Abstrak :
Perencanaan yang baik terkadang meleset dalam pelaksanaannya, yang akibatnya akan
berdampak pada masyarakat pengguna jalan. Komposisi gradasi perkerasan lentur yang digunakan
sering tidak sesuai dengan desain perencanaan dan peruntukkannya.
Banyak upaya yang dilakukan untuk melihat kembali komposisi yang digunakan gradasi yang
digunakan. Diantaranya dengan melihat perbandingan gradasi gabungan di laboratorium dengan
gradasi gabungan pada unit Hot Feed Bin di Asphalt Mixing Plant (AMP) yang berbeda jauh,
juga sering menghadapi kendala akibat tidak pernah diadakan kalibrasi pada saringan yang ada
pada unit Hot Feed Bin di AMP.
Dari faktor sumber daya manusia sering diakibatkan oleh sikap para operator pelaksana
perkerjaan konstruksi jalan yang amat sering mengabaikan pentingnya pengukuran dan kalibrasi
gradasi gabungan di laboratorium, maupun gradasi gabungan di unit Hot Feed Bin di Asphalt
Mixing Plant (AMP). Sering terjadinya pencampur-bauran agregat dalam muatan bin, tipe yang
benar dari feeders, termasuk tipe belt untuk agregat pasir halus, pintu feeders jarang dikalibrasi
secara tepat dan terpasang dengan kuat, tidak terjaganya secara terpisah ukuran agregat di lokasi
stockpile, menjadi penyebab penyimpangan pada Job Mix Agregate Formula (JMAGF).
Penelitian komparasi aplikasi gradasi gabungan di laboratorium dan gradasi di unit Hot Feed
Bin Asphalt Mixing Plant (AMP) yang mengacu pada Spesifikasi Baru Beton Aspal Campuran
Panas perlu dilakukan untuk mendapatkan kinerja gradasi Job Mix Agregate Formula (JMAGF)
campuran Lataston (HRS – Base) di Laboratorium dan membandingkannya dengan gradasi Job
Mix Agregate Formula (JMAGF) dengan kadar aspal yang sama campuran Lataston (HRS -Base)
di unit Hot Feed Bin Asphalt Mixing Plant (AMP).
Kata kunci: AMP, JMF, Karakteristik Marshall.
158
Daga1, Paling2, Lay3, Adalah Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang
159 JUTEKS Jurnal Teknik Sipil Volume 2 Nomor 2 Oktober 2017
untuk mencari upaya yang dapat meningkatkan terhadap karakteristik uji Marshall, yang
pembinaan jalan secara efektif dan efisien, baik mengacu pada Spesifikasi Baru Beton Aspal
pada pembangunan jalan baru maupun pada Campuran Panas.
pelaksanaan pemeliharaan / peningkatan jalan
yang ada. 2. KAJIAN PUSTAKA
Perencanaan yang baik terkadang meleset 2.1. Campuran Beraspal Panas
dalam pelaksanaannya, yang akibatnya akan
Dalam spesifikasi terdapat beberapa jenis
berdampak pada masyarakat pengguna jalan.
campuran beraspal, yaitu :
Komposisi gradasi perkerasan lentur yang
a. Latasir (Lapis Tipis Aspal Pasir)
digunakan sering tidak sesuai dengan desain
b.Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton)
perencanaan dan peruntukkannya. Banyak
c. Laston (Lapis Aspal Beton)
upaya yang dilakukan untuk melihat kembali
komposisi yang digunakan gradasi yang a.Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir, HRSS)
digunakan. Diantaranya dengan melihat perban- kelas A dan B
dingan gradasi gabungan di laboratorium Campuran ini dimaksudkan untuk jalan
dengan gradasi gabungan pada unit Hot Feed dengan lalu-lintas ringan (< 0,5 juta ESA/
Bin di Asphalt Mixing Plant (AMP) yang tahun), terutama di daerah dimana batu pecah
berbeda jauh, juga sering menghadapi kendala sulit diperoleh, biasa digunakan untuk lapis
akibat tidak pernah diadakan kalibrasi pada permukaan.
