Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MINI PROJECT

WAHANA PUSKESMAS GOMBONG 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG

HIPERTENSI DENGAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA

BANJARSARI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GOMBONG 1

PENDAMPING:

dr. H. Usodo

DISUSUN OLEH:

dr. Elga Zuherli

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

UPT PUSKESMAS GOMBONG 1

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

2020
LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG

HIPERTENSI DENGAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA

BANJARSARI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GOMBONG 1

Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas Dokter Internsip
di Puskemas Gombong 1

Telah diperiksa dan disetujui pada :


Gombong, 6 Februari 2021

Oleh
Dokter Pendamping Internsip Puskesmas

dr. H. Usodo
NIP. 19670529 200701 1 012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan, karena hanya berkat dan

rahmatnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan mini project yang berjudul

“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG

HIPERTENSI DENGAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA

BANJARSARI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GOMBONG 1”.

Peneliti menyadari bahwa keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari


bantuan, dukungan, doa dan kerjasama yang baik berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada:
1. dr. H. Usodo selaku Kepala Puskesmas Gombong 1 dan Dokter Pendamping
Intenship Puskesmas.
2. dr. Firdaus C. Saputra selaku Dokter fungsional di Puskesmas Gombong 1.
3. Ibu Embriyowati Catiyas selaku penanggung jawab UKM Puskesmas
Gombong 1 dan bidan desa Banjarsari.
4. Seluruh staff di Puskesmas Gombong 1 dan berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan mini proyek ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa mini project ini masih terdapat
banyak keterbatasan. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca. Semoga mini proyek ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi berkah bagi
peneliti maupun pembacanya.
Gombong, 6 Februari 2021
Penulis

dr. Elga Zuherli

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius, serta merupakan


faktor utama penyebab terjadinya morbiditas dan mortalitas di dunia. Berdasarkan
data dari Continuing Medical Education (CME) (2017) terdapat peningkatan
kasus hipertensi di 7 negara (Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Inggris, Amerika
dan Jepang) dari 234 juta kasus hipertensi pada tahun 2010 menjadi 246 juta pada
tahun 2016. Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia cukup tinggi, hal ini
terlihat dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar
34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua
sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),
umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi
sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3%
orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi
tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan
pengobatan. Sedangkan berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen
tahun 2018, tiga teratas penyakit tidak menular adalah Hipertensi (23.735 kasus),
Diabetes Melitus (7.274 kasus)dan Asma Bronkial (3214 kasus).
Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita
hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%),
minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum
obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%),
dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%) (Riskesdas, 2018). Hasil
penelitian sporadis yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes RI (2011-2012) di 15 kabupaten menyatakan
bahwa 17,7% kematian disebabkan oleh stroke dan 10,0% kematian disebabkan
oleh penyakit jantung iskemik. Dimana 2 penyebab kematian tersebut merupakan
faktor utama dari hipertensi. Menanggapi hal tersebut maka perlu dilakukan
pengontrolan dan penanganan segera hipertensi agar tidak menyebabkan
komplikasi seperti serangan jantung, stroke, dan gangguan ginjal (Budijanto,
2015).
Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan
merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas,
sering berolahraga, menghindari alkohol, dan rokok. Penatalaksanaan hipertensi
ini diperlukan pengetahuan masyarakat dalam proses penyembuhannya, serta
dukungan keluarga agar proses penyembuhan berjalan dengan baik (Dalimartha et
al., 2008).
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat untuk proses
penyembuhan penyakit hipertensi. Dalam proses mencari tahu ini, mencakup
beberapa metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun
melalui pengalaman (Notoatmodjo, 2010). Dengan bertambah umur seseorang
dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi
pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang (Agoes et al., 2011).
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat. Salah peran serta masyarakat yaitu melalui posyandu yang bertujuan
dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko Penyakit
Tidak Menular (PTM) Utama termasuk hipertensi yang dilaksanakan secara
terpadu, rutin, dan periodik (Depkes, 2009).
Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan tingkat pengetahuan
masyarakat dengan angka kejadian hipertensi di desa Banjarsari wilayah kerja upt
puskesmas gombong 1”.

B. Pernyataan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu:
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan angka kejadian
hipertensi di desa Banjarsari wilayah kerja upt Puskesmas Gombong 1?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan angka
kejadian hipertensi di desa Banjarsari wilayah kerja upt puskesmas
gombong 1.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang hipertensi di
desa Banjarsari wilayah kerja upt Puskesmas Gombong 1.
b. Mengidentifikasi perilaku tentang hipertensi masyarakat di desa
Banjarsari wilayah kerja upt Puskesmas Gombong 1.
c. Menganalisis hubungan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi
dengan angka kejadian hipertensi di desa Banjarsari wilayah kerja upt
Puskesmas Gombong 1.

D. Manfaat
Setelah dilakukan penelitian tentang “Hubungan tingkat pengetahuan
masyarakat dengan angka kejadian hipertensi di desa Banjarsari wilayah kerja
upt Puskesmas Gombong 1”, diharapkan:
1. Manfaat bagi Penulis
Menambah pengetahuan tentang pentingnya proses pengontrolan
hipertensi pada masyarakat yang menderita hipertensi serta pengetahuan
masyarakat tentang hipertensi sebagai bahan masukan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai masukan bagi Puskesmas dalam pengontrolan tekanan
darah masyarakat dengan hipertensi khususnya yang kurang memahami
pengetahuan hipertensi.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Bahan pertimbangan dan masukan bagi masyarakat dengan
hipertensi agar mengetahui dampak pengetahuan tentang hipertensi,
sehinga pasien akan mematuhi proses pengontrolan penyakit hipertensi.
Bagi keluarga pasien bisa menjadi bahan pertimbangan dan masukan akan
pentingnya memberi dukungan pada pasien hipertensi sehingga dapat
menjadi masukan bagi keluarganya untuk memberi motivasi terhadap
penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai