2. DERET BILANGAN
Deret suatu barisan bilangan dan jumlah n suku pertamanya
Jika suku – suku suatu barisan dijumlahkan maka penjumlahan berurut dari suku – suku barisan itu
disebut Deret
Secara Umum : U 1, U 2, U 3, . . . . ,U n adalah suku –suku dari suatu barisan, maka U 1+ U 2+ U 3+ . . . +
U n adalah deret yang bersesuaian dengan barisan itu. Jumlah n suku pertama dari suatu barisan
dilambangkan dengan Sn, atau
S n = U1 + U2 + U3 + … + U n
Misal :
Barisan : 1, 2, 3, 4, 5, ………
Deret : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ………
Barisan : 1, 4, 9, 16, 25, ………
Deret : 1 + 4 + 9 + 16 + 25 + ……
B. BARISAN DAN DERET ARITMATIKA
1. Pengertian barisan dan deret aritmatika
Perhatikan beberapa barisan bilangan berikut ini
a) 1, 3, 5, 7, …….
b) 6,10,14,18, ……..
c) 11, 8, 5, 2,……….
d) 20, 15, 10, 5, …….
U n = a + (n – 1)b
Asih_Math
1
Jawab :
a) a = 3 dan b = -4
U n = a + (n – 1)b
U n = 3 + (n – 1).(-4)
U n = 3 + (-4n + 4)
U n = 3 – 4n + 4
U n = 1 – 4n
Contoh 12.
Tentukan suku pertama, beda, rumus suku ke – n dan suku ke – 12 dari barisan aritmatika 10, 15, 20, 25,
….
Jawab :
Suku pertama : a = 10
Beda : b = 15 – 10 = 5
Rumus suku ke n : U n = a + (n – 1)b
= 10 + (n – 1)5
= 10 + 5n – 5
U n = 5n + 5
Suku ke – 12 : U 12 = 5.12 + 5
= 60 + 5
= 65
Contoh 13.
Suku pertama dari suatu barisan aritmatika sama dengan 2, sedangkan suku ke – 10 sama dengan 29.
a) Carilah beda dari barisan aritmatika itu
b) Carilah suku ke – 25
c) Suku keberapakah yang nilainya sama dengan 101?
Jawab :
a) Beda dari barisan aritmatika itu
a = 2 dan U 10 = 29
U 10 = 29
a + 9b = 29
2 + 9b = 29
9b = 29 – 2
9b = 27
27
b=
9
b = 3 (beda =3)
b) Suku ke – 25
U n = a + (n – 1)b
U 25 = 2 + (25 – 1)3
= 2 + 24.3
= 2 + 72
= 74 (suku ke – 25 = 74)
c) Suku keberapakah yang nilainya sama dengan 101?
U n = 101
a + (n – 1)b = 101
2 + (n – 1)3 = 101
2 + 3n – 3 = 101
-1 + 3n = 101
3n = 101 + 1
3n = 102
102
n = = 34
3
Asih_Math
2
Jadi 101 adalah suku yang ke – 34
n
Sn = (2a +(n –
2
Dengan : n = banyak suku, n ∈ bilangan asli
a = suku pertama
b = beda atau selisih
U n = suku ke – n
Sn = Jumlah n suku pertama deret aritmatika
Contoh 14
Hitunglah jumlah 20 suku pertama pada deret 9 + 12 + 15 + 18 + . . . . .
Jawab :
a = 9 b = 12 – 9 = 3 dan n = 20
n
Sn = (2a +(n – 1)b)
2
20
S20 = (2.9 +(20 – 1)3)
2
= 10(18 + 19.3)
= 10(18 + 57)
= 10(75) = 750
Contoh 15
Hitunglah jumlah dari deret 5 + 7 + 9 + …. + 61
Jawab :
a = 5, b = 7 – 5 = 2 dan U n = 61
U n = 61
a + (n – 1)b = 61
5 + (n – 1)2 = 61
5 + 2n – 2 = 61
3 + 2n = 61
2n = 61 – 3
2n = 58
58
n =
2
n = 29 (banyak suku = 29)
n
Sn = (a + U n)
2
29
S29 = (5 +61)
2
29
= (66)
2
= 29 (33)
S29 = 957
Jadi jumlah deret itu adalah 957
Contoh 16
Hitunglah jumlah semua bilangan asli antara 5 dan 100 yang habis dibagi 7
Jawab :
Asih_Math
3
Bilangan asli antara 5 dan 100 yang habis dibagi 7 adalah
7 + 14 + 21 + . . . . . + 98
a = 7, b = 14 – 7 = 7 dan U n = 98
U n = 98
a + (n – 1)b = 98
7 + (n – 1)7 = 98
7 + 7n – 7 = 98
7n = 98
98
n= = 14
7
(banyak bilangan yang habis dibagi 7 antara 5 dan 100 ada 14 buah)
n
Sn = (a + U n)
2
14
S14 = (7 +98)
2
= 7(105)
S14 = 735
Jadi, jumlah bilangan antara 5 dan 100 yang habis dibagi 7 adalah 735
Contoh 18
Tentukan suku pertama dan rasio dari barisan geometri berikut :
1. 1, 2, 4, 8, . . . . . .
2. 2, 6, 18, 54, . . . . .
3. 3, -6, 12, -24, . . . . . .
Jawab :
1. 1, 2, 4, 8, . . . . . .
2
suku pertama : a = 1 dan rasio : r = =2
1
2. 2, 6, 18, 54, . . . . .
6
suku pertama : a = 2 dan rasio : r = =3
2
3. 3, -6, 12, -24, . . . . . .
