Anda di halaman 1dari 20

#MIKROBIOLOGI PANGAN

N UT RIS I D A N K U LT I VA S I
MI K RO BA

DISUSUN OLEH :

NURTILA MANUSU
FATMAH ANGGALEDA
SILVANA MOOTALU

PROGRAM S1-ILMU GIZI


STIKES BAKTI NUSANTARA GORONTALO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas bantuan-
Nyalah, maka seluruh proses penyusunan buku yang berjudul NUTRISI DAN
KULTIVASI MIKROBA , ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku ini disusun sebagai
upaya memenuhi kebutuhan berbagai kalangan, terutama untuk mahasiswa-mahasiswa
yang menempuh mata kuliah.
Buku ini memuat materi-materi yang disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa
sesuai dengan silabus mata kuliah seperti yang disebutkan di atas. Namun demikian, jika
materi-materi-materi yang tersaji dalam buku ini, masih belum memenuhi kebutuhan
mahasiswa sesuai isi silabus pada mata kuliah-mata kuliahnya, maka disarankan untuk
mencari materi-materi tersebut pada buku-buku atau sumber-sumber lain.
Dalam proses penyusunan buku ini, penulis menerima banyak bantuan baik materil
maupun non materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucakan terima kasih dan pengharaan yang setinggi-tingginya berbagai
pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Semoga seluruh amal baik
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari sekalian, mendapat berkat berlimpah dari Tuhan Yang Maha
Pemurah.
Isi buku ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca, untuk perbaikan isi buku ini dalam tulisan-
tulisan berikutnya.
Penyusun berharap, isi buku yang sederhana ini dapat memenuhui kehutuhan berbagai
pihak, terutama para mahasiswa yang memerlukannya. Semoga…

Gorontalo, 31 January 2021

Penyusun
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................................................. 4
B. Rumusan masalah .................................................................................................. 4
C. Tujuan .................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian nutrisi ……………………………………………………………….. 6
B. Peran nutrisi bagi mikroorganisme …………………………………………………. 6
C. Medium pertumbuhan mikroorganisme …………………………………………….. 8
D. Prinsip dari nutrisi mikroba ………………………………………………………… 9.
E. Nutrisi yang diperlukan mikroba ……………………………………………………. 9
F. Kondisi fisik yang diperlukan untuk pertumbuhan …………………………………. 11
G. Nutrisi untuk pertumbuhan sel bakteri ……………………………………………… 12
H. Media pertumbuhan bakteri ………………………………………………………… 12
I. Bentuk bentuk dari media bakteri …………………………………………………... 13
J. Kultivasi bakteri ……………………………………………………………………. 14
K. Teknik kultivasi mikroba …………………………………………………………... 15
L. Gambaran koloni kuman ……………………………………………………………. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 18
B. Saran .................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 20


