Anda di halaman 1dari 6

ALIRAN PROSES PEKERJAAN STRUKTUR KOLOM

MENGGUNAKAN SISTEM KNOCK DOWN

Rizky Ahmad Santoso1) , Elizar2), Harmiyati3)


1)
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Uiversitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nst Km 13 Marpoyan Pekanbaru
Email: rizkyahmads@student.uir.ac.id
2)
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Uiversitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nst Km 13 Marpoyan Pekanbaru
. Email: elizar@eng.uir.ac.id
3)
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Uiversitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nst Km 13 Marpoyan Pekanbaru
Email: harmiyati@eng.uir.ac.id

Abstrak

Kebutuhan akan pekerjaan konstruksi terus meningkat setiap tahunnya. Untuk itu setiap perusahaan
konstruksi dituntut untuk meningkatkan kualitas dari pekerjaan konstruksi, sehingga mampu mencapai hasil
yang maksimal dan mampu meningkatkan daya saing dari perusahaan tersebut. Proyek konstruksi dalam
proses pembangunan dipengaruhi berbagai faktor seperti manajemen proyek, sumber daya proyek, pengguna
jasa, terjadinya perubahan pekerjaan, adanya kelebihan kuantitas material, tenaga, peralatan serta kondisi
lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aliran proses pelaksanaan kolom, mengevaluasi berapa
besar produktivitas dan koefisien pada pelaksanaan pengerjaan kolom dan membandingkan hasil koefisien
antara indeks lapangan dengan indeks SNI.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode time study dimana
metode ini mengarahkan engineering dalam memilih suatu metode yang berkaitan dalam merancang sebuah
stasiun kerja yang diinginkan baik itu oleh si perancang maupun bagi pihak perusahaan. Aspek utama time
study terdiri atas keragaman prosedur untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan dengan standar
pengukuran waktu yang ditetapkan untuk setiap aktifitas yang melibatkan manusia, mesin atau kombinasi
aktivitas.
Hasil penelitian aliran proses pada Proyek Kejaksaan Tinggi Riau ini menunjukkan bahwa volume
pembesian diperoleh sebesar 1162,66 kg dengan rata-rata waktu 932,076 menit. Volume pengerjaan
bekisting diperoleh sebesar 47,50 m2 dengan rata-rata waktu 684,327 menit sedangkan untuk volume
pengecoran sebesar 6,928 m3 dengan rata-rata waktu 493,203 menit. Waktu tenggang/ idol setelah pengerjaan
diperoleh selama 3 hari dan dilakukan pengerjaan pembongkaran bekisting dengan volume sebesar 47,50 m 2
dan rata-rata waktu 491,721 menit. Dari hasil pengamatan diperoleh total waktu proses pengerjaan beton
bertulang kolom sebesar 2601,327 menit.

Kata Kunci : Metode Time Study, Kolom, Aliran Proses, Produktivitas.

Abstract

The need for construction work continues to increase every year. For this reason, each construction
company is required to improve the quality of the construction work, so as to achieve maximum results and
be able to increase the competitiveness of the company. Construction projects in the development process
are influenced by various factors such as project management, project resources, service users, job changes,
excess quantity of material, energy, equipment and environmental conditions. The purpose of this study is to
determine the flow of the process of column implementation, evaluate how much productivity and
coefficients on the execution of column work and compare the results of the coefficient between the field
index and the SNI index.
The method used in this study is to use a time study method where this method directs engineering in
choosing a method that is related to designing a work station that is desired either by the designer or for the
company. The main aspect of the time study consists of a variety of procedures to determine the length of
1
time needed with a standard time measurement set for each activity involving humans, machinery or a
combination of activities.
The results process flow of the research at the Riau High Prosecutor's Project showed that the
volume of acquisition was obtained at 1162.66 kg with an average time of 932,076 minutes. The volume of
formwork is obtained at 47.50 m2 with an average time of 684,327 minutes while for the volume of casting is
6.928 m3 with an average time of 493.203 minutes. The idol time after workmanship is obtained for 3 days
and formwork dismantling is carried out with a volume of 47.50 m 2 and an average time of 491,721 minutes.
From the results of the observation, the total column reinforcement process time is 2601,327 minutes.