−6
suku pertama : a = 3 dan rasio ; r = = -2
3
Latihan 9
Tentukan suku pertama dan rasio dari barisan geometri berikut
1. 3, 6, 12, 24, . . . . .
2. 1, 3, 9, 27, . . . . . .
3. 27 ,−9 , 3 ,−1 , … …
4. 1 ,−1 , 1,−1 , … …
5. 2 ,−4 , 8 ,−16 ,… …
U n = ar n−1
Contoh 20
Suku pertama dari suatu barisan geometri sama dengan 128, sedangkan suku ke – 4 sama dengan 16,
a) Carilah rasio barisan geometri tersebut
b) Carilah suku ke – 6
c) Suku keberapakah yang nilainya sama dengan 1?
Jawab :
a) Rasio barisan geometri tersebut
a = 128 ….(i)
U 4 = 16 = ar 3
….(ii)
Persamaan (ii) dibagi persamaan (i) diperoleh
U 4 a . r 3 16
= =
a a 128
3
1 1
r3 = = ( )
8 2
1 1
r = (rasio = )
2 2
b). Suku ke – 6
1
U 6 = ar 5 = 128. ¿ = 128. = 4 (suku ke- 6 adalah 4)
32
c) Suku yang nilainya sama dengan 1?
Un =1
ar n−1 =1
128. ¿ = 1
1
¿ =
128
¿ =¿
n–1 =7
n =8
Jadi, 1 adalah suku ke – 8
Contoh 21
Asih_Math
5
Diketahui barisan geometri dengan suku pertama a = 1 dan U 7 = 64. Tentukan suku ke – 10 barisan itu.
Jawab :
U 7 a . r 6 64
= =
a a 1
6
r = 64
6
r 6 = (± 2)
r =±2
Suku ke – 10 = U 10 = a.r 9
Untuk r = 2 → U 10 = 1.(2)9 = 512
Untuk r = -2 → U 10 = 1.(−2)9 = - 512
n
Sn = a(r −1) , untuk r ¿ 1
r−1
atau
n
Sn = a(1−r ) , untuk r ¿ 1
1−r
Dengan : n = banyak suku, n ∈ bilangan asli
a = suku pertama
r = rasio atau perbandingan
Sn = Jumlah n suku pertama deret geometri
Contoh 22
Hitunglah jumlah 7 suku pertama pada deret geometri berikut ini.
a) 1 + 3 + 9 + . . . . . .
b) 16 + 8 + 4 + . . . . .
Jawab :
a. a = 1 dan r = 3 8 1
b. a = 16 dan r = =
Oleh karena r ¿ 1 maka rumus yang 16 2
digunakan adalah Oleh karena r ¿ 1, maka rumus yang
n
digunakan adalah :
Sn = a(r −1)
r−1 S a(1−r n)
7 n =
1−r
S7 = 1(3 −1)
3−1 S7 = 16 ¿ ¿
1(2187−1) 1
S7 = 16(1− )
2 128
S7 =
1(2186) 1
S7 =
2 2
2186 127
S7 = S7 = 32.( )
2 128
S7 = 1.093 127
S7 =
Jadi, jumlah 7 suku pertama deret 4
geometri itu adalah 1.093 3
S7 = 31
4
Jadi, jumlah 7 suku pertama deret
itu
Contoh 23
Hitunglah jumlah deret geometri 3 + 6 + 12 + . . . . . . . + 192
Jawab :
Asih_Math
6
6 n
a = 3, r = = 2 dan U n = 192 Sn = a ( r −1 )
3 r −1
Un = 192 ( 7 )
n−1 S7 = 3 2 −1
a . r = 192 2−1
3. 2n−1 = 192 3 (128−1 )
S7 =
192 1
2n−1 =
3 S7 = 3(127)
n−1
2 = 26 S7 = 381
n−1 = 6 Jadi, jumlah deret geometri itu adalah
n =6+1 381
n =7
Contoh 24
Jumlah deret geometri 2 + 22 + 23 + . . . . . + 2n = 510. Carilah nilai n.
Jawab :
22
a = 2, r = = 2 dan Sn = 510
2
a(r n−1)
= 510
r−1
2(2n−1)
= 510
2−1
2(2n−1)
= 510
1
2(2n - 1) = 510
510
2n - 1 =
2
n
2 - 1 = 255
2n = 255 + 1
2n = 256
2n = 28
n =8
Jadi, nilai n = 8
a
S∞ = , -1 ¿ r ¿ 1
Dengan :
1−r
Sn = Jumlah n suku pertama deret geometri
a = suku pertama
r = rasio atau perbandingan
Asih_Math
7
Contoh 25
Hitunglah jumlah dari setiap deret geometri tak hingga berikut ini.
1 1 1
a) 1 + + + +.......
2 4 8
5 5 5
b) 5 + + + + . . . . . . .
2 4 8
1
c) 4 – 2 + 1 - + . . . . . . .
2
Jawab :
1 1 1
a) 1 + + + +.......
2 4 8
1
a = 1 dan r = berarti berada pada interval -1 ¿ r ¿ 1
2
a
S∞ =
1−r
1 1
S∞ = 1 = 1 =2
1−
2 2
5 5 5
b) 5 + + + + . . . . . . .
2 4 8
1
a = 5 dan r = berarti berada pada interval -1 ¿ r ¿ 1
2
a
S∞ =
1−r
5 5
S∞ = 1 = 1 = 10
1−
2 2
1
c) 4 – 2 + 1 - + . . . . . . .