saringan yang ada pada unit Hot Feed Bin di Pemilihan Latasir kelas A atau B tergantung
AMP. Dari faktor sumber daya manusia sering pada gradasi pasir yang digunakan. Campuran
diakibatkan oleh sikap para operator pelaksana Latasir biasanya memerlukan tambahan bahan
perkerjaan konstruksi jalan yang amat sering pengisi untuk memenuhi sifat-sifat campuran
mengabaikan pentingnya pengukuran dan yang disyaratkan. Campuran jenis ini
kalibrasi gradasi gabungan di laboratorium, umumnya mempunyai daya tahan yang relatif
maupun gradasi gabungan di unit Hot Feed Bin rendah terhadap terjadinya alur, karena itu
di Asphalt Mixing Plant (AMP). tidak dibenarkan dipasang dengan lapisan
Sering terjadinya pencampur-bauran agre- yang tebal, pada jalan dengan lalu-lintas berat
gat dalam muatan bin, tipe yang benar dari atau pada daerah tanjakan.
feeders, termasuk tipe belt untuk agregat pasir
b.Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston, HRS)
halus, pintu feeders jarang dikalibrasi secara
tepat dan terpasang dengan kuat, tidak Terdapat dua jenis campuran Lataston yaitu
terjaganya secara terpisah ukuran agregat di lapis permukaan (HRS-wearing course) dan
lokasi stockpile, menjadi penyebab penyim- Lataston untuk lapis pondasi (HRS-Base).
pangan pada Job Mix Agregate Formula Perbedaan keduanya adalah gradasi Lataston
(JMAGF). untuk lapis permukaan lebih halus dibanding-
Serta contoh asal agregat berasal dari kan gradasi Lataston untuk lapis pondasi,
Lokasi stockpile yang berada pada kali Ex Pariti Lataston untuk lapis permukaan mempunyai
Bipolo – Kabupaten Kupang, lokasi stockpile tekstur yang lebih halus dibandingkan
yang sering digunakan membuat minimnya Lataston untuk lapis pondasi. Lataston
pengawasan pada proses pencampur-bauran sebaiknya digunakan pada jalan dengan lalu-
agregat. lintas ringan sampai sedang (< 1.000.000
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu ESA).
dilakukan penelitian komparasi aplikasi gradasi Gradasi agregat harus benar-benar senjang.
gabungan di laboratorium dan gradasi di unit Untuk memperolehnya, hampir selalu
Hot Feed Bin Asphalt Mixing Plant (AMP) diperlukan gabungan antara pasir halus
Bipolo pada campuran Lataston (HRS – Base) dengan batu pecah.
Daga1, Paling2, Lay3, Aplikasi Gradasi Gabungan Di Laboratorium Dan Gradasi Hot Bin Asphalt Mixing
Plant Campuran Lataston (HRS - Base) Terhadap Karakteristik Marshall
160
Spesifikasi untuk Lataston yang akan Tabel 2.2. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran
digunakan, sebagaiamana diperlihatkan pada Laston untuk Lalu Lintas
tabel berikut :
Laston
Tabel 2.1. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Sifat – sifat Campuran Ba
WC BC
Lataston untuk Lalu-lintas se
Penyerapan Aspal (%) Max 1,2
Lataston
Sifat – sifat Campuran WC BC
Jumlah tumbukan per
75 2 (*)
bidang
Penyerapan Aspal (%) Max 1,7
Rongga dalam campuran Min 3,5
Jumlah tumbukan per bidang 75
Min 3,0 (%) Max 5,5
Rongga dalam campuran (%) Rongga dalam Agregat
Max 6,0 Min 15 14
Rongga dalam Agregat (VMA) (VMA) (%)
Min 18 17 Rongga terisi aspal (%) Min 65 63
(%)
Rongga terisi aspal (%) Min 68 00
Stabilitas Marshall (%) Min 800 Min 800
Stabilitas Marshall (%)
Pelelehan (mm) Min 3 Max -
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250
Pelelehan (mm) Min 3 *)
Stabilitas Marshall sisa (%)
Marshall Quotient
setelah perendaman selama 24 Min `75 Min 250 0
jam, 60C
(kg/mm)
Stabilitas Marshall sisa
Rongga dalam campuran (%)
pada Kepadatan membal ( refusal Min 2
(%) setelah perendaman Min 75
) selama 24 jam, 60C
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal Rongga dalam campuran
panas. (%) pada Kepadatan Min 2,5
membal ( refusal )
c. Lapis Aspal Beton (Laston, AC) Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal
Laston (AC) yang umum dikenal terdiri dari panas.