Keywords: Time Study Method, Column, Process Flow, Productivity

1. PENDAHULUAN bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom


merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
Kebutuhan akan pekerjaan konstruksi terus
runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh
meningkat setiap tahunnya. Untuk itu setiap
total seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi
perusahaan konstruksi dituntut untuk meningkatkan
kolom adalah sebagai penerus beban seluruh
kualitas dari pekerjaan konstruksi, sehingga mampu
bangunan ke
mencapai hasil yang maksimal dan mampu
pondasi. Kolomjuga termasuk struktur utama untuk 
meningkatkan daya saing dari perusahaan tersebut.
meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
Untuk itu setiap perusahaan konstruksi dituntut
beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
untuk meningkatkan kualitas dari pekerjaan
beban hembusan angin.
konstruksi, sehingga mampu mencapai hasil yang
maksimal dan mampu meningkatkan daya saing
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom
dari perusahaan tersebut.
adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal
Pada kondisi optimal faktor mutu, waktu
dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
dan biaya membentuk tata hubungan yang saling
setidaknya tiga kali dimensi lateral. Struktur dalam
bergantung serta berpengaruh sangat kuat. Jika
kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya
salah satu darinya berubah atau digeser sedikit saja
merupakan gabungan antara material yang tahan
akan langsung berdampak pada faktor lainnya.
tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
Maka dari itu upaya awal yang harus dilakukan
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang
setiap perusahaan konstruksi ialah dengan cara
tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam
merencanakan produktivitas seefektif dan seefisien
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian
mungkin. Secara teknis produktivitas adalah suatu
struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan
perbandingan antara hasil yang dicapai (output)
gaya tekan dan gaya tarik pada sebuah bangunan.
dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan
Dalam buku struktur beton bertulang Dipohusodo
(input) (Riyanto,1986).
(1994), ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
a. Kolom menggunakan pengikat sengkang
Aliran proses dalam pengerjaan beton lateral. Kolom ini merupakan kolom beton
betulang kolom di mulai dari pengerjaan yang d tulangi dengan batang tulangan pokok
penulangan, pemasangan bekisting dan pengecoran memanjang, yang pada jarak spasi tertentu
pada kolom. Pengerjaan struktur kolom dalam diikat dengan pengikat sengkang ke arah
sebuah bangunan merupakan bagian yang sangat lateral.
penting karena kolom memikul seluruh beban dari b. Kolom menggunakan pengikat spiral.
balok. Selain itu fungsi kolom juga sebagai penerus Bentuknya sama dengan yang pertama hanya
beban seluruh bangunan ke pondasi (Sudarmoko, saja sebagai pengikat tulangan pokok
1996). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui memanjang adalah tulangan spiral yang
aliran proses pelaksanaan struktur kolom. dililitkan keliling membentuk heliks menerus
di sepanjang kolom.
2. TINJAUAN PUSTAKA c. Struktur kolom komposit, merupakan
komponen struktur tekan yang diperkuat pada
2.1. Struktur Kolom arah memanjang dengan gelagar baja profil
atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang
Kolom merupakan suatu elemen struktur tulangan pokok memanjang.
tekan yang memegang peranan penting dari suatu