2
1
a = 4 dan r = - berarti berada pada interval -1 ¿ r ¿ 1
2
4
S∞ =
1−r
4 4
8 2
S∞ = −1 = 3 = = 2
1−( ) 3 3
2 2
Contoh 26
Suatu deret geometri tak hingga dengan S∞ = 10 dan a = 5. Tentukanlah :
a) Rasio
b) Jumlah 4 suku pertama deret geometri tersebut
Jawab :
a. Rasio
a
S∞ =
1−r
5
10 =
1−r
10(1-r) = 5
10 – 10r = 5
- 10r = 5 - 10
- 10r = -5
−5 1
r = =
−10 2
Asih_Math
8
1
Jadi, rasionya adalah
2
b. Jumlah 4 suku pertama deret geometri tersebut
n
Sn = a(1−r )
1−r
S4 = 5 ¿ ¿
1
5(1− )
16
S4 =
1
2
15 150 75 3
S4 = 10( ) = = =9
16 16 8 8
3
Jadi, jumlah 4 suku pertama deret tersebut adalah 9
8
BAB II
PERTUMBUHAN, PELURUHAN, ANUITAS DAN BUNGA
Perhitungan untuk bunga, penyusutan, pertumbuhan, dan peluruhan mengunakan konsep baris dan
deret pada aritmatika dan geometri. Sehingga sebelum mempelajari ini, terlebih dahulu mempelajari
konsep barisan dan deret.
Baris aritmatika merupakan baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku sebelumnya melalui
penjumlahan atau pengurangan dengan suatu bilangan b. Sedangkan, deret aritmatika merupakan
penjumlahan suku-suku dari suatu barisan aritmatika.
Asih_Math
9
Baris geometri merupakan baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku sebelumnya melalui
perkalian dengan suatu bilangan r. Sedangkan, deret geometri adalah penjumlahan suku-suku dari suatu
barisan geometri.
A. Bunga
Bunga merupakan uang tambahan yang dibayarkan/diterima selain Modal/Pinjamam pokok setelah jangka
waktu tertentu.
Jika sejumlah uang Mo dibungakan dengan b% dalam jangka tertentu maka :
B = Mn – Mo
B = b% . Mo
Keterangan :
b = bunga (%)
B = bunga (Rp)
Mo = Modal (Rp)
Mn = Uang akhir (Rp)
Contoh :
Maira meminjam uang ke bank sebesar Rp. 20.000.000 untuk keperluan renovasi rumah. Bank tersebut
memberikan syarat bunga 5% setahun, maka uang yang harus dikembalikan Maira adalah ...
Jawab :
Mo = 20.000.000
b = 5%
2. Bunga Tunggal
Bunga tunggal adalah bunga yang diterima setiap akhir periode dengan besar yang konstan/tetap.
Jika seseorang memiliki modal M dan dibungakan dengan b% selama w tahun, maka :
B=bxMxw
Contoh:
Roni menyimpan uangnya dalam bank sebesar Rp. 1.000.000,- bank tersebut memberikan suku bunga
tunggal 4% per tahun. Setelah 6 bulan maka berapakah uang Roni?
Jawab:
M = 1.000.000
b = 4% per tahun
w = 6 bulan = 0,5 tahun
B=bxMxw
= 4% x 1000.000 x 0,5
= 20.000
Asih_Math
10
Baca Juga : Tokoh Matematikawan Muslim Geometri
3. Bunga Majemuk
Pada bunga tunggal, modal akan selalu tetap/konstan sehingga bunga juga akan tetap pada setiap periodenya.
Namun, beda dengan bunga majemuk. Pada bunga majemuk, bunga pada periode pertama akan diakumulasi
dengan Modal dan hasilnya dijadikan Modal pada periode berikutnya.
Periode I
B1 = b x M
M1 = M + B1
= M + b M
= M (1 + b)
Periode II
B2 = b x M1
M2 = M1 + B2
= M1 + b.M1
= M1. (1 + b)
= M(1 + b).(1 + b)
= M.(1 + b)2
Periode ke-n
Mn = M (1 + b)n
n = periode(jangka waktu)
Contoh:
Modal sebesar Rp 10.000.000,- dibungakan selama 3,5 tahun dengan bunga majemuk 6% per semester. Maka
nilai akhir dari modal tersebut adalah...
M = 10.000.000
W = 3,5 tahun à 7 semester ( n = 7)
b = 6% pert semester ( 1 periode = 1 semester/6 bulan)
Mn = M ( 1 + b)7
= 10.000.000 ( 1 + 0,06)7
= 10.000.000 ( 1,06)7
= 15.036.300
4. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan penerapan dari konsep barisan dan deret geometri naik.
Rumus pertumbuhan:
An = A (1+r )n
Contoh:
Suatu kota memiliki jumlah penduduk pada tahun 2016 sejumlah 6 juta jiwa. Jika tingkat pertumbuhan
penduduk kota tersebut 2% per tahun. Maka jumlah penduduk kota tersebut setelah 3 tahun adalah ...
Asih_Math
11
Jawab:
A = 6 juta jiwa
r = 2%
n=3
5. Peluruhan
Peluruhan merupakan penerapan dari konsep barisan dan deret geometri turun.
Rumus pertumbuhan :
An = A(1−r )n
Contoh:
Ayah membeli mobil seharga Rp 100.000.000,- . Setiap tahun tingkat harga mengalami penurunan 5%. Jika
ayah menjual mobilnya setelah 4 tahun. Maka berapa kisaran harga mobil ayah?