tiga, yaitu AC-base, AC-WC1 (AC-binder),
dan AC-WC2 (AC-WC). Ukuran butir 2.2. Pengertian Agregat dan Spesifikasinya
maksimum ketiganya adalah berturut-turut 11/
Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku
2 inchi, 1 inchi, dan ¾ inchi.
yang digunakan sebagai bahan campuran yang
Laston dapat digunakan untuk lapis permu-
berupa berbagai jenis butiran atau pecahan yang
kaan, lapis antara dan lapisan pondasi pada
termasuk di dalamnya antara lain pasir, kerikil,
jalan dengan lalu-lintas ringan sampai lalu-
agregat pecah, terak dapur tinggi.
lintas berat. Perbedaan utama dari masing-
Agregat adalah suatu kombinasi dari pasir,
masing peruntuk tersebut adalah pada ukuran
kerikil, batu pecah atau kombinasi material lain
butir maksimum yang digunakan.
yang digunakan dalam campuran beton aspal.
Pemilihan ukuran butir maksimum disesuai-
Proporsi agregat kasar, agregat halus dan
kan dengan rencana tebal penghamparan, bahan pengisi (filler) didasarkan kepada
tebal hamparan padat minimum setebal 2 kali
spesifikasi dan gradasi yang tersedia. Jumlah
ukuran butir maksimum untuk menjamin teks-
agregat di dalam campuran aspal biasanya 90
tur permukaan dan ikatan antar butir yang
sampai 95 persen dari berat, atau 75 sampai 85
baik. Untuk lapis permukaan diperlukan teks-
persen dari volume. Agregat dapat diperoleh
tur yang lebih rapat sehingga lebih kedap ter-
secara alami atau buatan. Agregat yang terjadi
hadap air dan memberi kekesatan yang cukup. secara alami adalah pasir, kerikil, dan batu.
Spesifikasi untuk Laston yang akan diguna-
Kebanyakan agregat memerlukan beberapa
kan, sebagaimana diperlihatkan pada tabel proses seperti dipecah, dicuci sebelum agregat
berikut :
161 JUTEKS Jurnal Teknik Sipil Volume 2 Nomor 2 Oktober 2017
tersebut bisa digunakan. Dalam campuran aspal Keausan / Los SNI 03-
3 2417-1991 < 40%
Shell (1990) mengelompokkan aggregate angeles abration test
menjadi 3 (tiga), yaitu : Kelekatan agregat SNI 06-
4 2439-1991 > 95%
terhadap aspal
a.Agregat Kasar Partikel pipih dan ASTM D- Maks
Agregat kasar yaitu batuan yang tertahan di 5
lonjong 4791 10%
saringan 2,36 mm, atau sama dengan saringan Agregat Halus
standar ASTM No. 8. Dalam campuran agregat SNI 03-
1 Penyerapan air 1970-1990 < 3%
- aspal, agregat kasar sangat penting dalam
membentuk kinerja karena stabilitas dari SNI 03-
2 Berat jenis 1970-1990 > 2,5
campuran diperoleh dari interlocking antar
AASHTO T-
agregat. 3 Ekivalent pasir > 50%
176
b.Agregat halus Filler
Agregat halus yaitu batuan yang lolos saringan SNI 15- 0,5- 9
1 Berat jenis 2531-199 gr/m3
No. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada saringan
No. 200 (0,075 mm). Fungsi utama agregat Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal
halus adalah memberikan stabilitas dan panas.