2
2.2. Konsep Value Stream Mapping
Jones dan Womack (2000) menyebutkan
bahwa VSM merupakan proses pemetaan secara
visual aliran informasi dan material yang bertujuan
untuk menyiapkan metode dan performance yang
lebih baik dalam usulan future state map. Value
Stream Mapping adalah salah satu metode pemetaan
aliran produksi dan aliran informasi untuk
memproduksi satu produk atau satu family produk,
tidak hanya pada masing-masing area kerja, tetapi
pada tingkat total produksi serta mengidentifikasi
kegiatan yang value added dan non value added
(Rother dan Shock, 2003). Value Stream Mapping
secara visual memetakan aliran material dan
informasi secara menyeluruh dimulai dari
kedatangan bahan baku dari supplier melalui semua
tahap proses produksi hingga pengiriman produk
terhadap pelanggan akhir.
Prinsip dasar VSM adalah memetakan proses
kegiatan dan menerapkan teknik Lean untuk
perbaikan pada masa depan, dengan penerapan
VSM maka non nilai tambah (Waste) dapat
diidentifikasi, kegiatan yang dianggap tidak
memberikan nilai tambah yang pertama waste Gambar 2.1. Konsep Value Stream Mapping ( Bhosale dalam Syahri,
akibat sering terjadi perbaikan dan review, yang 2017)
kedua waste disebabkan tidak ada kegiatan seperti Pada Gambar 2.1 menunjukkan value
menunggu persediaan, instruksi serta perbaikan stream mapping pada kegiatan pengerjaan beton
peralatan dan dari keseluruhan rangkaian proses bertulang kolom. Besarnya presentase waste yang
VSM bertujuan untuk mengidentifikasi waste dan terjadi pada pekerjaan kolom tersebut (penulangan,
peluang untuk improvement serta rencana pemasangan bekisting, pengecoran, dan pelepasan
pengingkatan dengan cara menghilangkan waste bekisting) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
sehingga didapat total waktu yang singkat dari pekerja, peralatan dan material. Menurut
seluruh aktivitas dalam suatu proses (Womack, Kamaruddin dkk (2015) penggunaan teknologi dan
2000). Konsep value stream mapping dapat dilihat peralatan yang modern akan membantu untuk
pada Gambar 2.1. meningkatkan produktivitas pekerja. Dampak dari
penggunaan teknologi modern pada konstruksi
adalah mengurangi masalah sosial, meningkatkan
produktivitas, mengurangi pekerja, mengurangi
biaya material yang digunakan, dan dapat
meminimalisir waste. Dengan VSM, sistem
pelaksanaan konstruksi dapat dipresentasikan secara
keseluruhan dan memberikan informasi berkaitan
proses produksi konstruksi. Konsep VSM
memungkinkan pihak manajer dapat
mengidentifikasi dan mengukur
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
produktivitas pekerja konstruksi.

2.3. Bekisting Knock Down (Semi Sistem)


Menurut Stephens (1985) formwork atau
bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan
untuk menahan beban selama beton dituang dan
dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

3
Bekisting berfungsi sebagai cetakan sementara, baik itu oleh si perancang maupun bagi pihak
bekisting akan dile perusahaan (Yuliarto, 2009). Aspek utama time
pas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah study terdiri atas keragaman prosedur untuk
mencapai kekuatan yang cukup. menentukan lama waktu yang dibutuhkan dengan
standar pengukuran waktu yang ditetapkan untuk
setiap aktifitas yang melibatkan manusia, mesin
atau kombinasi aktivitas.
Penelitian ini menggunakan cara pengukuran
secara langsung yaitu dengan mengamati secara
langsung pekerjaan yang dilakukan dan mencatat
waktu yang diperlukan dalam melakukan
pekerjaannya dengan terlebih dahulu membagi
operasi kerja menjadi elemen-elemen kerja yang
sedetail mungkin dengan syarat masih bisa diamati
dan diukur. Cara pengukuran langsung ini dapat
menggunakan metode jam henti (Stopwatch Time
Study) dan sampling kerja (Work Sampling).

Bekisting semi system (knockdown) adalah Gambar 3.1. Aliran Proses Pengerjaan Struktur
bekisting yang bahan dasarnya disesuaikan dengan Kolom
konstruksi beton, sehingga pengulangannya dapat
dilakukan lebih banyak apabila konstruksi beton itu 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
senditi tidak terjadi perubahan bentuk maupun
ukuran. Pertimbangan penggunaan bekisting semi Aliran proses untuk pengerjaan kolom pada
sistem adalah pada konstruksi yang cukup tinggi Proyek Kejaksaan Tinggi Riau memiliki hasil yang
pengulangan penggunaan bekisting pada suatu cukup jauh berbeda jika dibandingkan dengan
pekerjaan cetakan sistem ini terbuat dari material indeks SNI. Pada proses pengerjaan penulangan
kayu lapis (plywood) atau plat, sedangkan perancah dilakukan secara fabrikasi, yaitu perakitan besi
penopangnya terbuat dari baja yang dipabrikasi. tersebut dilakukan di luar area titik / as kolom.
Bekisting semi sistem merupakan perkembangan Mulai dari pengerjaan pemotongan sampai
dari bekisting konvensional, peningkatan kualitas perakitan dilakukan di area yang telah tersedia dan
dari bekisting konvensional menjadi bekisting semi setelah perakitan selesai besi tersebut diangkat
sisrem terletak pada penggunaan ulang bekisting itu menggunakan tower crane ke titik as kolom. Hasil
sendiri. Material yang dibutuhkan untuk bekisting pengamatan pada lapangan didapat nilai
semi sistem adalah scaffolding (Wigbout, 1997). produktivitas yang cukup tinggi dibandingkan
3. METODE PENELITIAN dengan indeks SNI. Ini dikarenakan pembagian
kerja pada proses penulangan sangat baik. Pekerja
Metode time   study  merupakan disekitar titik as kolom sudah berada diarea tersebut
suatu pendekatan yang mengarahkanengineering dal untuk menunggu sampai dengan perakitan selesai.
am memilih suatu metode yang berkaitan dalam Proses pengerjaan selanjutnya yaitu
merancang sebuah stasiun kerja yang diinginkan pekerjaan bekisting. Pengerjaan bekisting juga