PENDAHULUAN

1
B
BA
A. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi
dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur,
fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi
tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroorganisme sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini.
Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir
dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroorganisme agar pertumbuhannya terkendali.
Planet Bumi kita ini dihuni oleh jutaan jenis mahluk hidup. Di antara jutaan jenis makhluk hidup ini ada
yang terlihat oleh mata dan ada yang tak terlihat oleh mata. Mahluk hidup yang tidak dapat dilihat oleh
mata tersebut berukuran amat kecil, disebut mikroorganisme. Untuk mengetahui atau mengamati
mikroorganisme tersebut diperlukan alat bantu berupa alat pembesar, seperti loop, mikroskop biasa, dan
mikroskop elektron. mikroorganisme melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini dapat
terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu dan dapat pula perubahan itu bersifat permanent
sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta struktur anatominya
Untuk keperluan hidupnya, mikroorganisme membutuhkan bahan organik dan anorganik yang diambil
dari lingkungannya. Bahan makanan tersebut dinamakan nutrien, sedangkan proses mengasimilasi
makanannya disebut nutrisi. Nutrien adalah substansi anorganik dan organik yang dalam larutan
melintasi membran sitoplasma (Nutrients is the chemicals from the environment of which a cell is
built). Agar dapat mendapatkan nutrien dari makanan, sel harus mampu mencerna makanan itu, yaitu
mengubah molekul-molekul protein, karbohidrat dan lipida yang komplek dan besar menjadi molekul
yang sederhana dan kecil yang segera melarut sehingga dapat memasuki sel. Proses mengasimilasikan
makanan itulah yang disebut nutrisi.
Dalam proses kehidupan semua makhluk hidup memerlukan makanan yang banyak mengandung gizi
dan nutrisi yang cukup, tidak terkecuali mikroorganisme, zat-zat tersebut nantinya akan digunakan dalam
aktifitas sehari-hari seperti berjalan, bereproduksi, dan aktifitas lainnya.
Mikroorganisme merupakan semua organisme yang berukuran mikroalga merupakan salah satu
contoh mikroorganisme yang tergolong dalam eukariotik. Menurut Yanuhar, et al. (2019), mikroalga
adalah keanekaragaman hayati yang sangat besar dimana sekitar 40.000 telah dijelaskan atau dianalisis.
Mikroalga dibagi menjadi sepuluh divisi dan delapan di antaranya merupakan bentuk uniseluler. Dari
delapan divisi, enam di antaranya telah digunakan sebagai pakan alami untuk budidaya ikan.
Selain itu, ada plankton yang merupakan mikroorganisme yang juga berada di perairan. Plankton
merupakan kumpulan organisme, baik hewan maupun tumbuhan yang hidup terapung atau melayang di
dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus. Berdasarkan
cara makan, plankton dapat dibedakan menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan
plankton yang bersifat autotrof atau dapat membuat makanannya sendiri dengan cara fotosintesis.
Sedangkan zooplankton merupakan plankton yang bersifat heterotrof.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nutrisi ?
2. Apa peran nutrisi bagi mikroorganisme ?
3. Apa medium pertumbuhan mikroorganisme ?
4. Apa prinsip dari nutrisi mikroba ?
5. Apa nutrisi yang diperlukan mikroba ?
6. Bagaimana kondisi fisik yang diperlukan untuk pertumbuhan ?
7. Bagaimana mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhan sel bakteri ?
8. Bagaimana media pertumbuhan bakteri ?
4
9. Apa bentuk bentuk dari media bakteri ?
10. Apa kultivasi bakteri ?
11. Bagaimana teknik kultivasi mikroba ?
12. Bagaimana gambaran koloni kuman ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan nutrisi


2. Mengetahui apa peran nutrisi bagi mikroorganisme
3. Mengetahui apa medium pertumbuhan mikroorganisme
4. Mengetahui apa prinsip dari nutrisi mikroba
5. Mengetahui apa nutrisi yang diperlukan mikroba
6. Mengetahui bagaimana kondisi fisik yang diperlukan untuk pertumbuhan
7. Mengetahui bagaimana mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhan sel bakteri
8. Mengetahui bagaimana media pertumbuhan bakteri
9. Mengetahui apa bentuk bentuk dari media bakteri
10. Mengetahui apa kultivasi bakteri
11. Mengetahui bagaimana teknik kultivasi mikroba
12. Mengetahui bagaimana gambaran dari koloni kuman