mengurangi deformasi permanen dari
campuran melalui interlocking dan gesekan 2.3. Gradasi Campuran HRS – Base
antar partikel. Gradasi atau distribusi partikel-partikel
c. Mineral pengisi (filler) berdasarkan ukuran agregat merupakan hal yang
Mineral pengisi (filler) yaitu material yang penting dalam menentukan karakteristik perke-
lolos saringan No. 200 (0,075mm). Filler rasan. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya
dapat berfungsi untuk mengurangi jumlah rongga antar butir yang akan menentukan
rongga dalam campuran, namun demikian karakteristik dalam proses pelaksanaan di
jumlah filler harus dibatasi pada suatu batas laboratorium maupun di lapangan (AMP).
yang menguntungkan. Terlampau tinggi kadar Gradasi agregat dapat dibedakan atas :
filler cenderung menyebabkan campuran a. Gradasi seragam (uniform graded) adalah
menjadi getas dan akibatnya akan mudah retak agregat dengan ukuran yang hampir sama/
akibat beban lalu lintas, pada sisi lain kadar sejenis atau mengandung agregat halus yang
filler yang terlampau rendah menyebabkan sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat
campuran menjadi lembek pada temperatur mengisi rongga antar agregat. Gradasi
yang relatif tinggi. seragam disebut juga gradasi terbuka. Agregat
Agregat yang akan digunakan sebagai dengan gradasi seragam akan menghasilkan
campuran beraspal panas HRS - Base harus lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas
memenuhi persyaratan seperti tercantum pada tinggi, stabilitas kurang, berat volume kecil.
Tabel 2.3. sebagai berikut : b.Gradasi rapat, merupakan campuran agregat
kasar dan halus dalam porsi yang seimbang,
Tabel. 2.3. Pengujian dan persyaratan untuk sehingga dinamakan juga agregat bergradasi
agregat dan filler. baik. Gradasi rapat akan menghasilkan lapisan
Pengujian perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang
No. Metode Syarat kedap air, sifat drainase jelek dan berat volume
Agregat Kasar besar.
SNI 03- c. Gradasi senjang (gap graded), merupakan
1 Penyerapan air 1969-1990 < 3% campuran yang tidak memenuhi 2 (dua)
SNI 03- kategori di atas. Aggregate bergradasi buruk
2 Berat jenis 1970-1990 > 2,5
yang umum digunakan untuk lapisan
Daga1, Paling2, Lay3, Aplikasi Gradasi Gabungan Di Laboratorium Dan Gradasi Hot Bin Asphalt Mixing
Plant Campuran Lataston (HRS - Base) Terhadap Karakteristik Marshall
162
perkerasan lentur merupakan campuran beban lalu lintas tanpa mengalami keretakan
dengan 1 fraksi hilang atau 1 fraksi sedikit. yang disebabkan oleh :
Gradasi seperti ini juga disebut gradasi 1).Beban yang berlangsung lama yang
senjang. Gradasi senjang akan menghasilkan berakibat terjadinya kelelahan pada lapis
lapis perkerasan yang mutunya terletak antara pondasi atau pada tanah dasar yang
kedua jenis di atas. disebabkan oleh pembebanan sebelumnya.
