Anda di halaman 1dari 189

DAFTAR ISI

BAB I SYARAT-SYARAT UMUM DAN TEKNIS Halaman

Pasal 1 : LINGKUP PEKERJAAN ................................................................... Bab I- 1


Pasal 2 : MEMULAI KERJA ........................................................................... Bab I- 1
Pasal 3 : MOBILISASI ................................................................................... . Bab I- 2
Pasal 4 : PAPAN NAMA PROYEK ............................................................... . Bab I- 2
Pasal 5 : KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN ..................................... Bab I- 2
Pasal 6 : RENCANA KERJA ......................................................................... . Bab I- 3
Pasal 7 : DIREKSI KEET, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN,
PAGAR PROYEK ............................................................................. Bab I- 3
Pasal 8 : KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA ............................ Bab I- 4
Pasal 9 : TENAGA DAN SARANA KERJA ................................................. . Bab I- 5
Pasal 10 : PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN. Bab I- 6
Pasal 11 : LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN ................ . Bab I- 7
Pasal 12 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR ............................................ . Bab I- 8
Pasal 13 : TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG ............ . Bab I-11
Pasal 14 : KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN-BAHAN ......................... Bab I-12
Pasal 15 : PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN ............................................... . Bab I-14
Pasal 16 : SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR .............................................. . Bab I-14
Pasal 17 : PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA ................................................. Bab I-15
Pasal 18 : DRAINASE / SALURAN ................................................................ . Bab I-15
Pasal 19 : PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.0... Bab I-16
Pasal 20 : PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN
( BOUWPLANK ) ............................................................................ . Bab I-18
Pasal 21 : PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN ......................................... . Bab I-19

BAB II SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEKERJAAN TANAH

Pasal 1 : U M U M .......................................................................................... . Bab II- 1


Pasal 2 : PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN ................................... Bab II- 1
Pasal 3 : PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING ...................................... Bab II- 2
Pasal 4 : PEKERJAAN TANAH .................................................................... . Bab II- 2
Pasal 5 : GALIAN STRUKTUR ...................................................................... Bab II- 4
Pasal 6 : URUGAN DAN PEMADATAN ....................................................... . Bab II- 9

BAB III SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1 : PEKERJAAN STRUKTUR BETON ............................................ . Bab III- 1


Pasal 2 : PENYEKAT-PENYEKAT AIR .................................................... . Bab III-13
Pasal 3 : PEKERJAAN SPARING ............................................................... . Bab III-14
Pasal 4 : PEKERJAAN WATERPROOFING .............................................. Bab III-14
Pasal 5 : PEKERJAAN STRUKTUR BAJA ................................................ . Bab III-18

BAB IV SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1 : PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN ............................. . Bab IV- 1


Pasal 2 : PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI ..................................... Bab IV- 2
Pasal 3 : PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA & BATAKO PRESS .. Bab IV- 3
Pasal 4 : PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL ............................ . Bab IV- 5
Pasal 5 : PEKERJAAN PLESTERAN ......................................................... . Bab IV- 9
Pasal 6 : PEKERJAAN KAYU .................................................................... . Bab IV-12
Pasal 7 : PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU BESI .................................. . Bab IV-15
Pasal 8 : PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
( ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI ) .............................. . Bab IV-15
Pasal 9 : PEKERJAAN LOGAM ARSITEKTUR ....................................... . Bab IV-20
Pasal 10 : PEKERJAAN PERLINDUNGAN .................................................. Bab IV-25
Pasal 11 : PEKERJAAN PENGECATAN ..................................................... . Bab IV-29
Pasal 12 : PEKERJAAN DINDING PARTISI ................................................ Bab IV-34
Pasal 13 : PEKERJAAN ATAP METAL ....................................................... Bab IV-35
Pasal 14 : PEKERJAAN TALANG VERTIKAL .......................................... . Bab IV-37
Pasal 15 : PEKERJAAN DINDING GRC ....................................................... Bab IV-39
Pasal 16 : PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN
PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN ........................ . Bab IV-40

BAB V SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMATANGAN TAPAK DAN SARANA LUAR


Pasal 1 : PEKERJAAN PERKERASAN JALAN DAN PARKIR ................ Bab V- 1
Pasal 2 : PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR DAN PERTAMANAN. Bab V- 2
Pasal 3 : PEKERJAAN SALURAN DRAINASE ........................................ . Bab V- 3

BAB VI SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL / ELEKTRIKAL

Pasal 1 : U M U M ........................................................................................ . Bab VI- 1


Pasal 2 : PERSYARATAN PELAKSANAAN ............................................ . Bab VI- 1
Pasal 3 : LINGKUP PEKERJAAN .............................................................. . Bab VI-10

BAB VII SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

Pasal 1 : U M U M ....................................................................................... . Bab VII- 1


Pasal 2 : PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK ...................................... Bab VII- 1
Pasal 3 : LINGKUP PEKERJAAN ............................................................... Bab VII- 1
Pasal 4 : GAMBAR-GAMBAR .................................................................... Bab VII- 2
Pasal 5 : KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI ................................. Bab VII- 3
Pasal 6 : PENGUJIAN / PENYETELAN PERALATAN DAN SISTIM …. Bab VII-20

BAB VIII SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING / SANITASI

Pasal 1 : U M U M ...................................................................................... . Bab VIII- 1


Pasal 2 : LINGKUP PEKERJAAN ............................................................. . Bab VIII- 1
Pasal 3 : TEKNIS UMUM PELAKSANAAN ............................................ . Bab VIII- 2
Pasal 4 : INSTALASI AIR BERSIH ........................................................... . Bab VIII- 3
Pasal 5 : INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN ............................ . Bab VIII- 6
Pasal 6 : PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR POMPA … . Bab VIII- 8
BAB I
SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor / Pemborong meliputi bagian-bagian pekerjaan
yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat- syarat Teknis ini.

1.1. PEKERJAAN DED (DESIGN ENGERERING EVELOPMEN)


Meliputi :
• Perencanaan pembangunan Site Office.
• Perhitungan dan analisa struktrur bangunan Site Office.

1.2. PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT.


Termasuk dalam pekerjaan ini perataan / pembersihan dan melaksanakan pekerjaan site
development sesuai Gambar Kerja dan RKS.

1.3. PEKERJAAN PERSIAPAN.


Meliputi : mobilisasi peralatan, pengadaan sarana komunikasi, pengadaan air dan listrik untuk
bekerja dan pembongkaran bangunan existing.

1.4. PEKERJAAN SIPIL ARSITEKTUR, MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLUMBING / SANITASI.


Sesuai dalam Gambar Kerja.

Pasal 2
MEMULAI KERJA

Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah tanggal perintah kerja pelaksanaan pekerjaan,
pihak Kontraktor / Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata
di lapangan.
Apabila setelah 14 (empat belas) hari Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan
yang telah dibuat oleh Pemberi Kerja / Owner.
Pasal 3 :
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :

3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan
bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini.

3.2. Pembuatan kantor Kontraktor / Pemborong, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk
keperluan pekerjaan ini.

3.3. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong dapat membuat
berbagai perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan
instalasinya.

3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sebelum kerja Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan
program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

Pasal 4
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atas biaya Kontraktor / Pemborong.

Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
biasa disebut ‘Site Manajer’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor / Pemborong, berpendidikan minimal Sarjana
Muda Teknik Sipil / Arsitektur atau sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun.
5.2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
5.3. Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin / Ketua Proyek
dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.

5.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas
bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka
akan diberitahukan kepada Kontraktor / Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.

5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor /
Pemborong harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor / Pemborong
sendiri (Penanggung Jawab / Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6
RENCANA KERJA

6.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor / Pemborong wajib membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart dan S-curve bahan dan
tenaga.

6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan
Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor / Pemborong.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh
Pemberi Tugas / Pemimpin / Ketua Proyek.

6.3. Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua)
kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana.
1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor / Pemborong di
lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan / prestasi kerja.

6.4. Kontraktor / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan sesuai
dengan Rencana Kerja tersebut.
6.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor / Pemborong
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
Pasal 7
DIREKSI KEET, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN, PAGAR PROYEK
7.1. Direksi Keet ( Los Pengawas ).
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk keperluan
Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi permanen seluas 24 m2 ( Ruang
Konsultan Pengawas dan Ruang Rapat ), lantai diplester,
dinding tripleks / papan / asbes, diperlengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang
diperlukan. Dalam hal ini Kontraktor / Pemborong dapat memanfaatkan sementara ruangan/lokasi
pada area bangunan yang belum/tidak dibongkar yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

7.2. Kantor Pemborong, Los Kerja Dan Gudang Bahan.


Kontraktor / Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Pemborong di lapangan,
los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-
barang, yang mana tempatnya / lokasinya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas / Personalia
Proyek.

7.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan los


Pemborong, los Pengawas beserta inventarisnya.

7.4. Pagar Pengaman Proyek.


Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi / Pemilik dapat memerintahkan
kepada Kontraktor / Pemborong untuk memagari sekelilingnya sehingga aman.
Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Pemborong .
Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang BJLS 32
dicat, kolom setempat / tiang pagar dari kayu Dolken / kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi
persyaratan kekuatan dan atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.

7.5. Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai
oleh Kontraktor / Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut,
harus segera dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor / Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya
menjadi milik Kontraktor / Pemborong.
7.6. Direksi Keet dan Pagar pengaman proyek (butir 7.1. dan 7.4.) yang dibuat oleh Kontraktor
/ Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut akan ditentukan
pemanfaatannya oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu
Direksi dapat memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk segera membongkarnyadan
membersihkannya, dan bahan-bahan bekasnya diserahkan kepada Proyek.
Pasal 8
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1. Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara kebersihan
lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut dan dikumpulkan di suati
tempat yang telah ditentukan.

8.2. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.

8.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat pekerjaan.

8.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan
peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas.
Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab
untuk memperbaikinya.

8.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin memberitahukan


kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban
kecelakaan itu.

8.6. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong wajib menyediakan tabung alat
pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan jumlah sekurang-kurangnya
4 (empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 12 kg.

8.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada
Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-proyek Departemen Pekerjaan
Umum, Pihak Kontraktor / Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan / pekerjaan
agar ikut serta dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin
Proyek.

Pasal 9
TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut
alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan
selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai
dengan diserah-terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.

9.1. TENAGA KERJA / TENAGA AHLI


Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

9.2. PERALATAN BEKERJA


Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat pengangkat dan pengangkut serta
peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

9.3. BAHAN-BAHAN BANGUNAN


Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

9.4. PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA

9.4.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor / Pemborong dengan membuat
sumur pompa sementara di lokasi proyek atau di-supply dari luar.
9.4.2. Air harus bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak.
Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi.

9.4.3. Kontraktor / Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa
terisi penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m3.

9.4.4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor / Pemborong dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Genset untuk pembangkit
tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara apabila sambungan sementara
PLN tidak memungkinkan dan harus atas petunjuk Konsultan Pengawai.

Pasal 10 :
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

10.1. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

Untuk menghindari klaim dari ‘User’ / Proyek dikemudian hari, maka Kontraktor / Pemborong harus
betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan “ukuran
jadi (finished)” sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS.

Kontraktor / Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan
syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai
dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan
Pengawas.

Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan :

1. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan
dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.

2. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.

3. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan proyek.
4. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan.

5. Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :


• 1 (satu) kamera.
• 1 (satu) alat ukur optik ( theodolit & waterpass).
• 2 (dua) unit komputer dan 1 (satu) printer A3.
• 1 (satu) alat ukur panjang 5 m & 50 m.
• 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.

10.2. STANDAR YANG DIPERGUNAKAN.


Semua pekerjaan yang akan silaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia, Standar
Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara
lain:

- PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia.


- NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
- NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia.
- NI-10 : Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan.
- PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia.
- PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik.
- PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.
- SII : Standar Industri Indonesia.
- SKSNIT-15-1991-03(PBI-1991 ) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
- AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
Serta :

• Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.

• Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga


Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan


bahaya kebakaran.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan / Standar / Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku
Peraturan / Standar / Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen bahan /
material / komponen yang bersangkutan.

Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :

• Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja, RKS, BQ, BA,
Aanwijzing dan Surat Perjanjian / Kontrak ).

• Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor / Pemborong dan sudah disetujui /
disahkan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

Pasal 11 :
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.

11.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus


memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.

11.3. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan dari
Konsultan Pengawas.

11.4. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada
Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.

Pasal 12 :
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
12.1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.

12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan detail
gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor / Pemborong
harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh
mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-sesuaian
antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar
dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau
lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.

12.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.Permukaan-permukaan
pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan ukuran yang
tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas.

12.4. UKURAN.

12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar Pelengkap
meliputi :
• As - as
• Luar - luar
• Dalam - dalam
• Luar - dalam.

12.4.2. Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centi meter ( cm )
untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran Milimeter ( mm ) untuk pekerjaan Baja dan
Mekanikal / Elektrikal.

12.4.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah ukuran jadi
seperti dalam keadaan jadi / selesai ( “finished”).
12.4.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor / Pemborong wajib melaporkan
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran
mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan

12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala
tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.Setiap deviasi
dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas
dan disahkan secara tertulis. Kontraktor / Pemborong tidak dibenarkan merubah atau mengganti
ukuran- ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan
Pengawas / Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor /
Pemborong baik dari segi biaya maupun waktu.

12.5. PERBEDAAN GAMBAR.

12.5.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat (berlaku).

12.5.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil / Struktur, maka Kontraktor /
Pemborong wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya
setelah berkonsultasi dengan Konsultan Perencana.

12.5.3. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka didalam hal terdapat ketidak-
jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan- perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-
raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor / Pemborong diwajibkan melaporkan kepada
Konsultan Pengawas secara tertulis dan selanjutnya diadakan pertemuan dengan Konsultan
Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan.

12.5.4. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor / Pemborong untuk
memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.

12.6. ISTILAH.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut :

SD : Site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan dinding beton, batu kali
penahan tanah, pengerasan di luar bangunan, penanaman rumput, pohon peneduh, perdu dan lain-
lainnya.

SR : Struktur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan


konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensioning kolom, balok dan tebal lantai.

AR : Arsitektur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan


bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun
estetika.

M : Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistim air bersih-air kotor- drainase, sistim
pemadam kebakaran, sistim instalasi diesel-generator set dan sistim pengkondisian udara (AC).

EL : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistim penyediaan daya listrik dan penerangan.

12.7. SHOP DRAWING.

12.7.1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh
Kontraktor / Pemborong berdasarkan gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan lapangan.

12.7.2. Kontraktor / Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan
Pengawas.

12.7.3. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan
dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup
secara lengkap di dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini.
12.7.4. Kontraktor / Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas / Direksi.

12.7.5. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor / Pemborong dan diajukan kepada
Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuain dengan format standar dari
proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.

12.8. PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN PEMBUATAN “AS


BUILT DRAWING“.

12.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
12.8.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor / Pemborong berkewajiban
membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai dengan kenyataan yang
telah dikerjakan / dibangun oleh Kontraktor / Pemborong ( As Built Drawing ).

Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor /
Pemborong.

Pasal 13 :
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG

13.1. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

13.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.

13.3. Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri.
13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor / Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas
melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor / Pemborong bertanggung
jawab atas segala kerusakan yang timbul.

13.5. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan
dalam pelaksanaan pekerjaan.

13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.

13.7. Selama pembangunan belangsung, Kontraktor / Pemborong harus menjaga keamanan


bahan / material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di
lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.Bila terjadi
kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun yang
belum, adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya
Pekerjaan Tambah.

13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas akibatnya,
baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.

Pasal 14 :
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN

14.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-
syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. 1941 dan
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII)
untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syaratbahan-bahan lainnya yang berlaku di
Indonesia.Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti
material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk
tujuan yang dimaksudkan.

14.2. MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI.

14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan atau
merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar
perbandingan kualitas / setara dan tidak diartikan sebagai sesuatu yang mengikat. Setiap
keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam bentuk nama dagang, buatan
atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas dan tidak boleh
ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan, dan Kontraktor / Pemborong harus dengan
sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material paten itu
harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.

14.2.2. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut, mengikuti
peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.

14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang
diajukan / ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai
Pelaksana.Dalam hal ini, Kontraktor / Pemborong tidak berhak mengajukan klaim sebagai
pekerjaan tambah.

14.2.4. Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk
setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.

14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus
disertai test dari Laboratorium lokal / dalam negeri baik kualitas, ketahan serta kekuatannya dan
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh
Kontraktor / Pemborong tanpa dapat mengajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.

14.3. Kontraktor / Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-
bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan
tersebut didatangkan / dipakai.Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan
yang ditentukan untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi.
Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal
pelaksanaan.

14.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan di-
informasikan kepada Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah
penyerahan contoh bahan tersebut.

14.5. PENYIMPANAN MATERIAL

Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan dan atau
sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

14.5.1. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar
tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses pekerja.Bahan material disusun
dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak ada bahan material
yang tersimpan terlalu lama dalam gudang / stock material.

14.5.2. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian untuk
pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta harus
ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan. Benda-
benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari
pemiliknya.

14.5.3. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling)
menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
14.5.4. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai
dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase / pemasukan dari kandungan air / cairan yang
berlebihan.Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan
(segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur kadar
air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat / dibongkar lapis demi lapis dengan
tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima)
meter.

Pasal 15 :
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

15.1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.

15.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir /
ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan / proyek
selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.

15.3 Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas /
Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas /
Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor /
Pemborong, yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut
menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak Kontraktor /
Pemborong tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari harga borongan.

15.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-
bahan tersebut, maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke
laboratorium Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut
disampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana. Segala
biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong.
15.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari
bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan- pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.

15.6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan penjelasan
lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Pasal 16 :
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR

16.1. Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub
Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/ Pemborong
“wajib” memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi untuk
mendapatkan persetujuan.

16.2. Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub


Kontraktor dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.

16.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik.

Pasal 17 :
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

17.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah


permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing didalam
daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus
dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini
mencakup pula perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus tetap
berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
17.2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan semua
pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada di tempatnya. Kontraktor /
Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya.

17.3. Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk, tunggul,
akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang tidak
diperuntukan berada disana; harus dibersihkan dan atau dibongkar serta dibuang bila perlu. Pada
daerah galian, segala tunggul dan akar harus dibuang dari daerah galian sampai kedalaman
sekurang-kurangnya 50 cm. di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja. Lubang-lubang
akibat pembongkaran harus di-urug dengan material yang memadai dan dipadatkan sampai 90 %
dari kepadatan kering maksimum
AASHTO T 99.

Pasal 18 :
DRAINASE / SALURAN

18.1. Pembuatan drainase / saluran tapak sementara.


Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di tapak, Kontraktor /
Pemborong wajib membuat saluran air sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang ada
untuk menjaga agar lahan konstruksi tetap kering. Arah aliran ditujukan ke daerah permukaan yang
terendah yang ada di tapak atau ke saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembangunan.
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.

18.2. Pemeliharaan drainase yang sudah ada.


Kontraktor / Pemborong harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau mempengaruhi
tempat kerja. Kewajiban ini mencakup, bila diminta oleh Konsultan Pengawas pembersihan saluran-
saluran, parit dan pipa-pipa menuju hulu dan hilir sampai sejauh 100 meter di luar batas daerah
konstruksi dan daerah milik jalan (right of way). Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada
pembayaran tambahan.

18.3. Lokasi dan perlindungan utilitas.


18.3.1. Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor / Pemborong harus melakukan survey
untuk mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan terkena pengaruh pekerjaan. Hasil survey
harus dicatat dalam format rencana sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Dan
patok permukaan /surface pegs pada tempat kerja yang menunjukkan lokasi seluruh utilitas
yang berada di bawah tanah, harus sudah ditancapkan. Patok-patok itu harus tetap terpancang
selama berlakunya kontrak

18.3.2. Bila Kontraktor / Pemborong akan melaksanakan pekerjaan sementara atau permanen pada
daerah sekitar utilitas itu, Kontraktor / Pemborong harus mempergunakan metoda konstruksi yang
memadai, menyediakan peralatan perlindungan yang semestinya, dalam rangka mencegah
kerusakan pada utilitas itu; tanpa ada pembayaran tembahan.

Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan oleh pekerjaan Kontraktor / Pemborong baik
langsung maupun tidak langsung, dianggap sebagai tanggung jawab dari Kontraktor /
Pemborong.

Pasal 19 :
PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.00

19.1. PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK.

19.1.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran


kondisi “existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan
kepada Direksi / Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

19.1.2. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya di
lapangan, harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
19.1.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat waterpass &
theodolit.

19.1.4. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana.

19.1.5. Sebagai keharusan dari Kontrak ini dan tanpa biaya tambahan, Kontraktor / Pemborong
harus menyediakan khusus untuk digunakan oleh Konsultan Pengawas segala peralatan, instrumen,
personil dan tenaga survey, dan lain- lain material yang mungkin dibutuhkan dalam memeriksa
pemasangan / pematokan (setting out) atau untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait. Personil
dan peralatan survey harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada :
a. Personil :
• 1 orang surveyor ahli
• 1 orang pekerja surveyor

b. Peralatan pengukuran (survey) :


• 1 Wild ROS Theodolite (360 derajat)
• 1 Wild T0 Theodolite (360 derajat)
• 1 Wild NAK levels
• 1 pita meteran baja dengan panjang 50 m
• 1 steel measuring rod (4 m)
• 5 target poles dengan tripod
• Patok-patok survey dan macam-macam alat yang diperlukan dalam survey.

Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap termasuk tripod dan lain-lain.
Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor / Pemborong harus mengadakan survey dan pengukuran
tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong harus
bertanggung jawab atas ketepatan pengukuran dan survey yang dikerjakan oleh karyawannya.
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor harus dijaga
baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus segera diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggungan biaya
sendiri.
Setiap jenis pekerjaan dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum
persiapannya (setting out) disetujui oleh Konsultan Pengawas.
19.1.6. Kontraktor / Pemborong harus mengajukan 3 (tiga) salinan / copy penampang
melintang (cross section) kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah satu salinan
atau merevisinya, kemudian mengembalikannya kepada Kontraktor / Pemborong. Bila Konsultan
Pengawas perlu mengadakan perubahan / revisi, Kontraktor / Pemborong harus mengajukan lagi
salinan cross section untuk persetujuan tersebut di atas. Cross section dari Kontraktor / Pemborong
harus digambar di atas kertas kalkir agar memungkinkan direproduksi. Bila cross section ini
akhirnya disetujui, maka Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan gambar kalkir asli dan 3 (tiga)
lembar hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek. Gambar cross section harus memakai judul
dan ukuran sesuai dengan yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

19.2. PEKERJAAN PENENTUAN PEIL + 0,00

Pekerjaan penentuan peil + 0,00 (finishng Arsitektur) adalah permukaan lantai finishing ruangan
Lantai Satu seperti tertera dalam gambar kerja yaitu sama dengan elevasi Lantai Dasar bangunan
Kios 10 x 20 yang sudah dibangun.

Selanjutnya peil + 0,00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 20 :
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK )
20.1. PATOK UKUR.

20.1.1. Kontraktor / Pemborong harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-garis


sesuai dengan gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan. Bila dianggap perlu, Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan dan
meminta Kontraktor / Pemborong untuk membetulkan patok-patok itu. Kontraktor / Pemborong
harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana pematokan atau penentuan
permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan)
jam, agar susunan patok itu dapat diperiksa. Kontraktor / Pemborong harus membuat pengukuran
atas pekerjaan pematokan dan Konsultan Pengawas akan memeriksa pengukuran itu.

20.1.2. Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm. tertancap kuat ke dalam
tanah sedalam 100 cm. dengan bagian yang muncul diatas muka tanah cukup untuk memberikan
indikasi peil + 0,00 sesuai Gambar Kerja, dan diatasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan
patokan ketinggian diatas peil + 0,00.

20.1.3. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas.

20.1.4. Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau peil permukaan
yang ada dantercantum dalam Gambar Kerja.

20.1.5. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.

20.1.6. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga
keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan
Pengawas untuk dibongkar.

20.2. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK).


20.2.1. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm. dan lebar
15 cm., lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

20.2.2. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 dengan jarak satu sama lain adalah 1,50 m.
tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
20.2.3. Papan bangunan dipasang sejarak 2,00 m. dari as pondasi terluar atau sesuai dengan
keadaan setempat.

20.2.4. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan antara satu dengan lainnya atau rata
waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.

20.2.5. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor / Pemborong harus


melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

20.2.6. Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak
papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 21 :
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN

21.1. IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA.

21.1.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor / Pemborong, tetapi
karena bahan / material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh
Konsultan Pengawas / Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Kontraktor / Pemborong dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas / Direksi.

21.2.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor / Pemborong harus memberikan
kesempatan sepenuhnya kepada Petugas / Ahli dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan
mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
21.2.3. Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap
pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan Pengawas tidak boleh
menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan Pengawas memberikan petunjuk tertulis
kepada Kontraktor / Pemborong apa yang harus dilakukan.

21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari
waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari raya) tidak
dipenuhi / ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor / Pemborong dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas / Direksi.

21.2.5. Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas / Direksi berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.

21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi tanggungan


Kontraktor / Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan
untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.

21.3. KEMAJUAN PEKERJAAN

21.3.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh Kontraktor
/ Pemborong demikian pula metode / cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan
sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas.

21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut penilaian
Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah
ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Konsultan Pengawas harus memberikan
petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

21.4. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN.

Bila Kontraktor / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana
Konsultan Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau
perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua petugas pelaksana atau petugas yang
ditunjuk oleh Kontraktor / Pemborong untuk menangani pekerjaan itu.

21.5. TOLERANSI.

Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan toleransi
yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.

BAB II
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEKERJAAN TANAH

Pasal 1
UMUM

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu dan tidak terbatas pada :
• Pekerjaan pembongkaran bangunan existing dan pembersihan sebelum pelaksanaan.
• Pekerjaan perlindungan instalasi “existing”.
• Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah.
• Pekerjaan perbaikan / urugan kembali

1.2. PERSIAPAN PELAKSANAAN.


Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor / Pemborong harus mempelajari dengan
seksama Gambar Kerja. Kontraktor / Pemborong harus sudah memperhitungkan segala kondisi di
lapangan yang meliputi dan tidak terbatas pada bangunan existing, trench, saluran drainase, pipa-
pipa, instalasi existing lainnya, tiang listrik dan penangkal petir.

Kontraktor / Pemborong harus mengamankan / melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya


maupun yang sedang berjalan, bahan / komponen / instalasi existing yang dipertahankan agar tidak
rusak atau cacat.

Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang atau konstruksi khusus sebagai
penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.

Pasal 2
PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN

2.1. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan mencakup pembongkaran / pembersihan /


pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak / site terhadap semua hal yang dinyatakan

oleh Konsultan Pengawas / Perencana dan Direksi tidak akan digunakan lagi, maupun yang dapat
mengganggu kelancaran pelaksanaan diantaranya :
• Pembongkaran dan pembersihan bangunan existing.
• Pembersihan material yang ada di lokasi.

2.2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat dilaksanakan
pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.

2.3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site konstruksi
dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.Pada
dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam pekerjaan, kecuali
apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 3
PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING

3.1. Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam tapak /
site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana / Konsultan Pengawas masih berfungsi dan
akan digunakan lagi.Untuk instalasi existing tersebut di atas, Kontraktor / Pemborong harus menjaga
dan memeliharanya dari gangguan / cacat.

3.2. kabel dan pipa existing yang masih berfungsi harus dilindungi memakai buis beton ∅ 30 cm.
Khusus pada bagian yang diperkirakan akan mendapat beban, maka pada dasar atau pipa yang
bersangkutan harus diberi alas dasar terbuat dari pasangan batu bata minimal 1 (satu) lapis,
lebar 30 cm. sepanjang pembebanan tersebut.

3.3. Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi
harus dipindah, maka Kontraktor / Pemborong harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan
petunjuk dari Konsultan Pengawas.

Pasal 4
PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang / galian di tanah dan termasuk
pengurugan / pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk :

• Pondasi Bored Pile, Poer dan Sloof


• Perataan (cut / fill )
• Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan atau Konsultan Pengawas.
4.1. MACAM GALIAN.

Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis, yaitu :

4.1.1. Galian tanah biasa.


Galian tanah biasa mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian konstruksi atau galian
material dan bahan baku lainnya.

4.1.2. Galian batu.


Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali / membongkar batu-batuan pada daerah galian yang
menurut pendapat Konsultan Pengawas harus dilakukan pembongkaran.

4.1.3. Galian konstruksi / obstacle.


Galian konstruksi / obstacle adalah semua galian selain dari galian tanah dan galian batu dalam batas
pekerjaan yang disebut dalam spesifikasi ini atau tercantum dalam Gambar Rencana.
Semua galian yang disebut sebagai galian konstruksi terdiri dari galian lantai bangunan, galian
pondasi bangunan existing, galian perkerasan jalan / halaman, galian pipa / kabel listrik /
pipa gas, saluran-saluran serta konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang disebutkan pada
spesifikasi ini.

Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi untuk ketiga macam galian
tersebut di atas. Syarat-syarat kerja yang menyangkut bidang lain, mengikuti ketentuan-ketentuan
letak, peil dan dimensi seperti yang dicantumkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk Konsultan
Pengawas.

4.2. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang lengkap
dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa seta disetujui Konsultan
Pengawas.

4.3. Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah urug bekas
serta sisa bahan bangunan.
4.4. Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjuk- petunjuk
Konsultan Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan tapak / site
atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.

4.5. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau longgar,
maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang tejadi harus ditutup
urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan
5 cm. lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan.Biaya
pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.

4.6. Bila pada galian terdapat instalasi existing, Kontraktor / Pemborong harus mengikuti
prosedur seperti terurai dalam butir 3.1. s/d. 3.3.

4.7. Bila Kontraktor / Pemborong melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang ditentukan
dalam Gambar Kerja, maka Kontraktor / Pemborong wajib untuk menutupi kelebihan galian
tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm. lapis
demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan.Biaya pekerjaan ini
menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

4.8. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar / rata sesuai dengan Gambar Kerja dan harus
dibersihkan dari segala macam kotoran.

4.9. Galian pondasi harus dilakukan sesuaidengan lebar lantai kerja pondasi atau seperti tercantum
dalam Gambar Kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 10o kearah luar
pondasi dari As, ketinggian serta bentuk selesai sesuai Gambar Kerja, diperiksa serta disetujui
Konsultan Pengawas.

4.10. Kelebihan tanah galian harus dibuang keluar dari dalam tapak / site konstruksi.Area antara
papan Patok Ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.

4.11. Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor / runtuh, maka apabila
dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memasang konstruksi
penahan (casing) sementara dari bahan seng gelombang BJLS 50 atau setara, atau dari papan-
papan tebal 3 cm. diperkuat dengan kayu-kayu dolken minimal diameter 8 cm. sehingga
konstruksi tersebut dapat menjamin kestabilan lereng galian.

4.12. Apabila dan atau karena permukaan air tanah tinggi, Kontraktor / Pemborong harus
menyediakan pompa air secukupnya untuk menyedot air yang menggenangi galian. Disyaratkan
bahwa seluruh permukaan galian terutama lantai galian, harus kering untuk pekerjaan-pekerjaan
selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan :
• Pengurugan dan pemada• Pondasi beton setempat dan Sloof beton
• Pondasi Batu Kali.
tan.

4.13. Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 4.11. dan 4.12. di atas ditanggung oleh
Kontraktor / Pemborong, serta tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 5
GALIAN STRUKTUR

5.1. LINGKUP PEKERJAAN.

5.1.1. Galian struktur merupakan penggalian tanah untuk bangunan struktur, sesuai dengan batasan
pekerjaan sebagaimana dijelaskan disini atau sebagaimana tampak pada gambar. Pekerjaan galian
yang dijelaskan dengan pasal-pasal lain dalam spesifikasi ini tidaklah digolongkan sebagai galian
struktur.

5.1.2. Galian struktur disini tidak dibatasi hanya pada galian / pengeboran struktur pondasi, tapi
termasuk pekerjaan galian untuk poer, sloof dan batu kali.

5.1.3. Pekerjaan galian ini mencakup pengurugan kembali dengan material yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas, berikut pembuangan bahan-bahan sisa, dan semua bahan serta peralatan
lainnnya untuk menghindarkan galian dari genangan air tanah dan air permukaan.
5.1.4. Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan- kebutuhan
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang sesuai dengan gambar-
gambar dan spesifikasi.

5.2. PERSYARATAN PEKERJAAN.

5.2.1. Tata letak.


Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan rencana tata letak
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bench mark yang bersifat tetap maupun
sementara harus dijaga dari kemungkinan gangguan atau pemindahan.

5.2.2. Pengawasan.
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor / Pemborong harus diwakili oleh seorang
pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan penggalian / pengurugan,
yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai kontrak.

5.2.3. Pekerjaan pembersihan dan pembongkaran.


Semua benda di permukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta rintangan-rintangan
dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang tercantum dalam gambar,
harus dibersihkan dan atau dibongkar, kecuali untuk hal-hal di bawah ini :
a. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak mudah rusak,
yang letaknya minimal 1 (satu) meter di bawah dasar poer.

b. Pembongkaran tiang-tiang, saluran-saluran dan selokan-selokan hanya sedalam yang


diperlukan dalam penggalian di tempat tersebut.

c. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-
lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan- bahan yang baik dan dipadatkan.

d. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan


puing-puing ke tempat yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
e. Kontraktor / Pemborong harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap
berada pada tempatnya.

f. Galian konstruksi / obstacle.


Kriteria obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan dinding
tembok, besi-besi tua dan lain-lain bekas konstruksi bangunan lama, dimana cara melakukan
pembongkarannya memerlukan metoda khusus dengan menggunakan peralatan yang lebih
khusus pula ( misalnya pemecah beton / concrete breaker, compressor, mesin potong )
dibandingkan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah. Semua brangkal dan
kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing harus segera dikeluarkan dari site dan
dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Direksi / Konsultan Pengawas. Semua peralatan yang
diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai. Batasan
pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut :
• Pada daerah titik galian pondasi sampai mencapai kedalaman yang masih memungkinkan,
obstacle tersebut bisa dibongkar / digali sesuai dengan kondisi dan sifat tanah pada daerah tersebut.

• Pada jalur yang akan dibuat poer dan sloof, mulai dari permukaan tanah existing sampai dengan di
bawah permukaan dasar urugan pasir dari konstruksi beton poer dan sloof.

g. Pembuangan humus.
Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus dibersihkan, harus bebas
dari sisa-sisa tanah bawah (sub soil), bekas- bekas pohon, akar-akar, batu-batuan, semak-semak
atau bahan lainnya. Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ke tempat yang
sudah ditentukan oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

5.3. PENGGALIAN.

5.3.1. Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor / Pemborong harus :


• Dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur drainase alamiah dari air yang
mengalir pada permukaan tanah, untuk mencegah galian tergenang air.

• Memeriksa segala pembongkaran dan pembersihan di tempat itu sudah dilaksanakan sesuai
dengan spesifikasi ini.
• Memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai suatu galian apapun, agar elevasi
penampang melintang dan pengukuran dapat diketahui dan dilakukan pada tanah yang belum
terganggu. Tanah yang berdekatan dengan struktur tidak boleh diganggu tanpa ijin Konsultan
Pengawas.

5.3.2. Parit-parit atau galian pondasi untuk struktur atau alas struktur, harus mempunyai
ukuran yang cukup sehingga memungkinkan perletakan atau alas pondasi sesuai dengan
ukurannya. Bagian-bagian dinding / sisi parit harus selalu ditopang. Elevasi dasar alas sebagaimana
tampak pada gambar merupakan perkiraan, sehingga secara tertulis Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan perubahan ukuran dan elevasi jika diperlukan untuk menjamin pondasi yang kokoh.

5.3.3. Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat- tempat dimana
penggunaan mesin-mesin itu dapat merusak benda-benda yang berada didekatnya, bangunan-
bangunan ataupun pekerjaan yang telah rampung. Dalam hal ini metoda pekerjaan secara
manual / dengan menggunakan tenaga buruh yang harus dilakukan.

5.3.4. Bila diperlukan, Kontraktor / Pemborong harus membuat turap sementara yang cukup kuat
untuk menahan lereng-lereng tanah galian supaya tidak ambruk, dan agar tidak mengganggu
pekerjaan. Turap sementara tersebut harus dapat menjaga bangunan-bangunan yang berada
didekat lereng galian tetap stabil.

5.3.5. Apabila terjadi kerusakan bangunan (roboh) yang diakibatkan oleh pekerjaan galian,
maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab terhadap kerusakan bangunan tersebut
dan harus menggantinya / memperbaikinya atas biaya Kontraktor / Pemborong.

5.3.6. Kontraktor / Pemborong harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk
bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah, drainase, saluran-saluran pembuang
dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan. Semua biaya yang
ditimbulkan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

5.3.7. Kemiringan galian harus dibuat maksimal dengan perbandingan 1 (satu) horizontal dan 1
(satu) vertikal, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.
5.3.8. Batu-batu, kayu-kayu dan bahan-bahan lain dalam lubang galian yang tak berguna harus
dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pengurugan.

5.3.9. Setiap kali galian selesai dikerjakan, Kontraktor / Pemborong harus memberitahu Konsultan
Pengawas mengenai hal itu dan pembuatan Lapisan Sirtu, Lantai Kerja atau penempatan material
apapun tidak boleh dilakukan sebelum Konsultan Pengawas menyetujui kedalaman pondasi dan
karakter tanah dasar pondasi.

5.3.10. Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat, maka bila
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus menggantinya
dengan material berbutir atau kerikil sebagaimana disyaratkan pada RKS ini. Material penggganti
tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis 15 cm, sampai
mencapai elevasi dasar pondasi dengan kepadatan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

5.3.11. Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 3%. Bila menurut Konsultan Pengawas tanah
dasar pondasi tidak memenuhi syarat semata-mata karena kesalahan Kontraktor / Pemborong
dalam mengerjakan kewajibannya, maka Kontraktor / Pemborong harus membuang dan
mengganti tanah dasar pondasi atas tanggungan biaya sendiri, atau menangguhkan pekerjaan
galian itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut memenuhi syarat.

5.3.12. Semua material hasil galian bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan sebagai material
urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan maka harus dibuang.

5.4. AIR TANAH.

5.4.1. Bila air tanah muncul ketika sedang dilakukan galian struktur, maka Kontraktor /
Pemborong harus segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah air
menggenangi galian dan alas struktur.

5.4.2. Bila galian terjadi pada tanah yang mengandung air permukaan, maka air ini tidak dianggap
sebagai air tanah dan merupakan kewajiban Kontraktor / Pemborong untuk menanggulanginya
sesuai spesifikasi ini, sehingga tidak akan ada tambahan pembayaran.
Penilaian apakah air itu merupakan air permukaan atau air tanah adalah mutlak wewenang
Konsultan Pengawas. Jika air dapat dihalangi memasuki galian dengan menggunakan cofferdam
terbuka, maka air ini tidak dinilai sebagai air tanah.

5.4.3. Bila tinggi muka air di atas elevasi dasar galian, maka harus digunakan cofferdam yang
kedap air. Bila diminta, Kontraktor / Pemborong harus menunjukkan gambar mengenai metoda
pembuatan cofferdam yang dipakainya kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
Cofferdam atau palung untuk pembuatan pondasi, secara umum harus dibuat di bawah dasar alas
pondasi dan dibuat sedapat mungkin kedap air. Umumnya dimensi cofferdam itu harus
sedemikian rupa sehingga memberikan cukup kebebasan / keleluasaan untuk pembuatan acuan
(form) dan pemeriksaannya serta memudahkan proses pemompaan air keluar.
Bila menurut Konsultan Pengawas keadaannya tidak memungkinkan untuk mengeringkan galian
sebelum membuat alas pondasi, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan pembuatan
lapisan beton penutup dengan ukuran tertentu, dan lapisan tersebut harus diletakkan sebagaimana
tampak pada gambar atau mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Lalu galian harus
dikeringkan dan alas pondasi diletakkan.
Bila digunakan palung berbeban, dan beban tersebut dipakai untuk menanggulangi tekanan
hidrostatik yang bekerja terhadap dasar lapisan pondasi penutup, maka harus digunakan
penyemat (jangkar) khusus untuk mentransfer seluruh berat palung terhadap lapisan pondasi.
Bila lapisan pondasi penutup dibuat di bawah air, maka cofferdam harus dibuat pada muka air
yang rendah. Cofferdam dibuat untuk melindungi beton dari kerusakan karena naiknya muka air
dan erosi. Di dalam cofferdam tidak boleh ditinggalkan kayu-kayuan dan lain-lain tanpa ijin
Konsultan Pengawas. Bila pekerjaan memompa air diijinkan dilakukan dari bagian galian pondasi,
maka harus dicegah agar jangan ada bahan beton yang ikut terbawa keluar.
Setiap pekerjaan memompa yang dibutuhkan selama perletakan beton, atau selama waktu
sekurang-kurangnya 24 jam sesudahnya harus menggunakan pompa yang sesuai dan air diletakkan
di luar acuan beton.
Pemompaan air untuk mengeringkan ini tidak boleh dikerjakan sebelum lapisan cukup keras dan
kuat untuk melawan tekanan hidrostatik.
Kecuali bila ditentukan lain, cofferdam atau palung dengan segala kelengkapannya, harus
dibongkar oleh Kontraktor / Pemborong segera setelah selesai pekerjaan sub-struktur.
Pemindahannya harus sedemikian rupa sehingga tidak merusak pekerjaan yang telah diselesaikan.

5.4.4. Pemeliharaan saluran.


Bila tak diijinkan, penggalian tak boleh dikerjakan di luar caisson, palung, cofferdam atau sheet
piling, dan saluran air yang berdekatan dengan pondasi tidak boleh terganggu tanpa ijin Konsultan
Pengawas.
Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam
terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor / Pemborong
harus mengurug kembali galian-galian itu sesuai dengan muka tanah semula, dengan memakai
bahan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Bahan-bahan yang tertinggal pada daerah aliran air akibat dari pembuatan pondasi atau galian
lainnya harus dibuang agar saluran itu bersih dari segala macam halangan.

Pasal 6
URUGAN DAN PEMADATAN

6.1. PEKERJAAN URUGAN.

Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk :


• Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 2% atau sesuai Gambar
Kerja.

• Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 3%
atau sesuai Gambar Kerja.

• Terkecuali untuk tempat tertentu / khusus, kepadatan tanahnya seperti tercantum dalam Gambar
Kerja atau petunjuk Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.

6.2. BAHAN URUGAN.

Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang memenuhi
persyaratan sebagai bahan urugan.
Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali apabila
tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin penyediaan bahan
urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
Semua bahan urugan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, baik mengenai
kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan di dalam lokasi
pekerjaan.
Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah dan lain-lain, tidak boleh
dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan ditempatkan pada
daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Konsultan Pengawas.
Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping setebal + 30 cm.
Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi tidak memenuhi standar,
harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor / Pemborong atas biaya sendiri.

6.3. PENGURUGAN.

6.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih dari
humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat
mengurangi kualitas pekerjaan ini.

6.3.2. Urugan harus bebas dari segala macam bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran, dan
atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan dapat diambil dari bekas galian
atau tanah yang didatangkan dari luar yang tidak mengandung bahan-bahan seperti tersebut di atas
dan atau telah disetujui Konsultan Pengawas.

6.3.3. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsung dipadatkan sampai
mencapai permukaan / peil yang diinginkan. Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh
melebihi 20 cm. Setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
yang menyatakan bahwa lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan yang disyaratkan, dan
seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam Berita Acara yang disetujui Konsultan Pengawas.

a. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk, sebelum pekerjaan
pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.
b. Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang bersangkutan di bawah
ini dalam bab ini.

c. Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika permukaan lapisan
yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor / Pemborong harus membuat alur-alur pada
bagian teratas untuk mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan
kembali.

d. Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasisesuai yang tercantum dalam
Gambar Kerja.

6.3.4. Pengurugan untuk halaman yang tidak dibangun, jalan dan perkerasan, tidak perlu dipadatkan
dengan mesin pemadat, cukup ditimbris dengan tangan.

6.4. PEMADATAN.

6.4.1. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan terlebih
dahulu.

6.4.2. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan penempatan dan
pemadatan bahan-bahan urugan dan juga memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat pemadatan
yang tidak cukup.

6.4.3. Kontraktor / Pemborong harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai
untuk pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.

6.4.4. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 30 cm. dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90% (modified proctor) dari
kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO T 99.
6.4.5. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan,
pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar
dari 2 % kadar air optimum.

6.4.6. Kontraktor / Pemborong diwajibkan melakukan tes kepadatan tanah apabila diminta oleh
Direksi / Konsultan Pengawas, sebanyak titik yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas, yang harus
disaksikan oleh Konsultan Pengawas dan dibuatkan laporan tertulis untuk tiap titik meliputi area 150
m2.

6.5. PEKERJAAN PERATAAN TANAH.

Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang direncanakan,
perataan pada bagian ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kelebihan tanah tersebut
dapat diangkut ke tempat lain yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
BAB III
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1
PEKERJAAN STRUKTUR BETON

1.1. PERSYARATAN MUTU.

1.1.1. Mutu Beton.

Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik atau syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan


beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan teknis ini. Dalam segala hal yang
menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai dengan standard yang berlaku yaitu :
a. Tata Cara Perhitungan Kekuatan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15- 1991-03).
b. Peraturan Umum Beton Indonesia (PUBI, 1982). c. Standard Industri Indonesia (SII). d. Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983. e. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk
Gedung (PPTGUG, 1983). f. American Society Of Testing Matrial (ASTM). 1.2.
Beton yang dipergunakan untuk struktur bangunan ini harus mempunyai mutu karakteristik minimal,
sebagai berikut :

a. -. Pondasi Pelat Beton setempat : K-225


-. Sloof Beton : K-225
-. Kolom dan Balok Baja WF : K-225
-. Pelat Lantai &Atap Dak : K-225
-. Sloof ,Kolom & Ring Balok Praktis : K-175

b. Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus Beton Readymix,
kecuali ada pertimbangan lain pada bagian- bagian tertentu dapat menggunakan beton
konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas / Konsultan
Pengawas.

b. Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus Beton Readymix,
kecuali ada pertimbangan lain pada bagian- bagian tertentu dapat menggunakan beton
konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas / Konsultan
Pengawas

c. Lantai Kerja
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps : 5kr.

1.1.2. Mutu Baja Tulangan.

Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai berikut :
a. Mutu baja tulangan s/d. ∅ 12 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan kekuatan tarik 2080
Kg/Cm2.
b. Mutu baja tulangan ≥ ∅ 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U-32 / besi ulir ) dengan
kekuatan tarik 2780 Kg/Cm2.

c. Atau bila dalam gambar disyaratkan menggunakan wiremesh, maka digunakan wiremesh U-50,
dengan ukuran / tipe sesuai dengan Gambar Kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN BETON.


1.2.1. Semen.

a. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam Peraturan
Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standar Inggris BS 12.

b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, TIGA RODA HOLCIM, dan
MERAH PUTIH serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah
mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.

c. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap
waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang
dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang
tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak dipergunakan
atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk
beton, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut
dan diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya
Kontraktor.

d. Tempat Penyimpanan
• Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap saat
harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara. Tempat penyimpanan tersebut juga
harus sedemikian rupa agar
memudahkan waktu pengambilan.

• Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm. dari tanah,
harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar sehingga kelambatan atau
kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup
untuk menyimpan tiap muatan truk semen secara terpisah- pisah dan menyediakan jalan yang
mudah untuk mengambil contoh, menghitung zak-zak dan memindahkannya. Semen dalam zak
tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
• Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan, Kontraktor
hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang diterima di tempat
pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga mudah dibedakan dari
kiriman lainnya. Semua zak kosong harus disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

• Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk
menimbang semen didalam gudang dan di lokasi serta harus dilengkapi segala timbangan untuk
untuk keperluan penyelidikan.

• Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-gudang semen dan
mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.

• Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan Pengawas bila


dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian pekerjaan.

1.2.2. Pasir dan kerikil

a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua pasir dan
kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan
dan penimbunan pasir dan kerikil harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan bahkan memperbaiki saluran buangan
disemua tempat penimbunan dan harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil
sedemikian rupa sehingga timbulnya pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan
dapat dihindari dan bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada
waktu ada banjir atau air rembesan. Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala
biaya untuk pengolahan kembali pasir dan kerikil yang kotor karena timbunan yang tidak
sempurna dan lalai dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari
timbunan, kecuali bila diperlukan untuk meratakan pengiriman berikutnya.

c. Pasir
• Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam yaitu pasir yang
dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

• Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan dasar
( pokok ) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut. Kontraktor harus
bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan.
Kontraktor harus menyerahkan pada Konsultan Pengawas sebagai bahan pemeriksaan
pendahuluan dan persetujuan, contoh yang cukup, seberat 15 kg. dari pasir alam yang diusulkan
untuk dipakai, sedikitnya 14 hari sebelum diperlukan.

• Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari bahan-bahan lain
yang tidak dikehendaki. Segala macam tanah pasir dan kerikil yang tidak dapat dipakai, harus
disingkirkan. Timbunan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan
kegunaan dari timbunan.

• Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari tanah liat, mika
dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam
subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.

• Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32, atau jika diselidiki dengan
saringan standar harus sesuai dengan standar Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan
sebagai berikut :

Saringan
No. Persentase satuan timbangan tertinggal di saringan
4
8
16
30
50
100
PAN 0 - 15
6 - 15
10 - 25
10 - 30
15 - 35
12 - 20
3 - 7

Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah


15% atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8 dapat
naik sampai 20%.

d. Agregat Kasar ( Kerikil )


• Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat berupa kerikil sebagai
hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan
batu.

• Kebersihan dan mutu


Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau yang
berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau dari substansi yang merusak dalam
jumlah yang merugikan. Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh
mencapai 3 (tiga) persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal
dan tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.

• Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara
5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

- Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat.


- Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum
60% dan minimum 10% berat serta harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan
yang terdapat di NI-2 PBI-1971.

Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan Pengawas
ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau
mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat
disetujui Konsultan Pengawas.

1.2.2. A i r
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi harus bebas dari
lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas untuk menetap-kan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di
dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

1.2.4. Baja Tulangan


a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standar Indonesia untuk
beton NI-2, PBI-1971, atau ASTM Designation A-15, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh
pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan Konsultan Pengawas
sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum di dalam
gambar rencana.

b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk
dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan
beton.

c. Khusus untuk plat lantai apabila pada gambar menggunakan wiremesh, maka wiremesh yang
digunakan adalah tipe deform (ulir) produk UNION METAL atau BRC LYSAGHT.

1.2.5. Cetakan ( bekisting )


a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal minimum 12 mm.
Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu Borneo Super ukuran 5/7,
6/10, 6/12 dan sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau
dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.

b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar pabrik (schafolding)
atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.
1.2.6. Water stop
Water stop harus dipasang di setiap penghentian pengecoran untuk bagian- bagian yang harus
kedap air, yaitu antara lain pelat atap, lantai toilet dan tempat-tempat basah lainnya sesuai
dengan Gambar Kerja.
Water stop yang digunakan adalah NODROP dan AQUAPROOF, tipe disesuaikan dengan posisi joint
dengan minimum lebar 20 cm.

1.2.7. Bonding Agent


Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / dicor secara terputus, untuk
mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan design dan perhitungannya.
Bonding agent yang dipergunakan adalah Produk dari LEMKRA berupa material liquid berwarna
putih terbuat dari bahan polymer acrylic digunakan pada sambungan pengecoran beton lama
dan baru khusus untuk daerah kering. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.

1.2.8. Admixture

a. Admixture / hardener dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan


beton Produk dari LEMKRA

b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set), dimana bila waktu
pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan sampai dengan waktu penuangan beton
memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) jam. Bahan retarder yang dipergunakan adalah
CONPLAST RP264M2 dengan takaran 0,20 – 0,60 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan
di Batching Plant.

c. Superplasticizer digunakan untuk membuat beton lebih plastis dan mencapai kekuatan
awal yang lebih tinggi (high early strength). Bahan plasticizer adalah CONPLAST SP 430D dengan
takaran 0,60 – 2,00 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di dalam mixer sebelum beton
dituang ke dalam cetakan.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

1.3.1. Kelas dan Mutu Pekerjaan Beton


a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia NI-2 PBI-1971. Bilamana
tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh
kubus yang bersisi 15 cm. (0,003375 m3) diuji pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.

b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda
uji harus memberikan hasil σ’bk ( kekuatan tekan beton karakteristik ) yang lebih besar dari yang
ditentukan di dalam table, 4.2.1. PBI-1971.

c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau 28 hari sesuai
dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang tertuang dalam risalah rapat.

1.3.2. Komposisi campuran Beton

a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir, kerikil dan air seperti
yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang tertentu / serasi
dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik / tepat.

b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi ini,
harus dipakai “campuran yang direncanakan (design mix)“. Campuran yang direncanakan ini
dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang
disyaratkan dan dilakukan oleh laboratorium dari instansi pemerintah atau Badan yang sudah
terbukti akreditasinya.

c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak
boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana
ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.

d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu, harus
ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan
terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang
dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan dan kekuatan yang
dikehendaki.

f. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton harus


disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton dan cara
pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air semen.

g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka
faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
• Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan listplank / parapet,
maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah lainnnya, maksimum 0,55.

h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor. Perbandingan
campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang dikehendaki,
workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas klaim
yang disebabkan perubahan yang demikian.

1.3.3. Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton

a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin
beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau
gradasi ( perbutiran ) dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk ( mixer ). Penambahan air
untuk mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering
sebelum dipasang adalah sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk
setiap kali pengadukan sangat perlu.
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari
8 cm. dan tidak melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan. Semua pengujian harus
sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut nilai slump yang
lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih
tinggi atau alasan penghematan.
b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian
biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm. dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Pengujian slump
akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai dengan NI-2 PBI-1971, Kontraktor harus
menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang
representatif.

1.3.4. Pekerjaan Baja Tulangan

a. Baja tulangan beton harus dibengkokkan / dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan
ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi. Baja tulangan beton tidak boleh
diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya. Batang dengan
bengkokan yang tidak ditunjukan dalam gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus
dibengkokkan dalam keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila
seluruh cara pengerjaannya disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Perencana.

b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana.
Untuk menempatkan tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan harus diikat kuat
dengan kawat beton ( bendraat ) dan memakai bantalan blok-blok beton cetak ( beton decking ) dan
atau kursi-kursi besi / cakar ayam perenggang.
Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga
tidak akan ada batang yang turun.

c. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam gambar rencana,
minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan kesempatan
masuknya alat penggetar beton.

d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan. Apabila
dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan adalah luas
tulangan.
Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.

1.3.5. Pekerjaan Selimut Beton

Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan
sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai jarak tetap dan tertentu untuk setiap
bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar rencana.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada
masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Pondasi Pelat, untuk sisi bawah 8 cm, untuk sisi lainnya 4 cm.
b. Balok sloof = 4,0 cm.
c. Kolom = 4,0 cm.
d. Balok = 3,0 cm.
e. Pelat beton = 2,0 cm.

1.3.6. Pekerjaan Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukkan
pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika
telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.

1.3.7. Pekerjaan Mengaduk


a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup
untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan beton. Perlengkapan-
perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.

b. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton
( “batch mixer/beton mollen“ ). Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu
pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil
adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata / seragam dalam komposisi atau
konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
c. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebihan (lamanya) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki dan atau diganti.
Mesin pengaduk yang disentralisir ( batching mixing plant ) harus diatur sedemikian rupa, sehingga
pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator.
Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan. Setiap mesin
pengaduk harus diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung
jumlah adukan.

1.3.9. S u h u
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32oC dan tidak kurang dari
4,5oC. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27oC - 32oC, beton harus diaduk di tempat
pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari beton
melebihi 32oC sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus
mengambil langlah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat, mencampur dengan
es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu beton waktu dicor pada suhu dibawah 32o C.

1.3.10. Pekerjaan Rencana Cetakan

Cetakan (bekisting) harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan dalam gambar
rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan
mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya
perbaikan kerusakan-kerusakan yang mungkin dapat timbul pada waktu pemakaian.
Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak
dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera menanggulangi bentuk
yang diafkir tesebut dan menggantinya atas bebannya sendiri.

1.3.11. Pekerjaan Konstruksi Cetakan


a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat
dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah pengecoran beton.
b. Semua cetakan beton harus kokoh.
Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan (bekisting) harus dilaburi / diminyaki
dengan minyak bekisting yang biasa diperdagangkan untuk maksud itu yang dapat mencegah
secara efektif melekatnya beton pada cetakan, dan akan memudahkan melepas bekisting /
cetakan beton. Minyak bekisting tersebut dapat dipakai hanya setelah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Penggunaan minyak bekisting ini harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan
mengakibatkan kurangnya daya lekat.

c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa
merusak permukaan dari beton yang telah selesai, harus tersedia.

d. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak
akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

1.3.12. Pekerjaan Pengangkutan Beton


Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian rupa sehingga
beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa
adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump.

