Abstrak: Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh
manusia dan dapat bermanfaat untuk pembentukan jaringan tubuh yang baru
ataupun mempercepat penyembuhan jaringan tubuh (pasca operasi, pembedahan,
dan luka bakar). Albumin yang bersumber dari protein hewani dapat diperoleh
dari daging, ikan dan susu. Albumin diperoleh dari daging ikan seperti pada ikan
sidat (Anguilla bicolor). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
kadar albumin ikan sidat fase glass eel dan silver eel asal Danau Poso. Penelitian
ini menggunakan ikan sidat fase glass eel dengan panjang 4,5 cm (45 mm) dan
pakan yang diberikan yaitu pelet atau sejenis plankton sedangkan silver eel
dengan panjang 47 cm dan pakan yang diberikan yaitu ikan-ikan kecil. Pengujian
kadar albumin menggunakan metode Bromocresol green dengan alat fotometer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar albumin ikan sidat fase glass eel 0,29
g/100g dan fase silver eel 1,19 g/100g. Hasil uji statistik Independent t-test
terhadap kadar albumin menunjukkan perbedaan yang signifikan (p≤0,05).
Kata kunci: Anguilla bicolor, albumin, glass eel, silver eel, bromocresol green,
fotometer.
Abstract: Albumin is a plasma protein that is at most in the human body and can
be beneficial in new body tissues formation or accelerate the healing of body
tissue (post-surgery and burns). Albumin may derived from animal protein such as
meat, fish and milk. Albumin is gain from meat fish such as Eel fish (Anguilla
bicolor). This study aims to determine the ratio of albumin on Eel fish (Anguilla
bicolor) in glass eel and silver eel phase taken from Lake Poso. This study uses of
eel fish in glass eel phase with a length of 4.5 cm (45 mm) and the feed with
pellets or similar of it like plankton while in silver eel phase with a length of 47
cm and feed with small fish. Albumin testing done with Bromocresol green with
photometer instrument. The results showed that the albumin levels in glass eel and
silver eel phase respectively are 0.29 g/100g and 1.19 g/100g. Statistical
Independent t-test indicates albumin levels both of sample significant differences
(p ≤ 0.05).
Keywords: Anguilla bicolor, Albumin, Glass eel, Silver eel, Bromocresol green,
Photometer
1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar dengan keanekaragaman hayati di
perairan tawar. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan budidaya ikan sidat
karena Indonesia memiliki iklim tropis (Sasongko dkk, 2007). Ikan sidat
(termasuk benih ikan sidat) yang tersebar di perairan Indonesia meliputi pantai
selatan timur Pulau Jawa, pantai barat Pulau Sumatera, pantai timur Pulau
Kalimantan, di sekeliling pantai Pulau Sulawesi, dan pantai utara Papua (Affandi,
dkk 2013). Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki banyak ikan air tawar
adalah Sulawesi. Di Sulawesi populasi ikan sidat ditemukan di beberapa sungai
dan danau. Potensi perkembangbiakan ikan sidat di Sulawesi sangat besar (Fadly
Y.Tantu, 2014). Menurut Mc Kinnon (2006), tingkat endemisitas yang tinggi
ditemukan di perairan Sulawesi Tengah (Danau Poso), dan Sulawesi Selatan
(Danau Matano dan Danau Towuti).
Ikan sidat memiliki sifat katadromus yaitu masa menjelang dewasa ikan sidat
hidup di air tawar kemudian bermigrasi untuk bertelur atau berkembang biak di
air laut (Affandi dan Riani, 1995). Ikan sidat memiliki siklus dengan beberapa
tahapan, yaitu telur akan mengapung karena massa jenis maka telur-telur tersebut
naik ke permukaan dan menetas menjadi larva leptocephalus. Larva
leptochepalus akan mengalami perubahan bentuk (metamorfosis). Bentuk ikan
sidat sudah menyerupai bentuk ikan sidat dewasa tetapi tubuhnya belum memiliki
pigmen sehingga disebut glass eel (umur 4,5-7 bulan dengan panjang 55-60 mm).