Penentuan distribusi ukuran aggregat akan 2).Lendutan berulang yang disebabkan oleh
mempengaruhi kekakuan jenis campuran aspal. waktu pembebanan lalu lintas yang
Gradasi rapat akan menghasilkan campuran berlangsung singkat.
dengan kekakuan yang lebih besar dibandingkan 3).Adanya perubahan volume campuran.
gradasi terbuka. Dari segi kelelehan, kekakuan c. Durabilitas adalah kemampuan campuran
adalah suatu hal yang penting karena akan aspal untuk mempertahankan kualitasnya dari
mempengaruhi tegangan dan regangan yang disintegrasi atas unsur-unsur pembentuknya
diderita campuran beraspal panas akibat beban yang diakibatkan oleh beban lalu lintas dan
dinamik lalu lintas. pengaruh cuaca.
Spesifikasi baru beton aspal menetapkan Campuran aspal harus mampu bertahan terha-
gradasi dengan 2 (dua) spesifikasi khusus yaitu dap perubahan yang disebabkan oleh :
target gradasi berada dalam batas titik-titik 1).Proses penuaan pada aspal dimana aspal
kontrol dan menghindari daerah penolakan akan menjadi lebih keras. Hal ini disebabkan
seperti tabel dan gambar berikut. oleh pengaruh oksidasi dari udara dan
Titik-titik kontrol berfungsi sebagai batas proses penguapan yang berakibat akan
rentang dimana suatu target gradasi harus lewat menurunkan daya lekat dan kekenyalan
titik-titik tersebut diletakkan di ukuran aspal.
maksimum nominal dan dipertengahan saringan 2).Pengaruh air yang menyebabkan kerusakan
(2,36 mm) dan ukuran saringan terkecil (0,075 atau kehilangan sifat lekat antara aspal dan
mm). material lainnya.
d. Impermeability adalah campuran aspal harus
2.4. Persyaratan Perencanaan Campuran bersifat kedap air untuk melindungi lapisan
Beraspal Panas perkerasan di bawahnya dari kerusakan yang
Perencanaan campuran mencakup kegiatan disebabkan oleh air yang akan mengakibatkan
pemilihan dan penentuan proporsi material campuran menjadi kehilangan kekuatan dan
untuk mencapai sifat-sifat akhir dari campuran kemampuan untuk menahan beban lalu lintas.
aspal yang diinginkan 02 Asphalt Institute e. Pemadatan adalah proses pemampatan yang
1995). Tujuan dari perencanaan campuran aspal memberikan volume terkecil, menggelincir
adalah untuk mendapatkan campuran efektif rongga sehingga batas yang disyaratkan dan
dari gradasi agregat dan aspal yang akan menambah kepadatan optimal. Mengingat
menghasilkan campuran aspal yang memiliki efek yang timbul oleh pengaruh udara, air serta
sifat-sifat campuran sebagai berikut : pembebanan oleh arus lalu lintas apabila
a. Stabilitas adalah kemampuan campuran aspal rongga dalam campuran tidak memenuhi
untuk menahan deformasi permanen yang syarat yang ditentukan. Hal ini harus dihindari
disebabkan oleh lalu lintas, baik beban yang supaya tidak terjadi penyimpangan. Pada
bersifat statis maupun dinamis sehingga cam- pelaksanaan pemadatan dilapangan sangat
puran akan tidak mudah aus, bergelombang, rawan akan terjadinya penyimpangan, baik
melendut, bergeser dan lain-lain. alat-alat yang digunakan tidak sesuai standar
b.Fleksibilitas adalah kemampuan campuran yang ditetapkan maupun jumlah lintasannya.
aspal untuk menahan terhadap defleksi akibat Hughes dalam Fauziah (2001) menyatakan
163 JUTEKS Jurnal Teknik Sipil Volume 2 Nomor 2 Oktober 2017
bahwa sifat fisik maupun mekanis campuran mengorbankan keawetan dan ketahanan
aspal sangat dipengaruhi oleh teknik campuran terhadap fatig. Salah satu jenis
pemadatan benda uji, untuk itu pemilihan campuran yang dirangkum dalam spesifikasi
teknik pemadatan laboratorium berpengaruh baru tersebut adalah HOT ROLLED SHEET -
sangat nyata terhadap campuran aspal sebagai BASE ( HRS - Base ).
bahan pembentuk lapis perkerasan jalan.