5
PEMBAHASAN

2
B
BA
Nutrisi selalu dibutuhkan oleh makhluk hidup, baik makhluk bersel satu (seperti
bakteri), maupun makhluk bersel banyak seperti manusia, hewan, dan tumbuhan
tingkat tinggi untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, dalam memelihara kehidupan
makhluk hidup termasuk bakteri, perlu diperhatikan nutrisi yang dihendaki oleh
makhluk hidup termasuk bakteri tersebut, sehingga pertumbuhannya maksimal.
Proses kultivasi (penanaman) bakteri di laboratorium, perlu diperhatikan nutrisi dan
faktor-faktor lain yang dikehendaki oleh bakteri tertentu. Nutrisi dan faktor-faktor
pertumbuhan yang mendukung pertumbuhan bakteri, memungkinkan sel bakteri
tumbuh dengan maksimal. Selain nutrisi yang harus tersedia di dalam media
pertumbuhan bakteri, perlu juga diperhatikan faktor-faktor pertumbuhan lain. Oleh
karena itu, kegiatan-kegiatan kultivasi sel bakteri di laboratorium, perlu diperhatikan
aspek nutrisi dan faktor- faktor pertumbuhan yang spesifik untuk kelompok bakteri
tertentu.
A. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh,
pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya
diasimilasi oleh tubuh. Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan
makanan. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi.
Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik
dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang
proses penyerapanya disebut proses nutrisi (Suriawiria, 1985).
Semua makhluk hidup, baik mikroorganisme, manusia maupun pepohonan, memerlukan persediaan
makanan yang tetap agar dapat teus hidup. Seperti yang telah dikatakan, sel juga memerlukan sumber
energi. Tanpa energi (kemampuan untuk melakukan pekerjaan), sel tidak dapat mensintesis
protoplasma dan melanjutkan proses kehidupan lain. Mikroorganisme biasanya memperoleh energi
dari oksidasi kimia.
Di alam banyak bahan yang merupakan makanan yang potensial bagi mikroorganisme tidak larut
dalam air. Masalah ini dapat langsung dipecah dengan bantuan enzim mikroorganisme, apabila
semua nutrien yang diperlukan disediakan bagi mikroorganisme, maka mikroorganisme ini akan
berkembang dengan baik. Pertumbuhan itu sendiri bagi sel adalah berarti meningkatnya jumlah sel
tubuh, meningkatnya jumlah bakteri ini disebut pembelahan biner.
B. Peran Nutrisi Bagi Mikroorganisme
Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut diberikan ke
dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya berbeda-beda tergantung pada
keperluannya. Beberapa golongan mikroorganisme misalnya diatomae dan alga tertentu memerlukan
silika (Si) yang biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan
kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar yang
agak tinggi diperlukan oleh mikroorganisme tertentu yang hidup di laut. Natrium tersebut tidak dapat
digantikan oleh kation monovalen yang lain. Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam
bentuk padat maupun cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat
tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk cair tergolong
tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan dalam bentuk padat, tetapi makanan
tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan
di luar sel ini dikenal sebagai extracorporeal digestion.
Persyaratan nutrisi bagi organisme secara umum adalah sebagai berikut:
1) Nutrisi sebagai sumber energi. Semua organisme hidup membutuhkan sumber energi. Beberapa
bentuk kehidupan, seperti tumbuhan hijau, dapat menggunakan energi pancaran atau cahaya dan
dinamakan fototrof. Yang lain, seperti hewan bergantung pada oksidasi atau kehilangan elektron
dari suatu atom. Senyawa-senyawa kimia untuk memperoleh energinya. Makhluk–makhluk ini
disebut kemotrof.
6
2) Semua organisme membutuhkan karbon, semua membutuhkan sedikitnya sejumlah kecil karbon
dioksida, tetapi kebanyakan diantaranya juga membutuhkan beberapa senyawa karbon organik,
seperti gula-gulaan dan karbohidrat lain
3) Semua organisme yang hidup memerlukan nitrogen. Tumbuhan menggunakan nitrogen dalam
bentuk garam nitrogen anorganik seperti kalium nitrat (KNO3), sedangkan hewan membutuhkan
senyawa nitrogen organik seperti protein dan produk-produk hasil peruraiannya Yaitu peptida
dan asam-asam amino tertentu.
4) Semua organisme hidup membutuhkan belerang (sulfur) dan fosfot.
5) Semua organisme hidup membutuhkan beberapa unsur logam, natrium, kalium, kalsium,
magnesium, mangan, besi, seng, tembaga dan kobalt untuk pertumbuhannya yang normal.
6) Semua organisme hidup membutuhkan air untuk fungsi-fungsi metabolisme dan
pertumbuhannya.
Bahan makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis besarnya bahan makanan
dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron,
sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen.
1. Air
Air merupakan komponen utama sel mikroorganisme dan medium. Funsi air adalah sebagai
sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai
pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme.
2. Sumber energi
Ada beberapa sumber energi untuk mikroorganisme yaitu senyawa organik atau anorganik
yang dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.
3. Sumber karbon
Sumber karbon untuk mikroorganisme dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik.
Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik, garam
asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas
CO2 yang merupakan sumber karbon utama terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi.
4. Sumber aseptor elektron
Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari
substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu
zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor elektron.
Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada mikrobia yang dapat berfungsi sebagai
aseptor elektron ialah O2, senyawa organik, NO3-, NO2-, N2O, SO4=, CO2, dan Fe3+.
5. Sumber mineral
Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P. unsur
mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang
digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si,
Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan dalam jumlah besar