Ikan sidat kaca tersebut mengikuti arus kearah pantai, kemudian beruaya ke muara
sungai menjadi ikan sidat kecil yang disebut elver (umur <1-5 tahun dengan
panjang ≤ 30 cm). Elver akan bermigrasi ke arah hulu kemudian tumbuh menjadi
ikan dewasa yang memiliki pigmentasi disebut yellow eel (umur 5 tahun lebih
dengan panjang panjang > 30 cm ). Ikan sidat tumbuh dan warnanya akan berubah
menjadi perak (Xanthocrhomatism) yang terlihat pada bagian dasar perutnya
disebut silver eel (umur 10-20 tahun lebih dengan berat >250 g (McKinnon, LJ,
2006; Sasono, 2001).
Albumin merupakan protein yang dapat larut didalam air serta dapat terkoagulasi
oleh panas (Allington NI, 2002). Albumin memiliki fungsi sebagai alat
transportasi molekul-molekul kecil melewati plasma maupun cairan ekstrasel serta
mengikat obat-obatan dan menjaga tekanan osmotik plasma sehingga banyak
dimanfaatkan dalam bidang kesehatan karena dapat digunakan sebagai
antioksidan, senyawa proteksi hati serta mengatasi berbagai penyakit terutama
yang disebabkan oleh minimnya jumlah protein darah seperti patah tulang, infeksi
paru-paru, dan proses penyembuhan luka seperti luka bakar dan pasien pasca
operasi (Santoso, 2009; Suprayitno, 2003).
2
Berdasarkan uraian di atas, maka penting dilakukan penelitian kadar albumin pada
ikan sidat Anguilla bicolor fase glass dan silver eel yang berasal dari Danau Poso
untuk melihat pada fase manakah yang paling memiliki kadar albumin yang
tinggi.
Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah ikan sidat spesies Anguilla bicolor fase glass
eel dan silver eel yang diperoleh dari Danau Poso.
Bahan untuk uji kadar albumin menggunakan metode bromocresol green yaitu
reagen bromocresol green, reagen standar albumin, dan reagen kontrol. Bahan
lain yaitu akuades, asam nitrat (HNO3) pekat, natrium hidroksida (NaOH) 10%,
dan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 0,2%.
Tahap Ekstraksi
Ekstraksi albumin dilakukan dengan menggunakan metode pengukusan water
bath. Sampel yang sudah disiapkan, ditambahkan pelarut akuades sebanyak 100
mL, kemudian dilakukan pengukusan water bath pada suhu 37°C selama 10
menit. Kemudian disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Ekstrak yang
diperoleh siap untuk dianalisis (Nugroho, 2012).
3
Tahap Uji Kuantitatif Protein Albumin
Ekstrak albumin ikan sidat disentrifugasi sebanyak 10 mL selama 10 menit,
kemudian dipipet ekstrak albumin, larutan standar albumin dan bromocresol green
sebanyak 10 µL dan masukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda. Lalu
ditambahkan 1000 µL bromocresol green pada setiap tabung reaksi,
dihomogenkan dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 546 nm.
Pengujian ini dilakukan secara triplo (Rodkey, 1964; Doumas et al, 1971).
Analisis Data
Data yang diperoleh pada pengujian kadar albumin dianalis menggunakan uji
statistik Independent T Test menggunakan program SPSS 16.0 (Statistical
Product and Service Solution).
Ulangan Perubahan
Ekstrak Metode Uji
I II III warna/endapan
4
(-) = Ekstrak tidak mengandung albumin
Hasil Uji Secara Kuantitatif
Hasil pengujian albumin ikan sidat Anguilla bicolor fase glass eel dan silver eel
asal Danau Poso diuji dengan menggunakan metode Bromocresol green (BCG)
dengan alat fotometer. Didapatkan hasil sesuai dengan table yang dapat dilihat
pada tabel 4.2 di bawah ini.
PEMBAHASAN
Ikan sidat (Anguilla bicolor) yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase
glass eel dengan panjang 4,5 cm dan silver eel dengan panjang 47 cm. Pada
penelitian ini digunakan fase glass eel dan silver eel bertujuan untuk mengetahui
kandungan protein albumin dari kedua fase dimana terdapat perbedaan ukuran dan
berat ikan yang dapat mempengaruhi kandungan gizi tersebut.
