Dimas Agil Prasetyo 3B (065) New
Dimas Agil Prasetyo 3B (065) New
NIM. P1337420218065
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
i
PROPOSAL STUDI KASUS
KTI
Disusun guna memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir pada Program
Studi DIII Keperawatan Purwokerto
NIM. P1337420218065
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P1337420218065
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal studi kasus ini yang saya tulis ini
adalah benar benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran
sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan proposal studi kasus ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembiming II
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal studi kasus oleh Dimas Agil Prasetyo, NIM. P1337420218065 dengan judul
Pengelolaan Pada Pasien Harga Diri Rendah Dengan Terapi Okupasi, telah
dipertahankan di depan dewan penguji tanggal 07 Desember 2020.
Dewan Penguji :
Mengetahui
Ketua Prodi DIII Keperawatan Purwokerto
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Studi Kasus
“Pengelolaan Pada Pasien Harga Diri Rendah dengan Terapi Okupasi”
3. Ibu Walin, SST., M. Kes. selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan
Purwokerto
5. Bapak Herry Prasetyo, MN. selaku Dosen Pembimbing II Karya Tulis Ilmiah
yang banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Proposal
Pengelolaan Kasus Karya Tulis Ilmiah sebagai Tugas Akhir dalam
menyelesaikan Pendidikan Diploma III
6. Kepada Orang Tua yang sangat luar biasa dalam membimbing penulis sampai
saat ini.
Dalam pembuatan studi kasus ini kami menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karenaitu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca.
vi
DAFTAR ISI
vii
H. Cara Pengolahan Data ...........................................................................13
I. Etika Penelitian ......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................14
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa merupakan hal penting bagi manusia, Individu yang
sehat jiwanya secara mental dapat berfungsi secara normal dan dapat
menjalankan tugasnya serta aktifitasnya sehari-hari tanpa adanya hambatan.
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana individu mampu berkembang dalam
segi fisik,mental, spiritual dan social sehingga setiap individu mampu
mengerti tentang kemampuanya sendiri dan mampu memberikan bantuan
kepada individu lainya atau kelompoknya. Kondisi perkembangan setiap
individu jika tidak sesuai maka bisa dikatakan gangguan jiwa (UU No. 18
Tahun 2014)
Kesehatan jiwa menurut Who adalah ketika sesorang merasa sehat
secara keseluruhan dan merasa bahagia serta mampu menghadapi tantangan
hidup yang di alami oleh individu tersebut dan mampu menerimaorang lain
sebagaimana mestinya. Saat ini perkiraan penderita gangguan jiwa didunia
mencapai 450 juta jiwa (WHO,2017) Kesehatan jiwa sampai saat ini masih
menjadi permasalahan yang serius bagi Indonesia bahkan di dunia
(WHO,2016) Terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 21 juta terkena
skizofernia, 60 juta orang terkena bipolar serta 47,5 juta terkena dimensia.
Menurut Data Riskedas 2018 Prevalensi gangguan jiwa pada tahun
2013 yaitu 1,7% dan meningkat menjadi 7% pada tahun 2018. Selainn itu
prevalensi depresi pada usia diatas 15 tahun yaitu 6,1% dan pasien yang
melakukan pengobatan hanya 9%. (Riskedas,2018 dalam Barimbing 2020)
Salah Satu Gangguan Jiwa adalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah. Harga Diri Rendah kronik menurut NANDA (2018) merupakan
penilaian negative atau perasaan negative tentang dirinya atau tentang
kemampuan yang dimiliki dirinya sendiri dan berlangsung minimal 3 bulan.
1
Menurut Yosep (2010) dalam Narullita (2017) berpendapat jika Harga
Diri Rendah tidak secepatanya ditangani maka akan menyebabkan depresi
bagi lansia sehingga lansia tersebut menarik diri dan berlanjut ke perilaku
kekerasan bahkan resiko bunuh diri. Harga diri rendah pada lansia bisa
disebabkan banyak hal salah satunya adalah kehilangan teman hidupnya.
Gangguan Harga diri rendah bisa terjadi karena telah kehilangan kasih
sayang atau merasa terancam oleh perlakuan orang lain yang menyebabkan
individu tersebut menarik diri dan merasa mempunyai harga diri rendah.