Pemadatan pada hakekatnya adalah untuk 2.5. Pengujian Analisa campuran HRS - Base.
memperluas bidang sentuh antar butiran, Parameter dan formula untuk menganalisa
sehingga mempertinggi internal friction yaitu campuran aspal panas adalah sebagai berikut :
gesekan antar butiran agregat dalam
a. Berat Jenis Bulk dari Total Agregat :
campuran. Pemadatan merupakan suatu upaya
untuk memperkecil jumlah VIM, sehingga
memperoleh nilai struktural yang diharapkan.
f. Dalam uji soundness test menggunakan
larutan kimia “Natrium Sulfat” sebesar 41,6 b. Berat Jenis Aparent dari Total Agregat
gram, untuk mengetahui persen berat lolos
akibat larutan zat kimia tersebut dengan batas
maksimal 12 %, lebih dari 12 % bahan material
kualitasnya buruk.
g. Syarat persentase Combine Grading Cold Bin c. Berat Jenis Efektif dari Total Agregat
untuk AC – Base (persentase MA < CA 1-2 <
CA 2-3 ), AC – BC ( persentase MA < CA 1-
2), dan AC-WC (MA > CA 1-2 agar lapis
permukaan lebih padat dan rongga semakin
kecil) dan untuk filler 1-2 % serta abu batu d.Berat Jenis Teoritikal Maksimum dari Cam-
mendekati 50 % atau lebih. puran (Compacted Mixture)
h. Syarat persentase Combine Grading Hot Bin
Untuk AC – Base (Hot bin 2-5 memiliki
perbandingan yang hampir sama), AC-BC
(Hot bin 2-4 memiliki perbandingan yang
e. Rongga Udara dalam Campuran (Void in the
hampir sama), AC-WC (Hot Bin 2 > Hot Bin
Compated Mixture) dalam persen terhadap
3) dan hot bin 1 mendekati 50 % serta filler
total volume :
1-2 %.
i. Faktor Surface Area ialah sebagai berikut
( 0,41 , 0,41 , 0,82 , 1,64 , 2,87 , 6,14 ,
12,29 dan 32,77). Faktor Surface Area
tersebut akan dikalikan dengan kombinasi f. Rongga dalam mineral agregat (Void in the
gradasi yang telah didapat sebelumnya. Mineral Aggregate) dalam persen terhadap
j. Rongga kepadatan membal 2% minimum total volume :
dengan tumbukan 2x 400
k. Tebal selimut aspal bitumen minimum
didapat 8 micron. g. Berat isi atau kepadatan (density) :
Daga1, Paling2, Lay3, Aplikasi Gradasi Gabungan Di Laboratorium Dan Gradasi Hot Bin Asphalt Mixing
Plant Campuran Lataston (HRS - Base) Terhadap Karakteristik Marshall
164
h.Persen rongga terisi aspal (Void Filled with Corp of Engineers, melanjutkan penelitian
Asphalt) dalam persen terhadap VMA : dengan intensif dan mempelajari hal-hal yang
ada kaitannya, selanjutnya meningkatkan dan
menambah kelengkapan pada prosedur
pengujian Marshall dan pada akhirnya
i. Marshall Quotient ( MQ ) mengembangkan criteria rancangan campuran
pengujiannya, kemudian distandarisasikan di
dalam American Society for Testing and
Material 1989(ASTM d-1559).