1.3.13. Pekerjaan Pengecoran


a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan
beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong,
pengikatan dan lain- lainnya telah selesai dikerjakan.
Sebelum pengecoran dimulai, permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus
sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton
( cetakan / bekisting ) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan
bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi
dengan merata sehingga kelembaban / air dari beton yang baru dicor - tidak akan diserap.
c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dicor beton baru, harus
bersih dan lembab / basah ketika dicor dengan beton baru. Pembersihan harus berupa pembuangan
semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing
yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut
sebelum beton baru dicor.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai bahan perekat beton yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

d. Perlu diperhatikan letak / jarak / sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang masih
akan berlanjut, terhadap sistem struktur / penulangan yang ada.

e. Beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta Staf
Kontraktor yang setaraf ada ditempat / lokasi pekerjaan, dan persiapannya betul-betul telah
memadai.

f. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ke tempat
posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan
pemisahan antara kerikil dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton
yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau
bertumpuk dengan baja-baja tulangan, tidak diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang
demikian itu mungkin akan terjadi, Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang
cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.

g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua penuangan
beton harus selalu lapis - perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Konsultan
Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan
tebal lapisan 50 cm. tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.

h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama terjadi hujan deras atau turun hujan yang lama,
sedemikian rupa sehingga spesi / mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air semen atau
spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint, dan air semen atau spesi yang hanyut
terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
i. Ember-ember / gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat
dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat- syarat campuran.
Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter.
Juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran dimana diperlukan
terutama bagi lokasi-lokasi yang sulit / terbatas.j. Setiap lapisan beton harus dipadatkan
sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat
semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakan.
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat
menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah.
Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya.
Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar yang beroperasi dengan kecepatan paling
sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan ke dalam beton.

1.3.14. Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan


a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan
Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada
beton. Beton yang masih muda / lunak tidak diijinkan untuk dibebani.
Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan
permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan
Pengawas

b. Umumnya diperlukan waktu minimum sebelum cetakan beton boleh dibuka, yaitu minimum
3 hari untuk cetakan - cetakan samping pada pondasi dan sloof.
7 hari untuk dinding-dinding pemikul dan kolom.
21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap dan tangga.

1.3.15. Perawatan ( Curing )


a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau
disemprot dengan Curing Agent CONCURE P yang berupa bahan cair / liquid material dimana
setelah mengering berbentuk membrane clear dan berfungsi sebagai pelindung (curing
compound) untuk menahan / mencegah penguapan air dari dalam beton, dengan
takaran pemakaian untuk 1 liter adalah 5 – 6 m2.
Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada
bagian-bagian pekerjaan.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung minimal
selama 3 hari sesudah pengecoran.
Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung
bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.

c. Perawatan beton setelah 3 hari, adalah dengan melakukan penggenangan dengan air pada
permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa
dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau
dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan
beton selalu dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan ( curing ) harus
memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

1.3.16. Pekerjaan Perlindungan (Protection).


Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan
terakhir oleh Konsultan Pengawas.

1.3.17. Pekerjaan Perbaikan Permukaan Beton

a. Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata
ada permukaan yang cacat/rusak, semua hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan
spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali
bila Konsultan Pengawas memberikan ijinnya untuk memperbaiki/menambal tempat yang
rusak, dalam hal mana perbaikan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-
pasal berikut.

b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil,
kerusakan-kerusakan karena cetakan-cetakan, lubang-lubang karena keropos, ketidak-rataan
dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan
beton lainnya harus dipahat, lubang-lubang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan
dicor sedemikian sehingga pengisian akan terikat ( terkunci ) di tempatnya. Semua lubang harus
terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan.
c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian bangunan
yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang dinding yang tidak
memuaskan kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding ( dengan spesi
plesteran 1pc : 3ps ) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm, demikian juga pada dinding
yang berbatasan (yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas.
Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar, batas toleransi kelurusan ( pencekungan
atau Pencembungan ) bidang tidak boleh melebihi dari L / 1000 untuk semua komponen.
Pasal 2
PENYEKAT-PENYEKAT AIR

2.1. Penyekat-penyekat air (waterstop) dari PVC harus ditempatkan pada sambungan- sambungan
bangunan seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar. Kontraktor harus menyiapkan semua
penyekat-penyekat air termasuk lem PVC, semen, pasak, mur-mur dan bahan penyambung lainnya.

2.2. Kontraktor harus membuat semua sambungan-sambungan (splices), penyatuan dan


lengkungan-lengkungan (joints and bends), pasak-pasak untuk penyekat air, pertemuan
perpotongan-perpotongan yang dibuat secara khusus sesuai dengan gambar-gambar atau
seperti ditunjukkan oleh Konsultan Perencana.2.3. Semua penyatuan-penyatuan harus diletakan
persis dengan petunjuk-petunjuk pabrik pembuat dan penggunaan material yang disyahkan oleh
pabrik dan harus dibentuk sedemikian rupa agar menghasilkan sambungan yang kuat dan kedap air.
Bahan waterstop yang dipakai adalah SUPERCAST SW 20, tipe disesuaikan dengan posisi joint
dengan lebar minimum 20 cm.

Pasal 3
PEKERJAAN SPARING

3.1. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai dengan gambar
kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.

3.2. Tempat-tempat dimana sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar, maka
Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3.3. Bilamana sparing-sparing (pipa dan lain-lain) berpotongan dengan baja tulangan, maka
baja tulangan tersebut tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

3.4. Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus
diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

3.5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.

Pasal 4
PEKERJAAN WATERPROOFING

4.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Yang termasuk kedalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan dan
alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar, memenuhi uraian syarat-syarat di
bawah ini serta memenuhi spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan. Bagian-bagian yang harus di-
waterproofing ini mencakup seluruh bagian plat atap dan daerah-daerah basah lainnya, kecuali
daerah basah pada plat lantai.

4.2. PERSYARATAN BAHAN.

4.2.1. Persyaratan Standar Mutu Bahan.


Standar dari bahan dan prosedur yang ditentukan oleh pabrik dan standar- standar lainnya seperti
: NI-3, ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 dan 407. Kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan
cara apapun tanpa ijin dari Konsultan Pengawas.

4.2.2. Bahan.

a. Untuk Kamar Mandi / WC


Menggunakan Aquaproof atau Nodrop, merupakan bahan pelapis kedap air pada beton dengan
bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan cara pelaburan ( coating ).
Takarannya adalah
2 kg/cm2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm.

b. Untuk waterproofing atap Dak.


Menggunakan Aquaproof atau Nodrop, merupakan bahan pelapis kedap air pada beton dengan
bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan cara pelaburan ( coating ).
Takarannya adalah
2 kg/cm2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm.

4.3. PENGUJIAN.

4.3.1. Bila diperlukan, wajib mengadakan tes bahan tersebut pada laboratorium yang independen,
baik mengenai komposisi, konsentrasi dan hasil yang ditimbulkannya. Untuk ini Kontraktor / Supplier
harus menunjuk syarat rekomendasi dari lembaga resmi yang ditunjuk tersebut sebelum memulai
pekerjaan.

4.3.2. Pada waktu penyerahan, Kontraktor memberikan jaminan atas produk yang digunakan
terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya selama minimal 10 (sepuluh) tahun
termasuk kesanggupan mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.
Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk kualitas material, serta jaminan dari
pihak pemasang (applicator) untuk kualitas pemasangan.

4.3.3. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan-percobaan dengan cara memberi air di atas
permukaan yang diberi lapisan kedap air, pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

4.4. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN.

4.4.1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan baik dan tidak bercacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan berlabel pabriknya.

4.4.2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan
bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

4.4.3. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya.

4.4.4. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan, baik sebelum
atau selama pelaksanaan, kalau terdapat kerusakan yang bukan karena tindakan Pemilik.

4.5. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN.

4.5.1. Persyaratan umum.

a. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan terlebih dahulu kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan / persyaratan pabrik yang
bersangkutan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.

b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian, maka bahan- bahan pengganti
harus yang disetujui oleh Konsultan Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan oleh
Kontraktor.
c. Sebelum pekerjaan ini dimulai, permukaan dari bagian yang akan diberi lapisan ini harus
dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas dengan cara-cara
yang telah disetujui Konsultan Pengawas.
Peil dan ukuran harus sesuai dengan gambar.

d. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan, dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.

e. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, maka
Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat dalam hal ada kelainan /
perbedaan di tempat itu, sebelum perbedaan tersebut diselesaikan.

4.5.2. Cara pelaksanaan.

a. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (ahli dari pihak
pemberi jaminan pemasangan) dan terlebih dahulu harus mengajukan metode pelaksanaan sesuai
dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang pada tempat-tempat yang terkena
langsung oleh sinar matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet atau
apabila disyaratkan dalam gambar pelaksanaan atau spesifikasi Arsitektur, maka di bagian atas dari
lembaran waterproofing ini harus diberi lapisan pelindung sesuai dengan gambar pelaksanaan,
dimana lapisan ini dapat berupa screed ataupun material finishing.

c. Waterproofing untuk atap, tebal 3 mm. lengkap dengan primer, screed lapisan pertama dan
screed lapisan kedua, kawat ayam dan pengaturan kemiringan harus sesuai dengan yang
dibutuhkan.

4.5.3. Gambar detail pelaksanaan.


a. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan pada gambar
dokumen kontrak dan telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang belum tercakup
lengkap dalam gambar kerja / dokumen kontrak.

c. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan
produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus yang belum tercakup secara lengkap
didalam gambar kerja / dokumen kontrak sesuai dengan spesifikasi pabrik.
Shop drawing harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, sebelum mulai dilaksanakan.

4.4. TANGGUNG JAWAB

4.4.1. Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai dengan saat-
saat berakhirnya masa garansi.

4.4.2. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian Rencana Kerja
dan Syarat-syarat maupun yang tercantum dalam gambar- gambar atau peraturan-peraturan
yang berlaku.

4.4.3. Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat diperlukan
bisa berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan di lapangan, baik teknis mapun
administratif.

4.7. CONTOH.

4.7.1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan jaminan dari
pabrik, kecuali bahan yan disediakan oleh proyek.

4.7.2. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas minimal
sebanyak 2 (dua) produk yang setara dari berbagai merk pembuatan, kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Pengawas.
4.7.3. Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan merk yang memenuhi spesifikasi akan diambil
oleh Konsultan Pengawas dan akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7
(tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut.
4.8 PENGUJIAN MUTU.

4.8.1. Kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan / pengetesan terhadap hasil


pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara memberi siraman di atas permukaan yang telah
diberi lapisan kedap air.

4.8.2. Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari


Konsultan Pengawas.

4.8.3. Pada waktu penyerahan maka Kontraktor harus memberikan jaminan atas semua
pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, akibat kegagalan
dari bahan maupun hasil pekerjaan.

Jaminan pekerjaan ini berlaku selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki
segala jenis kerusakan yang terjadi.

4.9. PENGAMANAN PEKERJAAN.

4.9.1. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah dilakukan
terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan lainnya.

4.9.2. Apabila terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik atau Pemakai pada
waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan, maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti
sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab
Kontraktor.

Pasal 5
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA
5.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh pekerjaan atap baja sesuai dengan
gambar-gambar pelaksanaan, termasuk didalamnya tapi tidak terbatas pada :

5.1.1. Pekerjaan pengadaan dari semua peralatan, perlengkapan, tenaga serta bahan- bahan
seperti pelat, profil, baut, angker dan lain-lain menurut kebutuhan sesuai dengan gambar kerja
dan persyaratan-persyaratan teknis pelaksanaan.

5.1.2. Pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi kolom, ring balok ,atap baja, dan gording,
sambungan-sambungan, pengelasan baik las sudut maupun las penuh, sambungan dengan baut
dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan.

5.1.3. Pekerjaan pemasangan dan penyelesaian konstruksi baja seperti pemasangan rangka atap
(kuda-kuda), rangka ikatan angin, ikatan pengaku, gording, trekstang, penutup atap baja finish
galvalume / warna tebal 0,50 mm. pengecatan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan
persyaratan teknis pelaksanaan.

5.2. PERSYARATAN UMUM.

Semua pelaksanaan pekerjaan baja ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan normalisasi


yang berlaku di Indonesia, seperti :

5.2.1. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, NI-3 PBUBB (1970)
dan lain-lain kecuali ada hal-hal yang khusus.

5.2.2. AISC “Specification for Fabrication and erection” 12 Pebruari 1981.

5.2.3. Semua pekerjaan baut pada bangunan ini juga harus memenuhi syarat dari
AISC “Specification for Structural Joints Bolts”.

5.2.4. Semua pekerjaan las harus mengikuti “American Welding Society for Arc
Welding in Builiding Construction Section”.

5.3. PERSYARATAN BAHAN.

5.3.1. Mutu baja yang digunakan untuk seluruh konstruksi baja adalah baja BJ-37 dengan tegangan
dasar 1600 Kg/Cm2.
Seluruh profil baja yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana serta dilampiri sertifikat dari pabrik
pembuat profil baja tersebut.

5.3.2. Elektroda las yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas / Perencana, harus disimpan pada tempat terlindung yang
menjamin komposisi dan sifat-sifat lain dari bahan elektroda tersebut tidak berubah.
Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam keadaan
baik dan kering.

5.3.3. Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan Peraturan
Umum Bahan Bangunan (PUBB 1982) dan harus memenuhi standar ASTM A-36.

5.3.4. Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harus diperoleh dari Supplier
/ Distributor yang dikenal dan disetujui Konsultan Perencana / Konsultan
Pengawas.

5.3.5. Semua bahan-bahan harus lurus, tidak cacat dan tidak ada karatnya.
Penampang-penampang (profil) yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail konstruksi
yang ditunjukkan pada gambar harus disediakan.

5.4. PERSYARATAN TEKNIS.

5.4.1. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran
yang tercantum pada gambar kerja.
5.4.2. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk melengkapi gambar detail / sambungan dari
bagian-bagian konstruksi baja yang tidak / belum tercantum dalam gambar kerja, untuk mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan tersebut.

5.4.3. Perubahan bahan atau detail karena alasan-alasan tertentu, harus diajukan dan diusulkan
pada Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan.

5.4.4. Semua perubahan-perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya
tambahan yang mempengaruhi kontrak.

5.4.5. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing,


fabrikasi dan ketepatan penyetelan / pemasangan semua bagian- bagian dari konstruksi baja.

5.4.6. Seluruh pekerjaan struktur baja harus di-fabrikasi di workshop, kecuali untuk bagian-bagian
pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan di workshop sehingga harus dikerjakan di
lapangan.

5.4.7. Semua rivet dan baut baik yang dikerjakan di workshop maupun di lapangan harus selalu
memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang rivet atau baut tersebut.

5.4.8. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan yang
diakibatkan oleh kekurang-telitian atau kelalaian Kontraktor, harus diganti dan dilaksanakan atas
biaya Kontraktor.

5.4.9. Kekurang-tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki atau
diganti dengan yang baru dan semua biaya untuk ini harus ditanggung oleh Kontraktor.

5.4.10. Kontraktor dapat diminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian
oleh pabrik (laboratorium) untuk bahan konstruksi baja yang digunakan.

5.4.11. Setelah pengujian bahan dilakukan, maka hasil testing tersebut harus diberikan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan terhadap bahan tersebut.
5.4.12. Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan yang tertera dalam
gambar, lengkap dengan penyangga-penyangga, alat untuk memasang dan menyambungnya, pelat-
pelat siku peralatan penunjang untuk presisi dari komponen maupun pekerjaannya sendiri.

5.4.13. Pekerjaan harus berkualitas kelas I, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari
puntiran, tekanan dan harus dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan tampak yang rapi sekali.

5.4.14. Semua perlengkapan atau barang-barang / pekerjaan lain yang diperlukan demi
kesempurnaan pemasangan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau
dipersyaratkan disini, harus diadakan / disediakan, kecuali jika dipersyaratkan lain.

5.4.15. Konstruksi baja yang telah dikerjakan tetapi belum dilakukan pengecatan, harus segera
dilindungi terhadap pengaruh-pengaruh udara, hujan dan lain- lain dengan cara yang memenuhi
syarat.

5.4.16. Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan dimana semua bagian yang perlu
sudah diberi lubang dan sudah dibersihkan dari karat, maka bagian-bagian itu harus diperiksa
dalam keadaan tidak cacat.

5.5. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

5.5.1. Pengelasan.

a. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman.


Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat keakhlian dari masing-masing tukang lasnya. Sertifikat
kelas A untuk tenaga ahli yang mengerjakan bagian-bagian sekunder konstruksi.
b. Kekuatan bahan las yang dipakai minimal harus sama dengan kekuatan baja yang dipakai.
Bahan las yang dipergunakan dari tipe E 6010 untuk posisi pengelasan plat horizontal dan
overhead, serta tipe E 6012 dan E 6013 untuk posisi pengelasan plat, dan harus dijaga agar supaya
selalu dalam keadaan baik dan kering.
Ukuran las harus sesuai dengan gambar kerja dan atau :
• Tebal las minimum : 3,5 mm.
• Panjang las minimum : 13 x tebal las.
• Panjang las maksimum : 43 x tebal las.
c. Pekerjaan las harus dilakukan di bengkel (pabrik) atau bebas angin dan dalam keadaan kering.
Baja yang sedang dikerjakan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pekerjaan las dapat
dilakukan dengan baik dan teliti.

d. Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan berputar
atau membengkok.

e. Setelah pengelasan, maka sisa-sisa / kerak-kerak las harus dibuang dan dibersihkan dengan
baik.

f. Semua pengerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi dan tanpa menimbulkan kerusakan-
kerusakan pada bahan bajanya.

g. Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektroda tersebut.

h. Teknik cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualitas dari las
yang dikerjakan.

i. Permukaan dari bagian yang akan di-las harus bebas dari kotoran, cat, minyak, karat dan
kotoran dalam ukuran kecilpun harus dibersihkan, bahan yang akan di-las juga harus bersih dari
aspal.

j. Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai tipe yang sesuai dengan yang
dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan. Mesin las tersebut harus
mencapai kapasitas 24 – 40 Volt dan 200 – 400 Ampere.

k. Perbaikan las.
Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus dilakukan sebagaiamana
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Biaya perbaikan las ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

5.5.2. Sambungan dengan baud.


a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang bekerja, selain
berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.

b. Lubang baud harus lebih besar 0,5 mm daripada diameter luar baud. Jika baud dikerjakan di
workshop, maka cara melubangi boleh langsung dengan alat pengerat. Semua pelubangan /
pengeboran untuk baud harus dapat dikerjakan sesudah bagian-bagian / profil-profil yang akan
berhubungan tersebut dikerjakan.

c. Daerah-daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang baud dan baud itu sendiri harus
dapat memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya tersebut.

d. Pengujian pekerjaan sambungan baud dan las.


Untuk sambungan baud dan las dilakukan pemeriksaan visual kecuali pengelasan dengan Full
Penetration harus dilakukan dengan X-ray test, sebanyak 2 (dua) titik pengetesan. Pemeriksaan
dilakukan dengan random testing.
Untuk pekerjaan las dan pengujian yang tidak memenuhi syarat harus diulangi kembali hingga
memenuhi persyaratan. Biaya X-ray test ditanggung oleh Kontraktor.

5.5.3. Meluruskan, Mendatarkan dan Melengkungkan.


a. Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian non struktural.
Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan lengkung.
Melengkungkan plat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh lebih kecil dari 3 (tiga)
kali tebal plat. Hal ini berlaku pula untuk batang-batang di bidang plat badannya.

b. Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas segera
setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah tua.
Tidak diperkenankan melengkungkan dan memukul dengan martil bilamana bahan tersebut
tidak dalam kondisi menyala merah tua lagi.

5.6. PEMASANGAN.
5.6.1. Pemasangan rangka-rangka baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari Asnya.
Kemudian juga elemen-elemen vertikal harus tegak lurus dengan bidang permukaan lantai.

5.6.2. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga supaya bagian-bagian konstruksi yang tertumpuk di
lapangan tetap dalam keadaan baik seperti pada saat pelaksanaan pembuatan konstruksi
tersebut.

5.6.3. Kontraktor harus menjaga konstruksi yang tertumpuk di lapangan, agar jangan rusak
karena perubahan cuaca.

5.6.4. Memotong dan menyelesaikan pinggiran-pinggiran bekas irisan dan lain-lain. a.


Pemotongan-pemotongan baja untuk bahan konstruksi, harus dengan
mechanical cutting kecuali ditunjukkan lain dalam gambar rencana.

b. Bagian-bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih, sekali-kali tidak
diperbolehkan ada bekas jalur dan lain-lain.

c. Bila bekas pemotongan dengan mesin diperoleh pinggiran-pinggiran bekas irisan, maka bagian
tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya setebal
2,5 mm, kecuali kalau keadaannya sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-
jalur.

d. Bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi juga perlu dibuang bekas-bekas potongan
atau kotoran-kotoran lainnya.

5.6.5. Menembus, mengebor dan melebarkan lubang.


a. Semua lubang-lubang pada bahan baja harus dibor.

b. Pada keadaan akhir diameter lubang untuk baud yang dibubut dengan tepat dan sebuah
baud hitam yang tepat boleh berbeda masing-masing sebanyak 0,1 mm dan 0,4 mm daripada
diameter batang baud-baud.
c. Semua lubang-lubang dalam bagian konstruksi yang disambung dan yang harus dijadikan satu
dengan alat penyambung, harus dibor sekaligus sampai diameter sepenuhnya. Apabila
ternyata tidak sesuai, maka perubahan - perubahan lubang tersebut dibor atau diluaskan dan
penyimpangannya tidak boleh melebihi 0,5 mm.

d. Semua lubang-lubang harus benar-benar bulat atau sesuai dengan permintaan gambar
rencana terdiri dari siku-siku pada bidang-bidang dan bagian-bagian konstruksi yang akan
disambung.

e. Semua lubang-lubang sebelum pemasangan harus dibersihkan dulu.


Mempersiapkan lubang tidak boleh dilakukan dengan menggunakan besi /
sikat kawat atau besi-besi penggaruk.

5.7. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN.

5.7.1. Seluruh profil baja harus dibersihkan dari permukaan korosi (karat) dan kotoran-kotoran
ataupun minyak-minyak, dengan menggunakan sikat baja atau sandblasting, sampai
permukaannya memperoleh warna metalic yang merata.

5.7.2. Segera setelah dibersihkan, sebelum profil-profil baja dipasang di workshop, seluruh
permukaannya harus cepat-cepat di cat dengan meni (red oxide) yang tebalnya 30 – 35 micron. Cat
dasar ini harus betul-betul merata untuk seluruh permukaan profil.

5.7.3. Cat dasar yang tidak baik harus dibuang / dibersihkan sama sekali, disikat kawat, digosok,
dan setelah bersih segera dicat dasar lagi seperti yang telah diuraikan. Cat dasar dilaksanakan 2
(dua) kali pengecatan dan dipakai produksi DANAPAINT.

5.7.4. Cat finish dilaksanakan 2 (dua) kali, produk DANAPAINT.

5.7.5. Pengecatan harus dilakukan sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh pabrik dan
mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
BAB IV
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


a. Pekerjaan adukan pasangan batu kali
b. Pekerjaan adukan pasangan bata ringan (hebel)
c. Pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam gambar kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN.

1.2.1. Semen.Mortal
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis Struktur.

1.2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, bersih dari tanah dan
lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.

1.2.3. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan organik dan kotoran
lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

1.3.1. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara pembuatannya
menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit.
1.3.2. Jenis adukan.
a. Adukan biasa adalah campuran 1pc: 4ps dan 1pc: 5ps.
Adukan ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan
dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum
dalam Gambar Kerja.
b. Adukan kedap air adalah campuran 1pc : 3ps.
Aduk plesteran ini untuk :
• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar bangunan.
• Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air
seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
• Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm. dari
permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

1.3.3. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam
keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.

1.3.4. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran
adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.

Pasal 2

PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

2.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


a. Pekerjaan pondasi pasangan batu kali.
b. Pekerjaan pasangan batu kali lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
2.2. PERSYARATAN BAHAN.

2.2.1. Batu kali.


Batu kali yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut runcing dan tidak
porous.

2.2.2. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1.

2.2.3. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2.

2.2.4. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3.

2.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

2.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat profil / bentuk pondasi dari
bambuatau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan Gambar Kerja
dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2.3.2. Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas, kemudian dasar
galian harus diurug dengan pasir urug tebal 10 cm. disiram sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan
sampai benar-benar padat.
Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu kali kosong yang dipasang sesuai dengan Gambar
Kerja.

2.3.3. Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran
1pc : 4ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar
Kerja. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air 1pc : 3ps.
2.3.4. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian dari
pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian tengah.

2.3.5. Setiap jarak 50 cm. As-as harus ditanam stek ∅ 10 mm. untuk sloof dan dinding pasangan
yang tercantum dalam Gambar Kerja.
Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis beton harus ditanamkan stek-
stek tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan tulangan pokok pada
kolom beton atau kolom praktis tersebut.
Stek-stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 40-d atau sesuai dengan
ukuran dalam Gambar Kerja.
Jarak antara stek-stek ini adalah tiap 100 cm. dan atau seperti yang tercantum
dalam Gambar Kerja.

Pasal 3
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA RINGAN (HABEL)

3.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

a. Pembuatan dinding.
b. Pekerjaan pasangan lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

3.2. PERSYARATAN BAHAN.

3.2.1. Bata Ringan (Habel).


Batu bata ringan yang digunakan bata celkone ex. lokal dengan kualitas terbaik yang disetujui
Perencana/Konsultan Management Konstruksi, siku dan sama ukurannya 10x20x40.Sebelum
pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh, disertai data teknis dari batu
bata yang akan dipakai kepada Konsultan, Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
3.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

3.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.

3.2.4. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

3.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

3.3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil,
sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja.

3.3.2. Pasangan bata ringan / bata celkone, dengan menggunakan aduk MU-300,PM-100 Pada saat
diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata tersebut.

3.3.3. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan dibersihkan
dengan sapu lidi dan kemudian disiram air

3.3.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi harus sama
setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.

3.3.5. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-301,PM-200 harus dibasahi
dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan

3.3.6. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci atau di pasang
keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar dalam dinding/berkeringat kering,
dapat dilakukan pekerjaan acian dengan MU-200,PM-300 atau pemasangan keramik dinding.
.
3.3.7. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 8-10 lapis setiap
harinya, diikuti dengan cor kolom praktis Pekerjaan pemasangan harus benar-benar vertikal
dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm. vertikal dan horizontal.
Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar / memperbaiki dan biaya untuk perkaan ini ditanggung
oleh Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

3.3.8. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom dan balok
penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 10 mm,
beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
.

3.3.9. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak diperkenankan.
Kecuali Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam
pasangan bata ringan sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain

3.3.10. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi dari 2 %. Bata yang
patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan

3.3.11. Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 13 cm
dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-
benar tegak lurus.

3.3.12. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Kontraktor wajib untuk memelihara dan menjaga
atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat di-finish terdapat
kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.
Pasal 4

PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL

4.1. LINGKUP PEKERJAAN.

4.1.1. Pekerjaan Beton Bertulang.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

• Pembuatan kolom praktis 13 x 13 cm.

• Pembuatan balok praktis / balok lintel, ring balok ukuran 13 x 13 cm.dan


13 x 20 cm.

• Pekerjaan kolom praktis, balok praktis / lintel dan ring balok lainnya seperti tercantum dalam
Gambar Kerja.

4.1.2. Pekerjaan Beton Tumbuk.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pembuatan lantai kerja beton tumbuk pada lantai dasar sesuai Gambar Kerja.

4.2. PERSYARATAN BAHAN.

4.2.1. Besi Beton.


a. Besi beton yang dipakai adalah dari mutu U-24 untuk diameter lebih kecil dari ∅ 16 mm.

b. Besi harus bersih dari lapisan minyak, lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih.

c. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2.

d. Diameter besi beton yang dipasang harus sesuai dengan Gambar Kerja.

e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam
waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas.

f. Kawat pengikat besi beton adalah dari baja lunak dan tidak disepuh / dilapis seng. Diameter
kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton harus memenuhi
syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971)

4.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

4.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2. Pasir yang dipakai harus Pasir Beton.

4.2.4. Koral beton / Spleet.


a. Koral beton / spleet harus bersih, bersudut tajam, tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2.
b. Penyimpanan / penimbunan koral beton dengan pasir harus dipisahkan satu sama lain, hingga
kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang disyaratkan.

4.2.5. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

4.2.6. Acuan / bekisting dan perancah.


a. Papan acuan / bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm.
b. Balok-balok pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7.
c. Perancah disyaratkan memakai perancah besi, tidak diperkenankan mempergunakan balok kaso
5/7 atau bambu.

4.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

4.3.1. Beton Bertulang.

a. Campuran dan mutu beton


• Campuran adalah 1pc : 2ps : 3Kr.
• Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan beton bertulang non struktural ini adalah K-
175.

b. Pembesian.

• Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan,


kait-kait dan sengkang (ring) persyaratannya harus sesuai NI-2 (PBI-1971).
• Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus sesuai dengan
Gambar Kerja.

• Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tulangan tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran, dan harus bebas dari papan acuan / bekisting atau lantai kerja
dengan memasang selimut beton dan bantalan beton (beton decking) sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).

c. Acuan / bekisting.
• Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam
Gambar Kerja.

• Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan
dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran berlangsung.

• Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran tahi gergaji,
potongan kayu, tanah, lumpur dan sebagainya.
d. Cara pengadukan.
• Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.

• Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan
Pengawas.

• Beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga tidak terjadi penguapan terlalu
cepat.

• Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.

e. Pengecoran Beton.
• Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan me- laksanakan pekerjaan
persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.

• Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan


Konsultan Pengawas.

• Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat penggetar beton untuk menjamin
beton cukup padat, dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-
sarang koral / spleet yang dapat memperlemah konstruksi.

• Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat
perhentian tersebut harus disetujui Konsultan Pengawas.

• Penyambungan beton lama dengan beton baru harus memakai Bonding


Agent NITOBOND PVA merk FOSROC.

• Permukaan beton lama yang akan diteruskan pengecorannya harus dikasarkan, dilapis dengan
Bonding Agent NITOBOND PVA yang pelaksanaannya sesuai persyaratan pabrik pembuat,
selanjutnya langsung dilakukan pengecoran beton baru.

f. Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting.


Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Konsultan
Pengawas.

Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton
tanpa persetujuan Konsultan Pengawas.

g. Pekerjaan pembuatan kolom praktis.

Pemasangan kolom praktis untuk :

• Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata.

• Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian dalam bangunan setiap seluas 9 m2.

• Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian luar / tepi luar bangunan setiap seluas 9
m2.

• Ukuran kolom praktis adalah 13 x 13 cm.

• Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

h. Pekerjaan pembuatan balok praktis / lintel dan ring balok.

Pemasangan balok praktis / lintel dan ring balok :

• Di tepi atas / akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas sebagai ring balok setiap luas 9
m2 pasangan dinding bata yang tinggi.

• Ukuran balok pratis adalah 13 x 13 cm, 13 x 20 cm, atau sesuai


Gambar Kerja.

• Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.


i. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai Gambar Kerja dan atau seperti terurai dalam
pekerjaan beton di Bab lain dalam Buku ini.

j. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis / lintel seperti tercantum dalam Butir 5.3.1.g.
dan 5.3.1.h. di atas, terlepas apakah pekerjaan tersebut tergambar atau tidak dalam Gambar
Kerja.

k. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring balok beton
maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja harus diperkuat angker ∅ 8 mm.
setiap jarak 50 cm. yang terlebih
dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan kolom dan balok praktis ini. Bagian
yang tertanam dalam pasangan bata minimal sedalam 30 cm. kecuali ditentukan lain.

4.3.2. Pekerjaan Beton Tumbuk.


Campuran beton tumbuk adalah 1pc : 3ps : 5kr dengan tulangan praktis 1 lapis – 2 arah diameter 6
mm.- 15 cm. atau wiremesh BRC M-6, terkecuali pada daerah basah (KM / WC dan Pantry) tidak
dipasang tulangan.

Lapisan beton tumbuk harus padat, tidak berongga, tidak retak dan rata permukaan / waterpass dan
atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

Tebal lapisan beton tumbuk adalah 6 cm, dan atau sesuai Gambar Kerja.

Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN

5.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


• Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata rinagan dan permukaan beton.
• Plesteran kedap air.
• Plesteran biasa.
• Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.

5.2. PERSYARATAN BAHAN.

5.2.1. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

5.2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.

5.2.3. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

5.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

5.3.1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.


Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan bata atau bidang
beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

5.3.2. Jenis plesteran.


a. Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dhaluskan.
Campuan plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air,yaitu Dipakai untuk :

• Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah hingga ke permukaan tanah
dan atau lantai.

• Menutup permukaan dinding pagar yang menghadap tetangga.

b. Plesteran biasa adalah campuran .


Aduk plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua
permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti
tercantum dalam Gambar Kerja.

c. Plesteran kedap air adalah campuran .


Aduk plesteran ini untuk :

• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar bangunan.

• Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air
seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.

• Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm. dari
permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

d. Plesteran halus / aci halus adalah campuran Semen Mortar dengan air yang dibuat sedemikian
rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan. Pekerjaan
plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai lapisan dasar telah berumur
8 (delapan) hari, atau sudah kering benar.

5.3.3. Pelaksanaan.

a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu
dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.

b. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran aduk plesteran
dengan waktu pemasangan tidak melebihi
30 menit, terutama untuk plesteran kedap air.

c. Kontraktor harus menyediakan Pekerja / Tukang yang ahli untuk pelaksanaan pekerjaan
plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.
d. Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan. Permukaan
plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci harus rata, tidak bergelombang, penuh dan
padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang
membuat cacat.

e. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan
siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Semua lubang - lubang bekas pengikat bekisting
atau form tie harus tertutup aduk plesteran.

d. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai plesteran aci halus
di atas permukaan plesterannya.
Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan / material akhir lain, permukaan
plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan yang lebih baik
terhadap bahan / material yang akan digunakan tersebut.

e. Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar, harus
diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam 5 mm.

f. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang
tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.

g. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom seperti yang
dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran adalah maksimal 1 cm.
Jika ketebalan melebihi 1 cm, maka diharuskan menggunakan kawat
ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk
memperkuat daya lekat plesteran.

h. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa
listrik, pipa plumbing, untuk seluruh bangunan.

5.3.4. Pemeliharaan.
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar. Hal ini
dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya
dari sinar matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai, Kontraktor
harus selalu menyiram dengan air sekurang- kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.

b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir, Kontraktor wajib
memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan- kerusakan dan pengotoran dengan biaya
ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan / material akhir di atas permukaan
plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering, bersih dari
retak, noda dan cacat lain seperti yang disyaratkan tersebut di atas.

d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas,
maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat dijadikan sebagai
pekerjaan tambah.

Pasal 6

PEKERJAAN KAYU

6.1. LINGKUP PEKERJAAN.

6.1.1. Pekerjaan kayu kasar.


Pekerjaan kayu kasar lain seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
6.1.2. Pekerjaan kayu halus.
• Rangka Multi 9 mm lapis plat untuk penutup atas GRC ditunjukkan pada
Gambar Kerja.
6.2. PERSYARATAN BAHAN.

6.2.1. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan seperti diuraikan pada butir
berikut ini.
Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus. Tanpa cacat mata kayu, putih kayu
dan retak
Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

6.2.2. Pekerjaan kayu kasar.


Kayu Borneo Super atau sekualitas.
Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan
II.

6.2.3. Pekerjaan kayu halus.

a. Balok untuk kusen, kayu Kamper Samarinda. Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81,
mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II.

b. Papan untuk plint kayu Kamper Banjar. Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu
kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II.

c. Multiplex:
Panel : Plywood, Megateak.
Tebal : (sesuai yang ditunjukkan pada Gambar Kerja). Produk : Ex lokal mutu terbaik.

6.2.4. kelembaban.
• Untuk ketebalan kayu lebih dari 3 cm. disyaratkan kelembaban kayu tidak lebih dari 14 %
terpasang.

• Untuk ketebalan kayu lebih dari 7 cm. diijinkan kelembaban kayu 25 %


maksimum.
• Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 - 3 cm. diijinkan kelembaban kayu 18% maksimum.

Kelembaban kayu atau kadar air kayu (moisture content) tersebut di atas diperiksa dengan alat
pemeriksa kelembaban kayu.

6.2.5. Pengawetan kayu.


Semua kayu (terkecuali kayu lembaran) yang dipergunakan harus sudah melalui proses
pengeringan (dry kiln) dan harus sudah diberi bahan anti rayap sebelum pelaksanaan finishing.
Persyaratan pelaksanaan pekerjaan anti rayap sesuai dengan yang tercantum pada pekerjaan
perlindungan.
Penimbunan kayu di tempat pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan ini harus diletakkan di
satu tempat, di dalam ruangan yang kering dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca
langsung dan harus dilindungi dari kerusakan. Timbunan kayu tersebut harus diberi alas sehingga
tidak langsung terhampar di lantai.

6.2.6. Bahan dan alat bantu.


• Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII 0282/80.
• Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk HENKEL atau yang setaraf.
• Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat dan lain-lain harus digalvanisasi.

6.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

6.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu ini, Kontraktor diwajibkan untuk :

• Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai


Gambar Kerja.
• Pengukuran keadaan lapangan untuk mendapatkan ketepatan pemasangan di lapangan.
• Khususnya untuk pekerjaan kayu halus, Kontraktor harus membuat shop drawing untuk detail
pemasangan dan sistim perkuatan.

Agar diusahakan pelaksanaan pemasangan instalasi sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu sehingga
tidak terjadi pembongkaran.
Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung, angker, dynabolt,
sekrup, paku dan lem perekat harus rapi sempurna serta tidak diperkenankan mengotori bidang-
bidang tampak.

Khusus untuk bahan sambungan / pengikat dari baja seperti angker, sengkang, plat dan
sebagainya sebelum terpasang harus sudah diberi lapisan anti karat yang memenuhi persyaratan
dalam Pasal Pengecatan di Buku ini.

Khusus pada permukaan bidang tampak / exposed, tidak diperkenankan pemasangan paku tetapi
harus disekrup atau cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

Bilamana pada sistim perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap kurang kuat oleh Kontraktor,
maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk menambahkannya setelah disetujui
Konsultan Pengawas.
Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat meng-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus.


Setelah dempul kering kemudian digosok dengan ampelas halus.

Sebelum pemasangan untuk semua logam yang melekat pada kayu, semua logam tersebut harus
sudah diberi lapisan perlindungan atau lapisan cat seperti yang disyaratkan.

6.3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Kayu Kasar.


Semua konstruksi yang tidak ditampakkan (“unexposed”) harus dilapis dengan menie kayu.
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah penyerutan dan sebelum dipasang.

6.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Kayu Halus.


Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan kayu yang akan diperlihatkan (exposed) dan
permukaan kayu yang akan dilapis / ditempel dengan bahan / material finishing harus diserut halus
dan rata.
Proses pengerjaan semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus menggunakan mesin
tanpa kecuali dan tidak diperkenankan mengerjakan di tempat pemasangan, persyaratan ini
mencakup pula untuk penyerutan.

Setelah penyerutan mesin, baru kemudian diperkenankan dengan penyerutan tangan.

Sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan ketelitian yang tepat dan rapi terutama untuk
bagian yang diperlihatkan (exposed). Sambungan Plint kayu pada sudut harus berupa sambungan
adu manis dan siku. Sambungan antara papan ke arah memanjang harus berupa sambungan ekor
burung.

6.3.4. Perlindungan terhadap pekerjaan kayu yang telah selesai.


Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi dari segala kerusakan baik berupa benturan,
pecah, retak, noda dan cacat-cacat lain. Apabila hal tersebut di atas ditemui, maka Kontraktor harus
membongkar dan mengganti tanpa mengurangi mutu. Biaya untuk pekerjaan ini adalah
tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

6.3.5. Pekerjaan penyelesaian (“finishing”) kayu.


Pekerjaan “finishing” kayu lihat Pasal Pekerjaan Pengecatan dalam Buku ini.

Pasal 7

PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU BESI

9.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pintu besi dan Rolling Door pada
Gerbang seperti tercantum pada Gambar Kerja.
9.2. PERSYARATAN BAHAN.
ƒ Pintu Besi

Bahan : Daun pintu memakai Hollow square tube.


Rangka daun pintu memakai hollow scuare tube. Kusen memakai besi kanal.

Ukuran : Sesuai Gambar Kerja.

ƒ Engsel : Sistim kupu-kupu dengan batang poros engsel dapat dikunci.

ƒ Kunci : Sistem selot dengan gembok.

9.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

Pembuatan pintu besi harus mengikuti Bab Pekerjaan Logam Arsitektur.

Pembuatan kusen dan daun pintu besi lengkap harus dilaksanakan di workshop, tiba di lapangan siap
untuk pemasangan / penyetelan.

Kusen pintu besi harus sudah terpasang pada dinding lubang pintu saat pelaksanaan pekerjaan
dinding termaksud.

Jumlah engsel adalah 3 (tiga) buah tiap daun pintu.

Pasal 8
PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA ( ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI )

10.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini meliputi :

• Pekerjaan perlengkapan pintu Besi dan Rolling Door seperti tercantum dalam
Gambar Kerja.

10.2. PERSYARATAN BAHAN.

Semua alat penggantung dan pengunci (“hardware”) yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Buku Spesifikasi ini.

Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
secara tertulis dari Pemberi Tugas.

Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari


Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.

Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen (anak kunci) lengkap. Pemilihan “hardware”
pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.

10.2.1. Perlengkapan Pintu Ayun. a. Engsel.


1. Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”).
Spesifikasi : Tipe kupu-kupu dengan ring nylon, memenuhi standar SII-0407-80
Pemakaian : Pintu tunggal dan pintu ganda, rangka aluminium. Ukuran : 4 x 3 inchi, tebal
3,2 mm. (standar produk). Jumlah : 3 (tiga) set per daun pintu.

2. Mekanisme : Ayun dua arah (“double swing”).


Spesifikasi : Khusus untuk pintu kaca tanpa rangka (“frameless”) dipasang pada sisi bawah /
tertanam di lantai dan sisi atas daun pintu, sekaligus berfungsi sebagai door closer dengan
pengaturan kecepatan menutup dari
115o ke 12o dan 12o ke 0o.
Dilengkapi engsel penjepit bagian bawah (bottom pivot patch) dan atas (top pivot patch).
Pemakaian : Pintu masuk utama lantai dasar.
Jumlah : 2 (dua) set lengkap per daun pintu.

b. Kotak Kunci (“Lockcase”).


1. Mekanisme : 2 kali kunci (“double lock”).

Pemakaian : Semua pintu tunggal dan pintu ganda dengan rangka aluminium.
Spesifikasi : Lockcase yang mempunyai lidah silang (latch bolt)
dan lidah malam (rolling dead bolt).

2. Mekanisme : 1 kali kunci (“single lock”)


Pemakaian : Pintu kaca ganda tanpa rangka (frameless door glass) Spesifikasi : Lockcase
pada bagian bawah dan atas pintu
frameless.

c. Kunci (“Cylinder”).
1. Pemakaian : Semua pintu Rolling Door
Spesifikasi : Mempunyai lubang kunci di kedua ujungnya
(Double Cylinder).

2. Pemakaian : Pintu tunggal khusus ruang panel dan utilitas.


Spesifikasi : Pada sisi luar mempunyai lubang kunci dan tombol pada sisi dalam (Knob Cylinder).

3. Pemakaian : Khusus Kios


Spesifikasi : Pada sisi luar dapat dibuka dengan menggunakan koin dan tombol pada sisi dalam
Produk :
SES, CISA atau setara. Warna : Ditentukan kemudian.

d. Pegangan (“Handle”).
1. Pemakaian : Untuk semua pintu kecuali pintu frameless.
Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan (Latch Bolt) secara mekanis. Pemasangan
menyatu dengan silinder kunci. Dilengkapi dengan penutup lubang kunci.
Produk : SES, CISA atau setara. Warna : Ditentukan kemudian
2. Pemakaian : Pintu kaca ganda tanpa kaca (frameless) pada pintu masuk utama lantai dasar.
Spesifikasi : Pegangan (Handle) khusus untuk pintu kaca tanpa rangka (frameless).
Warna : Ditentukan kemudian.

e. Penahan Pintu (“Door Stopper”).


Pemakaian : Seluruh pintu. Spesifikasi : Bahan karet.

10.2.2. Perlengkapan Pintu Besi.


Engsel dan kunci dipasang dan dibuat sekaligus dengan kusen dan daun pintu di Bangunan Kios.

a. Engsel.
Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”).
Spesifikasi : Tipe ball bearing dengan batang poros dapat dikunci, dengan kemampuan dapat
menahan beban daun pintu termaksud ( @ 200 kg ).
Pemakaian : Bangunan Kios.
Jumlah : 3 (tiga) set per daun pintu.
Warna : Sesuai dengan kusen dan daun pintu.

b. Kunci.
Mekanisme : Sistim selot.
Spesifikasi : Batang selot pada daun pintu dilengkapi pegangan yang dapat dipasang kunci
gembok.
Pada kusen dipasang ring untuk tempat mengunci pegangan batang selot dan kunci gembok.
Pemakaian : Bangunan Kios.
Jumlah : 1 (satu) set per daun pintu.
Warna : Sesuai dengan kusen dan daun pintu.

10.2.3. Kehandalan kerja.


Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik sebelum dan
sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.

10.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

10.3.1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar
dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Didalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan
produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap
didalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standarisasi fabrikasi, dan pemasangannya
untuk setiap tipe pintu dan jendela. Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Konsultan
Pengawas sebelum dilaksanakan.

10.3.2. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu, jendela dan bovenlicht khususnya
lockcase, handle dan backplate harus rapi dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan
dalam Gambar Kerja dan atau petunjuk Konsultan Pengawas.

Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.

10.3.3. Engsel, dipasang + 28 cm. (as) dari permukaan atas dan permukaan bawah pintu pada pintu-
pintu umum biasa.

Engsel pintu toilet / peturasan dan janitor adalah + 32 cm.(as) dari permukaan bawah pintu.

Khusus pintu frameless mengikuti persyaratan pabrik.

10.3.4. Door stopper untuk pintu toilet / peturasan, dipasang pada dinding dengan minimum
ketinggian 155 cm.dan 6 cm. dari tepi daun pintu. Untuk pintu lain, dipasang pada lantai.

Letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur dinding pada saat pintu terbuka.

Pemasangan door pull 100 cm. (as) dari permukaan lantai. Pelaksanaan harus sesuai dengan
spesifikasi pabrik pembuat.
Pasal 9
PEKERJAAN LOGAM ARSITEKTUR

13.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


• Pekerjaan dinding partisi GRC 6 mm.
• Pekerjaan penggantung rangka langit-langit angkur, klem dan semua bentuk pengikat /
pengaku hubungan konstruksi yang terbuat dari logam.
• Pekerjaan logam lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

13.2. PERSYARATAN BAHAN.

13.2.1. Semua bahan / material logam yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan
baik, lurus, rata permukaan, bebas karat, bebas cacat akibat benturan ataupun cacat dari pabrik dan
bebas dari noda-noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan / appearance,
serta keluaran dari pabrik yang disetujui Konsultan Pengawas.
Mutu dan kualitas sesuai dengan persyaratan pemakaian bahan bangunan
yang berlaku.

13.2.2. Baja profil, jenis, ukuran, warna, sesuai dengan yang tercantum dalam
Gambar Kerja.
Sengkang pengikat talang vertikal, dipakai baja galvannized strip 2x30 mm. Plat stainless steel,
bentuk dan ukuran sesuai dgn Gambar Kerja, tebal 3 mm. Plat baja polos, bentuk dan ukuran sesuai
dengan Gambar Kerja, tebal 2 mm.

13.2.3. Kontraktor harus sudah siap dengan semua pengikat / penyambung / pengaku seperti
angker, klem, baut, ramset, dynabolt, baja strip dan sebagainya.
Semua bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja dan atau sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas.
Bahan produk jadi seperti baut, ramset, dynabolt adalah produk HILTI. Bahan-bahan pelengkap
seperti baut, sekrup, dynabolt, ramset, pengait dan
logam fitting lainnya yang berhubungan dengan udara luar harus dibuat dari
besi yang digalvanisasi.

Khusus untuk bahan / material stainless steel, semua baut atau sekrup yang dipakai dan kepalanya
keluar dari permukaan bahan / material tersebut harus ditutup dengan penutup yang di-verchroom.

13.2.4. Elektroda las yang digunakan harus memenuhi persyaratan Normalisasi Indonesia, dan
sebelum digunakan harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Bahan disimpan di tempat terlindung yang menjamin komposisi dan sifat karakteristik lainnya dari
elektroda las tersebut tidak berubah.
Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam keadaan baik
dan kering.

13.3. PERSYARATAN TEKNIS.

13.3.1. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab atas semua ukuran yang
tercantum dalam Gambar Kerja.
Pada prinsipnya, ukuran pada Gambar Kerja adalah ukuran jadi / finish. Harus diperhatikan pula
sambungan / hubungan dengan material lain harus sesuai dengan Gambar Kerja.

13.3.2. Sebelum pelaksanaan dan pemasangan, Kontraktor harus melakukan pengukuran yang
cermat di tempat kerja guna mendapatkan ukuran yang tepat.

13.3.3. Bahan / material berbentuk unit yang akan dipasang harus diberi tanda agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.

13.3.4. Pekerjaan harus bertaraf kelas satu, terutama untukpermukaan logam yang diperlihatkan
(exposed) harus benar-benar rapi dan halus.

13.3.5. Pemotongan logam harus dengan mesin pemotong mekanik (Mechanical


Cutting Machine) kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar Kerja. Pemotongan dengan pembakaran
memakai mesin pembakar standar.
13.3.6. Semua bagian yang dilubangi sesuai dengan Gambar Kerja dan sudah dibersihkan dari karat,
harus diperiksa dan berada dalam keadaan tidak cacat sebelum pemasangan.

13.3.7. Semua pengelasan menerus dengan las busur listrik.

13.3.8. Tambatan, angker, stek, dynabolt dan ramset untuk beton dan pasangan batu bata dimana
diperlukan harus digunakan walaupun tidak ditunjukkan dalam gambar, sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas.

13.4. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

Semua pekerjaan baut / bolt harus memenuhi syarat AISC Specification for
Structural Joint Bolt.
Semua pekerjaan las harus mengikuti American Welding Society for Arc Welding in
Building Construction Section.

Kontraktor bertanggung jawab terhadap keamanan, kerusakan barang sampai ke tempat tujuan.
Segala kerusakan dan atau kehilangan adalah tanggung jawab Kontraktor.

13.4.1. Plat Baja dan Stainless Steel.


Penempatan plat harus rapi dan semua lubang baut harus terletak tepat pada jarak masing-masing
baut.
Pemasangan plat baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari asnya. Angker, stek ataupun
elemen vertikal lainnya harus tegak lurus terhadap permukaan bidang tempatnya tertanam.

Semua bagian pekerjaan yang berbentuk unit harus dirakit (assembling)


sebelum pemasangan.

Kontraktor harus mengajukan contoh model (mock-up) yang akan dipasang kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Sebaiknya semua pekerjaan ini difabrikasi di workshop.
Kontraktor bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi maupun ketidak-
tepatan penyetelan / pemasangan.
Kekurang-tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki dan atau
diganti dengan yang baru, dan semua ini atas biaya Kontraktor serta tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.

Semua permukaan logam, terutama yang melekat dengan bahan / material lain sebelum
pemasangan harus sudah diberi lapisan pelindung atau cat dasar.

Pekerjaan ini tidak berlaku untuk baja stainless steel dan atau seperti ditunjukkan Konsultan
Pengawas.

13.4.2. Pengelasan.

Pengelasan harus dilakukan dengan hati-hati atau cermat.


Logam yang akan dilas harus bebas dari retak dan cacat lain yang dapat mengurangi kekuatan
sambungan, dan permukaannya harus halus.
Juga permukaan yang dilas harus sama, rata dan kelihatan teratur.

Pekerjaan las sedapat mungkin dilakukan di workshop dan atau dalam ruangan yang beratap,
bebas dari angin dan dalam keadaan kering.
Benda pekerjaan ditempatkan sedemikian rupa sehingga pekerjaan las dapat dilakukan dengan baik
dan teliti.

13.4.3. Las Perapat / Pengendap.

Dalam setiap posisi dimana dua bagian (dari satu benda) saling berdekatan, harus dilaksanakan las
perapat / pengendap guna mencegah masuknya lengas. Terlepas apakah detailnya diberikan atau
tidak dalam Gambar Kerja, apakah benda / bahan tersebut terkena cuaca luar atau tidak, dan
Kontraktor tidak dapat meng-klaim pekerjaan ini sebagai pekerjaan tambah.

13.4.4. Macam dan Ukuran Las.


Macam las yan dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik).

Ukuran las harus sesuai dengan Gambar Kerja dan atau tebal las untuk konstruksi minimum ½ V t 2,
dimana t adalah tebal bahan terkecil.

Panjang las minimum : 8 kali tebal bahan atau 40 mm. Panjang las maksimum : 40 kali tebal
bahan.

Kekuatan dari bahan las yang dipakai minimum sama dengan kekuatan baja yang dipakai.

13.4.5. Pengelasan permukaan yang ditampakan (exposed).


Sebelum pengelasan, permukaan dari daerah yang akan dilas harus bersih dan bebas dari kotoran,
noda, cat, minyak dan karat.
Pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan dan cacat pada bahan yang dilas.
Pengakhiran dari cairan elektroda harus rata.
Setelah pengelasan, sisa-sisa / kerak las harus dibersihkan dengan baik. Pemberhentian pengelasan
harus pada tempat yang ditentukan dalam
Gambar Kerja dan atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas dan harus
dijamin tidak akan berputar atau membengkok.

13.4.6. Perbaikan Las.


Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus dilakukan Kontraktor
sebagaimana diperintahkan Konsultan Pengawas.
Las yang cacat harus dipotong dan dilas kembali. Biaya pekerjaan ini ditanggung oleh Kontraktor
dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Pekerjaan las harus dilakukan oleh orang yang ahli (mempunyai sertifikat) dan harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan dalam spesifikasi dan Gambar Kerja.

13.4.7. Mur dan Baut.


Baut yang dipergunakan harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan yang tercantum dalam
Gambar Kerja.
Pemasangan mur dan baut harus benar-benar kokoh serta mempunyai kekokohan yang merata
antara satu dengan lainnya.

13.4.8. Memotong dan menyelesaikan pinggiran bekas irisan.


Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih. Sama sekali tidak diperkenankan ada
bekas jalur dan lain sebagainya.
Bila bekas pemotongan / pembakaran dengan mesin menghasilkan pinggiran bekas irisan, maka
bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya selebar 2,5 mm. Kecuali kalau keadaannya
sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur tersebut di atas.

13.4.9. Meluruskan, mendatarkan dan melengkungkan.


Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian non struktural.
Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan lengkung.
Melengkungkan plat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh lebih kecil dari 3
(tiga) kali tebal plat. Hal ini berlaku pula untuk batang-batang di bidang plat badannya.
Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas segera
setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah tua.
Tidak diperkenankan melengkungkan dan memukul dengan martil bilamana bahan tersebut tidak
dalam kondisi menyala merah tua lagi.

13.4.10. Menembus, mengebor dan meluaskan lubang.


Semua lubang harus dibor.
Pada keadaan akhir, diameter lubang untuk baut dan sebuah baut yang tepat boleh berbeda
masing-masing 1 mm. dari diameter batang baut tersebut.
Untuk lubang pada bagian konstruksi yang disambung dan yang harus
dijadikan satu dengan alat / komponen penyambung, harus dibor sekaligus sampai diameter
sepenuhnya.
Apabila ternyata tidak sesuai, maka lubang tersebut harus diubah dengan dibor atau diluaskan, dan
penyimpangannya tidak melebihi 0,5 mm.
Semua lubang harus bulat sempurna, berdiri siku pada bidang dan bagian konstruksi yang akan
disambung.
Semua lubang harus dibersihkan sebelum pemasangan. Pembersihan tersebut tidak
diperkenankan memakai besi penggaruk.
Pada beton bertulang, beton tumbuk dan adukan pasangan bata, semua celah yang terjadi
antara lubang dan bagian logam yang tertanam di dalamnya harus diisi dengan adukan isi
kering (grouting) hingga padat tanpa ada rongga dan rata permukaan.
Setiap bagian dari pekerjaan ini yang buruk, tidak memenuhi persyaratan seperti yang tertulis dalam
Buku ini maupun tidak sesuai dengan Gambar Kerja,
Ketidak-cocokan, kesalahan maupun kekurangan lain akibat Kontraktor lalai, tidak teliti dalam
Gambar Pelengkap dan atau perbaikan finish yang tidak memuaskan akan ditolak dan harus
diganti hingga disetujui Konsultan Pengawas.
Perbaikan, perubahan dan penggantian harus dilaksanakan atas biaya
Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Perubahan bahan / detail karena alasan tertentu harus diajukan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
Semua pekerjaan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang
mempengaurhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan kurang akan
diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang.
Semua pekerjaan yang telah dikerjakan atau telah terpasang harus segera dilindungi terhadap
pengaruh cuaca dengan cara yang memenuhi syarat.

Pasal 10
PEKERJAAN PERLINDUNGAN

15.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


• Pekerjaan sealant.
• Pekerjaan grouting.
• Pekerjaan floor hardener.
• Pekerjaan waterproofing.

15.1.1. Pekerjaan Sealant.


Semua celah pada sambungan unit saniter dan “accessories”nya terhadap dinding, lantai maupun
antara pipa.
Semua celah pada kaca dengan rangka dan dinding. Semua celah pada kusen aluminium.

15.1.2. Pekerjaan grouting.


Semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada bahan / material metal yang tertanam dalam
beton maupun pasangan bata.

15.1.3. Pekerjaan Floor Hardener.


Pelapisan dengan bahan / material floor hardener untuk permukaan lantai beton pada : R. Pompa,
R. Gardu, R. ME, dan atau sesuai Gambar Kerja.

15.1.4. Pekerjaan Waterproofing.


Pelapisan dengan bahan / material waterproofing untuk :
• Bahan / material waterproofing lembaran untuk permukaan atas pelat atap beton.