Harga diri bisa meningkat dengan adanya perlakuan atau pendekatan dari
seseorang sekitar seperti keluarga, sahabatnya, atau perawat yang bisa
mengerti tentang keadaanya yang dialaminya dan bisa memberikan solusi agar
pasien tersebut merasa memiliki harga diri yang tinggi. Seseorang yang
memiliki harga diri rendah cenderung menarik diri dari lingkungan karena
merasa keberadaan seseorang atau kelompok merupakan sebuah ancaman atau
merasa minder akan keberadaan dirinya sedangkan seseorang yang memiliki
harga diri tinggi cenderung aktif didalam kelompok dan mudah menerima
keberadaan seseorang dan aktif beraktifitas didalam kesehariannya.
Menurut Nurhalimah, (2016:111) tanda dan gejala harga diri rendah
adalah mengkritik tentang dirinya, memiliki perasaan tidak mampu dan selalu
merasa pesimis, produktifitas terhadap dirinya selalu menurun, kurang
memperhatikan perawatan dirinya dan berpakaian diri, makan selalu kurang,
jika berbicara tidak berani untuk menatap lawan bicaranya cenderung
membuang muka, nada berbicara lemah dan bersuara lembut.
Dalam Penanganan kasus Harga Diri Rendah bisa menggunakan
kombinasi terapi yaitu terapi farmakologi dan terapi non Farmakologi, Ada
beberapa banyak contoh terapi non farmakologi untuk Harga Diri Rendah
Seperti Terapi Kognitif, terapi bercocok tanam, terapi aktifitas kelompok ,
terapi kreasi seni dan salah satunya adalah terapi Okupasi.
Terapi Okupasi adalah suatu benuk psikoterapi yang berupa support
aktivitas-aktivitas yang membuat individu untuk membangkitkan kemandirian
2
secara edukasi dan kreatif agar individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan dapat meningkatkan harga dirinya kembali. (Ponto, Bidjuni
dan Karundeng, 2015:6)
Terapi okupasi adalah terapi yang dilakukan melalui kegiatan atau
pekerjaan terhadap anak yang mengalami gangguan kondisi sensori motor.
Terapi okupasi bertujuan untuk membantu anak di dalam mengembangkan
kekuatan dan koordinasi otaknya (E. Kosasih, 2012;13)
Manfaat Terapi Okupasi yaitu mengembangkan, memelihara,
memulihkan fungsi dan atau mengupayakan/ mengadaptasi untuk melakuka
aktifitas-aktifitas sehari-hari, produktivitas dan waktu luang dimanfaatkan
melalui pelatihan, remidiasi stimulasi dan fasilitasi. Terapi Okupasi
meningkatkan kemampuan individu untuk terlibat dalam bidang kinerja antara
lain aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan instrumental hidup sehari- hari
serta bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri. (ponto, Bidjuni dan
Karundeng, 2015:6)
.Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat
karya tulis ilmiah dengan judul “Pengelolaan Pada Pasien Harga Diri Rendah
dengan Terapi Okupasi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan penelitan
ini adalah “Pengelolaan pada Pasien Harga Diri Rendah dengan Terapi
Okupasi”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa harga
diri rendah dengan terpai Okupasi.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian Keperawatan pada klien gangguan jiwa harga
diri rendah dengan terapi Okupasi.
3
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien gangguan jiwa harga
diri rendah dengan terapi Okupasi.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien gangguan jiwa harga
diri rendah dengan terapi Okupasi.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien gangguan jiwa harga
diri rendah dengan terapi Okupasi.
e. Melakukan Evaluasi pada klien gangguan harga diri rendah dengan
terapi Okupasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Pasien
Menggunakan kegiatan terapi Okupasi sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan harga diri dan aspek positif yang dimiliki oleh klien.
