Evakuasi Korban Bencana Alam, Yang Landa Berbagai

Wilayah di Indonesia
Bencana alam yang belakangan ini terjadi di berbagi wilayah Indonesia tak mungkin
bisa kita hindari lagi, karena itu sudah menjadi ketentuan Tuhan. Apa yang bisa kita
lakukan?, hanya berdo’a dan berusaha. Berusaha disini adalah menitik beratkan terhadap
evakuasi korban bencana yang sedang tertimpa bencana di daerahnya tersebut, khususnya
untuk tenaga medis atau para relawan dari berbagai daerah di Indonesia.

Resiko saat menjalankan evakuasi korban harus melakukan pembuatan perencanaan

yang matang berkisar dari proses evakuasi berskala kecil sampai pada proses evakuasi
berskala besar, karena saat proses evakuasi juga masih sangat rentan terhadap semua bahaya
baik terhadap si korban maupun yang mengevakuasi. Maka dari itu perencanaan seperti
supply logistik, transportasi, kesiapan komite darurat atau rencana operasional, keselamatan
dan kenyamanan para pekerja medis/relawan, dan lain sebagainya harus di lakukan jauh hari
sebelum penerjunan para tenaga medis/relawan. Adapun tanda warna untuk memprioritaskan
siapa yang harus di evakuasi konsep ini disebut konsep dasar Triase, dalam linkup bencana
konsep ini adalah melakukan yang terbaik untuk jumlah korban sebanyak mungkin.
Tandanya yaitu Hijau - jalan kaki, Kuning - dengan alat bantu, Merah - dibantu penuh. Pada
warna kuning, menggunakan alat bantu evakuasi contohnya kursi roda, hand lift, dan lain
sebagainya merupakan pilihan untuk menurunkan physical strain (kelelahan fisik) pada
penolong dan memberikan transportasi aman bagi korban. Akan tetapi adapun kelemahan jika
menggunakan alat bantu seperti adanya kebatasan beban, dibutuhkan pelatihan untuk
menggunakannya, maka dari itu evakuasi manual juga masih perlu diperlukan.

Banyak cara melakukan evakuasi korban bencana secara manual, semakin banyak
orang maka akan semakin baik dengan catatan itu harus di barengi dengan presentase jumlah
korban karena tidak mungkin 1 korban di tolong oleh 5 orang atau lebih sedangkan korban
yang harus diselamatkan masih banyak. Salah satu metode evakuasi korban secara manual
yang cukup evisien yaitu Human crutch, metode ini yaitu bagi korban yang sadar
memungkinkan korban mengayunkan kaki menggunakan satu atau sepasang penyelamat
(manusia) sebagai kruk dan bagi korban yang tidak sadar, ini adalah cara cepat dan mudah
untuk mengeluarkan korban dari bahaya. Untuk lebih jelasnya, gambaran metode Human
crutch yaitu lengan penyelamat menyilang di punggung korban dan memegang pakaian di
sisi berlawanan dari tubuhnya, dengan begitu korban dapat di tolong dan menjauh dari
wilayah yang berbahaya. Tetapi metode ini harus memprtimbangkan beberapa aspek yaitu
tinggi badan antara si korban dan penyelamat, kondisi fisik/stamina yang juga harus di
perhatikan karena tidak mungkin saat sedang proses evakuasi penyelamat menyelamatkan
korban, sedangkan kondisi si penyelamat sedang kelelahan atau terluka. Jadi, bisa
disimpulkan bahwa metode Human crutch adalah metode dimana manusia menjadi pengganti
alat bantu crutch/penopang untuk korban yang terluka.

Metode evakuasi korban secara manual menjadi alternatif yang sangat efisien jika
pada saat melakukan proses evakuasi di suatu wilayah/daerah yang terkena bencana alam
masih kekurangan alat bantu. Karena selain metode manual Human cructch masih banyak
metode – metode manual yang lainnya, apalagi jika kita dapat memanfaatkan sesuatu untuk
di jadikan menjadi alat bantu seperti bambu, kain yang tersedia, atau yang lain pasti akan
dapat sangat membantu.

Sebuah proses evakuasi dilakukan sebelum, selama, atau setelah bencana alam jadi,
bantuan dari tim medis ataupun relawan sangat berpengaruh besar terhadap keselamatan
korban karena sudah menjadi kewajiban kita sebagai manusia untuk saling mengulurkan
tangan terhadap sesama manusia yang sedang terkena musibah.