Jawab:
A = 100.000.000
r = 5%
n = 4 tahun
An = 100.000.000 ( 1 – 0,05)4
= 100.000.000 ( 0,95)4
= 100.000.000 (0,814506)
= 81.450.600
Berbeda dengan perhitungan bunga efektif dimana angsuran pokok diperoleh melalui pembagian jumlah
pinjaman dan masa tenor kredit, maka anuitas memungkinkan angsuran pokok dihitung melalui
pengurangan total angsuran dengan hasil perhitungan bunga anuitasnya. Secara sederhana, bunga anuitas
akan membuat jumlah angsuran sama di setiap bulannya. Hanya komposisi bunga dan pokok angsurannya
saja yang terus berubah secara periodik.
Namun sejatinya anuitas tidak hanya soal bunga kredit saja. Anuitas juga bisa digunakan dalam hal
asuransi. Pada konteks ini, anuitas dianggap sebagai manfaat pensiun yang dibayar berkala setiap bulan.
Hanya saja memang dalam konteks keuangan, maka anuitas erat kaitannya dengan perhitungan bunga atas
pinjaman.
Asih_Math
12
Jenis-Jenis Anuitas
Berdasarkan waktu pembayaran cicilan atas kredit atau pinjamannya, anuitas dibedakan dalam beberapa
jenis. Setidaknya ada 4 jenis yang dimaksud, yaitu sebagai berikut.
1. Anuitas Biasa
Seperti namanya, anuitas biasa (ordinary annuity) artinya pembayaran atau penerimaan dilakukan secara
berkala pada jangka waktu yang sudah ditentukan di akhir periode
3. Anuitas Tangguhan
Jenis anuitas tangguhan (deferred annuity) artinya pembayaran atau penerimaan berkala pada jangka waktu
tertentu atau dilakukan setelah beberapa periode berjalan. Oleh karena itulah sifatnya disebut ditangguhkan
atau ditunda. Contoh dari anuitas ini adalah bunga deposito dan bunga pinjaman.
4. Anuitas Langsung
Anuitas langsung (immediate annuity) merupakan jenis dari anuitas dengan pembayaran atau penerimaan
berkala pada jangka waktu tertentu yang dilakukan secara langsung tanpa penundaan.Jenis anuitas ini
sebenarnya mirip dengan anuitas biasa karena pembayaran atau penerimaannya pasti terjadi. Contoh dari
anuitas langsung adalah pembayaran kredit barang.
Dalam menentukan nilai anuitas, maka harus ada perhitungan nilai saat ini dari pembayaran anuitas di
masa mendatang. Hal ini karena penilaian anuitas memiliki syarat adanya faktor nilai waktu uang, tingkat
bunga, dan nilai masa depan. Nilai saat ini sendiri merupakan nilai aliran pembayaran yang didiskontokan
oleh suku bunga.
Perlu diketahui pula bahwa meskipun jumlah ciciran atau angsurannya sama, namun perhitungan bunga
anuitas berbeda dengan perhitungan untuk bunga tetap dan efektif. Seperti yang sudah diungkap di awal,
anuitas menjadi modifikasi perhitungan suku bunga efektif yang tujuanya mempermudah peminjam
melakukan angsuran dengan nominal yang sama setiap periodenya.
Lantas apa saja yang berbeda? Hal yang menjadi perbedaan penilaian antara anuitas dengan bunga efektif
adalah komposisinya. Komposisi bunga dan angsuran pokok dengan bunga anuitas akan mengalami
perubahan secara periodik sampai masa kredit selesai. Perhitungan ini dianggap lebih adik karena bunga
yang dihitung dari sisa pokok kredit atau pinjaman yang belum dibayar.
Meskipun menguntungkan, beberapa juga dianggap menjadi kekurangan dari anuitas. Bagi peminjam,
bunga anuitas merugikan karena setelah pembayaran beberapa periode angsuran berjalan dan ketika ingin
melunasi pinjaman, beban pinjaman pokok yang masih harus dibayar tergolong besar. Hal tersebut
dikarenakan pembayaran angsuran di awal periode, sebagian besar merupakan beban bunga yang artinya
pinjaman pokok berkurang hanya sedikit.
Ada beberapa contoh kondisi dalam perhitungan anuitas. Rumus anuitasnya sendiri adalah:
AN = An + Bn
Contoh 1
Bapak A melakukan pinjaman dengan pelunasan sistem anuitas bulanan. Jika besar anuitasnya Rp500.000,
maka besaran angsuran ke-5 dengan bunga ke-5 sebesar Rp300.000 adalah:
AN = An + Bn
500.0000 = An + 300.000
An = 500.000 – 300.000 = 200.000
Asih_Math
13
Contoh 2
Perusahaan X akan segera melunasi utangnya. Besaran anuitasnya adalah Rp500.000. Jika bunga
pertamanya adalah Rp200.000 dan besarnya bunga ke 5 adalah sebesar Rp350.000. Maka, berapa besar
angsuran yang pertama?
Maka,
A = An + Bn
= A1 + B1
500.000 = A1 + 200.000
A1 = 500.000 – 200.000 = 300.000
Kemudian,
A = An + Bn
= A5 + B5
500.000 = 350.000 + B5
B5 = 500.000 – 350.000 = 150.000
Jadi, besaran angsuran pertama adalah Rp300.000 dan besaran bunga ke-5 adalah sebesar Rp150.000.
Contoh 3
Perusahaan X memiliki utang sebesar Rp10.000.000. Utang akan lunas dengan anuitas bulanan sebesar
Rp400.000 per bulan dengan suku bunga 2% per bulan. Maka tentukan :
A9 = A1 (1+i)n-1
A9 = Rp200.000 x (1,02) 8 = Rp200.000 x 1.171659381 = Rp234.331,8762 = Rp234.332
Asih_Math
14
BAB III
TRIGONOMETRI
A. PERBANDINGAN TRIGONOMETRI
Ukuran Sudut
1. Ukuran Derajat
Besar sudut dalam satu putaran adalah 360°. Berarti 1°= 1/360 putaran. Ukuran sudut yang lebih kecil
dari derajat adalah menit ( ‘ ) dan detik ( “ )
2. Ukuran Radian
Satu radian adalah besar sudut pusat busur lingkaran yang panjangnya sama dengan jari-jari.
3. Hubungan Derajat dengan Radian
Untuk mengubah sudut sebesar derajat ke dalam satuan radian, menggunakan rumus:
Dan untuk mengubah sudut sebesar X radian ke dalam satuan derajat, menggunakan rumus:
Asih_Math
15
Contoh Soal
1. Nyatakan sudut 0,65 radian dalam satuan derajat!
Jawab :
3. Suatu lingkaran memiliki panjang busur 15 cm dan dengan sudut pusat 45°, carilah jari-jari lingkaran
tersebut!
Jawab:
Kita harus merubah 45° ke dalam bentuk radian.
β a γ
B C
Asih_Math
16
1
β=
Cotg tan β
1
β=
Sec cos β
1
β=
Csc sin β
Contoh :
Diketahui segitiga siku-siku ABC, siku-siku di C, panjang a = 4, b = 3.
a. Tentukan panjang sisi c
b. Tentukan nilai perbandingan trigonometri sudut α
B
c 4
α
A C
3
Jawab :
c=√ a 2 +b2 =√ 4 2 +3 2= √ 25=5
a 4
sin α = =
c 5
b 3
cos α= =
c 5
a 4
tan α = =
b 3
300
450
√2 2
1
√3
450 600
1 1
Berdasarkan gambar diatas dapat ditentukan nilai perbandingan trigonometri sudut-sudut khusus
tersebut dalam tabel berikut ( lengkapi nilai-nilai yang lainnya)
Asih_Math
17
1 1 1
sin 0 √2 √3 1
2 2 2
1 1 1
cos 1 √3 √2 0
2 2 2
1 tak
tan 0 √3 1 √3 terdefinisi
3
tak 1
cot √3 1 √3 0
terdefinisi 3
0
Contoh : π =180
Tentukan nilai dari :
1. Sin 00 + Csc 450 = 0 + √ 2=√ 2
π π 2 1
sec +cot g √ 3+ √ 3
6 3 3 3 3
= =√
π √3 √3
tan
2. 3 =1
2. Dikuadran II
Titik A(-x,y) dikuadran II
Absis negatif
Ordinat positif A(-x,y)
y + r
Sin α= = = positif y
r +
−x −
Cos α= = =negatif -x
r +
y +
Tanα= = =negatif
−x −
Diskusikan dengan teman anda, untuk tanda-tanda perbandingan trigonometri dikuadran yang lain
yang ditulis dalam tabel berikut.
I II III IV
Sin + + - -
Cos + - - +
Asih_Math
18
Tan + - + -
Csc + + - -
Sec + - - +
Cotg + - + -
Kuadran II Kuadran I
Sin & Csc + Semua +
Contoh :
3
,
Diketahui Sin α = 5 α dikuadran II (sudut tumpul). Tentukan nilai
Sec α ,Csc α ,Cotg α
3
α=
Jawab : Sin 5 , y = 3, r = 5, x = √ 52−32 =√25−9=√16=4
Karena dikuadran II, nilai x = -4
5 5 −4
α= α=
Sehingga : Sec α = −4 , Csc 3 , Cotg 3
Asih_Math
19
Sin(k . 360+α )=Sinα
Cos(k . 360+α )=Cos α
Tan( k . 360+α )=Tanα
Contoh :
Ubah ke sudut lancip, dan tentukan nilainya :
a. Sin 1200 = Sin (900 + 300)
= Sin 300
1
√3
= 2
Atau
Sin 1200 = Sin (1800 – 600)
= Sin 600
1
√3
= 2
b.Cos 2250 = Cos (2700 – 450)
= -Sin 450
1
− √2
= 2
Atau
Cos 2250 = Cos (1800 + 450)
= -Cos 450
1
− √2
= 2
c. Sin 750 = Sin (2.3600 + 300)
0
= Sin 300
1
= 2
d.Sin (-2250) = - Sin 2250
= - Sin(1800 + 450)
= - (-sin 450)
1
√2
= 2
B. PERSAMAAN TRIGONOMETRI
1. Sin x = Sin p
X1 = p + k.360 atau x1 = p + k.2 π
X2 = (180 – p) + k.360 x2 = ( π - p) + k.2 π
2. Cos x = Cos p
X1 = p + k.360 atau x1 = p + k.2 π
X2 = -p + k.360 atau x2 = -p + k.2 π
3. Tan x = Tan p
X1 = p + k.180 atau x1 = p + k. π
Asih_Math
20
b. 2 Cos x = √3 ; 0≤x≤3600
1
√3
Cos x = 2
Cos x = Cos 30
X1 = 30 + k.360 , untuk k = 0 x1 = 30
X2 = -30 + k.360 , untuk k = 0 x2 = - 30 (tidak memenuhi)
K=1 x2 = 330
HP = {30, 330}
C. IDENTITAS TRIGONOMETRI
Identitas trigonometri adalah persamaan trigonometri yang berlaku untuk semua nilai pengganti
variabelnya. Beberapa rumus dasar :
1. Sin2x + Cos2x = 1
Sin2x = 1 – Cos2x
Cos2x = 1 – Sin2x
2. 1 + tan2x = sec2x
1 = sec2x – tan2x
Tan2x = sec2x – 1
3. 1 + cotg2x = cosec2x
1 = cosec2x – cotg2x
Cotg2x = cosec2x – 1
Contoh :
1. Buktikan bahwa 5 tan2x + 4 = 5 sec2x – 1
Jawab :
5 tan2x + 4 = 5 (sec2x – 1) + 4
= 5 sec2x – 5 + 4
= 5 sec2x – 1 (terbukti)
2. Buktikan bahwa 3 cos2x + 3 sin2x = 3
Jawab :
3 cos2x + 3 sin2x = 3 (cos2x + sin2x)
=3.1
= 3 (terbukti)
b a
A B
c
Berdasarkan segitiga ABC diatas, berlaku aturan sinus sebagai berikut:
a b c
= =
SinA SinB SinC
Asih_Math
21
Contoh :