2. Masyarakat
Sebagai salah satu informasi untuk menamah ilmu pengetahuan
tentang pengelolaan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
harga diri rendah dengan menggunakan terapi Okupasi sebagai salah satu
intervensinya.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam melaksanakn aplikasi riset
keperawatan di tatanan pelayanan keperawatan, khususnya penelitian
tentang asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah dengan terapi
Okupasi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengkajian
Menurut NANDA (2018) Pengkajian merupakan langkah pertama
dalam mengumpulkan informasi subjektif dan objektif serta riwayat pasien/
rekam medik yang ada. Didalam pengkajian juga harus mendapat kekuatan
dan risiko dari pasien agar dapat ditarik kesimpulan apa yang salah dari pasien
dan tindakan apa yang dilakukan kepada pasien. Pengkajian Keperawatan
pada pasien Harga Diri Rendah Menurut Deden (2013) yaitu :
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang memengaruhi identitas diri seperti orang tua yang tidak
percaya kepada anaknya dan tekanan teman sebayanya
2. Faktor yang memengaruhi penampilan peran seperti peran yang sesuai
dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
3. Faktor yang memengaruhi harga diri seperti penolakan orang tua atau
keinginan orang tua yang tidak realistik
b. Faktor Presipitas
1. Situasi transisi peran yaitu bertambahnya atau berkurangnya orang
yang dirasa penting dalam hidup pasien
2. Transisi peran sehat-sakit yaitu peran yang diakibatkan dalam keadaan
sehat atau sakit seperti kehilangan bagian tubuh, perubahan fisik,
perubahan ukuran, ancaman fisik (penggunaan oksigen,kelelahan dll)
3. Factor presipitasi yang diebabkan oleh faktor dari dalam atau dari luar
seperti :
a) ketegangan peran (frustasi)
b) Konflik Peran (Tidak tercapainya keinginan)
c) Peran yang tidak jelas (Kurang pengetahuan tentang peranya)
d) Peran berlebihan (Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan
peran yang kompleks)
5
e) Perkembangan transisi ( perubahan norma yang berkaitan untuk
menyesuaikan diri)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah Kronis (D.0086). (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
6
Gelaja dan Tanda Subjektif :
Minor 1. Merasa sulit konsentrasi
2. Sulit tidur
3. Mengungkapkan keputusasaan
Objektif :
1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Berbicara pelan dan lirih
4. Pasif
Kondisi Klinis 1. Cedera traumatis
terkait 2. Pembedahan
3. Kehamilan
4. Stroke
C. Perencanaan
Tabel 2.1
Kriteria dan hasil dalam perencanaan Harga Diri Rendah (Tim Pokja SLKI
DPP PPNI, 2019)
Skala
No. Kriteria
Awal Tujuan
1. Penilaian Diri Positif 5
2. Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan 5
positif
3. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri 5
4. Minat mencoba hal baru 5
5. Berjalan menampakan wajah 5
6. Konsentrasi 5
Keterangan :
1. Menurun
7
2. Cukp Menurun
3. Sedang
4. Cukup Meningkat
5. Meningkat
Tabel 2.2
Perencanaan Harg Diri Rendah dengan Terapi Okupasi (Tim Pokja, SIKI DPP
PPNI, 2018)
No Intervensi
1. Ciptakan ruangan yang nyaman dan tenang
2. Ciptakan hubungan terapeutik dan kolaboratif yang aktif
3. Tunjukan keterbukaan, empati, dan kesediaan mendengarkan pikiran dan
perasaan pasien
4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
5. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertenu
6. Fasilitiasi focus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
7. Berikan terapi Okupasi
8. Jelaskan strategi dan proses terapi okupasi
9. Libatkan keluarga dalam aktivitas
10. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
11. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
D. Pelaksanaan
8
mendokumentasikan tindakan keperawatan untuk disusun dan mencatat
tindakan keperawatan dan respon dari klien (Kozier & at al, 2011).
Penatalaksanaan pada klien Harga Diri Rendah yaitu Terapi Okupasi agar
pasien mempunyai aktifitas dan kreatifitas baru. Menurut dari penelitan yang
dilakukan Mamnu’ah (2014) bahwa pasien dengan harga diri rendah dapat
meningkatkan harga dirinya dengan cara terapi okupasi karena dapat membuat
klien mempunyai kegiatan baru, mempunyai aktifitas baru serta klien dapat
termotivasi dan bisa lebih percaya diri setelah mempunyai kegiatan atau
ketrampilan baru.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses kelanjutan yang bertujuan untuk menilai
perkembangan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
sesuai respon klien pada saat tindakan dilakukan. Menurut Keliat (2010)
Evaluasi perlu melibatkan keluarga agar dapat melihat perubahan pada klien
dan dapat berupaya untuk mempertahankan serta memelihara perkembangan
klien agar selalu berkembang. Klien dan keluarga perlu dimotivasi untuk
penguatan diri klien (Keliat, 2010).Adapun evaluasi pasien Harga Diri
Rendah:
a. Dapat melakukan bina hubungan saling percaya
b. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik
c. Menerima perubahan pada dirinya
d. Dapat beradaptasi
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dalam Penyusunan laporan kasus in, penulis menggunakan rancangan
kasus. Desain Penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan dan memaparkan peristiwa
yang terjadi pada masa sekarang. (Nursalam, 2015)
Kemudian studi kasus ini yaitu studi kasus untuk mengeksplorasi
masalah asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah menggunakan terapi
okupasi.