Keterangan : Dua parameter penting yang ditentukan
Gsb = Berat Jenis Bulk total agregat dalam dalam pengujian tersebut, seperti beban
gr/cc maksimum yang dapat dipikul benda uji sebelum
P1, P2, P3, ..., Pn = Persen berat dari agregat 1, hancur atau Marshall Stability dan deformasi
2, 3, ..., n permanen dari sampel sebelum hancur, yang
Gsb1, Gsb2., Gsbn = Berat Jenis Bulk dari disebut Marshall Flow, serta turunan dari
agregat 1, 2, 3, ..., n keduanya yang merupakan perbandingan antara
Gsa = Berat Jenis Apparent dari total agregat Marshall Stability dengan Marshall Flow yang
Gsa1, Gsa2, , ..., Gsan = Berat Jenis Apparent diebut dengan Marshall Quotient, yang
dari agregat 1, 2, 3, ..., n merupakan nilai kekakuan berkembang (speudo
Gse = Berat Jenis Efektif dari total agregat stiffness), yang menunjukkan ketahanan
Gmm = Berat Jenis Teoritis maksimum dari campuran beraspal terhadap deformasi
campuran padat tanpa rongga udara. permanen (Shell, 1990).
Pmm = Total campuran yang hilang. Pada sebagian besar agregat, daya ikat
Persen dari total campuran = 100 % terhadap air jauh lebih besar jika dibandingkan
Pb = Kadar aspal dari total berat campuran terhadap aspal, karena air memiliki wetting
Gb = Berat Jenis dari aspal power yang jauh lebih besar dari aspal.
Ps = Persentase agregat, persen dari total Keberadaan debu yang berlebihan pada agregat
berat campuran juga akan berakibat kegagalan pengikatan
Gmb = Berat Jenis Bulk dari campuran ataupun berakibat munculnya potensi
VIM = Void in the Mix (Persen rongga dalam kehilangan daya ikat campuran beraspal.
campuran), Persen dari total volume Uji perendaman Marshall (Marshall
VMA = Void in Mineral Aggregate (Persen Immersion Test) merupakan uji lanjutan dari uji
rongga dalam mineral agregat), persen Marshall sebelumnya, dengan maksud
dari volume bulk mengukur ketahanan daya ikat/adhesi campuran
VFA = Rongga udara yang terisi aspal, beraspal terhadap pengaruh air dan suhu (water
prosentase dari VMA sensitivity and temperature susceptibility). Ada
MS = Stabilitas Marshall beberapa cara yang digunakan untuk menilai
MF = Marshall Flow (kelelehan) tingkat durabilitas campuran beraspal, salah
MQ = Marshall Quotient satunya adalah dengan mencari Marshall
Retained Strenght Index atau dengan cara lain
2.6. Metode Pengujian Marshall Test. yaitu dengan menghitung Indeks Penurunan
Konsep dasar dari metode Marshall dalam Stabilitas. Perbedaan keduanya adalah dasar
campuran aspal dikembangkan oleh Bruce perbandingan dari variasi lamanya perendaman
Marshall, seorang insinyur bahan aspal dalam alat waterbath. Prosedur pengujian
bersama-sama dengan The Mississippi State durabilitas mengikuti rujukan SNI M-58-2990.
Highway Department. Kemudian The U.S. Army
165 JUTEKS Jurnal Teknik Sipil Volume 2 Nomor 2 Oktober 2017
yang merupakan perbandingan antara berat tiga kadar aspal yaitu (6 %, 6,5 %, 7 %) dengan
benda uji semula dikurangi berat benda uji 1 kadar aspal dibuat 2 buah benda uji.
tertahan saringan no. 12. Jika nilainya lebih Hasil dan analisis pengujian campuran
besar dari 40 %, maka material tersebut tidak HRS-Base untuk mendapatkan kepadatan
boleh digunakan, semakin kecil nilai keausan mutlak (VIM-PRD) dapat dilihat pada tabel 4.1
yang didapat (0-40%) maka ketahanan agregat ini.
tersebut terhadap keausan semakin baik,
demikian pula sebaliknya. Hasil pengujian dan
Tabel 4.1. Hubungan antara Kadar Aspal dan
perhitungan keausan agregat kasar dengan
Parameter-parameter Kepadatan
mesin abrasi Los Angeles diperoleh nilai
Keausan agregat kasar sebesar 37,6 % atau Kadar aspal >< Kepadatan
memenuhi spesifikasi keausan sebagai agregat
y = 0.004x2 - 0.037x + 2.310
kasar.