4
dilakukan secara fabrikasi dan setelah proses pekerjaan bekisting kolom. Bekisting yang
perakitan bekisting selesai, bekisting diangkat digunakan yaitu jenis bekisting knock down dimana
menggunakan tower crane dan dipasangkan ke titik bekisting ini dapat dibongkar pasang untuk
as kolom. Hasil pengamatan pada proses ini pemakaian selanjutnya. Perangkaian bekisting
didapatkan nilai produktivitas yang sedikit lebih dilakukan secara vabrikasi dan dikerjakan oleh 4
besar dibandingkan dengan indeks SNI. Ini pekerja. Bekisting knock down terdiri dari bahan
dikarenakan bekisting yang digunakan yaitu sistem besi hollow dan plat baja sehingga mudah untuk di
bekisting knock down. Bekisting ini sangat kerjakan dan di bongkar pasang. Setelah bekisting
mempermudah pekerja dalam merakit bekisting dikerjakan dan dipasang pada titik kolom, diberikan
karena sistem bekisting ini mudah untuk dibongkar waktu tenggang selama 1 hari untuk mengecek
dan dipasang kembali. kembali sabuk-sabuk dan kaki pada bekisting.
Pengerjaan pengecoran pada kolom Pengerjaan bekisting kolom ini memiliki nilai
menggunakan alat bantu tower crane dan bucket volume rata-rata sebesar 47,50 m2 dengan waktu
cor serta beton yang digunakan adalah beton ready pengerjaan yang diperoleh sebesar 204,327 menit.
mix. Setelah bucket cor diisi dengan beton ready Dari hasil analisa volume dan waktu tersebut, maka
mix, lalu bucket cor diangkat menggunakan tower diperoleh total hasil waktu pengerjaan sebesar
crane. Bucket cor akan mengarahkan pipa ke 684,327 menit.
dalam kolom yang telah di pasangkan bekisting Pekerjaan selanjutnya adalah pengecoran
sebelumnya. Aliran proses dapat digambarkan kolom. Pengecoran dilakukan oleh 4 pekerja dan
dalam bentuk bagan alir dan dapat dilihat pada rata-rata pengerjaan dilakukan pada malam hari.
Gambar 3.1. Alat bantu pada pengecoran kolom ini yaitu tower
crane dan bucket cor Setelah pengerjaan
pengecoran kolom dilakukan, maka diberikan waktu
tenggang selama 1 hari untuk menunggu beton
hingga mengeras dan padat. Pengerjaan pengecoran
kolom ini memiliki nilai volume rata-rata sebesar
6,928 m3 dengan waktu rata-rata pengerjaan sebesar
13,203 menit. Dari hasil analisa volume dan waktu
tersebut, maka diperoleh total hasil waktu
pengerjaan sebesar 493,203 menit. Pengerjaan
terakhir yaitu pengerjaan pembongkaran bekisting
kolom. Pembongkaran bekisting ini dilakukan 1
hari setelah proses pengecoran. Alat bantu yang
digunakan pada pengerjaan ini yaitu tower crane
dan beberapa alat pendukung lainnya. Pengerjaan
pembongkaran ini memiliki nilai volume rata-rata
sebesar 47,50 m2 dengan waktu rata-rata pengerjaan
sebesar 11,721 menit. Dari hasil analisa volume dan
waktu tersebut, maka diperoleh total hasil waktu
pengerjaan sebesar 491,721 menit. Total waktu
tenggang dalam proses pengerjaan beton bertulang
Gambar 3.1 menunjukkan aliran proses kolom adalah 3 hari. Waktu tersebut digunakan
produktivitas pada pengerjaan beton bertulang untuk mengecek ulang pekerjaan sebelumnya dan
kolom. Pekerjaan pertama diawali dengan pekerjaan total waktu tenggang diperoleh sebesar 2601,327
pembesian, dimana pekerjaan ini dilakukan oleh 4 menit.
pekerja. Pembesian dilakukan secara vabrikasi
sehingga tidak mengganggu pekerja lain yang
5. KESIMPULAN DAN SARAN
berada di area pekerjaan kolom. Setelah pembesian
selesai, maka diberikan waktu tenggang untuk
5.1. Kesimpulan
memasang kawat pada sambungan kolom dan
Bedasarkan hasil penelitian dan analisis yang
mengecek kembali pembesian yang telah
sudah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
disambungkan. Hasil volume rata-rata diperoleh
sebagai berikut ini.
sebesar 1162,66 kg dengan waktu pengerjaan
1. Aliran proses pelaksanaan kolom menunjukkan
452,076 menit. Dari hasil volume dan waktu
hasil waktu untuk pengerjaan pembesian
tersebut, diperoleh total hasil waktu pengerjaan
sebesar 932,076 menit, pengerjaan bekisting
sebesar 932,076 menit. Pekerjaan selanjutnya yaitu