0 0
1. Pada segitiga ABC, b = 1, ∠B=30 ,∠C=53,1 . Hitunglah c.
Jawab :
b c bSinC
= c=
SinB SinC ⇔ SinB
12Sin53,1
= Sin 30
12.0,8
= 0,5
9,6
= 0,5
= 19,2
2. Pada segitiga ABC diketahui sisi b = 65, sisi c = 46. ∠B=68,2 . Hitunglah ∠C
b c cSinB 46 Sin 68 ,2
= =
SinB SinC ⇔ Sin C = b 65
46 x 0 ,928
= 65
42 , 710
= 65
= 0,657
∠C = 41,1
2. Aturan Cosinus
Perhatikan segitiga ABC berikut ini :
C
γ
α
β B
A
a2 = b2 + c2 – 2bc cos α
b2 = a2 + c2 – 2ac cos α
c2 = a2 + b2 – 2ab cos α
Contoh :
1. Diketahui segitiga ABC, AB = 8 cm, AC = 5 cm, ∠ A = 600.
Hitung panjang BC
Jawab :
a2 = b2 + c2 – 2bc cos A
= 52 + 82 – 2.5.8. cos 60
= 25 + 64 – 80. ½
= 89 – 40
Asih_Math
22
= 49
a = 7 cm
E. LUAS SEGITIGA
1.Luas segitiga dengan besar dua sisi dan satu sudut apit diketahui
b a
A B
D c
L = ½ b.c. sin A
L = ½ a.b. sin C
L = ½ a.c. sin B
2. Luas segitiga dengan dua sudut dan satu sisi yang terletak diantara kedua sudut yang diketahui.
a2 . sin B . sin C
L=
2sin A
b2 . sin A .sin C
L=
2 sin B
c 2 .sin A . sin B
L=
2 sin C
s = ½ . Keliling Segitiga
= ½ (a + b + c)
Contoh :
1. Hitunglah luas segitiga, dengan a = 5 cm, b = 8 cm. Sudut C = 450
Jawab :
L = ½ a.b.sin C
= ½ 5.8.sin 450
= 20. ½ √2
= 10 √2
Asih_Math
23
52 . sin 65. sin 60
L=
2sin 55
25 .0, 425.0,87
L=
0,82
L=11,27
Cara lain dalam menyajikan letak sebuah titik pada bidang xy selain koordinat
Y
O
x
koordinat kutub
Gb. 2.12.
Y
O
P(x,y)
y
r
x
X
,)
P(r
y
X
Pada gambar 2.11 titik P(x,y) pada koordinat kartesius dapat disajikan dalam koordinat kutub
Jika koordinat kutub titik P(r, ) diketahui, koordinat kartesius dapat dicari dengan hubungan:
x
cos α=
r x=r cos α
y
sin α=
r y=r sin α
jika koordinat kartesius titik P(x,y) diketahui, koordinat kutub titik P(r, ) dapat dicari
dengan hubungan:
r= √ x 2 + y 2
y y
tan α=
x arc tan x , arc tan adalah invers dari tan
Contoh:
Asih_Math
24
1. Ubahlah menjadi koordinat kutub
Penyelesaian:
2
r= √52 +52 r= (−4 )2 + ( 4 √3 )
√
=√ 25+25=5 √2 =√ 16+48= √64=8
5 4 √3
tan α= =1 tan α= =−√ 3
5 45 −4 120
x r cos y r sin
12(1/2) 12
( 12 √ 3)
x6 y 6 √3
Asih_Math
25
JUMLAH DAN SELISIH DUA SUDUT
BAB IV
LOGIKA DAN INDUKSI MATEMATIKA
Ingkaran pernyataan p adalah p atau p dibaca “tidak benar bahwa p” atau “non p”.
Contoh :
a. p : Jakarta ibu kota negara R I. (benar)
p : Tidak benar bahwa Jakarta ibu kota negara RI. (salah)
:Jakarta bukan ibu kota negara R I. (salah)
b. q : 2 + 5 = 10
q : Tidak benar bahwa 2 + 5 = 10
: 2 + 5 10
c. r :2>5
r : Tidak benar bahwa 2 > 5
:25
Tabel Nilai kebenaran ingkaran.
p ~p p ~p
B S Atau 1 0
S B 0 1
Catatan :
Jika pernyataan semula bernilai benar (B) maka ingkarannya bernilai salah (S) dan sebaliknya.
Operasi Konjungsi.
Operasi konjungsi merupakan operasi biner yang dilambangkan “” dan dibaca “dan”.
Dari pernyataan p dan pernyataan q dapat disusun pernyataan p q.