disebut unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit
unsur mikro. Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur
makro, dan dapat masuk ke dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat
partikel debu.
Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan
osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox potential)
medium.
6. Faktor tumbuh
Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
(sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari
sumber karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya
diperlukan dalam jumlah sangat sedikit.
Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi
asam amino, sebagai penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam
nukleat; dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim.
7. Sumber nitrogen
7
Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein,
dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya.
Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara.
Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.
C. Medium Pertumbuhan Mikroorganisme
Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroorganisme.
Mikroorganisme memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun
sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroorganisme mempunyai sifat
fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia sel mikroorganisme
relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis
kimia diketahui bahwa penyusun utama sel adalah unsur kimia C, H, O, N, dan P, yang jumlahnya +
95 % dari berat kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari unsure unsur lain (Lihat Tabel). Apabila
dilihat susunan senyawanya, maka air merupakan bagian terbesar dari sel, sebanyak 80-90 %, dan
bagian lain sebanyak 10-20 % terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk cadangan makanan,
polisakarida, polifosfat, dan senyawa lain.
1. Kumpulan unsur organik
Tubuh mayat merupakan tempat hidup, sumber makanan, serta tempat berkembang biak
mikroorganisme, karena tubuh terdiri dari kumpulan protein, karbohidrat, lemak, atau senyawa
organik dan anorganik lain. Secara biologis, tubuh makhluk hidup (khususnya manusia)
kumpulan dari unsur-unsur organik seperti C, H, N, O, P, S, atau unsur anorganik seperti K, Mg,
Ca, Fe, Co, Zn, Cu, Mn, atau Ni. Keseluruhan unsur tersebut dibutuhkan mikroorganisme
heterotrof sebagai sumber nutrisi alias makanan utama mereka. Sementara cairan-cairan
dengan pH (tingkat keasaman suatu larutan) tertentu yang berada dalam tubuh manusia adalah
media kultur (lingkungan) pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme. Tidak semua
mikroorganisme mampu mendegradasi mayat. Kebanyakan mereka berasal dari jenis
mikroorganisme heterotrof. Mikroorganisme ini membutuhkan molekul-molekul organik dari
organisme lain sebagai nutrisi agar ia dapat bertahan hidup dan berkembang biak. Berbeda
dengan mikroorganisme autotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri dengan CO2
sebagai nutrisi makro serta bantuan dari cahaya matahari atau sumber energi kimia lainnya.
Jenis mikroorganisme heterotrof biasanya hidup dan berkembang biak pada organisme mati.
Mereka mendapatkan energi dengan menguraikan senyawa organik pada organisme mati.
Molekul-molekul besar seperti protein, karbohidrat, lemak, atau senyawa organik lain
didekomposisi metabolisme tubuh bakteri tersebut menjadi molekul-molekul tunggal seperti
asam amino. metana, gas CO2, serta molekul-molekul lain yang mengandung enam nutrisi utama
mikroorganisme, yaitu senyawa-senyawa karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), oksigen (O),
fosfor (P), serta sulfur (S).
2. Bau busuk
Bau busuk dari tubuh mayat tidak hanya mengganggu, namun juga membahayakan. Pembusukan
dimulai dengan pemutusan ikatan protein-protein besar pada jaringan tubuh oleh bakteri
fermentasi menggunakan enzim protease. Kumpulan hasil pemutusan ikatan protein yang disebut
asam amino ini dicerna berbagai jenis mikroorganisme, misalnya bakteri acetogen. Bakteri ini
mereaksikan asam amino dengan oksigen dalam tubuhnya untuk menghasilkan asam asetat,
hidrogen, nitrogen, serta gas karbon dioksida. Produk asam asetat ini menimbulkan bau.
Asam asetat yang dihasilkan ini diproses kembali oleh mikroorganisme jenis methanogen,
misalnya Methanothermobacter thermoautotrophicum yang biasa hidup di lingkungan kotor
seperti selokan dan pembuangan limbah (septic tank). Asam asetat direaksikan dalam sel
methanogen dengan gas hidrogen dan karbon dioksida untuk menghasilkan metana, air, dan
karbon dioksida. Metana dalam bentuk gas juga menghasilkan bau busuk.
Proses nutrisi pada mikroorganisme secara umum dan mendasar dibagi menjadi dua cara yaitu
Fototrof dan Heterotrof. Fototrof terjadi apabila mikroorganisme memanfaatkan cahaya sebagai
sumber energinya, sedang heterotrof adalah mikroorganisme yang mensyaratkan senyawa
organic sebagai sumber karbonnya. Sumber makanan atau nutrien yang di perluka n
mikroorganisme banyak macamnya antara lain: sumber karbon, sumber nitrogen, ion-ion organik
dan metabolit penting lainnya.
Nutrien-nutrien tersebut akan di manfaatkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Banyaknya
8
jumlah nutrien akan mempengaruhi perkembangbiakan mikroorganisme selain syarat-syarat
pertumbuhan lainnya. Fase pertumbuhan pada mikroorganisme diawali dengan fase tenggang
yaitu periode penyesuaian pada lingkungan. Periode ini kemudian di ikuti oleh pembelahan sel
dengan laju yang tetap. Fase pertumbuhan ini dinamakan fase log, karena peningkatan jumlah
bersifat logaritma. Akhirnya pertumbuhan cenderung mendatar sampai ke fase stasioner, dan
apabila laju kematian lebih besar dari pada laju perkembangbiakan, bakteri memasuki fase akhir
yaitu fase kematian. Cepat lambatnya pertumbuhan mikroorganisme akan tergantung pada
banyak faktor, terutama banyaknya zat makanan.
Zat makanan tersebut meliputi:
1. Sumber karbon (karbihidrat dan lemak)
2. Sumber nitrogen (protein atau amoniak)
3. Ion-ion anorganik tertentu
4. Metabolit penting (vitamin)
5. Air
Mikroorganisme sebagai sel juga memerlukan sumber energi. Tanpa energi (kemampuan untuk
melakukan pekerjaan), sel itu tidak dapat mensintesis protoplasma dan melanjutkan proses