15.2. PERSYARATAN BAHAN.

15.2.1. Pekerjaan Sealant.


Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan / material, tahan cuaca, kedap air,
tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis
untuk menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan dan berdaya lekat tinggi dan bahann
dasar dari Poly Urethan.

15.2.2. Pekerjaan grouting.


Bahan grouting dari jenis non-shrink dan non-metallic dengan pemakaian dicampur semen.
Bahan grouting untuk penutup / pengisi keretakan beton dari jenis epoxy dengan pemakaian
diinjeksikan kedalam retakan. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplicator dengan garansi.

15.2.3. Pekerjaan Floor Hardener.


Bahan floor hardener dari jenis non-metallic siap pakai, tahan gesek, tahan aus, tahan benturan,
tahan minyak dan oli, anti slip dan memiliki ketahanan terhadap beban 5 – 10 kg/m2.
Dosis : 5 kg/m2
Warna : Ditentukan kemudian.

15.2.4. Pekerjaan Waterproofing.

Untuk Waterproofing Atap.


Menggunakan PROOFEX TORHCHEAL 3P merk FOSROC, merupakan waterproofing berbentuk
lembaran (membran) dengan bahan dasar bitumen dan polyester.
Pemasangan dengan teknik pemanasan (torching) dan ketebalan 3 mm.

15.2.5. Penyerahan bahan / material di tempat pekerjaan harus dalam keadaan masih utuh,
tertutup baik dan tersegel dalam kemasannya serta berlabel seperti waktu diterima dari
Distributor / Pabrik.
Jika dalam keadaan cacat atau rusak, maka bahan / material tersebut tidak diperkenankan untuk
dipakai.

15.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

15.3.1. Sebelum pelaksanaan, permukaan dari semua bahan / material yang termasuk
dalam pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan
noda maupun kotoran lainnya. Peil atau elevasi permukaan tersebut sudah disetujui Konsultan
Pengawas.
Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar yang beracun atau
membahayakan kesehatan & keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan
pelindung misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.
Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga Ahli / Supervisi dari pabrik
pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.
Prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
15.3.2. Pekerjaan Sealant.
Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus benar-benar kering, bersih dan bebas dari
debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan / material yang terlepas
maupun noda dan kotoran lainnya. Permukaan material harus sudah di-finish.

Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan tertutup karena sealant
memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras.

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara pemasangan dan jenis
sealant yang dibedakan berdasarkan macam / jenis material yaitu :
• Material keramik / kaca./almunium
• Material metal.
• Material kayu.
• Material beton.
• Permukaan aduk plesteran dan lain-lain.
Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan / spesifikasi pabrik.

15.3.3. Pekerjaan Grouting.


a. Persiapan Permukaan.
Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat. Terkecuali untuk baja stainless steel,
persyaratan ini tidak berlaku.
Permukaan lubang pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas dari debu,
minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel bahan / material yang terlepas
maupun noda dan kotoran lainnya.
Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahkan terlebih dahulu tetapi
tidak diperkenankan ada butiran air di atas permukaan tersebut pada waktu pelaksanaan
grouting.

b. Pelaksanaan.
Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah / lubang tertutup padat, tidak
ada rongga, rata permukaan agar tidak terbentuk rongga udara.
Apabila celah / lubang berukuran kecil, pengisian aduk grouting dapat mempergunakan corong atau
alat lain.

c. Perawatan (curing) dan perbaikan.


Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan pengerasan yang terlalu cepat yaitu
dengan ditutup oleh kain basah.

15.3.4. Pekerjaan Floor Hardener. a. Persiapan Permukaan.


Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada
lubang dan celah-celah.
Jika ada retak, lubang atau celah, harus ditutup dengan adukan kedap air
(trasraam) sampai rata terhadap permukaan sekelilingnya.

b. Pelaksanaan.
Pekerjaan lapisan floor hardener dilaksanakan setelah ada persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan lapisan floor hardener dengan mengikuti persyaratan dari
pabrik pembuat.

c. Pemeliharaan.
Lapisan floor hardener yang telah selesai terpasang harus dihhindarkan dari terjadinya kerusakan
dan cacat akibat adanya pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan lain.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan lapisan floor
hardener harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga mencapai mutu pekerjaan seperti yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini tanpa adanya biaya tambahan.

15.3.5. Pekerjaan Waterproofing. a. Persiapan Permukaan.


Bekisting pada bagian / sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus sudah dilepas agar tidak
menghambat butir-butir air dalam beton untuk keluar.
Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang dipersyaratkan
Pekerjaan beton struktural.
Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan waterproofing.
Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak atau lubang,
serbuk aduk beton, debu gumpalan aduk beton, bagian-bagian yang menonjol tajam, permukaan
halus dan rata.
Retak, lubang yang tidak berguna dan sebagainya harus ditutup dengan
aduk kedap air 1 Pc : 3 Ps hingga padat dan diratakan permukaannya.

b. Pekerjaan Waterproofing cair.


Perbandingan campuran powder dan cairan disesuaikan dengan dosis yang ditentukan oleh
pabrik.

Pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan menggunakan kuas, disemprot atau trowel.

c. Aplikasi / Pemasangan pada Pelat Beton.


Plat atap beton harus sudah berumur 28 hari, atau bila memakai bahan pemadat (densifier) plat
beton telah benar-benar mengeras, sesuai dengan hasil tes laboratorium.
Kemiringan ideal menuju arah roof drain (sesuai yang dicantumkan dalam Gambar Kerja).
Semua dudukan instalasi / pipa dan lain-lain harus sudah terpasang. Ujung pemberhentian
sepanjang bidang tegak / parapet / dinding dibuat groove + 2 cm.
Pada bidang pertemuan antara plat lantai dan dinding atau parapet serta semua dudukan beton
atau instalasi akan diisi adukan 5 x 5 cm.

d. Lapisan Pelindung.
Apabila diperlukan lapisan pelindung, dibuat dari lapisan (“screed”)
kedap air 1 pc : 3 ps dengan tulangan kawat kasa ayam. Tebal lapisan minimal 3 cm. dan maksimal
8 cm.

e. Pengujian.
Kontraktor harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai pekerjaan lapisan
waterproofing.
Cara pengujian dengan menuangkan air ke permukaan yang telah tertutup lapisan
waterproofing hingga ketinggian + 50 mm. dan dibiarkan selama 3 x 24 jam.

f. Perbaikan Lapisan Waterproofing.


Apabila terjadi ketidak-sempurnaan dalam pelaksanaannya (terjadi kebocoran), maka Kontraktor
diwajibkan memperbaiki kembali pekerjaan tersebut hingga sempurna dan disetujui Konsultan
Pengawas dan biaya perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Metoda pelaksanaan perbaikan waterproofing harus mengikuti petunjuk


/ saran dari pakarnya dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

g. Jaminan / Garansi
Kontraktor wajib menyerahkan jaminan / garansi tertulis bahwa pekerjaan, perbaikan dan
perawatan dari bagian-bagian pekerjaan perlindungan ini telah dilaksanakan dengan standar
sesuai spesifikasi teknis dari pabrik pembuat.
Jaminan / garansi untuk pekerjaan perlindungan tersebut tidak kurang dari 5 tahun setelah masa
pemeliharaan.

Pasal 11
PEKERJAAN PENGECATAN

16.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;


• Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata dan beton ,
• Pekerjaan pengecatan permukaan logam seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
• Termasuk pengecatan dasar (plamuur, menie dan lain-lain).

16.1.1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Batu Bata dan Beton
Semua permukaan dinding pasangan batu bata dan permukaan beton yang tampak (exposed)
seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

16.1.2. Pekerjaan Pengecatan Logam


Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti tercantum dalam Gambar
Kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua bagian / permukaan yang tampak (exposed) dicat sampai dengan cat finish.

b. Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan (un-exposed) dicat hanya sampai dengan cat
dasar.

16.2. PERSYARATAN BAHAN.

16.2.1. Cat Tembok Exterior.


Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tahan terhadap udara dan garam. Tipe exterior matt
emulsion.
Produk SUNLEX, ICI atau setara.

16.2.2. Cat Tembok Interior.


Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tipe interior matt emulsion. Produk SUNLEX, ICI atau
setara.

16.2.3. Cat Logam & Kayu.


Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama, tipe interior
& exterior gloss paint. Produk , SEIV atau setara.

16.2.4. Lapisan Primer.


Bahan dari kualitas utama, produk SUNLEX, ICI Atau setara.

16.2.5. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas mengenai
kemurnian cat yang akan dipergunakan.

Pembuktian berupa :
• Segel kaleng
• Test BD
• Test laboratorium
• Hasil akhir pengecatan

Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor.


Hasil tes kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen
dan diserahkan ke Konsultan Pengawas untuk persetujuan pelaksanaan.

16.2.6. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-
bidang transparan ukuran 30 x 30 cm.

Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah
lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan akhir).

16.2.7. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas. Jika
contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Konsultan
Pengawas, barulah Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan “mock-up”.

16.2.8. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, untuk kemudian akan
diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai.

Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat yang
ada di dalamnya.

Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.

16.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

16.3.1. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan lain.
Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum sama dengan syarat yang dispesifikasikan
pabrik.

Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang menunjukkan
tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.

16.3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan kesehatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan
pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.
16.3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab
atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk pelaksanaan di dalam
ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau membahayakan manusia, maka ruangan
tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udara berlangsung lancar.

Di dalam keadaan tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus memakai kipas
angin ( fan ) untuk memperlancar pergantian / aliran udara.

16.3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan (vacuum cleaner),
semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk
pekerjaan ini.

16.3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas.
Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.

16.3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering
terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas, terkecuali
disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.

16.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan /
material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.

16.3.8. Standar Pengerjaan (“Mock-Up”).


Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang untuk tiap
warna dan jenis cat yang diperlukan.
Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana,
maka bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.

16.3.9. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish yang kurang
menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.

Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

16.3.10. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplikator yang direkomendasikan


oleh pihak pabrik untuk mendapatkan garansi bahan dan pekerjaan dari pabrik.

16.3.11. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata dan Beton a. Sebelum
Pelaksanaan.
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak, lemak, kotoran atau noda lain, bekas-
bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.

b. Pelaksanaan Pekerjaan dengan Roller


Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan roller.

c. Permukaan Interior.

f Lapisan Pertama :
• Cat dasar jenis Alkali .
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m2.
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).

f Lapisan Kedua dan Ketiga :


• Cat jenis Interior Setara Dulux.
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m2
per lapis.
• Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
• Warna ditentukan kemudian.

d. Permukaan Exterior.
f Lapisan Pertama :
• Cat dasar jenis Alkali .
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m2.
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).

f Lapisan Kedua dan Ketiga :


• Cat jenis Exterior .
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m2
per lapis.
• Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
• Warna ditentukan kemudian.

16.3.12. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Ditampakkan. a. Persiapan Sebelum Pengecatan.


Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak / millscale), karat, minyak, lemak dan kotoran lain
secara teliti, seksama dan menyeluruh sehingga permukaan yang dimaksud menampilkan tampak
logam yang halus dan mengkilap.

Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik (Mechanical Wire Brush). Akhirnya
permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang bersih.

Sebelum dilakukan pengecatan, semua permukaan logam harus mendapat “solvent


treatment” untuk menghilangkan lemak dan kotoran.

b. Pelaksanaan pengecatan.

f Lapisan Pertama :
Pekerjaan cat primer / dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan
/ material logam terpasang. Cat primer SEIV.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

f Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis Undercoat.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

f Lapisan Ketiga dan Keempat : Cat akhir (“finish”) , SEIV.


Pelaksanaan dengan kuas
Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16 jam. Warna ditentukan kemudian.

16.3.13. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Tidak Ditampakkan.


Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat dasar SEIV 1 (satu)
lapis.
Pelaksanaan dengan kuas.

Pasal 12
PEKERJAAN DINDING PARTISI

17.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;


Pekerjaan pembuatan dan pemasangan dinding partisi lengkap seperti tercantum dalam
Gambar Kerja.

17.2. PERSYARATAN BAHAN.

17.2.1. Rangka Partisi.

Besi hollow lengkap wall track, stud.


Bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja.

17.2.2. Dinding Panel Partisi GRC.

a. Partisi dalam : GRC, 2 (dua) sisi, tebal masing-masing 6 mm, produk ex lokal mutu terbaik.
Pemakaian : Untuk dinding bagian dalam (penyekat ruangan kios).

b. Partisi luar : GRC, 2 (dua) sisi, tebal masing-masing 6 mm, produk ex lokal mutu terbaik,
ditengahnya dilapisi lembaran aluminium.
Pemakaian : Untuk dinding bagian luar.

Persyaratan bahan harus memenuhi ketentuan-ketentuan spesifikasi pabrik.

17.2.3. Asesori.
Angker, sekrup, pelat, baut harus galvanis.
Angker rangka induk / pokok partisi adalah galvanis steel plate, tebal 2 mm.

17.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

17.3.1. Pada dasarnya, pelaksanaan harus memenuhi persyaratan pelaksanaan dalam


Pasal Pekerjaan Pintu dan Jendela dan spesifikasi pabrik.

17.3.2. Standar Pekerjaan.


Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus membuat contoh jadi (“mock-up”)
1 (satu) unit dinding partisi lengkap dengan pintu, dan terpasang di tempatnya.
Jika contoh jadi ini disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana, maka contoh jadi ini menjadi
acuan standar pelaksanaan pekerjaan dinding partisi keseluruhan.

17.3.3. Semua rangka dinding partisi harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam Gambar
Kerja dan lurus (tidak melampaui batas toleransi kemiringan yang diijinkan dari masing-masing
bahan yang digunakan).
17.3.4. Semua ukuran modul yang dianut berkaitan dengan modul lantai dan langit- langit.

17.3.5. Semua partisi yang terpasang harus sesuai dengan Gambar Kerja, dalam hal tipe dan “lay-
out”.

17.3.6. Setelah pemasangan, Kontraktor memberikan perlindungan terhadap benturan-benturan


dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan.

Semua cacat, kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan
selesai, dan harus diperbaiki hingga memenuhi standar yang ditentukan tanpa biaya tambah.

Pasal 13

PEKERJAAN ATAP METAL

18.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;

Pekerjaan pemasangan atap metal zincalume / aluzinc, lengkap dengan asesori penutup
bubungan, akhiran bubungan, penutup jurai dan ampig dan atau sesuai Gambar Kerja.

18.2. PERSYARATAN BAHAN.

18.2.1. Bahan utama : Zincalume / aluzinc.

Ketebalan : 0,45 mm. untuk atap ( 4,58 kg/m2 ) dan


0,55 mm. untuk flashing / capping ( 2,53 kg/m2 ). Ukuran : Lebar efektif 1020 mm. dan
atau sesuai Gambar Kerja.
Produk : UNION DECK / LION DECK. Warna : Ditentukan kemudian.

18.2.2. Asesori (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet kedap air), lembar
pelindung (flashing), lembar penutup bubungan (capping), sealant dan lain-lain harus dari bahan dan
tipe yang sama dengan penutup atap dan atau mengikuti spesifikasi yang ditentukan pabrik.

18.2.3. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai keterangan
tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara pemasangan.

18.2.4. Bila Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Pemberi Tugas
berhak meminta Kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus diawasi oleh tenaga
ahli / supervisi khusus dari pabrik pembuat dengan dan atas biaya tanggungan Kontraktor.

18.2.5. Lembaran penutup atap diangkut ke atas rangka atap hanya apabila akan dipasang, rusuk
atas lembaran penutup atap harus menghadap sisi dimana pemasangan dimulai.

18.2.6. Kontraktor harus memeriksa dengan teliti serta seksama dan memastikan bahwa permukaan
atas semua gording atau atap sudah satu bidang. Jika belum satu bidang, dapat menyetel atau
mengganjal bagian-bagian ini terhadap rangka penumbu / gording.
Dalam keadaan apapun juga untuk mengatur kemiringan atap, ganjal tidak diperkenankan dipasang
langsung di bawah plat kait.
Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan pengganjalan
tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika jarak penyangga kecil.

18.2.7. Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat kait. Jarak
perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi lembaran harus memenuhi
persyaratan pabrik.

18.2.8. Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah
pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat disetel 2 mm. dengan menarik
plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat mengikatkan plat kait tersebut.
Untuk mencegah plat kait bergeser ke bawah, harus dipergunakan pengikat positif yaitu sekrup atau
baut pada plat kait tersebut.

18.2.9. Pada lembaran akhir di bagian atas, sisi tepi atas lembaran tersebut harus ditekuk ke
bawah. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut.
Penekukan ini untuk mencegah masuknya air kedalam bangunan.
Penekukan dapat dilaksanakan sebelum ataupun sesudah lembaran dipasang.

18.2.10. Pada lembaran akhis di bagian bawah, sisi tepi lembaran tersebut harus ditekuk ke
bawah untuk mencegah air mengalir melalui sisi bawah lembaran kedalam bangunan.
Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut.

18.2.11. Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan pemasangan ke
samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.
Pada tumpangan akhir, sebaiknya gunakanlah 2 (dua) lembar atau lebih dengan ukuran yang
lebih pendek. Tumpangan / overlap akhir harus memenuhi persyaratan pabrik.

18.2.12. Khusus untuk penutup bubungan (capping), Kontraktor harus sudah menyediakan lubang
pada ujung atas penutup bubungan (capping) untuk tiang penangkal petir, lengkap dengan karet.
Diameter lubang harus tepat sama dengan diameter tiang penangkal petir.

18.2.13. Kedua sisi tepi arah memanjang penutup bubungan (capping) harus ditakik sesuai dengan
bentuk dan jarak rusuk lembaran setelah penutup bubungan terpasang. Penakikan dilakukan
dengan alat yang disediakan oleh pabrik khusus untuk pekerjaan tersebut.
Setelah ditakik, barulah kedua sisi tepi penutup bubungan (capping) ditekuk ke bawah dengan
alat penekuk yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut hingga menutup sampai lembah
antara 2 (dua) rusuk lembaran.
Penutup bubungan (capping) disekrupkan pada setiap rusuk lembaran.

18.2.14. Pemasangan flashing, capping, fixing strip dan lain-lainnya harus dilakukan oleh Kontraktor
sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik pembuat walaupun belum ataupun tidak tercantum
dalam Gambar Kerja maupun Gambar Pelengkap sehingga didapat hasil yang baik, terhindar dari
kemungkinan kebocoran.
Dalam kasus ini, Kontraktor tidak dapat menuntut sebagai pekerjaan tambah.
18.2.15. Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lurus, garis-
garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizontal maupun vertikal,
menghasilkan penampilan yang baik.

18.2.16. Bagian lembaran setelah terpasang, yang boleh diinjak hanyalah pada rusuk tepat di atas
gording.

Pasal 14

PEKERJAAN TALANG VERTIKAL

19.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;


Pekerjaan talang vertikal pada keseluruhan bangunan dan atau seperti tercantum dalam
Gambar Kerja.

19.2. PERSYARATAN BAHAN.

19.2.1. Talang Vertikal.


Semua pipa dan pipa penyambung/joint/fitting, adalah pipa PVC tipe AW
untuk bagian yang ditampakkan dan bagian yang ditanamkan ke kolom.
Pipa PVC dan fitting harus berasal dari pabrik yang sama kelas Heavy Duty
(AW-1), produk RUCIKA.
Bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja.

19.2. 2. Pipa “Sparing”.


Pipa sparing dibuat dari pipa GIP.
Ukuran dan diameter sesuai dengan Gambar Kerja.

19.2. 3. Saringan Talang.


Saringan talang dibuat dari stainless steel, produk lokal dengan mutu terbaik.

19.2. 4. Lem PVC.


Lem PVC harus sesuai dengan lem PVC yang dispesifikasikan pabrik pembuat pipa PVC yang
dipakai.

19.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

19.3.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor harus meneliti dan mempelajari dengan
seksama Gambar Kerja khususnya sanitasi.

19.3.2. Semua pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi bahan yang disyaratkan pabrik
khususnya pada sambungan.

19.3.3. Khusus untuk sambungan antara pipa sparing dengan pipa talang memakai sistim ulir yaitu
pipa talang di-ulir pada bagian / sisi dalam sesuai dengan ulir pada bagian / sisi luar pipa sparing
seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Seluruh pipa sparing untuk talang vertikal harus dilengkapi dengan waterstop, dibuat dari
plat besi yang dilas ke pipa sparing sehingga berbentuk piringan dengan titik pusat sama dengan
titik pusat pipa sparing, radius piringan waterstop adalah 3 kali radius pipa sparing.

19.3.4. Pemasangan dan penyetelan talang harus tegak lurus terhadap permukaan plat beton.
Bagian talang yang miring dengan sudut tertentu harus sesuai dengan Gambar Kerja.

19.3.5. Semua talang pada saat terpasang harus rapi, tidak boleh ada retak, pecah, goresan, cacat
lain, kotor maupun noda.
Apabila terlihat adanya cacat tersebut di atas, maka talang tersebut harus dibongkar dan diperbaiki
/ diganti hingga disetujui Konsultan Pengawas.
Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat di- klaim sebagai pekerjaan
tambah.
19.3.6. Saringan talang harus tepat masuk pada lubang sparing sehingga tidak ada celah. Sebelum
pembuatan saringan talang, Kontraktor harus meneliti dan dianjurkan mengukur diameter pipa
sparing yang terpasang.

Pasal 15
PEKERJAAN DINDING GRC

20.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pemasangan dinding bagian luar sesuai dengan
Gambar Kerja.

20.2. PERSYARATAN BAHAN.

20.2.1. Bahan Utama : GRC.


Ketebalan : 6 mm.
Ukuran : Sesuai Gambar Kerja. Warna : Ditentukan kemudian.

20.2.2. Accessories (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet), sealant dan lain-lain harus
mengikuti spesifikasi yang ditentukan pabrik.

20.2.3. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai keterangan
tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara pemasangan.

20.2.4. Bila Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Pemberi Tugas
berhak meminta kepada Kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus diawasi oleh tenaga
ahli / supervisi khusus dari pabrik pembuat dengan dan atas biaya tanggungan Kontraktor.

20.2.5. Lembaran aluminium diangkut ke atas rangka baja menara hanya apabila akan dipasang.
20.2.6. Kontraktor harus memeriksa dengan teliti dan seksama serta memastikan bahwa
permukaan atas semua bagian sudah satu bidang.
Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan pengganjalan
tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika jarak penyangga kecil.

20.2.7. Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat kait, jarak
perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi lembaran harus memenuhi
persyaratan pabrik.

20.2.8. Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah
pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat distel
2 mm. dengan menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat mengikatkan
plat kait tersebut. Untuk mencegah plat kait menggeser ke bawah, harus dipergunakan pengikat
positif yaitu sekrup atau baut pada plat kait tersebut.

20.2.9. Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan pemasangan ke
samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.

20.2.10. Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lurus, garis-
garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizontal maupun vertikal,
menghasilkan penampilan yang baik.

Pasal 16
PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN

Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam lingkup pekerjaan
seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam Buku ini dari semua barang atau bahan
bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab Kontraktor bersangkutan selesai.

Semua bekas bongkaran bangunan existing dan sebagainya harus dikeluarkan dari tapak konstruksi.
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan / material, barang
maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap Serah Terima Kedua.
BAB V
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMASANGAN TAPAKDAN SARANA LUAR

Pasal 1

PEKERJAAN PERKERASAN JALAN DAN PARKIR

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

1.1.1. Pengupasan pelapisan perkerasan permukaan tapak.


Pengupasan pelapisan perkerasan “existing” dan atau sesuai dengan rencana dalam gambar kerja.
Pekerjaan pengupasan pelapisan perkerasan harus sampai permukaan sub base-nya terlihat.
Apabila pada daerah “existing” maka pengupasan harus dilakukan sampai permukaan sub grade.

1.2. PERSYARATAN BAHAN.

1.2.1. Sub-base.
Sistem sub base dibuat menggunakan sistim Telford, yaitu terdiri dari batu belah yang disusun
secara kuat / stabil.
Batu belah dari jenis batu kali atau batu gunung yang mempunyai kekerasan
cukup kuat dan bukan dari jenis batu muda atau cadas. Batu harus berbentuk runcing / kasar yang
terbentuk karena batu dibelah. Batu bulat yang mempunyai permukaan halus (sejenis batu
kali / boulder) tidak boleh dipakai. Ukuran batu diameter 15 cm.
Dibawah batu belah harus diberi alas pasir urug dengan ketebalan seperti tercantum dalam gambar
kerja dan dipadatkan.
Ketebalan batu belah seperti yang tercantum dalam gambar kerja. Bahan yang dipakai harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

1.3.1. Sub-grade.

Yang dimaksud dengan Sub-Grade adalah permukaan tanah asli dimana perkerasan jalan dibuat.
Sub-grade harus dipadatkan sampai 90% dari maksimum kepadatan (kering) yang didapat
dari percobaan AASTHO T99 sampai kedalaman 30 cm. di bawah permukaan tanah asli
Harus digunakan alat pemadat yang sesuai dengan jenis tanah dan mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas, kemudian permukaan Sub-Grade diratakan dengan Tandem Roller. Setelah
permukaan Sub-Grade diratakan dan
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, pasir urug di atasnya baru boleh dilaksanakan
dan dipadatkan hingga mencapai kepadatan kering 95%.

1.3.2. Sub-Base dan Base.

Batu belah harus disusun sedemikian rupa hingga satu sama lain saling mengikat / mengunci
hingga dicapai kestabilan yang cukup kuat. Rongga- rongga bagian bawah batu belah harus terisi
oleh pasir urug di bawahnya.
Permukaan batu belah harus terlihat rata kemudian dipadatkan dengan
Tandem Roller minimum 8 ton.Jumlah lewatan gilasan ditentukan hingga batu belah tidak
bergoyang lagi pada saat digilas.
Rongga bagian atas harus diisi dengan batu belah ukuran 2 atau 3 cm. sampai
5 atau 7 cm. sebagai bahan pengunci dan dipadatkan hinggga stabil dan permukaan rata.
Setelah tahapan ini disetujui Konsultan Pengawas, tahapan konstruksi di atas baru boleh
dilaksanakan.

Pasal 2
PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR DAN PERTAMANAN

2.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

ƒ Pembuatan Pasangan Batu Kali / Batu Belah di atas hamparan pasir dan pasangan batu kosong.
ƒ Dan pekerjaan lain seperti yang tercantum dalam gambar kerja.

2.2. PERSYARATAN BAHAN.

2.2.1. Semen Portland.


Semen untuk pekerjaan ini sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan
Struktur Beton pada Bab III didalam Buku ini.

2.2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, keras, bersih dari
tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
Kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar dari 5%.
Pasir harus memenuhi persyaratan PUBBI-1970 atau NI-3.

2.2.3. A i r.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam dan kotoran
lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

2.2.4. Batu Gunung / Batu Kali.

Batu kali yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut runcing dan tidak porous,
harus bersih dari kotoran, keras dan memenuhi persyaratan yang ada di PUBBI-1970 atau NI-3.

2.2.5. Batu bata.


Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dari mutu terbaik, setaraf bata
F, ukuran 5,5 x 11 x 23 cm, dengan pembakaran sempurna dan merata.

2.2.6 Keramik Tile.


Jenis : Sintetis Corak / tekstur : Serat Kadar warna : Muda
Warna : Ditentukan kemudian, atau sesuai dengan gambar kerja.
Produk : Roman, Asia Tile atau yang setaraf.

Pasal 3
PEKERJAAN SALURAN DRAINASE

Syarat-syarat teknis pekerjaan saluran drainase yang diuraikan disini adalah persyaratan yang
harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan maupun pengadaan material dan
peralatan. Dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Struktur dan Arsitektur adalah bagian
dari Syarat-syarat Teknis ini.

3.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


Adalah pengertian bekerjanya sistim saluran drainase (pembuangan air) di Gedung Pasar Citeureup
Cimahi secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya seperti yang tertera pada gambar-gambar
maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang-barang / material, penyediaan
tenaga kerja, pembuatan saluran drainase dan pengujiannya.
Keterangan-keterangan yang tidak diterangkan dalam spesifikasi maupun gambar tetapi perlu
untuk pelaksanaan dari pekerjaan saluran drainase secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke
dalam pekerjaan ini.

Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi :


f Pembuatan saluran gorong-gorong, saluran terbuka dan saluran tertutup grill baja sesuai dengan
gambar rencana dan spesifikasi teknis.
f Pembuatan konstruksi pelengkap lainnya, antara lain grill baja penutup saluran, plat beton
penutup gorong-gorong, bak kontrol atau konstruksi lainnya sesuai dengan gambar rencana.
Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat
menanyakan lebih lanjut kepada Konsultan Pengawas, Perencana atau pihak lain yang ditunjuk
untuk ini.
Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab atas
kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.