Tabel nilai kebenaran konjungsi sebagai berikut:
p q pq p q pq
B B B 1 1 1
B S S 1 0 atau
0
S B S 0 1 0
S S S 0 0 0
Catatan :
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa konjungsi hanya bernilai benar (B) jika kedua
komponen penyusunnya bernilai B, jika tidak demikian maka konjungsi bernilai salah (S).
Operasi Disjungsi.
Operasi disjungsi merupakan operasi binar yang dilambangkan “V” dan dibaca “atau”. Dari
pernyataan p dan pernyataan q dapat disusun pernyataan p V q.
Tabel nilai kebenaran disjungsi sbb:
p q pVq
Asih_Math
27
p q pVq
1 1 1
B B B 1 0 1
atau
B S B 0 1 1
S B B 0 0 0
S S S
Disjungsi dibedakan menjadi dua macam yaitu disjungsi inklusif dan disjungsi eksklusif.
a. Uraian Materi Kegiatan Belajar 3
Operasi Implikasi
Implikasi adalah pernyataan majemuk dengan kata hubung “jika .... maka .......”
Implikasi dari pernyataan p dan q dinotasikan dengan p ⇒ q yang dibaca “jika p maka q”
atau “p jika hanya jika q” atau “p syarat perlu bagi q” atau “q syarat cukup bagi p”
Dari implikasi p ⇒ q, p disebut anteseden atau sebab atau hipotesa
q disebut konsekuen atau kesimpulan atau konklusi.
Tabel kebenarannya :
p q p
P Q p⇒ q
B B B ⇒
B S S atau q
1 1 1
S B B
1 0 0
S S B
0 1 1
Catatan : 0 0 1
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa implikasi p q bernilai salah jika anteseden bernilai
benar dan konskuen bernilai salah, jika tidak demikian maka p q bernilai benar.
Contoh :
Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan berikut yang disusun dari p : Hari hujan q : Halaman
basah.
1) Jika hari hujan maka halaman basah
2) Jika hari hujan maka halaman tidak basah
3) Jika hari tidak hujan maka halaman basah
4) Jika hari tidak hujan maka halaman tidak basah.
Penyelesaian :
1) Benar.
2) Salah.
3) Benar. (Halaman basah tidak harus hujan)
perhatikan tabel kebenaran baris ke 3
4) Benar.
Operasi Biimplikasi
Asih_Math
28
Biimplikasi adalah pernyataan majemuk dengan kata hubung “.......jika dan hanya
jika............” dan dilambangkan ⇔ .
Biimplikasi dari pernyataan p dan q ditulis p ⇔ q yang dibaca p jika dan hanya jika q atau
jika p maka q dan jika q maka p.
Tabel kebenarannya :
p q p
P q p⇔ q
B B B ⇔
B S S atau q
1 1 1
S B S
1 0 0
S S B
0 1 0
0 0 1
Dari tabel kebenaran tersebut, tampak bahwa biimplikasi
akan bernilai benar jika sebab dan akibatnya bernilai sama.
Sehingga
p⇔ q≡¿ ¿ ( p⇒q) ¿ (q ⇒ p)
Negasi dari pernyataan majemuk.
Negasi atau ingkaran yang meliputi konjungsi, disjungsi, implikasi maupun biimplikasi dapat
disebutkan berikut ini, dan untuk pembuktiannya buatlah sendiri tabel kebenarannya.
a. Negasi Konjungsi : ~ (p q) ~p V ~q
b. Negasi Disjungsi : ~ (p V q) ~p ~q
c. Negasi Implikasi :~(p ⇒ q ) p ~q
d. Negasi Biimplikasi :~ (p ⇔ q) (p~q)V(q~p)
Asih_Math
29
a. Uraian Materi Kegiatan Belajar 4
Konvers, Invers, Kontraposisi
Dari pernyataan yang berupa implikasi p q dapat dibuat pernyataan implikasi baru sebagai
berikut:
a. Konvers : q ⇒
p
b. Invers : ~p ⇒
~q
Untuk melihat hubungan nilai kebenaran antara implikasi, konvers, invers dan kontraposisi
perhatikanlah tabel kebenaran berikut :
Pernyataan berkuantor
Pernyataan berkuantor adalah pernyataan yang mengandung ukuran kuantitas
Ada 2 macam kuantor, yaitu :
1. Kuantor Universal
Dalam pernyataan kuantor universal terdapat ungkapan yang menyatakan semua, setiap.
Kuantor universal dilambangkan dengan ∀ (dibaca untuk semua atau untuk setiap)
Contoh :
* ∀ x ∈ R, x2 > 0, dibaca untuk setiap x anggota bilangan Real maka berlaku x2 > 0.
* Semua ikan bernafas dengan insang.
2. Kuantor Eksistensial
Dalam pernyataan berkuantor eksistensial terdapat ungkapan yang menyatakan ada,
beberapa, sebagian, terdapat. Kuantor Eksistensial dinotasikan dengan ∃ ( dibaca ada,
beberapa, terdapat, sebagian)
Contoh :
* ∃ x ∈ R,x2 + 3x – 10 < 0, dibaca ada x anggota bilangan real dimana x2 + 3x – 10 < 0
* Beberapa ikan bernafas dengan paru-paru
p(x)
Contoh :
a. p : Semua bunga mawar berwarna merah
~ p : Ada bunga mawar tidak berwarna merah
: Terdapat bunga mawar berwarna putih
: Tidak semua bunga mawar berwarna merah
b. q : Ada beberapa pemain sepak bola mengalami cedera lutut
~ q : Semua pemain sepak bola tidak mengalami cedera lutut
b. Uraian Materi Kegiatan Belajar 5
Penarikan Kesimpulan
Dalam logika matematika kita dikenalkan beberapa cara penarikan kesimpulan atau pembuktian
dimana langkah pembutian tersebut dianggap suatu implikasi. Dalam pembuktian yang
dilakukan ada dua cara yaitu:
a) Pembuktian Langsung.