kehidupan lain, misalnya bakteri dapat memperoleh energi dari oksidasi kimia. Kebanyakkan
bakteri memperoleh bahan-bahan tersebut dari bahan organik yaitu dengan merombaknya dan
menggunakan apa yang diperlukannya. Proses ini melewati tiga tahap:
1. Perombakan bahan yang mengandung protein, karbohidrat dan lipida (Pencernaan ekstra
seluler dengan menggunakan enzim ekstraseluler mikroorganisme).
2. Penyerapan bentuk material tersebut yang sedehana.
3. Bioenergi dan Biosintensi (protein, karbohidrat dan lipida dalam sel).
Terdapat satu perbedaan yang besar antara nutrisi hewan dan bakteri, kebanyakan manusia,
hewan, hingga protozoa mampu menelan makanan padat. Banyak amoeba misalnya dapat
menelan partikel makanan padat kedalam vakuolanya, partikel-partikel ini dirombak oleh enzim
organisme itu dan diserap protoplasma untuk pengadaan energi dan pembentukan protoplasma
baru. Nutrisi yang khas bagi hewan, yang di dalamnya makanan pa dat yang ditelan organisme itu
disebut nutrisi holozoik sebaliknya bakteri tidak dapat menelan makanan padat. Bakteri dan
jamur mendapatkan nutrisi dalam larutan air yang berarti bahwa pencernaan berlangsung diluar
organisme, nutrisi semacam ini dinamakan nutrisi holofit. Sedangkan nutrisi sangat bermanfaat
dalam proses pertumbuhan mikroorganisme. Karena jika nutrisi terhambat atau kurang memenuhi
syarat, maka proses untuk tumbuh pada bakteripun terganggu dan terhambat.
D. Prinsip nutrisi mikroba
Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrient maka mikroba dapat dibagi atas jasad osmotrof dan
jasad fagotrof. Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan, misalnya bakteri dan fungi,
sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien secara fagositosis lalu dicerna di dalam vakuola
makanan, misalnya protozoa, jasad osmotrof mengeluarkan eksoenzim untuk memecah molekul
besar misalnya protease untuk memecah protein menjadi asam amino, amilase untuk memecah pati
menjadi gula, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam amino,
gula, asam lemak, dan gliserol diserap ke dalam sel untuk digunakan.
E. Nutrisi yang diperlukan mikroba
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang hanya
menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang menggunakan
makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik. Mikroorganisme yang dapat menggunakan
makanannya dalam bentuk cairan atau larutan disebut holofitik. Ada beberapa mikroorganisme yang
dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padatan, tetapi makanan tersebut sebelumnya harus
dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler.
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor
elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan
makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron,
sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media
pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru .
Mikroba memerlukan nutrien sebagai sumber materi dan energy untuk menyusun komponen sel
seerti genom, membrane plasma dan dinding sel. Bentuk nutrient yang diperlukan bermacam-macam,
9
tergantung jenis mikrobanya, misalnya kebutuhan karbon untuk jasad fotoautotrof dalam bentuk
CO2, sedangkan bagi jasad kemoorganotrof dalam bentuk bahan organik. Dengan mengetahuia
keperluan nutrien mikroba para ilmuwan dapat melakukan penelitian untuk menentukan peranan
mikroba di alam dan kegunaannya dalam kehidupan manusia. Uraian berikut akan membahas
mengenai tipe nutrisi yang dijumpai diantara mikroba.
1. Kegiatan sel seperti biosintesis komponen sel, transport nutrient ke dalam sel dan motilitas
memerlukan energy. Berdasarkan sumber energy, mikroba dibagi atas jasad fototrof yang
menggunakan oksidasi senyawa kimia sebagai sumber energy. Dan jasad kemotrof yang
menggunakan oksidasi senyawa kimia sebagai sumber energy. Terleas dari sumber energy yang
digumakan, mikroba akan mengubah energy yang diperoleh menjadi senyawa pembawa energy
yaitu ATP yang dapat dipakai untuk kegiatan sel. Ada 2 kelompok bakteri fototrof yaitu
sianobakteri dan bakteri fotosintetik. Kedua kelompok ini mengubah energy cahaya menjadi ATP
melalui proses fotosintesis. Mikroba khemotrof mengoksidasi senyawa kimia seperti glukosa atau
ammonium, kemudian energy yang dilepaskan diubah menjadi ATP dalam proses fermentasi atau
respirasi.
2. Semua jasad hidup memerlukan karbon sebab unsurmkarbon terdapat dalam semua
mikromolekul penyusun sel seperti rotein, karbohidrat, asam nukleat dan lipid. Berdasarkan
sumber karbon, mikroba dapat digolongkan atas jasad heterotrof dan autotrof. Jasad autotrof  bila
menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbon, bila jasad tersebut memperoleh energinya
dari cahaya disebut fotoautotrof, dan bila jasad tersebutmemperoleh energinya dengan cara
mengoksidasi senyawa kimia maka disebut kemoautotrof. Jasad heterotrof menggunakan bahan
organic sebagai sumber karbon.
3. Semua jasad hidup memerlukan sulfur (blerang) dan fosfor. Sulfur dipergunakan
untuk  membentuk asam amino metionin dan sistein serta koensim. Mikroba memperoleh sulfur
dalam bentuk garam sulfat, H2S, granula sulfur, thiosulfat atau dalam bentuk bahan organic
(sistein dan metionin). Fosfor dipergunakan membentuk asam nukleat, fosfolipid dan koensim.
Mikroba dapat mengambil fosfor dalam bentuk organic dan anorganik. Garam fosfat adalah yang
paling sering digunakan sebagaisumber fosfat meskiun dapat pula memakai nukleotida.
4. Semua jasad hidup memerlukan nitrogen sebab nitrogen dipergunakan untuk mensintesis asam
amino, nukleotida dan vitamin. Keerluan akan nitrogen dapat dipenuhi dalam berbagai bentuk
seperti protein atau polipeptida, garam nitrat atau amonium bahkan ada mikroba yang dapat
mengambil dalam bentuk N2 seperti Rhizobium dan Azotobacter.
5. Semua jasad hidup memerlukan beberapa unsure logam, natrium, kalium, kalsium, magnesium,
mangan, besi, seng, tembaga dan kobalt untuk pertumbuhannya yang normal. Mineral ini
diperlukan untuk aktivitas enzim dan molekul yang lain misalnya Mg sebagai penyusun klorofil,
Co untuk aktivitas enzim nitrogenase, dan Fe merupakan komponen sitokrom.