B. Subjek Penelitian
1 Kriteria Inklusi
a. Pasien Laki-laki atau perempuan yang mempunyai penyakit harga diri
rendah
b. Pasien dalam kondisi sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik
c. Pasien tidak memiliki gangguan pernafasan
d. Pasien tidak memiliki gangguan pendengaran
e. Pasien bersedia menjadi partisipan
2 Kriteria Eksklusi
a. Pasien tidak sanggup mengikuti penelitian (mempunyai hambatan
komunikasi, mengalami masalah pendengaran,mengalami masalah
pernafasan dan masalah lainya yang bisa mengakibatkan kesulitan
dalam memperoleh data)
b. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau sakit
10
C. Fokus Studi
Fokus Studi pada penelitian ini adalah pengelolaan pada Pasien Harga
Diri Rendah dengan Terapi Okupasi
D. Definisi Operasional
a. Harga diri rendah menurut Keliat (2010) yaitu kondisi dimana individu
merasa dirinya lebih rendah dibandingan orang lain dan berfikir
negative tentang dirinya sendiri sebagai individu yang gagal, tidak
mampu dan tidak berprestasi
b. Terapi Okupasi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada klien
dengan gangguan fisik atau mental dengan menggunakan aktifitas
bermakna yang bertujuan untuk mendirikan kemandirian individu agar
mempunyai kegiatan dan ketrampilan pada kehidupan sehari hari serta
mengisi waktu luang (Menkes.2014)
E. Tempat dan Waktu
F. Pengumpulan Data
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mengumpulkan data
dari berbagai sumber dengan cara :
1. Wawancara
Dalam penelitian ini penulis mengambil metode utama yaitu
wawancara. Data yang diperlukan dari wawancara yaitu identitas,
keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu,riwayat kesehatan keluarga dan pengetahuan keluarga
tentang harga diri rendah. Data tersebut didapat dari pasien dan
keluarganya serta tenaga medis yang bersangkutan dengan pasien.
2. Observasi
11
Peneliti melakukan pengamatan langsung pada klien dan
respon klien pada saat sebelum dan sesudah tindakan terapi okupasi.
Pengamatan tersebut dilakukan guna mendapatkan data objektif yang
dilakukan secara langsung untuk melengkapi data yang diperlukan.
3. Studi Pustaka
Peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan mencari
referensi seperti jurnal, buku, artikel dan internet yang berkaitan
dengan kasus yangdikelola.
G. Penyajian Data
Data yang disajikan secara tekstur sesuai dengan desain penelitian
studi kasus dan dapat disertai dengan table, grafik dan gambar sesuai data
yang diperoleh.
H. Cara Pengolahan dan Analisa Data
Pada penelitian studi kasus ini, data yang diperoleh mengguanakan
aturan yang disesuaikan dengan desain penelitian studi kasus dan dapat
disertai dengan ungkapan verbal dari subyek penelitian yang menjadi data
pendukung.
I. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini etika penelitian sangat penting agar dalam
melakukan penelitian, peneliti tidak membuat kesalahan yang dapat klien
terganggu dan menyebabkan data kurang faktual. Menurut Hidayat (2014)
Beberapa etika yang harus diperhatkkan dalam penelitian adalah :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan menjadi klien)
Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada klien,
Kemudian peneliti memberikan informasi mengenai tujuan dilakukan
penelitian dan memberikan hak dan kewajian klien. Penulis
memberikan kesempatan klien untuk mengambil keputusan antara
menolak atau mau menerima sebagai partisipasi.
12
Penulis menjamin akan menjaga kerahasiaan klien dengan cara
mencantumkan nama pasien dengan inisial
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Penulis menjamin kerahasiaan, seperti informasi responden di
simpan di laptop pribadi dan data akan dimusnahkan atau dihapus
setelah satu tahun penulisan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Undang-undang tentang kesehatan jiwa. (Online) Tersedia
: https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5421550be624e/undang-
undang-nomor-18-tahun-
2014?r=0&q=UU%20no%2018%20tahun%202014&rs=1847&re=2020 diakses 16
September 2020 Pukul 07:00 WIB)
Barimbing, M. A. (2020). Koping Sebagai Faktor Protektif Resiliensi Keluarga Yang Memiliki
Remaja Dengan Gangguan Jiwa (Pendekatan Teori Keperawatan “Resilience”
Haase&Peterson). NURSING UPDATE: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN:
2085-5931 e-ISSN: 2623-2871, 11(3), 17-24.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and classification
2018-2020. Jakarta: EGC
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peran Keluarga dukung kesehatan jiwa
masyarakat. (Online) Tersedia :
https://www.kemkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-
kesehatan-jiwa-masyarakat.html diakses 16 September 2020 Pukul 08:23 WIB)
Nurhalimah. (2016).Modul Mata Kuliah Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan
Ponto, D., L., Bidjuni, H., dan Karundeng, M. (2015). Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi
Terhadap Penurunan Setres pada Lansia di Panti Wardha Damai Ranomuut Manado.
eJournal Keperawatan, 3.