2.380
2.340
4.3. Analisa dan Pembahasan Pemeriksaan
Gradasi Agregat Kasar dan Agregat 2.300
18
Pengujian rongga dalam campuran pada
kepadatan mutlak (VIM-PRD) dilakukan untuk 17
6
5. KESIMPULAN
5
4.54
Dari hasil pengujian dan pembahasan
4
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan terhadap
3 penelitian aplikasi gradasi gabungan di Labo-
2 ratorium dengan Hot Bin AMP untuk campuran
6.75
6 6.5 7 7.5 8
Lataston (HRS-Base) terhadap nilai karak-
teristik Marshall ini sebagai berikut :
A. Hasil uji gradasi di Hot Bin AMP dapat terken-
dali dengan baik sehingga memberikan hasil
Daga1, Paling2, Lay3, Aplikasi Gradasi Gabungan Di Laboratorium Dan Gradasi Hot Bin Asphalt Mixing
Plant Campuran Lataston (HRS - Base) Terhadap Karakteristik Marshall
168
nilai karakteristik Marshall juga yang sangat Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Pedoman
rapat sesuai rencana, sedangkan hasil gradasi Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur,
laboratorium terlihat lebih kasar. Penerbit Departemen Permukiman Dan
B. Perbandingan antara Gradasi Gabungan di Prasarana Wilayah.
Laboratorium dengan Hot Bin AMP untuk
Departemen Pekerjaan Umum. 1987, “ Petunjuk
campuran HRS-Base terhadap nilai Marshall,
Pelaksanaan Tebal Perkerasan Lentur
kecuali pada VIM dan Flow pada kadar aspal
Jalan Raya Dengan Metode Analisa
5% (Hot Bin) dan 5,5% - 6% laboratorium
Komponen.
yang tidak memenuhi spesifikasi. Nilai
density, VIM, Stabilitas dan MQ dilaborato- Modul Praktek Pengujian Bahan II, 2012,
rium lebih rendah dari Hot Bin di AMP Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri
sedangkan nilai VMA, VFA dan Flow di Labo- Kupang.
ratorium lebih tinggi dari Hot Bin di AMP. Revisi SNI 03-1737-1989, Pelaksanaan Lapis
C. Dari evaluasi nilai-nilai parameter Marshall Campuran Beraspal Panas.
ini secara aplikasi dapat dikatakan bahwa
kinerja campuran Lataston (HRS-Base) dari Saodang Hamirhan, 2004, Konstruksi Jalan
gradasi gabungan di Hot Bin akan lebih kaku Raya, Perancangan Perkerasan Jalan Raya,
(rigid), kokoh, stabil dan tahan terhadap Bandung, Nova.
deformasi plastis sekaligus lebih mampu Sukirman Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan
menahan beban lalulintas yang sifatnya lebih Raya Cetakan Kelima, Bandung, Nova.
berat dan padat.
Sukirman Silvia, 2003, Beton Aspal Campuran
DAFTAR PUSTAKA Panas, Jakarta, Granit.
Departemen Pekerjaan Umum, 1999, Pedoman Sukirman, Silvia, 2010, Perencanaan Tebal
Perencanaan Campuran Beraspal Panas Struktur Perkerasan Lentur, Bandung.
DenganPendekatan Kepadatan Mutlak, No Suprapto, T.M, 2004, Bahan Dan Struktur Jalan
023/T/BM/1999, Puslitbang Jalan, Raya, Biro Penerbit Teknik Sipil,
Bandung. Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah, 2002, Spesifikasi Baru Beton
Aspal Campuran Panas, Puslitbang
Prasarana Transportasi, Bandung.