Unsur Fungsi Fisiologis dan Peranannya


Karbon (C) Sebagai penyusun bahan-bahan organik sel
Oksigen (O) Penyusun air sel, bahan-bahan organik sel, sebagai
O2 aseptor elektron, dalam respirasi aerob
Hidrogen (H) Penyusun air sel, bahan-bahan organik sel
Nitrogen (N) Penyusun protein, asam nukleat, enzim/koenzim
Fosfor (P) Penyusun asam nuklein, fosfolipida, koenzim-koenzim
Sulfur (S) Penyusun protein-protein (asam amino sistein dan
metionin), beberapa koenzim (koenzim A, karboksilase)
Kalium (K) Salah satu dari kation anorganik sel, kofaktor untuk
beberapa enzim
Mangan (Mn) Kofaktor anorganik untuk beberapa enzim, kadang-
kadang sebagai pengganti Mg
Magnesium(Mg) Kation seluler, kofaktor anorganik untuk reaksi enzimatik
Kalsium (Ca) Kation seluler, kofaktor untuk beberapa enzim
Besi (Fe) Penyusun sitokrom dan protein hem atau nonhem,
kofaktor sejumlah enzim
Kobalt (Co) Penyusun vitamin B12 dan derivat koenzimnya
10
Cu, Zn, Mo Unsur-unsur anorganik penyusun enzim-enzim tertentu