Dalam pembuktian secara langsung digunakan dasar yang sah dari argumen dasar dalam prisip
logika, yaitu :
1. Prinsip Modus Ponens.
Jika p q benar dan p benar maka q benar.
Ingat kembali tabel kebenaran implikasi p ⇒ q
p Q p ⇒
q
B B B
B S S
S B B
S S B
Baris yang bisa memenuhi dari argumen di atas berarti hanya baris 1) saja , sehingga
kesimpulan yang dapat diambil adalah p bernilai benar.
Contoh :
Premis 1 : Jika Newton manusia maka ia akan mati
Premis 2 : Newton manusia
Asih_Math
31
Kesimpulan : Newton akan mati
2. Prinsip Modus Tollens.
Jika p ⇒ q benar dan ~q benar maka ~p benar.
Premis 1 : p ⇒ q (benar)
Premis 2 : ~q (benar)
Kesimpulan : ~p (benar)
Dari skema tersebut dapat kita lihat bahwa dari tabel implikasi yang memenuhi premis 1 dan
premis 2 hanya baris ke 4) sehingga disimpulka p bernilai salah atau ~p bernilai benar.
Contoh :
Premis 1 : Jika besi dipanasi maka ia akan memuai
Premis 2 : Besi tidak memuai
Kesimpulan : Besi tidak dipanasi
3. Prisip Silogisma.
Jika p ⇒ q benar dan q ⇒ r maka p ⇒ r benar.
Premis 1 : p ⇒ q (benar)
Premis 2 : q ⇒ r (benar)
Kesimpulan : p ⇒ r (benar)
Prinsip tersebut dapat dibuktikan dengan membuat tabel kebenaran
p ⇒ r (p ⇒ q) (q ⇒ r)
Coba buat sendiri tabel kebenaran ekuivalensi tersebut.
Contoh :
Premis 1 : Jika hari hujan maka jalan licin
Premis 2 : Jika jalan licin maka banyak kecelakaan
Kesimpulan : Jika hari hujan maka banyak kecelakaan.
INDUKSI MATEMATIKA
Induksi matematika merupakan materi yang menjadi perluasan dari logika matematika. Logika matematika
sendiri mempelajari pernyataan yang bisa bernilai benar atau salah, ekivalen atau ingkaran sebuah
pernyataan, dan juga berisi penarikan kesimpulan.
Induksi matematika menjadi sebuah metode pembuktian secara deduktif yang digunakan untuk membuktikan
suatu pernyataan benar atau salah. Dimana merupakan suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik
kesimpulan berdasarkan pada kebenaran pernyataan yang berlaku secara umum sehingga pada pernyataan
khusus atau tertentu juga bisa berlaku benar. Dalam induksi matematika ini, variabel dari suatu perumusan
dibuktikan sebagai anggota dari himpunan bilangan asli.
Ada tiga langkah dalam induksi matematika yang diperlukan untuk membuktikan suatu rumus atau
pernyataan. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Membuktikan bahwa rumus atau pernyataan tersebut benar untuk n = 1.
2. Mengasumsikan bahwa rumus atau pernyataan tersebut benar untuk n = k.
3. Membuktikan bahwa rumus atau pernyataan tersebut benar untuk n = k + 1.
Asih_Math
32
Untuk menerapkan induksi matematika, kita harus bisa menyatakan pernyataan P (k + 1) ke dalam
pernyataan P(k) yang diberikan. Untuk meyatakan persamaan P (k + 1), substitusikan kuantitas k + 1
kedalam pernyataan P(k).
1. Deret Bilangan
Sebagai ilustrasi dibuktikan secara induksi matematika bahwa .
Langkah 1
untuk n = 1, maka :
1=1
Bentuk untuk n = 1 rumus tersebut benar.
Langkah 2
Misal rumus benar untuk n = k, maka:
Langkah 3
Akan dibuktikan bahwa rumus benar untuk n = k + 1. Sehingga:
Pembuktiannya:
(dalam langkah 2, kedua ruas
ditambah k + 1)
. (k + 1) dimodifikasi menyerupai )
(penyederhanaan)
(terbukti)
Langkah 1
untuk n = 1, maka:
= 27
27 habis dibagi 9, maka n = 1 benar.
Langkah 2
Misal rumus benar untuk n = k, maka :
Asih_Math
33
Akan dibuktikan bahwa rumus benar untuk n = k + 1. Pembuktian:
Contoh Soal 1
Buktikan bahwa .
Pembahasan:
Langkah 1
(terbukti)
Langkah 2 (n = k)
Langkah 3 (n = k + 1)
.
(kedua ruas
ditambah .
{terbukti).
Contoh Soal 2
Buktikan bahwa
Pembahasan:
Langkah 1
(terbukti)
Langkah 2 (n = k)
Langkah 3 (n = k + 1)
Dibuktikan dengan:
(kedua ruas dikali )
Asih_Math
34
(terbukti)
Contoh Soal 3
Buktikan bahwa habis dibagi 5.
Pembahasan:
Langkah 1
habis dibagi 5 (terbukti)
Langkah 2 (n = k)
Langkah 3 (n = k + 1)
Didapatkan :
habis dibagi 5
habis dibagi 5
sama dengan langkah 2, habis dibagi 5
Asih_Math
35