Pada proses analisisnya dilakukan dua jenis pengujian, yakni analisis secara
kualitatif dan secara kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan tujuan
untuk mengidentifikasi adanya protein (albumin) secara kimia melalui terjadinya
reaksi perubahan warna dan pengendapan jika ditambahkan senyawa-senyawa
5
kimia tertentu. Uji kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji biuret,
uji xanthoprotein, dan uji secara visual (Hairima, dkk, 2014).
6
Grafik 4.1 Nilai rata-rata kadar albumin ikan sidat (g/100 g)
Grafik 4.1 di atas merupakan hasil data histogram rata-rata kadar albumin dari
ikan sidat Anguilla bicolor fase glass eel dan silver eel. Kadar albumin tertinggi
yaitu pada fase silver eel dibandingkan dengan fase glass eel seperti Tabel 4.2
diatas. Menurut hasil analisis kadar albumin (Asikin, 2018) menunjukkan kadar
albumin paling besar terdapat pada ekstrak ikan gabus berukuran sedang (600-900
g), hal ini sebanding dengan kadar protein ekstrak yang diperoleh dengan jumlah
paling besar terdapat pada ikan berukuran sedang dan besar. Menurut Rohmawati
(2010) berat badan ikan berpengaruh terhadap kandungan albumin. Namun pada
penelitian ini ikan gabus berukuran besar mempunyai kadar albumin lebih rendah
dibanding ekstrak dari ikan berukuran sedang. Tingginya kandungan albumin
dipengaruhi oleh tingkat stress serta kondisi alam lingkungan tempat hidupnya
(Chasanah et al., 2015). Komposisi kimia ikan sangat bervariasi dari spesies atau
individu yang satu dengan lainnya, tergantung umur, makanan yang tersedia,
jenis kelamin dan kondisi seksual yang berhubungan dengan masa bertelur,
musim dan lingkungan (Paul et al, 2013).
7
Pada penelitian Chasanah U. (2017) kadar albumin ikan gabus didapatkan 1,42
gram albumin untuk setiap 100 gram dan Nugroho. M (2013) kadar albumin ikan
gabus didapatkan 2,459 gram albumin untuk setiap 100 gram. Dapat dilihat bahwa
hasil kadar albumin ikan sidat fase silver eel yang dapat dikonsumsi tidak berbeda
jauh dari kadar albumin ikan gabus.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
kadar albumin ikan sidat Anguilla bicolor fase silver eel dan glass eel asal Danau
Poso memiliki perbedaan yang signifikan dengan kadar albumin masing-masing
1,19 g/dl dan 0,29 g/dl.
TERIMA KASIH
Terima kasih kepada UPT Laboratorium Kesehatan Palu yang telah menjadi
tempat dilakukannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
8
Fadly Y.T. (2014). Budidaya Belut dan Sidat. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Hairima, Andrie, M., & Fahrurroji, A. (2014). Uji Aktivitas Salep Obat Luka Fase
Air Ekstrak Ikan Toman (Channa micropeltes) pada Tikus Putih Jantan
Galur Wistar. Pontianak: Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran.
Hastarini E. (2012). Karakteristik Minyak Ikan dari Limbah Pengolahan Filet Ikan
Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) dan Ikan Patin Jambal (Pangasius
djambal). [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Maulal Fafa, Hari Santoso dan Ahmad Syauqi. (2018). Analisa Kadar Protein
Albumin Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Air Tawar Segar dan Dikukus di
Maduran Lamongan. Malang: Known Nature.
Paul DK, Islam R, Sattar MA. (2013). Physico-Chemical Studies Of Lipids And
Nutrient Content Of (Channa striatus) And (Channa marulius). Turkish
Journal Of Fisheries And Aquatic Sciences.
Putri, A. (2016). Analisis Kadar Albumin Ikan Sidat (Anguilla Marmorata Dan
Anguilla Bicolor) Dan Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Terbuka Pada
Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Palu: Galenika Journal of Pharmacy.
9
Rohmawati S. 2010. Kandungan Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus streatus)
Berdasarkan Berat Badan Ikan. [Skripsi]. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Santoso, A H, (2009). Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) sebagai
Hepatoprotector pada Tikus yang diinduksi dengan Parasetamol. Thesis.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
10