6. Semua jasad hidup memerlukan vitamin (senyawa organik yang penting untuk pertumbuhan).
Kebanyakan vitamin berfungsi membentuk substansi yang mengaktivasi enzim.meskipun semua
bakteri membutuhkan vitamin di dalam proses metaboliknya yang normal, beberapa mampu
mensintesis seluruh keperluan vitaminnya dari senyawa-senyawa lain di dalam medium. Yang
lain tidak akan tumbuh kecuali bila ditambahkan satu atau lebih vitamin ke dalam mediumnya,
seperti Leuconostoc mesentroides tidak mampu mensintesis beberapa asam amino dan vitamin
sehingga harus ditambahkan dalam keadaan jadi ke dalam mediumnya.
7. Oksigen merupakan unsure yang terdaat dalam molekul hayati seperti asam amino, nukleotida,
gliserida dan molekul lain. Keperluan akan oksigen dipenuhi bersamaan dangan masuknya
nutrient lain sepertirotein dan lipid. Disamping itu, oksigen dalam bentuk O2 juga diperlukan
untuk menjalankan respirasi aerobic.
8. Semua jasad hidu memerlukan air bagi kehiduan karena semua aktivitas metabolism terjadi
dalam lingkungan air. Ketersediaan air yang dapat digunakan dalam mikroba sering dinyatakan
dengan aktivitas aair (Aw). Aktivitas air suatu bahan dapat dihitung dengan menentukan
kelembaban relatifnya (RH). Untuk bakteri, semua nutrient harus ada dalam bentuk larutan
sebelum dapat memasuki bakteri tersebut.
F. Kondisi fisik yang diperlukan untuk pertumbuhan
Selain menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu disediakan kondisi fisik
yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan
nutrisinya, tetapi menunjukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik di lingkungannya. Untuk
berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai.
Ada 5 arameter lingkungan yang utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu
temperature, kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan osmosis.
1. Temperatur
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dank arena laju reaksi-
reaksi ini dipengaruhi oleh temperature, maka pola pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi
oleh temperature. Temperature juga mem pengaruhi laju pertumbuhan dan penambahan
jumlah sel. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses metabolic serta morfologi
sel. Setiap mikroba tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka mikroba
ada yang bersifat psikrofilik yang tumbuh pada 00 dampai 200 C, mesofilik yang tumbuh
pada 200  sampai 450 C dan termofilik yang tumbuh pada temperature 450 sampai 800 C.
Temperature inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang
singkat (12 sampai 24 jam) dikenal sebagai temperature pertumbuhan optimum.
2. Kondisi atmosfer seperti kadar oksigen, RH dan tekanan udara
Mikroba memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respons terhadap oksigen bebas dan
atas dasar ini maka mikroba dibagi menjadi empat yaitu aerobik (memerlukan oksigen),
anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerobic fakultatif (tumbuh pada keadaan
aerobic dan anaerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh bila ada sedikit oksigen atmosferik).
Beberapa mikroba bersifat anaerobik obligat, bila terkena oksigen akan terbunuh, oleh karena
itu untuk menumbuhkan mikroba anaerobic diperlukan teknik khusus agar tercapai keadaan
anaerob. Keperluan penumbuhan jasad anaerob obligat dapat dipenuhi dengan menggunakan
alat yang disebut anaerobic jar.
3. Konsentrasi ion hydrogen (pH)
pH optimum bagi kebanyakan mikroba terletak antara 6.5 sampai 7,5. Bagi kebanyakan
mikroba pH minimum dan maksimum antara 4 sampai 9. Pertumbuhan mikroba sangat
dipengaruhi oleh pH karena nilai pH sangat menentukan aktivitas enzim. Bila mikoba di
kultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula pH-nya 7 maka kemungkinan pH ini akan
berubah. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan.
Pergeseran pH dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga atau bufer dalam
medium. Bufer merupakan senyawa yang dapat menahan perubahan pH misalnya KH2PO4
dan K2HPO4. Beberapa bahan nutrisi medium seperti pepton mempunyai kapasitas bufer.
Perlu atau tidaknya suatu medium diberi bufer tergantung kepada maksud penggunaannya
dan dibatasi oleh kapasitas bufer yang dimiliki senyawa-senyawa yang digunakan.
11
4. Tekanan osmosis
Tekanan osmosis adalah besarnya tekanan minimum yang dierlukan untuk mencegah aliran
air yang menyebrangi membrane di dalam larutan. Contohnya : jika larutan 10 % sukrosa di
dalam kantong membrane dialysis diletakkan dalam air dalam gelas maka molekul air yang
ada dalam gelas akan mengalir ke dalam kantong analisis. Besarnya tekanan yang diperlukan
untuk mencegah aliran molekul air dalam gelas ke dalam kantong dialisis merupakan nilai
tekanan osmosis larutan sukrosa tersebut. Berdasarkan tekanan osmosanya maka larutan
tempat pertumbuhan mikroba dapat digolongkan atas larutan hipotonis, isotonis dan larutan
hipertonois. Mikroba biasanya hidup di lingkungan yang bersifat agak hipotonis sehingga air
akan mengalir dari lingkungannya ke dalam sel sehingga sel menjadi mengembang kaku.
Adanya dinding sel dapat mencegah pecahnya sel mikroba.
G. Nutrisi untuk Pertumbuhan Sel Bakteri
Untuk dapat bertahan hidup di alam, bakteri harus dapat tumbuh dengan baik. Kondisi
yang memungkinkan sel bakteri dapat tumbuh adalah keberadaan nutrisi yang
dibutuhkannya. Nutrisi yang dibutuhkan sel bakteri harus ada dalam jumlah yang
cukup dalam media pertumbuhannya.
Beberapa bakteri mempunyai persyaratan nutrisi yang sederhana, sedangkan bakteri
yang lain mempunyai persyaratan nutrisi yang rumit. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
macam dan jumlah nutrisi yang ada dalam suatu media pertumbuhan bakteri
tertentu.
Bakteri memerlukan nutrisi sebagai sumber materi dan energi untuk penyusun
komponen sel bakteri seperti genom, membran plasma dan dinding sel. Oleh karena itu,
jika nutrisi yang diperlukan bagi bakteri tertentu tersedia dalam jumlah yang cukup,
maka akan mempercepat pertumbuhan sel bakteri, yang didahului dengan peningkatan
ukuran komponen-komponen penyusun sel bakteri.
Nutrisi yang diperlukan oleh bakteri untuk meningkatkan komponen-komponen
penyusun selnya, merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi dan tersedia dalam media
pertumbuhannya di laboratorium. Hal ini didasarkan pada kebutuhan sel bakteri akan
karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), sulfur (S), air, beberapa unsur logan seperti:
Na, Ca, Mg, Zn, Pb, Co; vitamin. Semua unsur- unsur kimia ini terdapat dalam nutrisi,
dan dibutuhkan oleh bakteri untuk menyusun komponen-komponen, dan aktivitas
selnya.
H. Media Pertumbuhan Bakteri
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri diperlukan suatu substrat yang
disebut media. Agar bakteri dapat hidup dan berkembang dengan baik di dalam media,
diperlukan persyaratan media tertentu yaitu.
Media mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri.
Media mempunyai tekanan osmosa dan pH yang sesuai untuk bakteri
Media harus dalam keadaan steril
Media pertumbuhan bakteri, mengandung berbagai nutrisi dan faktor-faktor yang
yang memungkinkan sel bakteri dapat tumbuh dengan baik. Media pertumbuhan
ini dirancang untuk tidak memungkinkan mikroba lain seperti fungi untuk tumbuh
di dalam media tersebut. Dengan demikian, maka dapat diperoleh sel bakteri
campuran atau spesies bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh pada media ini.