3.2. PERSYARATAN BAHAN.

Semua ketentuan material yang harus disediakan oleh Kontraktor didasarkan atas
Standar Normalisasi Indonesia (SNI) dan Pemeliharaan Umum Bahan-Bahan (PUBB).
Kontraktor atas biaya sendiri wajib mengirimkan contoh-contoh material yang akan digunakan untuk
pembuatan saluran drainase kepada Konsultan Pengawas.
Untuk pekerjaan pemipaan dan peralatan lain yang termasuk didalam lingkup pekerjaan ini,
Kontraktor wajib menyerahkan brosur pipa / peralatan lain yang akan digunakan.
Apabila ternyata terdapat material yang dinyatakan tidak bisa diterima / digunakan, maka
Kontraktor wajib untuk mengeluarkannya dari Proyek dalam waktu tidak lebih dari 1 (satu) hari.

3.2.1. Peraturan-Peraturan / Persyaratan.


Tata cara pelaksanaan dan petunjuk lainnya yang berhubungan dengan peraturan-peraturan
pembangunan yang sah berlaku di Indonesia selama pelaksanaan pekerjaan ini harus betul-betul
ditaati, kecuali bila dibatalkan oleh uraian dan syarat-syarat ini.

Peraturan-peraturan yang termaksud antara lain :


ƒ Pemeriksaan Umum untuk Pemeriksaan Bahan-Bahan Bangunan (PUBBI)
tahun 1982.
ƒ Peraturan Beton Indonesia (PBI-NI2 / 1971 ).
ƒ Peraturan Perburuhan Indonesia.

3.2.2. Semen Portland.


Sesuai dengan Bab III.

3.2.3. Pasir / Agregat.


Sesuai dengan Bab III.

3.2.4. A i r.
Sesuai dengan Bab III.

3.2.5. Baja Tulangan.


Sesuai dengan Bab III.

3.2.6. Batu Bata.


Sesuai dengan Bab III.

3.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

Profil saluran terbuka dan saluran tertutup yang akan dibuat harus benar-benar sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar kerja, baik ukuran maupun konstruksinya.

Selama tidak ditentukan lain, persyaratan-persyaratan yang menyangkut kelancaran mengalirnya


buangan air hujan harus benar-benar diperhatikan, baik menyangkut pengaturan elevasi dasar
saluran, kedalaman saluran, kemiringan-kemiringan, maupun menyangkut pembelokan
saluran dan penempatan bak kontrol, harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam gambar
kerja.
Persyaratan kemiringan untuk saluran drainase minimum 0,5%.

3.3.1. Ukuran.

Semua ukuran yang tertunjuk pada gambar saluran drainase merupakan ukuran jadi /
penyelesaian / finishing, kecuali jika terdapat ketentuan- ketentuan lain, maka ukuran pada
gambar tersebut harus ditambah 1 cm.

3.3.2. Ukuran-Ukuran Pokok.


Ukuran-ukuran pokok dan pembagian-pembagiannya seluruhnya telah ditunjukkan didalam gambar
perencanaan.
Tinggi peil pada setiap unit pekerjaan yang memerlukan bouwplank ditentukan terhadap
tinggi peil setempat atas persetujuan Konsultan Pengawas.

3.3.3. Pembersihan Tempat Pekerjaan.

Sebelum memulai setiap pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan tempat pekerjaan dari segala
macam benda dan rintangan yang ada sehingga siap untuk melakukan penggalian.

3.3.4. Pekerjaan Tanah.

a. Pekerjaan Galian Tanah.

Pekerjaan galian tanah diperlukan untuk menanam pondasi dan menanam bagian-bagian dari
konstruksi saluran drainase yang berada di bawah permukaan.
Semua galian harus dilaksanakan menurut persyaratan mengenai panjang, dalam, serongan, belokan
galian, sesuai dengan gambar rencana.

b. Pekerjaan Urugan.

Pengurugan lubang bekas galian dilakukan setelah semua yang diperlukan selesai terpasang. Bahan
urugan yang boleh dipakai adalah bahan urugan yang didatangkan dari luar proyek.
Tanah bekas galian pada lokasi setempat boleh digunakan kembali
sepanjang memenuhi persyaratan bahan urugan.
Urugan yang boleh digunakan adalah tanah lempung (clay) berwarna merah / coklat atau pasir
bercampur kerikil yang bersih.
Bahan urugan tidak boleh bercampur dengan sampah, rumput, akar pohon dan bahan-bahan organis
lainnya.

3.3.5. Genangan Air.


Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air yang timbul akibat hujan dan
lain-lain sebab, dengan jalan memompa, menimba, menyalurkan ke parit-parit atau lainnya
dengan biaya yang dianggap sudah termasuk di dalam kontrak.

3.3.6. Perataan Akhir.

Daerah yang diurug atau digali yang tercantum dalam gambar haurs diratakan kembali sehingga
sama halusnya seperti kondisi semula, sesuai dengan gambar rencana.

3.3.7. Plat Beton Penutup.

Plat beton penutup untuk saluran tertutup (gorong-gorong) di bawah parkir dan jalan masuk,
dibuat dengan konstruksi beton dengan tulangan dua arah berjarak 15 cm, diameter 8 mm, tebal
keseluruhan plat beton pada daerah parkir adalah 15 cm, dan pada daerah jalan masuk adalah 20
cm, dilaksanakan dengan konstruksi seperti pada gambar kerja.

3.3.8. Variasi Kedalaman Badan Saluran.

Variasi (perubahan) kedalaman atau ketebalan badan saluran dapat diterima, atau diperintahkan
oleh Konsultan Pengawas jika ternyata keadaan pada suatu lokasi pekerjaan berbeda dengan
keadaan yang diharapkan semula. Perubahan kedalaman atau ketebalan badan saluran tidak akan
diijinkan tanpa ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.

3.3.9. Pasangan Bata Untuk Bak Kontrol.

Pembuatan Bak Kontrol memakai pasangan batu bata setengah batu, konstruksi seperti
pada gambar kerja dengan plesteran 1 Pc : 3 Ps.
Dalam pembuatan Bak Kontrol harus diperhatikan arah aliran air buangan,
penempatan lubang masuk (inlet) dan lubang keluar (outlet) harus menjamin kelancaran aliran air
buangan, sehingga tidak terjadi luapan air.
Penempatan lubang masuk dan keluar juga harus memudahkan pemeliharaan
saluran, terutama bila terjadi penyumbatan pada saluran tertutup.

3.3.10. Pekerjaan Grill Baja.


Pekerjaan pembuatan Grill Baja penutup saluran dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana,
dengan kualitas baja profil yang digunakan harus memenuhi ASTMA-36.
Untuk Grill pada saluran setengah terbuka memakai besi Kanal C dengan
ukuran 80 x 45 mm. tebal 5 mm. dilaksanakan dengan konstruksi seperti pada gambar kerja.

Semua pekerjaan pembuatan Grill Baja penutup saluran harus dicat dasar satu lapis dengan
produk SEIV dan dicat akhir dengan cat besi produk SEIV (warna ditentukan kemudian).

3.3.11. Pengujian.

Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.


Pengujian dilakukan dengan cara melakukan penggelontoran air, terutama pada daerah saluran
tertutup di bawah parkir dan jalan masuk, sampai dapat dipastikan / dijamin tidak terjadi
penyumbatan-penyumbatan.

Apabila terjadi penyumbatan, Kontraktor harus secepatnya mengadakan perbaikan, seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggungan Kontraktor.
BAB VI
SYARAT – SYARAT UMUM TEKNIS PEKERJAAN
MEKANIKAL / ELEKTRIKAL

Pasal 1
UMUM

Syarat-syarat Instalasi Mekanikal / Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas / menambahkan
hal-hal yang tercantum dalam Buku Syarat-Syarat Administrasi. Dalam hal ini Buku Syarat-syarat
Administratif saling melengkapi dengan Syarat-syarat Umum Teknis Mekanikal / Elektrikal.

Pasal 2
PERSYARATAN PELAKSANAAN

2.1. Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi harus dilaksanakan sesuai dengan Undang-
undang dan Peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak bertentangan dengan
ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.
2.2. Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan telah
ditetapkan sebagai peraturan pemasangan instalasi ini oleh Badan yang berwenang dalam hal ini,
bila tidak ada petunjuk dari Konsultan Pengawas.

2.3. Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam instalasi
Mekanikal / Elektrikal, untuk dapat dipertanggung-jawabkan.

2.4. Tenaga ahli harus ditempatkan di lapangan oleh Kontraktor sehingga dapat berdiskusi dengan
Konsultan Pengawas pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

2.5. Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan test penuh di bawah persyaratan operasional.
Testing harus dilaksanakan di hadapan Konsultan Pengawas.

2.6. Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan adalah tanggung jawab
Kontraktor dan Kontraktor harus mengganti / memperbaiki hal tersebut di atas.

2.7. Semua biaya dan pengurusan perijinan, lisensi, pengujian adalah tanggung jawab
Kontraktor.

2.8. Semua syarat-syarat penerimaan bahan, peralatan, cara-cara pemasangan, kualitas pekerjaan
dan lain-lain, untuk sistim instalasi Mekanikal / Elektrikal ini harus sesuai dengan standar-standar
sebagai berikut :

2.8.1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik Tahun 2000.


2.8.2. Peraturan-Peraturan lainnya yang telah ditentukan PLN.
2.8.3. Peraturan-Peraturan yang telah ditentukan Pemda Bandung.
2.8.4. Pedoman Plumbing Indonesia 1979.
2.8.5. Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Peraturan DKI No. 3 Tahun 1975.
2.8.6. Pedoman Pengawasan Instalasi Listrik, Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi No.
59/DP/1980.
2.8.7. Pedoman dan Petunjuk Keselamatan Kerja PLN No.48.
2.8.8. Peraturan Pokok Teknik Penyehatan Mengenai Air Minum dan Air Buangan
Rancangan 1968 Dirjen Cipta Karya, Direktorat Teknik Penyehatan.
2.8.9. Peraturan Instalasi Air Minum dari PAM Bandung.
2.8.10. Algemeene Voorwarden Voor Drink Water Instalatuur (AVWI).
2.8.11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
173/Men.Kes/Per/VIII/77, tentang Pengawasan Pencemaran Air dari Badan
Air untuk Berbagai kegunaan yang berhubungan dengan kesehatan.
2.8.12. Peraturan-peraturan dan standar yang telah disesuaikan dengan peraturan dan standar
Internasional dari KRT, ASME, ASHRAE, ASTM, VDE, BS, NEC, IEC dan lain-lain.
2.8.13. Peraturan Perburuhan Departemen Tenaga Kerja.
2.8.14. Peraturan-peraturan yang ditentukan dalam spesifikasi ini maupun yang terdapat dalam
gambar-gambar.
2.8.15. Pedoman Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik 1980 (Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI).
2.8.16. Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran Tahun 1980 (Departemen PU).
2.8.17. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan
Gedung Tahun 1985 (Departemen PU.
2.8.18. N.F.P.A. dan F.O.C. sebagai pelengkap.
2.8.19. Peraturan Telekomunikasi 1989.
2.8.20. Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.

Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Mekanikal / Elektrikal ini selain dari
persyaratan tersebut di atas, juga tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang dikeluarkan oleh
pabik pembuatnya.

2.9. Pekerjaan dianggap selesai apabila :

2.9.1. Telah mendapat Surat Pernyataan bahwa instalasi baik dari Konsultan
Pengawas.

2.9.2. Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga
Pemilik dapat membenarkannya.

2.9.3. Seluruh instalasi terpasang telah ditest bersama-sama dengan Konsultan Pengawas,
Konsultan Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi teknis.
2.10. Kontraktor.

2.10.1. Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti pelelangan ini.

2.10.2. Yang dimaksud dengan Kontraktor di dalam spesifikasi ini adalah Badan Pelaksana yang
telah terpilih dan memperoleh Kontrak Kerja untuk penyediaan dan pemasangan instalasi
Mekanikal / Elektrikal ini sampai selesai.

2.10.3. Kontraktor harus memiliki tenaga ahli yang mempunyai PAS / SIKA PLN kelas C untuk
pekerjaan instalasi listrik, PAS PAM kelas III (C) untuk pekerjaan plumbing dan pemadam
kebakaran (pemipaan) sebagai penanggung jawab di bidangnya masing-masing.
Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan instalasi Mekanikal / Elektrikal dalam proyek
ini dan menempatkan paling tidak seorang tenaga ahli yang setiap saat dapat berdiskusi dan
dapat memutuskan setiap persoalan teknis dan administrasi di lapangan.

2.10.4. Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan-peraturan di lapangan yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.

2.10.5. Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang, peraturan-


peraturan, persyaratan umum, maupun suplementer-nya, persyaratan standar internasional,
persyaratan pabrik pembuat unit-unit peralatan, buku-buku dokumen pelelangan, bundel
gambar-gambar serta segala petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan.

2.10.6. Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Konsultan Pengawas atau pihak lain yang
ditunjuk, bilamana menurut pendapatnya terdapat hal-hal yang kurang jelas pada dokumen-
dokumen pelelangan, gambar-gambar atau lainnya.

2.10.7. Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan dari
pihak-pihak Kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek ini apabila pekerjaan pihak lain
dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya.
Bilamana sampai terjadi gangguan, maka Kontraktor wajib mengerjakan saran-saran perbaikan
untuk segenap pihak.
Apabila hal ini dilakukan, Kontraktor tetap bertanggung jawab atas segala kerugian-kerugian yang
ditimbulkan.
2.11. Koordinasi dengan Pihak Lain.

2.11.1. Untuk kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan koordinasi / penyesuaian


pelaksanaan pekerjaannya dengan seluruh disiplin pekerjaan lainnya atas petunjuk ahli, sebelum
memulai mengerjakan pada waktu pelaksanaan.
Gangguan dan konflik di antara Kontraktor harus dihindari.
Keterlambatan pekerjaan akibat tidak adanya koordinasi menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2.11.2. Kontraktor wajib bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya demi kelancaran pelaksanaan
proyek ini, terutama koordinasi dengan pihak Kontraktor Sipil maupun Arsitektur.

2.11.3. Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak-pihak lainnya, agar sejauh / sedapat
mungkin digunakan peralatan-peralatan yang seragam dan merk yang sama untuk seluruh proyek
ini agar mudah memeliharanya.

2.11.4. Untuk semua peralatan dan mesin yang disediakan, atau diselesaikan oleh pihak lain atau
yang dibeli dari pihak lain yang termasuk dalam lingkup instalasi sistim ini, Kontraktor
bertanggung jawab penuh atas segala peralatan dan pekerjaan ini.

2.11.5. Kontraktor harus mengijinkan, mengawasi dan memberikan petunjuk kepada


Kontraktor lainnya untuk melakukan penyambungan kabel-kabel, pemasangan sensor-sensor,
perletakan peralatan / instalasi, pembuatan sparing dan lain-lain pada dan untuk peralatan
Mekanikal / Elektrikal agar sistim Mekanikal / Elektrikal keseluruhan dapat berjalan dengan
sempurna. Dalam hal ini Kontraktor masih tetap bertanggung jawab penuh atas peralatan-
peralatan tersebut.

2.11.6. Penolakan Pekerjaan Sistim Mekanikal / Elektrikal.


Apabila sistim pekerjaan ini tidak lengkap atau ada bagian yang cacat, gagal atau tidak memenuhi
persyaratan dalam spesifikasi dan gambar, ternyata Kontraktor gagal untuk melaksanakan
perbaikan ini dalam waktu yang cukup menurut Konsultan Pengawas serta pihak yang berwenang,
maka keseluruhan atau sebagian dari sistim ini sebagaimana kenyataannya, dapat ditolak dan
diganti.
Dalam hal ini Pemilik dapat menunjuk pihak ketiga untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas
dengan baik atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor.

2.12. Pengawasan Instalasi.

2.12.1. Shop drawing.


Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus membuat gambar kerja
/ shop drawing rangkap 4 (empat). Gambar kerja tersebut haruslah gambar yang telah
dikoordinasikan dengan semua disiplin pekerjaan pada proyek ini dan disesuaikan dengan koordinasi
lapangan yang ada.
Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah diperiksa dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

2.12.2. Kontraktor harus memberikan contoh semua bahan yang akan digunakannya kepada
Konsultan Pengawas atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan persetujuannya secara tertulis
untuk dapat dipasang.
Seluruh contoh harus sudah diserahkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sesudah Kontraktor
memperoleh SPK.

2.12.3. Kontraktor harus membuat jadwal / skedul waktu pelaksanaan, skedul tenaga kerja,
skedul pengadaan peralatan dan network planning yang terinci
untuk setiap pekerjaannya dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk
untuk mendapatkan persetujuannya.
Skedul dan network planning harus diserahkan dalam waktu 15 (lima belas)
hari kalender sesudah menerima SPK.

2.12.4. Kontraktor harus mengadakan :


a. Laporan kegiatan pekerjaan harian.
b. Laporan prestasi pekerjaan dan pengadaan material mingguan.
c. Laporan prestasi pekerjaan bulanan beserta foto-foto dokumentasi.

2.12.5. Untuk setiap tahap pekerjaan sistim Mekanikal dan Elektrikal yang telah selesai
dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak Konsultan Pengawas
atau pihak yang ditunjuk yang menerangkan bahwa setiap pekerjaan sistim Mekanikal dan
Elektrikal telah selesai dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada.

Tahap-tahap pekerjaan sistim ini ditentukan kemudian, berdasarkan pada jadwal perincian
waktu yang diserahkan oleh Kontraktor.

2.12.6. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan trial-run pekerjaan sistim Mekanikal dan
Elektrikal ini harus dihadiri pihak Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, ahli atau pihak-pihak
lain yang ditunjuk. Untuk ini harus dibuatkan berita acaranya bersama pemegang merk
peralatan yang diuji dan dari Kontraktor yang bersangkutan.
Peralatan untuk pengujian harus berkualitas baik dan sudah tertera.
Semua biaya pada waktu pengetesan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

2.12.7. Kontraktor wajib melaporkan kepada Konsultan Pengawas atau ahli yang ditugaskan
apabila sekiranya terjadi kesulitan atau gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada saat
melaksanakan pekerjaan.

2.12.8. Untuk pekerjaan di luar jam kerja, biaya yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas untuk
pengarahan dan pengawasannya ditanggung oleh Kontraktor.

2.13. Pembersihan Lapangan.

2.13.1. Setiap hari setelah selesai bekerja, Kontraktor harus membersihkan lapangan yang
digunakan.
Kontraktor hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk koordinasi pembersihan lapangan
tersebut.

2.13.2. Setelah Kontraktor selesai, Kontraktor harus memindahkan semua sisa bahan pekerjaan
dan peralatannya, kecuali yang masih diperlukan selama masa pemeliharaan.
2.13.3. Kontraktor harus melindungi daerah kerja di dalam gedung / bangunan dengan
Portable Fire Extinguisher Class A/B/C (15 lbs) atau jenis lain untuk setiap luasan sesuai dengan
peraturan yang berlaku atas biaya Kontraktor.

2.14. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan.

2.14.1. Pada saat penyerahan untuk pertama kali, Kontraktor harus menyerahkan :
a. Gambar-gambar jadi (as built drawing) dalam bentuk gambar cetak sebanyak 3 (tiga) set dan
dalam bentuk kalkir Sevia sebanyak 1 (satu) set.
b. Katalog spare-parts.
c. Buku petunjuk operasi dalam bahasa Indonesia.
d. Buku petunjuk perawatan atas peralatan yang terpasang dalam kontrak ini, juga dalam bahasa
Indonesia.

Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada Pemilik sebanyak 3 (tiga) set dan kepada Konsultan
Pengawas 2 (dua) set. Bila gambar dan data-data tersebut belum lengkap diserahkan, maka
pekerjaan Kontraktor belum diprestasikan 100%.

2.14.2. Kontraktor harus memberikan pendidikan teori dan praktek mengenai operasi dan
perawatannya kepada petugas-petugas teknik yang ditunjuk oleh Konsultan Pengawas secara
cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya, minimal 3 (tiga) orang selama 3 (tiga) bulan
sesudah penyerahan pertama proyek dilakukan.
Kontraktor harus mengajukan rencana sistim pendidikan ini terlebih dahulu kepada Konsultan
Pengawas.
Pendidikan ini dan segala biaya pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

2.14.3. Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set ringkasan petunjuk operasi dan perawatan
yang harus dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Konsultan Pengawas dan sebuah lagi hendaknya
dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempatkan pada dinding dalam ruang mesin utama lain
yang ditunjuk Konsultan Pengawas.

2.15. Service dan Garansi.


Keseluruhan instalasi Mekanikal dan Elektrikal harus memiliki garansi 1 (satu)
tahun sesudah tanggal saat sistem diterima oleh Konsultan Pengawas secara baik (setelah masa
pemeliharaan).

2.15.1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama masa
garansi, termasuk penyediaan suku cadang.

2.15.2. Kontraktor wajib mengganti biaya sendiri setiap kelompok barang-barang atau sistim
yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik atau pengerjaan
yang salah selama jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender setelah proyek ini
diserah-terimakan untuk pertama kalinya.

2.15.3. Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja untuk mengoperasikan /
merawat peralatan Mekanikal dan Elektrikal serta mendatangkan seorang supervisor sekali
seminggu untuk memeriksa atau melakukan penyetelan peralatan selama masa pemeliharaan.

2.15.4. Kontraktor harus memberikan service cuma-cuma untuk seluruh sistim Mekanikal /
Elektrikal selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender setelah proyek ini diserah-terimakan
pertama kali dan garansi 1 (satu) tahun kalender setelah serah terima kedua.

2.16. Izin.

2.16.1. Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk


melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan biaya Kontraktor.

2.16.2. Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain, beserta keterangan resminya yang mungkin
diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini haruslah dilakukan oleh Kontraktor atau pihak lain yang
ditunjuk oleh Direksi / Konsultan Pengawas dengan semua biaya atas beban Kontraktor.

2.16.3. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang di- paten-kan serta
kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.

Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal tersebut di atas.
2.16.4. Kontraktor harus menyerahkan semua izin atau keterangan resmi yang diperolehnya
mengenai instalasi proyek kepada Konsultan Pengawas atau pihak yang ditunjuk, sebelum
penyerahan kedua dilakukan.

2.16.5. Kontraktor harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas setiap akan
memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja
(kerja lembur).

2.16.6. Kontraktor harus mendapatkan izin-izin yang berhubungan dengan pajak, pemerintahan
setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan.

Dalam hal ini, biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan izin tersebut harus dibayar
oleh Kontraktor, termasuk biaya memperbanyak gambar yang diperlukan untuk pengurusan IMB.

2.17. Korelasi Pekerjaan.

2.17.1. Pekerjaan galian dan penimbunan tanah untuk keperluan instalasi Mekanikal
/ Elektrikal, dilaksanakan oleh Kontraktor. Kontraktor harus sudah memperhitungkan pengangkutan
tanah bekas galian / pembersihan.

2.17.2. Semua pekerjaan pembuatan lubang-lubang dan penutupan kembali pada dinding, lantai,
langit-langit untuk jalannya pipa dan kabel, dilaksanakan oleh Kontraktor berikut perapihan /
finishing-nya kembali.

2.17.3. Kontraktor harus menyediakan dan menyambung kabel-kabel listrik dari peralatan-peralatan
ke panel yang disediakan oleh Kontraktor Listrik sesuai dengan gambar dokumen tender.

Untuk itu Kontraktor wajib memeriksa terlebih dahulu panel tersebut, apakah sudah sesuai
dengan peralatan yang akan disambungkan. Segala akibat yang timbul akibat penyambungan ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.17.4. Semua pekerjaan pembuatan pondasi untuk mesin dilakukan oleh Kontraktor.
Kontraktor harus memberikan data-data, ukuran-ukuran, gambar-gambar dan peralatan yang
diperlukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

2.17.5. Semua fasilitas yang diperlukan pada saat proyek berjalan yaitu air, listrik, saniter darurat
harus disediakan oleh Kontraktor, dengan terlebih dahulu membuat gambar untuk mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.

2.17.6. Untuk pipa yang menembus dinding, lantai, langit-langit dan lain-lain, harus diberi lapisan
isolasi peredam getaran dan pipa selubung (sleeve) untuk memudahkan perbaikan dan
pemeliharaan dari segi teknis.
Untuk itu Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar kerja kepada Konsultan Pengawas
untuk diminta persetujuannya. Segala akibat pekerjaan tersebut harus sudah diperhitungkan dalam
penawaran oleh Kontraktor.

2.17.7. Akibat pekerjaan tersebut di atas (pembobokan, pembongkaran dsb.) harus ditutup kembali
seperti semula dan dirapikan / di-finish yang rapi sehingga tidak terlihat lagi bekas-bekas
pembobokan.

2.17.8. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah ditunjuk, Kontraktor harus menyerahkan gambar
/ data teknis listrik sesuai dengan keperluan peralatan yang akan dipasang, agar peralatan tersebut
dapat beroperasi dengan baik berikut pengamanannya.
Jika hal ini tidak dilaksanakan, segala akibatnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

2.18. Sub Kontraktor.

2.18.1. Apabila diperlukan tenaga-tenaga ahli khusus karena tenaga-tenaga pelaksana yang
ada tidak mampu melaksanakan pemasangan, penyetelan, pengujian dan lain-lain, Kontraktor
dapat menyerahkan sebagian instalasinya kepada Sub Kontraktor lain setelah mendapatkan
persetujuan secara tertulis dari Konsultan Pengawas.
2.18.2. Sub Kontraktor harus memenuhi syarat seperti tercantum dalam Pasal 2 butir 2.10.3.
pada Bab ini.

2.18.3. Kontraktor masih harus bertanggung jawab sepenuhnya atas segala lingkup pekerjaannya,
baik yang dilaksanakan sendiri maupun terhadap pekerjaan yang diserahkan kepada Sub
Kontraktor (di-sub-kontrakkan).

2.19. Site Manager.

2.19.1. Seluruh pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini harus diawasi oleh seorang yang
cukup berpengalaman dan diberi wewenang oleh Penanda- tangan kontrak, untuk mengambil
keputusan di lapangan.

Ia bertanggung jawab sepenuhnya atas segala pekerjaan instalasi pada proyek ini dan selalu
berada di lapangan (on site). Bila ia akan meninggalkan site harus ada orang lain yang secara
tertulis diberikan wewenang untuk mewakilinya.

2.19.2. Nama, perincian pengalaman kerja Site Manager harus disertakan oleh
Kontraktor pada saat penawaran dilakukan.

2.19.3. Bilamana menurut pendapat pihak Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau
pihak yang berwenang, Site Manager yang ditunjuk kurang cakap menjalankan tugasnya, Kontraktor
harus menggantinya dengan orang lain.

2.19.4. Selama Site Manager belum ditunjuk, penanda-tangan kontrak yang harus bertindak sebagai
Site Manager.
2.20. Bahan.

2.20.1. Kontraktor harus menyerahkan pada waktu tender, brosur teknis asli peralatan
utama Mekanikal / Elektrikal, juga brosur asli pipa, kabel, pipa konduit, katup-katup, detektor,
sensor dan lainnya beserta data-data teknis dan mengisi daftar skedul dari peralatan tersebut.
Pada brosur-brosur peralatan / bahan yang ditawarkan harus diberi tanda dengan warna yang jelas.
2.20.2. Apabila ada tanda-tanda serta bahan yang diajukan menyimpang dari yang disebutkan
didalam gambar dan spesifikasinya, maka nilai evaluasi penawaran Kontraktor tersebut akan
dikurangi dan Kontraktor tetap harus menggantinya sesuai dengan gambar dan spesifikasinya.

2.20.3. Semua pelaksanaan instalasi yang berbeda dengan spesifikasi dan gambar, tanpa
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang harus diperbaiki dan dirubah sesuai dengan
spesifikasi dan gambar yang telah disepakati bersama, atas tanggungan biaya Kontraktor.

2.20.4. Semua bahan yang digunakan dalam instalasi ini harus baru, dalam keadaan baik, tidak
bercacat, sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Kontraktor harus menjaga kebersihan serta
melindungi semua bahan-bahan yang digunakan dalam instalasi ini sebelum dipasang.

2.20.5. Bilamana ternyata dipakai / digunakan bahan / peralatan sama, bekas dipergunakan
bercacat atau rusak, Kontraktor harus menggantinya dengan bahan-bahan atau peralatan yang
baru dan tetap sesuai dengan spesifikasi dan gambar, atas biaya tanggungan Kontraktor.

2.20.6. Tidak diperkenankan mendatangkan bahan / peralatan masuk ke site sebelum


contoh atau brosur disetujui oleh Konsultan Pengawas. Semua bahan yang telah masuk di site
dan menyimpang dari ketentuan dalam spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui,
maka bahan / peralatan tersebut harus dikeluarkan dari site dalam waktu 3 x 24 jam sejak
diketahuinya penyimpangan itu oleh Konsultan Pengawas.
Bila hal ini belum dilakukan maka bahan tersebut segera akan dimusnahkan.

Pasal 3

LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan instalasi sistim ini meliputi seluruh pengangkutan dan pengadaan bahan-bahan serta
peralatan-peralatan utama, peralatan bantu, peralatan untuk instalasi, tenaga kerja, pembuatan
alat-alat pemasangan, termasuk pengadaan listrik dan air untuk keperluan pengujian dan keperluan
kerja. Keterangan-keterangan yang tidak dicantumkan di dalam spesifikasi maupun dalam gambar
tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke
dalam pekerjaan ini.

