kantong plastik, kalengan, botol plastic
B. Analisis Organoleptik

 Bentuk : cair, padat, cair kental, pasta, serbuk


 Bau : tidak berbau, bau khas, bau normal,
 Rasa : asin, manis, asin gurih
 Warna : putih, putih kekuningan, jingga.
C. Contoh Parameter yang diperiksa pada sampel makanan & minuman
1. Sampel Garam

19
 Kadar KIO3
 Kadar Air
 Kadar NaCl (Kadar Ca, Mg, SO4, Cl)
2. Sampel Minyak Goreng

 Kadar Air
 Bilangan Peroksida
 Bilangan Penyabun
 Bilangan Iod
 Bilangan asam / asam lemak bebas
 Bilangan Polenke
3. Sampel daging dalam kaleng

 Kadar Protein
 Kadar Lemak
 Kadar NO2 & NO3
4. Sampel Susu Kemasan

 Kadar Lemak
 Kadar Protein
 Kadar Karbohidrat
 Kadar Air
5. Sampel Minuman Beralkohol
Sampel alkohol dibagi tiga sesuai dengan konsentrasi etanol yang terkandung di dalam
minuman tersebut.
1. Golongan A
 Etanol terlarut < 5%
 contohnya : Beer
2. Golongan B
 Etanol terlarut 5-20%
 contohnya : Anggur
3. Golongan C
 Etanol terlarut 30-55%
 contohnya : Vodka, Joni Walker
Parameter yang diperiksa yaitu

 Kadar Etanol
 Kadar Metanol
 Pewarna
 Pengawet (biasanya SO2)

20
DAFTAR PUSTAKA

https://rinoitink.blogspot.com/2017/07/analisis-kimia-tanah-kadar-air-daya.html

https://blogs.itb.ac.id/pencemud1klp5/2016/03/10/parameter-pencemaran-udara-dan-
dampaknya/

http://mltunite.blogspot.com/2009/03/kimia-makanan-minuman-amami.html

http://inilingkunganku.blogspot.com/2014/01/kualitas-air-dan-parameter-kualitas-air.html

21

Anda mungkin juga menyukai