Dermawan, D. & Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa: konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi yulianti, yuyun yuningsih. Dan
Ana lusyana ). Jakarta :EGC
Mamnu’ah. (2014). Terapi Okupasi Terhadap Harga Diri Klien Gangguan Jiwa, Jurnal INJEC
Vol. 1 No. 2 : 193-196.
Kozier, & et al. (2011). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, & praktik
volume 1 (7th ed.; D. Widyarti, ed.). Jakarta: EGC
14
Keliat, B. (2010). Perawatan Pasien Gangguan jiwa Dirumah. Jakarta :UI.
Menkes RI. (2014). Peraturan menteri kesehatan republic Indonesia nomor 76 tahun 2014,
Peraturan mentri kesehatan tentang Pelayanan Terapi Okupasi.
Hidayat. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Edisi pertama.
Jakarta: Salemba Medika
Kosasih, E. (2012). Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama
Widya
15
Lampiran 1
LEMBAR BIMBINGAN
NIM : P1337420218065
Judul KTI : Pengelolaan Pada Pasien Harga Diri Rendah Dengan Terapi
Okupasi
16
Ketua Program Studi DIII Purwokerto,…………………….
Keperawatan Purwokerto Pembimbing
17
Lampiran 2
BERITA ACARA UJIAN SIDANG
Pada hari……………tanggal……………bulan……………tahun……………,
mahasiswa :
NIM : P1337420218065
Jurusan : Keperawatan
Dinyatakan :
LAYAK/TIDAK LAYAK*
Purwokerto, ………………
Mahasiwa Ketua Penguji
18
Tim Penguji :
TANDA
NO. JABATAN NAMA
TANGAN
Ketua Mukhadiono, SST., MH.
1. 1.
Penguji
2. Penguji 1 Herry Prasetyo, MN 2.
Penguji 2 Dyah Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,
3. 3.
M.Kep.
19
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
Nama (Inisial) :
Alamat :
risiko dari penelitian yang berjudul “Pengelolaan Pada Pasien Harga Diri Rendah
…..,…./…./2021
Responden
20
Lampiran 4
“TERAPI OKUPASI"
21
2. Orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan.
d. Melakukan kontrak topik, waktu dan tempat
pertemuan.
e. Menjelaksan prosedur
f. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
g. Menanyakan apa yang menyebabkan klien
mengalami harga diri rendah
h. Menyebutkan aspek positif yang dimiliki klien
i. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih
dapat digunakan
j. Membantu pasien menetapkan kemampuan yang
akan dilatih (terapi okupasi)
3. Kerja
a. Memberikan arahan apa yang akan dibuat
b. Mengobservasi alat dan bahan yang sudah disiapkan
apakah sudah lengkap atau belum
c. Mendampingi mulainya keterampilan kerja dan ajak
bicara klien dengan memberikan arahan
d. Menilai hasil yang sudah dibuat apakah sudah benar
atau belum
4. Terminasi
a. Melakuakan evaluasi tindakan apa yang sudah dibuat
b. Mengobservasi perasaan klien setelah melakukan
tindakan keterampilan kerja
c. Melanjutkan kegiatan tersebut untuk meningkatkan
kepercayaan diri
22
Evaluasi Evaluasi mengenai ketepatan hasil pelaksanaan terapi
khususnya tahap kerja, keaktifan pasien, proses pelaksanaan
secara keseluruhan, dan peningkatan kepercaya diri pasien.
23
Lampiran 5
Nama :
Tempat/ Tanggal :
A. Evaluasi Proses
DILAKUKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Memperkenalkan Diri
1.
Mengungkapkan Perasaan
2.
Mampu menyebutkan aspek positif yang
3.
dimiliki
Mampu menilai kemampuan yang masih
4.
bisa digunakan
Mampu menetapkan kemampuan yang
5.
akan dilatih
24
Total
B. Evaluasi Hasil
DILAKUKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Menjelaskan prosedur ketrampilan yang
1.
dibuat
Menyampaikan perasaan setelah
2. melakukan kegiatan terapi okupasi
sampai selesai
Menyampaikan manfaat yang dicapai
3. (dirasakan) setelah melakukan terapi
okupasi sampai selesai
Menyampaikan harapan dan rencana
4.
kegiatan setelah terapi selesai
25