Perincian umum pekerjaan instalasi ini adalah sebagai berikut (perincian lebih lanjut dapat dilihat
pada Syarat-syarat Khusus Teknis) :

3.1. Sistim Mekanikal.


3.1.1. Instalasi Plumbing air bersih, air kotor dan air bekas beserta pemompaannya.
3.1.2. Instalasi Tata Udara ( ventilasi dan air conditioning )

3.2. Sistim Elektrikal.


3.2.1. Instalasi Sistim Distribusi Listrik berikut panel-panel daya.
3.2.2. Instalasi Penerangan dan Stop Kontak.
3.2.3. Instalasi Penangkal Petir.
3.2.4. Instalasi Telepon.

3.3. Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
persyaratan dokumen pelelangan dan gambar-gambar yang ada.

3.4. Pengadaan pemasangan seluruh sistim instalasi Mekanikal / Elektrikal sesuai dengan gambar
dokumen, spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.

3.5. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat
menanyakan lebih lanjut kepada Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau pihak lain yang
ditunjuk untuk ini.

3.6. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab atas
kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.
3.7. Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi Mekanikal / Elektrikal
harus berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan spesifikasi teknis serta addendum
lainnya.

3.8. Bila pada spesifikasi ini terdapat klausul-klausul / butir-butir yang ditulis atau disebutkan
kembali, hal ini bukan berarti klausulnya dihilangkan, akan tetapi malah mempertegas spesifikasinya.
BAB VII

SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN


INSTALASI LISTRIK

Pasal 1

UMUM

Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan
peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam maupun di luar bangunan gedung. Dalam hal ini
Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-syarat Khusus
Teknis ini.

Pasal 2

PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK

Sumber daya listrik bagi gedung diperoleh dari jaringan tegangan rendah PLN dengan daya
terpasang sebesar 197 kVA.
Dari jaringan tegangan menengah 20 kV PLN, daya dari PLN tersebut disalurkan ke trafo distribusi
20 kV / 400 V berkapasitas 250 kVA untuk dirubah menjadi daya bertegangan rendah LVMDP
sampai dengan panel ukur (KWH meter).
Selanjutnya didistribusikan ke panel-panel sub-distribusi dan panel daya / penerangan gedung
secara radial.
Sistim distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah distribusi 3 (tiga) fase – empat kawat 220 /
380 V mengikuti sistim PP (Pentanahan Pengaman).

Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistim listrik sebagai suatu sistim
keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.
Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi, testing / pengujian,
pengesahan terhadap seluruh material berikut pemasangan / instalasinya oleh badan resmi PLN,
LMK dan atau Badan Keselamatan Kerja, serta serah terima dan pemeliharaan / garansi selama
12 bulan. Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi /
syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus
juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.

Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistim listrik sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang
ditunjukkan pada Syarat-syarat Umum untuk menunjang bekerjanya sistim / peralatan, walaupun
tidak tercantum pada Syarat-syarat Khusus Teknis atau gambar dokumen.

Pekerjaan ini meliputi :

3.1. Pekerjaan di dalam Gedung.


3.1.1. Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel-panel daya / penerangan termasuk di
dalam pekerjaan ini adalah penarikan kabel / konduktor pentanahan netral / badan panel.

3.1.2. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel jenis NYY untuk penghubung antar panel daya /
penerangan dan kabel-kabel daya menuju peralatan (mesin AC, pompa-pompa dan lain-lain).

3.1.3. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan stop kontak.
Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan armatur penerangan, baik
penerangan normal maupun darurat.

3.1.4. Pengadaan dan pemasangan instalasi cable tray lengkap dengan material bantu yang
dibutuhkan.

3.1.5. Pengadaan dan pemasangan instalasi under floor duct lengkap dengan material bantu yang
dibutuhkan.

3.2. Pekerjaan di luar Gedung.

3.2.1. Pengadaan dan pemasangan instalasi pentanahan untuk instalasi daya.

3.2.2. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar/ taman, termasuk lampu sorot
bangunan.

Pasal 4
GAMBAR-GAMBAR

Gambar-gambar Elektrikal menunjukan secara khusus teknis pekerjaan listrik yang di- dalamnya
dicantumkan besaran-besaran listrik dan mekanis serta spesifikasi tertentu lainnya.
Pengerjaan dan pemasangan peralatan-peralatan harus disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
Gambar-gambar Arsitektur, Struktur, Mekanikal / Elektrikal dan kontrak lainnya haruslah menjadi
referensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara keseluruhan.
Kontraktor harus menyesuaikan peralatan terhadap perencanaan dan memeriksanya
kembali. Setiap kekurangan / kesalahan perencanaan harus disampaikan kepada Ahli, Konsultan
Pengawas dan atau pihak lain yang ditunjuk untuk itu.

Pasal 5
KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI

5.1. Peralatan Instalasi Tegangan Rendah.

Meliputi pengadaan dan pemasangan power recepacle outlet (stop kontak), saklar, kontak-kontak
tarik (pull box), cabinet / panel daya, kabel, alat-alat bantu dan semua peralatan lain yang
diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang memuaskan dari sistim instalasi daya tegangan
rendah 220 / 380 V dan penerangan.

5.1.1. Kotak-kotak (doos) outlet.

a. Jenis.
Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE, PUIL, AVE atau standar lain. Kotak-
kotak ini bisa berbentuk single / multi gang box empat persegi atau segi delapan.
Ceilling ox dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi harus dipasang
dengan baik dan benar.

b. Ukuran.
Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk konduit hanya di tempat yang diperlukan.
Setiap kotak harus cukup besar untuk menampung jumlah dan ukuran conduit, sesuai dengan
persyaratan, tetapi kurang dari ukuran yang ditunjuk atau dipersyaratkan.

c. Tipe Tahan Cuaca (Weatherproof Type).


Kotak-kotak outlet di tempat-tempat tersebut di bawah ini harus dari tipe yang diberi gasket tahan
cuaca :
ƒ Tempat-tempat yang kena matahari.
ƒ Tempat-tempat yang kena hujan.
ƒ Tempat-tempat yang kena minyak.
ƒ Tempat-tempat yang kena udara lembab.
ƒ Tempat-tempat yang ditunjuk di dalam gambar.

d. Outlet Pada Permukaan Khusus.


Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar yang dipasang pada partisi, blok beton,
marmer, frame besi, dinding bata atau dinding kayu harus berbentuk persegi dan harus mempunyai
sudut dan sisi-sisi tegak.

5.1.2. Saklar dan Stop Kontak.

a. Bahan Doos.
Kecuali tercatat atau disyaratkan lain, maka kotak-kotak outlet untuk saklar dinding dan
receptables outlet harus galvanized steel dan tidak boleh berukuran lebih dari 10,1 x 10,1 cm.
untuk peralatan tunggal dan
11,9 x 11,9 cm. untuk dua peralatan dan kotak-kotak multi gang untuk
lebih dari dua peralatan.

b. Cara Pemasangan.
Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanic dengan rating minimum
10A / 250V.
Saklar pada umumnya dipasang terhadap permukaan tembok, kecuali bila ditentukan lain pada
gambar.
Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang pada ketinggian
140 cm. di atas lantai yang sudah selesai.
Saklar-saklar tersebut harus dipasang doos (kotak) yang sesuai. Sambungan hanya diperbolehkan
antara kotak yang berdekatan.
Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding dengan ketinggian 110 cm. (di ruang
basah dan pantry) dan 30 cm. (selain di ruang basah dan pantry) dari permukaan lantai yang
sudah selesai (finished) sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Saklar dan stop kontak ex MK.
c. Jumlah Kutub.
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan pentanahan) dengan rating
minimum 10A / 220V.
Cara pemasangan harus disesuaikan dengan peraturan PUIL dan diberi
saluran pentanahan.

d. Pendukung dan Pengikat.


Kotak-kotak plat baja didukung atau diikat dengan cukup supaya mempunyai bentuk yang
tetap.

5.1.3. Kabel-Kabel.

Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi:


kabel tegangan rendah, kabel kontrol, accessories, peralatan-peralatan dan barang-barang lain yang
diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta operasi dari semua sistim
dan peralatan.

a. Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (sampai 600V).


Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN, LMK
untuk penggunaan sebagai kabel instalasi dan peralatan (mesin), kecuali untuk peralatan khusus
seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 ke atas harus berurat banyak
dan dipilin (stranded).
Ukuran kabel daya / instalasi terkecil yang diizinkan adalah 2,5 mm2, kecuali untuk
pemakaian kontrol pada sistim remote control yang
panjangnya kurang dari 30 meter bisa menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2.

Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus jenis NYFGbY dan kabel instalasi di dalam bangunan
dari jenis NYY, NYM dan NYMHY (untuk kabel kontrol).
Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada di dalam konduit
atau dipasang di atas cable tray / cable rack dan di-klem / diikat dengan pengikat kabel (cable tie)
sesuai dengan kebutuhannya.

Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di dalam bangunan harus
diadakan secara lengkap.
Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel maksimum adalah 40%. Kabel merk SUPREME /
KABELINDO atau setara.
b. Kabel Tanah Tegangan Rendah.
Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN dan
LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi yang ditanam langsung di dalam tanah.
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 ke atas harus berurat banyak
dan dipilin (stranded).
Ukuran kabel daya / instalasi terkecil adalah 2,5 mm2.
Cara penanaman kabel secara langsung di dalam tanah (direct burial) harus sesuai dengan
gambar rencana, termasuk cara persilangan dengan pipa air dan kabel telekomunikasi dan kabel
tegangan menengah 20 kV. Apabila diperlukan penyambungan kabel dalam tanah, harus
dilakukan dengan alat penyambung khusus ( jointing kit ) tegangan rendah jenis epoxy resin-
cold pour system.
Penyambungan kabel di dalam tanah harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar ahli dengan
cara dan metode penyambungan mengikuti anjuran pabrik pembuat jointing kit yang digunakan,
sehingga diperoleh hasil penyambungan yang andal, tahan terhadap lembab, mempunyai sifat isolasi
yang tinggi dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi.
Kabel merk SUPREME / KABELINDO atau setara.

c. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak.


Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk ekstension dan daya harus diadakan
dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke saklar dan titik lampu serta stop
kontak, sebagaimana ditunjukkan di dalam gambar.
Kabel yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan stop kontak harus dari jenis NYM dan
diletakan di dalam PVC high impact heavy gauge.
Luas penampang kabel NYM yang digunakan minimum 2,5 mm2. kecuali
tercatat lain.
Home run untuk rangkaian instalasi bertegangan 220 V yang panjangnya lebih dari 40 meter dari
panel daya ke stop kontak pertama harus mempunyai luas penampang minimum 4 mm2
(kapasitas hantar arus minimum 20 A).

d. Splice / Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun sambungan- sambungan di dalam pipa
konduit.
Sambungan atau pencabangan harus dilakukan di dalam kotak-kotak cabang atau kotak
sambung yang mudah dicapai serta kotak saklar dan stop kontak.
Sambungan pada kabel harus dibuat secara mekanis dan harus kuat secara
elektris dengan solderless connector jenis tekan, jenis compression atau soldered.

Dalam membuat pencabangan atau sambungan, konektor harus dihubungkan pada konduktor-
konduktor dengan baik sedemikian rupa, sehingga semua konduktor tersambung dan tidak ada
konduktor telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.

e. Kabel kontrol.
Di tempat – tempat yang ditunjuk pada gambar atau disyaratkan, kabel kontrol motor, starter
dan peralatan - peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis standed annealed copper yang
fleksibel.
Isolasi harus dari PVC, tanah lembab dan ozon dengan rating tegangan sampai 600 V.
Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan (minimum 2,5 sqmm. Untuk panjang lebih
dari 30 m.) untuk mendapatkan operasi yang memuaskan dari peralatan yang dikontrol, dengan
pertimbangan- pertimbangan mengenai panjang circuit dan sebagainya.
Kabel merk SUPREME / KABELINDO atau setara.

f. Bahan Isolasi.
Semua bahan isolasi untuk splin, connection dan lain-lain seperti karet, PVC, vernished cambric,
asbes, gelas, tape syntetic, splice case, composition dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui
untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan lain-lain yang tertentu dan harus dipasang
dengan cara yang disetujui, menurut anjuran perwakilan pemerintah atau pabrik pembuatnya.

g. Pemasangan Kabel.
g.1. Pemasangan di Permukaan.
g.1.1. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam Bangunan.
Semua kabel harus dipasang didalam konduit PVC high impact heavy gauge, dipasang di
permukaan plat beton langit-langit dengan klem pendukung yang sesuai.
Pendukung-pendukung tersebut harus dicat dengan cat anti
karat.
Semua kabel harus dipasang lurus / sejajar dengan rapi dan teratur. Pembelokan kabel harus
dilakukan dengan jari-jari lengkungan tidak boleh kurang dari syarat-syarat pabrik (minimum 15 kali
diameter kabel).
Konduit ex CLIPSAL / EGA.

g.1.2. Kabel Daya Penghubung Antar Panel.


Kabel-kabel daya yang diletakan di atas cable tray, di-klem pada cable tray dengan cable ties (pita
plastik pengikat kabel). Pemasangan cable tray harus mengikuti jalur yang direncanakan
secara rapi dan digantung atau disangga secara kokoh dengan penggantung / penyangga besi yang
di-klem ke plat beton.
Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor harus menyediakan sendiri peralatan penunjang
seperti tray, klem, besi penunjang, penggantung dan peralatan lainnya, baik untuk kabel yang
dipasang horizontal maupun vertikal.

Peralatan penunjang tersebut harus sudah diperhitungkan pada biaya pemasangan kabel
tersebut.

g.1.3. Kabel Daya dari Panel Daya Motor ke Motor-Motor Pompa.


Jenis kabel yang digunakan adalah NYY yang ditempatkan di dalam konduit metal tahan karat
(galvanized / white metal conduit) yang diletakkan di atas plat lantai.
Setiap pipa konduit berisi hanya satu jalur kabel menuju motor dengan faktor pengisian 40%.
Dari pipa konduit yang dipasang horizontal menuju motor, kabel ditarik ke terminal motor
dengan memakai flexible metal conduit yang juga tahan karat.
Ukuran konduit fleksibel ini harus sesuai dengan ukuran pipa konduit dan disambungkan dengan
cara sedemikian rupa, sehingga benar-benar kedap air. Demikian juga penyambungan
pipa fleksibel terhadap box terminal motor. Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk
menyerahkan contoh konduit fleksibel serta cara penyambungannya terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas untuk disetujui.
g.2. Pemasangan di Permukaan.
Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang di dalam dinding harus diletakkan di
dalam konduit PVC high impact heavy gauge dengan ukuran minimum ¾”.
Penarikan kabel menuju titik saklar atau stop kontak harus dilakukan setelah pipa selesai ditanam.

g.3. Pemasangan Menembus Dinding.


Setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui sparing kabel yang terbuat dari pipa PVC
dengan ukuran yang cukup terhadap penampang kabel.

h. Penggunaan Warna Kabel.


Penggunaan warna kabel NYY, NYM dan NYFGbY untuk tegangan fasa, netral dan ground harus
mengikuti peraturan yang disebutkan oleh PUIL
2000, yaitu :

h.1. Sistim Tegangan 220 V, 1 Fasa : Hitam : Fasa


Biru : Netral
Kuning / Hijau : Pentanahan (G).

h.2. Sistim Tegangan 220 / 380 V, 3 Fasa : Merah : Fasa R


Kuning : Fasa S Hitam : Fasa T Biru : Netral (N)
Kuning / Hijau : Pentanahan (G).

i. Pendukung Kabel.
Setiap kotak tarik (pull box) termasuk kotak-kotak yang ada di atas daya dan panel daya motor,
harus diberi cukup banyak klem dan peralatan pendukung lain-lainnya.
Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang memungkinkan pengenalan, sehingga tidak
ada kabel yang membentang tanpa pendukung.

j. Konduit Tertanam.
Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam / tersembunyi harus juga dipasang secara
tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit.
5.1.4. Kabinet Panel Daya.
Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 1,7mm untuk panel yang
dipasang menempel di dinding dan minimum 2 mm. untuk jenis floor standing, kecuali yang sering
terkena basah / hujan, harus dibuat dari jenis besi tuang yang tahan kelembaban atau konstruksi
khusus.
Kabinet untuk panel daya / kontrol harus mempunyai ukuran yang proporsional seperti
dipersyaratkan untuk panel daya yang besarnya menurut kebutuhan, sehingga untuk frame / rangka
panel harus ditanahkan.
Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel panel daya
serta penutupnya.
Kabinet dengan kawat-kawat through feeder harus diatur dengan baik, rapi dan benar.

a. Finishing.
Semua rangka, penutup, copper plate dan pintu panel listrik seluruhnya harus dibuat tahan karat
dengan cat dasar atau prime coating dan diberi pelapis cat akhir (finishing paint). Penentuan warna
cat sebelumnya harus dimintakan persetujuan ke Konsultan Pengawas.
Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan cara galvanized cadmium platting atau dengan
zinchromate dan dicat dengan cat akhir sistim oven.

b. Kunci.
Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci “flat lock” jenis kunci untuk setiap kabinet harus dari
tipe “common key”, sehingga kunci untuk setiap kabinetnya adalah sama.
Pada masing-masing kabinet harus disediakan 2 (dua) anak kunci.

c. Tinggi Pemasangan Panel.


Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan di dalam panel dengan mudah
masih dapat dijangkau.
Tergantung pada tipe / macam panel, bila dibutuhkan alas / pondasi / penumpu / penggantung,
Kontraktor harus menyediakan dan memasang, sekalipun tidak tertera pada gambar.

d. Label.
Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch group, pemutus daya
(CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi label sesuai dengan fungsinya untuk
mengindahkan / mengidentifikasikan penggunaan alat tersebut.
Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-huruf hitam.

5.1.5. Sistim “Race Way”.

Yang dimaksud dengan race way adalah tubing conduit dan flexible conduit beserta
perlengkapannya dan semua barang yang diperlukan untuk melengkapi instalasi kabel.

a. Ukuran.
Semua race way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk bisa melayani dengan baik
jumlah dan jenis kabel sesuai dengan VDE, PUIL dan lain-lain.
Diameter minimum konduit adalah ¾” menurut ukuran pasaran dengan
faktor pengisian kabel maksimum 40 %.

b. Bahan.
Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan PVC high impact heavy gauge
yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099. Konduit metal untuk instalasi daya pompa yang
digunakan harus dari jenis heavy gauge galvanized walded steel yang memenuhi persyaratan
BS4568: part I & II class 4.

c. Pemasangan.

c.1. Race Way yang ditanam di dinding.


Pananaman konduit di dalam dinding yang sudah jadi dilakukan dengan jalan membobok beton
dengan pahat.
Kedalaman dan lebar pembobokan harus dilakukan secukupnya,
sesuai dengan ukuran dan jumlah konduit yang akan dipasang. Kontraktor diwajibkan untuk
mengembalikan kondisi dinding dengan kondisi semula.
Selama dilakukan pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung konduit harus ditutup untuk
mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran lainnya.
c.2. Race Way yang dipasang di permukaan.
Race Way yang dipasang di permukaan beton ( exposed ) harus dipasang sejajar atau tegak lurus
dengan dinding bagian struktur atau permukaan bidang-bidang vertikal dengan langit-langit.
Apabila beberapa pipa berjalan sejajar pada dinding atau langit- langit, harus digunakan klem-
klem khusus untuk pipa sejajar.
Ujung-ujung pipa pada peralatan harus dipasang dengan sekrup dengan kuat. Semua ujung pipa
yang bebas harus ditutup atau dilengkapi dengan plat kuningan yang sesuai.
Untuk daerah yang lembab, semua peralatan pembantu, fitting- fitting, klem dan lain-lain harus
digalvanisir atau dicat tahan karat dan harus digunakan pendukung supaya pipa bebas dari
permukaan korosif.
Pipa-pipa yang dipasang pada permukaan dalam bangunan harus dicat satu jalan sebelum
dipasang dan sekali lagi sesudah dipasang dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

Untuk mempermudah pengenalan, maka ujung permukaan pipa harus dicat dengan warna
sebagai berikut :
ƒ Pipa penerangan dan daya : Orange
ƒ Pipa telepon : Hijau

c.3. Race Way yang dipasang di dalam tanah.


Race Way yang dipasang di dalam tanah atau menembus kerikil, harus mempunyai dua lapis cat
aspal pada permukaan sebelah luar sebelum dipasangkan di atas Race Way tersebut diberi
patok petunjuk.
Pipa Race Way yang digunakan adalah GIP kelas medium yang memenuhi standar SII.

c.4. Race Way melintas / menembus dinding.


Bila pipa melintas tembok, penyekat ruangan, lantai, langit-langit dan lain-lain, maka lubang
harus ditutup dengan baik sehingga tidak mungkin dapat dilalui oleh debu, lembab (uap air) api dan
asap.

c.5. Cable Trench.


Kedalaman parit kabel (cable trench) untuk penanaman di bawah tanah minimal 80 cm. dari
permukaan. Bila bersilangan dengan saluran lain, misalnya saluran air, cable trench dapat dan
harus ditanam setelah pengerasan tanah.
Untuk cable trench yang melintasi jalan, penanaman dilakukan setelah pengerasan badan jalan
atau bila sebelumnya harus lebih dari
110 cm. atau atas persetujuan Konsultan Pengawas.

c.6. Konduit Logam Fleksibel Tahan Air.


Konduit logam fleksibel yang tahan air harus dipakai pada kondisi dimana ada kemungkinan
pengerasan, getaran atau penempatan dalam atmosfir yang korosif, lembab atau berupa minyak,
termasuk dalam hal ini adalah pemakaian pada kabel masuk ke terminal motor pompa.
Suatu bungkus (shealth) yang tahan cairan dari plyvinil chlorida
(PVC) harus menonjol pada inti baja yang fleksibel.
Sambungan konduktor yang dapat digunakan untuk meneruskan pentanahan (earth continuity)
harus pula dimiliki oleh Race Way / konduit ini.

c.7. Pengakhiran dan Sambungan.


Race Way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull box cabinet dan lain-lain, dengan dua lock
nut dan sebuah insulating insert yang harus terbuat dari thermoplastic atau “fire minded” yang
dimatikan untuk mencegah rusaknya kawat dan kabel dan tidak mengurangi kontinuitas dari
sistim grounding dari Race Way.
Sambungan untuk Race Way / pipa logam elektrikal harus dari jenis yang tahan hujan atau fitting
dengan konsentrasi tinggi dengan sistim penguncian interlock compressed.

c.8. Pentanahan.
Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih besar dari tegangan ekstra rendah (50
VAC) harus ditanahkan secara efektif. Bahan-bahan logam / metal dari peralatan-peralatan listrik
yang terbuka, termasuk pelindung kabel ( shealth / armour ), konduit, saluran metal, rack,
tray, doos, stop kontak, armatur, saklar dengan metal harus dihubungkan dengan konduktor
kontinyu untuk pentanahan.
Penggunaan conduit metal sebagai satu-satunya konduktor
pentanahan tidak diperbolehkan.
Dalam hal ini harus digunakan konduktor tersendiri yang terbuat dari tembaga dengan daya hantar
yang tinggi.
Luas penampang minimum konduktor pentanahan antara 6 sqmm. dan dimasukkan ke dalam
konduit. Penyambungan konduktor pentanahan harus menggunakan penyambung mekanis yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
ƒ Pentanahan netral bus-bar dan panel, maksimum 2 ohm.
ƒ Pentanahan netral generator, maksimum 2 ohm.

5.1.6. Cable Tray.

a. Bahan.
Cable tray yang digunakan harus dari jenis berlubang (perforated) dari bahan besi lunak dengan
sisi-sisi ditekuk ke dalam dengan ketebalan plat tidak kurang dari 2,0 mm. Keseluruhan permukaan
cable tray harus digalvanisir.
Cable tray ex TRI ABADI atau setara.

b. Penggantung / Penyangga.
Untuk cable tray yang dipasang menggantung, penggantung cable tray harus dibuat dari batang
besi lunak yang digalvanisir dengan diameter minimum 6 mm. ujung penggantung di-ulir untuk
memungkinkan pengaturan levelling cable tray. Ukuran penyangga dan penumpu (bracket) harus
dipilih agar menghasilkan penyangga / penumpuan yang kokoh.

5.1.7. Underfloor Cable Duct.

a. Bahan.
Underfloor cable duct yang digunakan harus dari bahan pregalvanized steel terdiri atas dua
kanal, lebar 120 mm + 70 mm. (total lebar 190 mm.) dan tinggi 28 mm. Tebal plat tidak kurang dari
1,5 mm. Keseluruhan cable duct harus digalvanisir.
Satu kanal akan digunakan untuk kabel daya jenis NYM 3 x 2,5 mm2
(kanal selebar 120 mm.) dan kanal lainnya (kanal selebar 70 mm.) akan digunakan untuk kabel data
komputer jenis UTP-Cat6E (Gigabit Ethernet) bersama dengan kabel telepon jenis ITC 2 x 2 x 0,6
mm2 (2 pairs). Pemasangan duct harus dilengkapi dengan alat bantu yang diperlukan,
antara lain U-bracket, duct connector dan end cover serta pentanahan.
Keseluruhan alat bantu tersebut harus dari bahan pre-galvanized steel. Cable duct ex THREE
STAR atau setara.

b. Intersection Box.
Box base dari intersection box yang digunakan harus dari bahan pre- galvanized steel dengan ukuran
bukaan 4 (empat) arah yang sesuai dengan pemasangan underfloor duct yang digunakan (lebar 2 x
70 mm. dan tinggi
28 mm.).
Tebal plat tidak kurang dari 1,5 mm, ukuran box base 270 x 170 mm. Frame dari intersection box
harus dari bahan die-cast aluminium dengan ukuran 200 mm. x 110 mm.
Setiap intersection box harus dilengkapi dengan base plate untuk
pemasangan 2 (dua) buah stop kontak, 2 (dua) buah female socket RJ-45 untuk saluran data
komputer dan 2(dua) buah female socket RJ-11 untuk saluran telepon.
Cover dari intersection box harus dari bahan die-cast aluminium yang dilengkapi dengan engsel.
Ketebalan cover harus cukup menahan beban pada saat ditutup.
Intersection box ex THREE STAR atau setara.

5.1.8. Panel Utama Tegangan Rendah dan Perlengkapannya.

a. Umum.
Panel daya bertegangan rendah meliputi switch, tombol, circuit breaker, indikator, magnetic
connector, accessories, peralatan dan barang-barang lain yang diperlukan untuk pemasangan dan
operasi yang sempurna dari segenap sistim dan peralatan-peralatannya.
Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa telah memiliki pengalaman
yang luas di bidang manufacturing dan perencanaan panel-panel tersebut telah beroperasi dengan
baik selama paling sedikit 3 (tiga) tahun. Penawaran harus meliputi reference list sebagai suatu
bukti.

b. Panel-Panel.
Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana, kecuali ditentukan lain.
Seluruh assembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dicoba,
dan bila perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan minimum dengan penyesuaian dan / atau
penambahan seperti disyaratkan di bawah ini :
b.1. Umum.
Setiap panel daya utama harus dari jenis inbouw, dead front, terbuat dari plat baja (metal cled).
Konstruksi panel harus terbuat dari rangka baja struktur atau rangka profil baja yang diperkuat dan
dilas, sehingga kokoh dan tidak rusak dalam pengiriman atau pemasangan.
Struktur panel harus tahan terhadap gaya elektromagnetis serta thermal akibat hubung-singkat
(sampai 60 kA dalam waktu 1 detik).

Rangka ini harus secara lengkap ditutup pada bagian bawah, atas dan sisi-sisinya dengan plat-plat
penutup yang bisa dilepas.
Panel harus bisa dicapai dari depan maupun belakang.
Semua alat ukur dan atau tombol pemilih yang dipersyaratkan harus dikelompokkan pada sisi
depan yang berengsel. Tutup yang berengsel tersebut harus mempunyai engsel yang
tersembunyi dan gerendel / kunci.
Semua sumber yang perlu untuk rangkaian kontrol, daya dan lain- lain harus dipasang pada sisi
belakang dari penutup yang berengsel tersebut.
Panel harus mempunyai bukaan dalam bentuk grille (louvres) ventilasi untuk membatasi
kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus pada nilai-nilai yang dipersyaratkan dalam
standar VDE / IEC untuk peralatan yang tertutup.
Penutup panel bagian belakang yang bisa dilepas harus mempunyai konstruksi sekrup (screwed on /
bolted on).
Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap kemungkinan
terkena percikan air.
Tebal pilar baja yang digunakan minimum 2 mm.

b.2. Pull Box.