5
sebesar 684,327 menit, pengerjaan pengecoran Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
sebesar 493,203 menit dan pembongkaran Yogyakarta.
bekisting sebesar 491,721 menit. Total waktu Wigbout, F Ing, 1997, Bekisting (Kotak Cetak),
tenggang diperoleh 3 hari dan total waktu Erlangga, Jakarta.
proses diperoleh sebesar 2601,327 menit. Rata- Womack, James P. 2000. “Value Stream Mapping”
rata setiap pengerjaan mengalami Manufacturing Engineering ; 136, 5 ;
keterlambatan dipengaruhi oleh faktor cuaca. ProQuest Science Journalis.
2. Hasil produktivitas pekerja pada pelaksanaan Yuliarto. 2009. Tme and motion study.
konstruksi beton bertulang kolom pada Http://www.Ittelkom.ac.id/Library/index.O
pengerjaan pembesian sebesar 7,726, ption=comarticle&id=604:timeandmotionst
pengerjaan bekisting sebesar 0,698 dan udy.doc.
pengerjaan pengecoran sebesar 0,914.
3. Berdasarkan penelitian ini nilai indeks
lapangan pada pengerjaan pembesian dan
bekisting lebih besar dibandingkan indeks SNI
dengan selisih sebesar 7,575% dan 0,005%.
Sedangkan untuk pengerjaan pengecoran pada
lapangan lebih kecil dibandingkan indeks SNI
dengan selisih yaitu sebesar 1,291%. Faktor
yang mempengaruhi ketidaksesuaian ini antara
lain jumlah tenaga kerja, alat yang digunakan,
metode pelaksanaan dan faktor kondisi
lingkungan pada proyek.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini
maka dapat diambil saran sebagai berikut.
1. Penelitian juga dapat dilakukan pada pekerjaan
dengan sistem konvensional sehingga dapat
dilakukan perbandingan dengan penelitian ini.
2. Metode dan penelitian seperti ini juga dapat
dilakukan pada proyek jalan maupun jembatan,
agar dapat mengetahui produktivitas
pengerjaan di proyek tersebut.

6. DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan


Konstruksi, Jilid 2. Yogyakarta:Kanisius.
Kamaruddin, Siti Syariazulfa, Mohammad Fadhil
Mohammad, and Rohana Mahbub. 2015.
Barrier and Impact of Mechanisation and
Automation in Construction to Achieve
Better Quality Products. ASEAN-Turkey
ASLI Conferences on Quaity of Life 2015.
Jakarta.
Riyanto J. 1986. Produktivitas dan Tenaga Kerja,
SIUP, Jakarta.
Rother, M. And Shook, J. Learning to See. 2003.
The Lean Enterprise Institute, Brookline
MA.
Stephens, 1985. Pengertian Bekisting, http://e-
journal.uajy.ac.id. Diakses tanggal 05 mei
2016.
Sudarmoko. 1996. Diagram Perancangan Kolom
Beton Bertulang, Jurusan Teknik Sipil,

Anda mungkin juga menyukai