Bila ditunjukkan dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan, harus dipasang
sebuah pull box pada ketinggian yang cukup dari jenis konstruksi yang sama dengan switch
board pada bagian atas dari switch board.
Bagian sisi atas dan samping dari pull box harus dari bagian-bagian
yang bisa dibuka lepas.
Dasar dari pull box harus terdiri atas papan asbeston atau bahan tahan api yang sempurna.
Kabel yang menuju individual breaker harus tegak lurus melalui lubang-lubang yang terpisah-pisah
pada dasar pull box ini.
Penutup atas yang ditempatkan di bagian belakang struktur harus bisa dilepas dengan mudah agar
supaya memungkinkan pembuatan lubang-lubang untuk konduit kabel yang diperlukan.
Penunjang-penunjang untuk kabel harus diatur sedemikian rupa, sehingga terhindar dari
kemungkinan terjadinya loncatan bunga api (arc proofing).
Pull box harus mempunyai ukuran yang layak guna memungkinkan ventilasi dan pemasangan
peralatan circuit breaker yang bisa dipindah-pindahkan bilamana perlu.

b.3 Konstruksi.
Panel-panel harus seperti yang disyaratkan disini dan seperti ditunjukkan dalam gambar rencana,
untuk melaksanakan fungsi yang diperlukan.
Lokasi yang tepat dan jenis perlengkapan yang diperlihatkan boleh berbeda menurut keperluan
penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa fungsi dan operasi yang dimaksud dapat dicapai.
Akan tetapi identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain harus diikuti dalam urutan yang
tepat, untuk mempermudah pemeriksaan bangunan (konstruksi).
Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya harus dibangun dan ditunjang untuk dapat
menahan arus hubung-singkat yang terjadi pada lokasi tertentu tersebut.
Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem serta diatur untuk menjamin daerah kontak
yang baik.

b.4. Ventilasi.
Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch machine, untuk menjaga benda-
benda asing masuk melalui lubang tersebut.
Pada bagian dalam harus diberi lapisan yang juga dilubangi (di-
punch).

b.5. Papan Nama.


Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama yang dipasang pada
pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat dilihat dengan mudah.
Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian dari pemutus daya
atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan mengenai hal ini harus diajukan dalam
gambar kerja.
Mini diagram berwarna biru harus dipasang pada pintu, lengkap dengan komponen-komponen
dan tanda-tanda untuk komponen tersebut.
b.6. Cadangan Sambungan dikemudian hari.
Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka ruangan- ruangan tersebut harus
dilengkapi dengan pemutus daya cadangan, terminal, klem-klem pemasangan, pendukung dan
sebagainya, untuk peralatan yang dipasang dikemudian hari.
Kemungkinan penyambungan dikemudian hari dapatberupa peralatan baru, misalnya
saklar, pemutus daya, kontaktor dan lain- lain.

b.7. Bus-Bar / Rel Daya.


Bus-bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun secara mendatar dengan rapih sepanjang
panel di dalam ruang yang berventilasi.
Jarak antar bus-bar/rel daya harus memenuhi ketentuan pemasangan rel daya di dalam PUIL 2000.
Bus-bar harus terbuat dari tembaga jenis “hard drawn high conductivity” yang memenuhi standar BS
1433, dilapisi perak pada bagian luarnya secara menyeluruh dengan ukuran sesuai dengan
kemampuan 150% dari arus beban terpasang.
Ukuran bus-bar harus disesuaikan dengan peraturan PUIL 2000.
Semua bus-bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang terbuat dari bahan yang
tidak menyerap air (non-hygroscopic) misalnya porselain atau moulded isulator, sedemikian rupa
sehingga mampu menahan gaya mekanis yang terjadi akibat hubung-singkat.
Bus-bar dicat dengan warna yang sesuai dengan penandaan fasa menurut PUIL 2000.
Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur sampai 70oC.
Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas penuh (full netral) yang diisolir
terhadap pentanahan dan sebuah bus pentanahan yang telanjang, diklem dengan kuat pada
kerangka dan dilengkapi dengan klem untuk pengaman dari peralatan yang perlu ditanahkan. Dalam
hal ini konfigurasi bus-bar adalah 3 fasa –
4 kawat – 5 bus.
Semua hubungan dari bus-bar menuju pemutus daya atau saklar dengan arus lebih besar dari
63 A harus dilakukan melalui batang- batang tembaga dari jenis yang sama dengan bus-bar.
Untuk arus yang lebih kecil, diizinkan menggunakan kabel berisolasi
PVC (NYY atau NYA).
Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja yang menunjukkan ukuran-ukuran dari bus-
bar dan susunannya.
Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran sepanjang panel dan disediakan cara-cara untuk
penyambungan di kemudian hari.
Apabila saluran keluar (outgoing feeder) yang menuju ke satu terminal terdiri atas beberapa
buah kabel, tidak diperkenankan menumpuk lebih dari 2 (dua) buah sepatu kabel (cable shoes) pada
satu terminal atau bus-bar. Bila terjadi hal demikian, harus dilakukan dengan cara memasangkan
batang tembaga tambahan untuk menyatukan sepatu kabel (cable shoes) tersebut pada terminal
yang berlainan.

b.8. Alat-alat Ukur.


Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur dan trafo ukur seperti yang ditunjukkan di dalam
gambar rencana.
Bila digunakan Ampere meter selector switch (saklar pindah), pada
saat pemindahan pengukuran arus, saklar untuk Ampere meter harus dalam keadaan terhubung
singkat.
Meter-meter harus dari tipe besi putar (moving iron) khusus untuk dipasang secara tegak lurus di
pintu panel. Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5 dengan penunjukkan melingkar (minimum
90o), skala linier, dipasang secara flush dalam kotak tahan getaran, dengan
ukuran 96 mm. x 96 mm.
Posisi dari saklar putar untuk Volt meter dan Ampere meter harus ditandai dengan jelas.

b.8.1. Ampere meter (A-m).


ƒ Semua Ampere meter harus mempunyai kemampuan beban lebih sebesar 120% dari batas atas
penunjukannya selama
2 jam dan dilengkapi dengan penunjuk berwarna merah
(index pointer) untuk menandai besarnya arus beban penuh.

ƒ Ampere meter harus dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5 kW atau lebih pada
salah satu fasenya.
ƒ Ampere meter harus mampu menahan pergerakan yang timbul akibat arus start motor dan
mempunyai skala overload yang rapat (compressed) untuk keperluan pembacaan arus start
tersebut.
ƒ Pada Ampere meter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukan nol (zero adjusment)
berupa sekrup pemutar di bagian depan.

b.8.2. Volt meter (V-m).


ƒ Volt meter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan mempunyai skala penunjukan yang
lebar.
ƒ Volt meter dipasang di sisi daya masuk melalui sikring pengaman jenis HRC dengan arus nominal 3
A.
ƒ Pada volt meter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukan nol (zero adjusment) berupa
sekrup pemutar di bagian depan.

b.9. Trafo Arus.


Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam ruangan (indoor type), jenis jendela
dengan perbandingan kumparan yang sesuai dengan standar-standar VDE untuk keperluan
pengukuran. Pemasangan harus dilakukan secara kuat agar mampu menahan gaya-gaya
mekanis yang timbul pada waktu terjadinya hubungan singkat 3 fasa simetris.
Trafo arus untuk Ampere meter tidak boleh digunakan bersamaan dengan kWh meter. Trafo arus
harus terpisah dengan trafo kWh meter.

b.10. Kabel-Kabel kontrol.


Kabel kontrol (controlling wiring) dari panel-panel harus sudah dipasang di pabrik / bengkel secara
lengkap dan dibundel serta dilindungi terhadap kerusakan mekanis.
Ukuran kabel kontrol minimum 1,5 mm2 dari jenis NYMHY dengan tegangan nominal 600 Volt.
Pada setiap ujung kabel kontrol ataupun pengukuran harus dipasangkan sepatu kabel sesuai
dengan ukuran kabelnya dan dikencangkan dengan alat penekan (press tang / kraft tang) secara
baik, sehingga dapat dicegah terjadinya hubung longgar (lost contact). Setiap pemasangan
ujung kawat kontrol atau pengukuran pada terminal peralatan harus cukup kencang dan kokoh.

b.11. Merk Pabrik.


Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik. Peralatan-peralatan sejenis
harus dapat saling dipindahkan atau dipertukarkan tempatnya pada rangka panel.

b.12. Peralatan Pengaman / Pemutus Daya.

b.12.1. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB).


ƒ Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih kecil dari
800 A digunakan jenis rumah tuangan (moulded case circuit breaker – MCCB) yang memenuhi
standar BS 4752 Part 1
1977 atau IEC 157.1 dan sesuai untuk temperatur operasi
40o C ( fully tropicalized ) dan mampu beroperasi untuk tegangan 660 VAC dengan rating
1.000 VAC.
ƒ MCCB harus dapat dioperasikan secara “reverse feed” baik pada posisi horizontal maupun vertikal
tanpa mengurangi performance.
ƒ Kontak utama yang harus meneruskan arus beban harus terbuat dari bahan silver /
tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk menutup dan membuka kontak - kontak
utamanya secara menyapu (wiping action).
ƒ Mekanisme operasi harus dari jenis “quick make” dan “quick break” secara simultan pada ke-tiga /
ke-empat kutubnya sewaktu opening, closing maupun trip.
ƒ Mekanisme ini harus trip-free untuk mencegah kontak utama menutup kembali tanpa sengaja.
ƒ Handle toggle MCCB harus dapat membuka semua kutub (kontak utama) secara bersamaan
(simultan). Bila suatu arus kesalahan mengalir pada salah satukutub harus menyebabkan ketiga
kutub membuka secara bersamaan.
ƒ MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung pada masing- masing kutubnya yang dapat disetel
(adjustable) untuk arus beban lebih ( overload – inverse time ) secara mekanis dengan bimetal,
dan arus hubung – singkat ( overcurrent – instaneous ) secara mekanis dengan solenoid (magnetis).
ƒ Untuk motor protector, hanya dipasang magnetic overcurrent protection.
ƒ Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi operasi, yaitu : ON, OFF dan TRIP.
ƒ Kapasitas pemutus arus kesalahan (interrupting / breaking capacity) tidak kurang dari 50 kA.

b.12.2. Miniatur Circuit Breaker (MCB).


ƒ MCB yang digunakan harus memenuhi persyaratan BS 4752
/ Part 1 1977 atau IEC 157.1 (fully tropicalized), mampu beroperasi untuk tegangan sampai
660 VAC dengan rating
1.000 VAC.
ƒ MCB harus dapat dioperasikan secara “reverse feed”, baik pada posisi horizontal maupun
vertikal tanpa mengurangi performance.

ƒ Kontak utama yang meneruskan arus beban harus terbuat dari bahan silver / tungsten dan
mekanisme operasinya dirancang
untuk menutup dan membuka kontak - kontak utamanya secara menyapu (wiping action).
ƒ Mekanisme operasi harus dari jenis trip-free untuk mencegah kontak utama menutup kembali
tanpa sengaja.
ƒ Handle toggle MCB tiga fasa harus dapat membuka semua kutub (kontak utama) secara
bersamaan (simultan).
ƒ Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutub harus menyebabkan ketiga kutub
membuka secara bersamaan.
ƒ MCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung arus beban lebih (overload inverse time) secara mekanis
dengan bimetal dan arus hubung singkat (overcurrent instaneous) secara mekanis dengan solenoid
(magnetis).
ƒ Arus nominal dari draw out ACB, MCCB dan MCB harus sesuai dengan gambar, dengan
kapasitas pemutusan (breaking capacity) disesuaikan dengan letak pemutus daya tersebut.
ƒ Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus hubung singkat 3 fasa simetris yang
mungkin terjadi pada titik - titik beban dan menganjurkan jenis ACB, MCCB serta MCB yang sesuai.
ƒ Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya yang disarankan untuk digunakan harus disertakan
pada saat penawaran pekerjaan.

b.13. Terminal Pembantu.


Apabila untuk menuju suatu terminal pada panel tersebut digunakan beberapa kabel yang
disatukan pada terminal tersebut, Kontraktor harus juga menyediakan terminal pembantu yang
diperlukan. Terminal pembantu tersebut harus terbuat dari bahan yang sama dengan terminal
utama dengan kapasitas hantar arus yang sesuai dan dilubangi sesuai dengan ukuran sepatu kabel
yang digunakan.
Setiap mur baut yang digunakan harus dikencangkan dengan baik agar terhindar dari
kemungkinan hubungan longgar (lost contact).

5.1.9. Peralatan Penerangan.

a. Umum.
Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu, accessories, peralatan serta alat-alat lain
yang diperlukan untuk operasi yang lengkap dan sempurna dari semua peralatan penerangan.
Fixture harus seperti yang disyaratkan dan ditunjuk pada gambar-gambar.
b. Kualitas dan Pengerjaan.
Semua material dan accessories, baik yang disebut secara umum maupun khusus harus dari kualitas
terbaik.

Pengerjaan harus dari kelas satu dan menghasilkan armature setara dengan standar komersil yang
utama. Armatur harus sesuai dengan gambar dan skedul, atau seperti yang disyaratkan disini.
Semua fixture TL harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan
faktor kerja sehingga mencapai minimum 0,96. Ballast harus dari tipe low losses. Armatur ex ASAHI.

c. Jenis Armature.
c.1. Lampu-Lampu Fluorescent (TL).
Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe.
Untuk twin lamp atau double TL harus dirangkai secara lead-lag untuk meniadakan efek
stroboskopis.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus memenuhi standar PLN / SII /
LMK.

c.2. Lampu Down Light.


Lampu down light yang dipasangkan di ruang - ruang tertentu menggunakan jenis lampu
sesuai dengan gambar rencana.

c.3. Lampu Baret.


Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi, terbuat dari kaca susu dengan lampu
pijar ( incandescent ) atau lampu TL circle
32 W sesuai dengan kebutuhan.

c.4. Lampu Taman dan Lampu PJU.


Bentuk lampu taman dan lampu PJU sesuai dengan gambar rencana lengkap dengan tiang
diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasang box berisi fuse 2 A dan terminal penyambung kabel.
Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu tanam adalah NYM 3 x 2,5 mm2 dengan salah satu inti
kabel dipasang ke badan metal lampu untuk pentanahan.
d. Pemasangan.
ƒ Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh orang yang
berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
ƒ Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan bahan-bahan yang perlu agar diperoleh
hasil pemasangan yang baik.
ƒ Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa sehingga betul-betul lurus.
ƒ Armatur yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted) tidak boleh mempunyai
sela-sela diantara bagian-bagian fixture dan permukaan-permukaan di sebelahnya.
ƒ Setiap badan (rumah) lampu harus ditanahkan (grounded).

ƒ Pada waktu diselesaikannya pemasangan armatur penerangan, peralatan tersebut harus siap
untuk bekerja dengan baik dan berada dalam

kondisi sempurna serta bebas dari semua cacat / kekurangan.


ƒ Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan perlengkapannya harus menyala secara
lengkap.

Pasal 6

PENGUJIAN / PENYETELAN PERALATAN DAN SISTIM

6.1. Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk mengadakan pengujian


(testing) penyetelan serta commissioning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.

6.2. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang tergabung
dalam pekerjaan renovasi sistim listrik ini serta penyediaan semua instrumentasi dan tenaga kerja
harus dilaksanakan oleh Kontraktor.
Kontraktor harus menempatkan seorang ahli listrik yang berkompeten dan
berpengalaman untuk melaksanakan pengujian dan commissioning.

6.3. Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan


Konsultan Pengawas, antara lain :
ƒ Pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik perbagian ( section )
maupun keseluruhan ( overall ).
ƒ Pengujian pentanahan panel.
ƒ Pengujian kontinuitas konduktor.
ƒ Pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel daya.
ƒ Pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out).
ƒ Load testing.
ƒ Penyetelan semua peralatan pengaman ( overcurrent dan overload ) dan mencatat data setelan
yang dilakukan.
ƒ Semua instalasi listrik yang baru harus mendapat pengesahan dari PLN atau badan resmi yang
ditunjuk Konsultan Pengawas.

6.4 Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan syarat-syarat teknis yang telah diuraikan di atas atau
standar-standar yang berlaku dan dicatat serta dibuatkan berita acara pengujiannya.

BAB VIII

SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN


PLUMBING / SANITASI

Pasal 1
UMUM
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan disini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun
pengadaan material dan peralatan.
Dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-
syarat Teknis ini.

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing (pembuangan air
kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam dan di luar bangunan sampai suatu sistem
keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan testing terhadap
seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas) bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis
tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan, juga termasuk ke dalam
pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti
yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan,
walaupun tidak tercantum pada syarat-syarat teknis khusus atau gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut :

2.1. Instalasi Air Bersih


Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar bangunan,
lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi tekniknya.
Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi plumbing serta
peralatan-peralatannya.
Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh pompa yang
disediakan oleh Kontraktor.
Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan untuk seluruh
sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja dengan baik dan aman.
Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

2.2. Instalasi Air Kotor / Air Buangan

2.2.1. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan peralatan dan
berada di dalam bangunan, antara lain WC, urinoir, wastafel, floor drain, clean out dan lain
sebagainya.

2.2.2. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan dari dalam bangunan menuju
saluran drainase dan septic tank.

2.2.3. Pembuatan septic tank lengkap dengan pemipaan vent-out dan filternya.

2.2.4. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.

2.2.5. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.

2.2.6. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

Pasal 3
TEKNIS UMUM PELAKSANAAN

3.1. Pengecatan.

3.1.1. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung, rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan cat dasar
(prime coating).
Bahan cat yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan pengecatan yang sesuai dengan bahan
masing-masing.
3.1.2. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat / bahan-bahan sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan aluminium.

3.1.3. Untuk peralatan / bahan-bahan yang tampak, maka peralatan / bahan-bahan tersebut harus
dicat akhir dengan cat besi merk ICI, sebagai berikut :
Pipa air bersih : Biru ( ICI R 404-41001 ) Pipa drain / waste : Hitam ( ICI R
404-40009 ) Gantungan / support : Hitam ( ICI R 404-40009 ) Pipa hydrant :
Merah ( ICI R 404-40005 ) Panah pengarah : Putih ( ICI R 404-101 )

3.1.4. Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi peralatannya
dengan cat.
Sebelum mengerjakannya, Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang
hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu kepada Konsultan Pengawas.

3.2. Peralatan.

3.2.1. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat-tempat
rendah tertutup.

3.2.2. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tipe fitting untuk penempatan alat ukur yang
tidak dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.

3.2.3. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian tinggi
serta simetris.

3.2.4. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat-tempat
tertentu untuk menunjukkan arah aliran dengan cat.

3.2.5. Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air release valve serta
penampungannya pada tempat yang memungkinkan terjadinya pengumpulan udara.

3.3. Ukuran ( Dimensi )


Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus dita’ati oleh
Kontraktor.

Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terjadi perbedaan
antara satu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Konsultan Pengawas.

Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan penggambaran yang


diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

Pasal 4
INSTALASI AIR BERSIH

4.1. P i p a
Pipa dengan diameter 1” s/d. 3”, baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang menuju
fixtures menggunakan pipa PVC tipe AW.
Pipa ex WAVIN.

4.2. Fitting
Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.

4.3. Valves
Valve dengan diameter lebih kecil dari 3” diperkenankan menggunakan sambungan ulir (screwed)
Valve pada fixture dari brass metal atau bahan yang tidak berkarat, khusus dibuat untuk fixture
tersebut, harus mengkilat tanpa cacat.
Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar dengan pipanya.
Semua valve dari merk KITAZAWA atau yang setara. Setiap penawaran harus dilengkapi dengan
brosur / katalog dari pabrik pembuat.
Kelas valve yang digunakan adalah pn 150 ( 150 psi ).

4.4. Bak Kontrol Untuk Water Meter Dan Valve.


Bak kontrol untuk pipa penyambung dari jaringan utama sistem distribusi air bersih, terbuat dari
beton tulangan yang lengkap dengan tutup beton yang dapat dengan mudah dibuka / diangkat
serta dikunci.

4.5. Pemasangan Pipa.

4.5.1. Pipa Tegak


Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok / lantai. Kontraktor harus membuat
alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada tembok sesuai pada kebutuhan pipa.
Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji; harus ditutup kembali sehingga tidak kelihatan dari luar.
Cara penutupan kembali harus seperti semula dan di-finish yang rapi sehingga tidak terlihat bekas-
bekas dari bobokan.

4.5.2. Pipa Mendatar.


Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus dipasang dengan penyangga
(support) atau penggantung (hanger).
Jarak antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan dengan keadaan lapangan.

4.5.3. Penyambung Pipa.


a. Sambungan Ulir.
Penyambungan ulir antara pipa dengan fitting dilakukan untuk pipa dengan diameter sampai 40
mm ( 1½” ).
Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa, sehingga fitting dapat masuk pada pipa
dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir. Semua sambungan ulir harus menggunakan perapatan
henep dan zinkwite dengan campuran minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda.
Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan dengan reamer.
Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

b. Sambungan Lem.
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang sesuai dengan jenis pipa
dan menurut rekomendasi pabrik.
Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan dengan alat press khusus.
Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.
c. Sambungan Las.
Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum. Sambungan las ini berlaku antara
pipa baja dan fitting las, dengan kawat las / elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mendapatkan ijin tertulis
dari Konsultan Pengawas.
Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu
d. Sleeves.
Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus beton.
Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan ruang
longgar di luar pipa maupun isolasi.
Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang atau baja.
Untuk yang diinginkan kedap air, harus dilengkapi dengan sayap / flens /
waterstop.
Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air (water
proofing) harus dari jenis flushing sleeves.
Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal
atau caulk.

4.5.4. Penanaman Pipa di Dalam Tanah.


a. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. b. Diberi pasir urug padat setebal 10
cm.
c. Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang dalamnya
50 mm. untuk penempatan pipa sambungan pipa.

d. Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran.

e. Setelah hasilnya baik, ditimbun kembali dengan pasir urug padat setebal
15 cm. dihitung dari atas pipa.

f. Di sekitar fitting dari pipa harus dipasang balok / penguat dari beton agar fitting-fitting tidak
bergerak jika beban tekan diberikan.

g. Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan semula.
4.5.5. Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.
a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan tekanan hidrolis 15
Kg / Cm2 selama 24 jam tanpa terjadi perubahan / penurunan tekanan.

b. Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor.

c. Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas atau yang dikuasakan untuk itu.

d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, Kontraktor harus memperbaiki bagian-bagian yang
rusak dan melakukan pengujian kembali sampai berhasil dengan baik.

e. Dalam hal ini, semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya pemakaian air dan listrik.

4.5.6. Pengujian sistem kerja (Trial Run).


Setelah semua instalasi air bersih lengkap terpasang, termasuk penyambungan ke pipa distribusi,
Kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap sistem kerja (trial run) dari seluruh instalasi
air bersih yang disaksikan oleh Konsultan Pengawas atau yang ditunjuk untuk itu sampai sistem bisa
bekerja dengan baik.

4.5.7. Pekerjaan Lain-Lain.


Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah pembobokan
dinding / selokan, penggalian dan pengangkutan tanah dari hasil galian dan lain-lain yang ditemui di
site, serta memperbaiki kembali seperti semula.

Pasal 5
INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN

5.1. Material

5.1.1. Pipa di Dalam Bangunan.


Pipa dengan ukuran ∅ 1½” - ∅ 4” baik pipa utama maupun pipa cabang menggunakan PVC kelas
AW.
Pipa PVC ex WAVIN.

5.1.2. Pipa di Luar Bangunan.


Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase menggunakan pipa PVC kelas AW.
Pipa PVC ex WAVIN.

5.1.3. Accessories.
a. Fitting dari PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat dengan cara injection moulding.
b. Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
c. Saringan air hujan / roof drain terbuat dari besi tulang atau fiber glass, yang mempunyai bentuk
badan cembung yang berfungsi sebagai sediment bowl.

5.2. Cara Pemasangan Pipa


5.2.1. Pipa Di Dalam Bangunan ( Termasuk Pipa Vent ). a. Pipa Mendatar.
Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 – 2 %. Perletakan pipa harus diusahakan berada pada
tempat yang tersembunyi baik di dinding / tembok maupun pada ruang yang berada di bawah lantai.
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus menggunakan fitting dengan
sudut 45o ( misalnya Y branch dan sebagainya) jenis long radius.

b. Pipa Di Dalam Tanah.


Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah / jalan dengan tebal
/ tinggi timbunan minimal 80 cm. diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah / lantai.
Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir
urug dipadatkan setebal 10 cm. Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa
kemudian diurug dengan tanah sampai padat. Konstruksi permukaan tanah / lantai bekas galian
harus dikembalikan seperti semula.

c. Penanaman pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap sambungan pipa harus
dibuat galian yang dalamnya 50 mm.
Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas
(vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 – 2 % dari titik mula di dalam gedung
sampai ke saluran drainase.
5.2.2. Pipa Saluran Luapan Septic Tank.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah / jalan, dengan kemiringan 1 – 2 % dari
titik permulaan septic tank ke drainase kota.
Ntuk perletakan pipa yang melintasi jalan kendaraan dengan kedalaman kurang dari 90 cm,
pada bagian atas pipa harus dilindungi pelat beton bertulang dengan tebal 10 cm. Pelat beton
tersebut tidak tertumpu pada pipa.

5.2.3. Penyambungan Pipa.


a. Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai dasar harus
disambungkan dengan rubber ring joint (RRJ).
b. Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement.
c. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan terlebih dahulu
sehingga bebas dari kotoran dan lemak.
d. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam dari pipa yang akan
saling melekat.
e. Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam dari pipa yang akan disambung
harus bebas dari benda-benda / kotoran yang dapat mengganggu kelancaran air di dalam pipa.

5.3. Cara Pemasangan Floor Drain Dan Clean Out.

Floor drain dan clean out harus dipasang sesuai dengan gambar perencanaan. Penyambungan
dengan pipa harus dilakukan secara ulir (screw) dan membentuk sudut 45o dengan pipa
utamanya.

5.4. Pengujian.

5.4.1. Seluruh sistem air kotor / buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum disambung ke
peralatan. Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm2 dan tekanan pengujian adalah 15
kg/cm2.

5.4.2. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan ditutup rapat.
Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan sebelum pemipaan
disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan dengan air. Pemeriksaan
dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus tidak terjadi pengurangan volume air.

5.4.3. Peralatan dan bahan untuk pengujian disediakan oleh Kontraktor.

5.4.4. Kontraktor harus memperbaiki segala cacat dan kekurangan-kekurangannya.

5.4.5. Konsultan Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini dianggap perlu.

5.4.6. Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan,
maka biaya pengujian / pengulangan pengujian adalah termasuk tenggung jawab Kontraktor.

5.4.7. Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian dinyatakan baik oleh
Konsultan Pengawas.

Pasal 6
PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR - POMPA

6.1. Pompa Air Bersih.

6.1.1. Pompa-pompa dari jenis non-self priming dengan efisiensi minimum 70%
pada sekitar + 10 % dari titik kerjanya.

6.1.2. Pompa dan motor khusus dirancang untuk mentransfer air minum.

6.1.3. Seal menggunakan jenis maintenance free-mechanical seal.

6.1.4. Badan pompa menggunakan bsi cor (cast iron) kualitas ductile yang khusus untuk air minum.

6.1.5. Sudu (impeller) dan guide vane menggunakan stainless-steel atau sejenisnya yang khusus
untuk air minum.
6.1.6. Poros menggunakan baja tahan karat (stainless-steel), shaft seal faces terbuat dari tungsteen
carbide.

6.1.7. Bantalan menggunakan bantalan luncur tanpa pelumasan khusus selain air.

6.1.8. Pompa, poros dan kopling harus terbalans secara baik.

6.1.9. Pompa dikonstruksikan menyatu dengan motornya pada landasan baja tunggal (base
plate).

6.1.10. Setiap pompa harus dibuatkan saluran pembuangan (drainase) bocoran air ke saluran
buangan terdekat (lihat gambar rencana).

6.1.11. Secara utuh, pompa dan motor tidak boleh menimbulkan getaran dan suara di atas normal
( 50 dB A ).

6.1.12. Pompa dan motor dihubungkan secara langsung (direct driven) dengan kopling fleksibel.

6.1.13. Pompa dilengkapi dengan pipa priming yang diambil dari priming tank.

6.1.14. Setiap pompa harus dilengkapi dengan automatic stop switch yang mendapat sinyal dari
water level control yang diletakan di dalam ground reservoir.

6.2. Motor Untuk Pompa Air Bersih.

6.2.1. Motor adalah jenis motor induksi rotor sangkar.

6.2.2. Motor sesuai untuk bekerja pada jaringan listrik 220 / 380 V, 3 fasa, 50 Hz.

6.2.3. Motor di atas 2,5 KW menggunakan starter star-delta otomatis, sedangkan untuk motor
dengan daya kurang dari 2,5 KW menggunakan starter direct- on-line (DOL).
Perintah start otomatis berasal dari pressure switch yang diletakan di pemipaan header.
6.2.4. Belitan motor menggunakan isolasi kelas F.

6.2.5. Motor setidaknya dilindungi dengan :


x Automatic short circuit / over curren protector
x Automatic thermal protection relay
x Automatic under voltage dan phase failure cut off relay.

Anda mungkin juga menyukai