Penyiapan media alamiah, misalnya susu skim, tidak menimbulkan masalah di


dalam penyiapannya sebagai media, hanya semata-mata dituang kedalam wadah-
wadah yang sesuai seperti tabung reaksi atau labu dan disterilkan sebelum
digunakan. Media dalam bentuk kaldu nutrien atau yang mengandung Agar
disiapkan dengan cara melarutkan masing-masing bahan yang dibutuhkan atau
lebih mudah lagi dengan cara menambahkan air pada suatu produk komersial
berbentuk medium bubuk yang sudah mengandung semua nutrien yang
12
dibutuhkan. Pada praktisnya semua media tersebut secara komersial dalam bentuk
bubuk dan juga dalam bentuk siap pakai didalam cawan-cawan petri, tabung, atau
botol.

Penyiapan media bakteriologis selain media alamiah, mengikuti langkah-langkah


sebagai berikut.

1. Setiap komponen atau medium terdehidrasi yang lengkap, dilarutkan dalam air
suling dengan volume yang sesuai.

2. pH (dalam derajat keasaman dan kebasaan) medium fluida ditentukan dan


disesuaikan (dengan menambahkan larutan basa atau asam) dengan nilai yang
optimum bagi pertumbuhan bakteri yang akan di kultivasi. pH ditentukan dengan
menggunakan indikator pH atau pH meter.

3. Medium tersebut dituang ke dalam wadah yang sesuai seperti tabung labu atau
botol dan ditutup dengan sumbat kapas atau tutup plastik atau logam sebelum
disterilisasi.

4. Medium itu disterilisasi, biasanya dengan menggunakan otoklaf, proses ini


menggunakan panas di bawah tekanan uap.

I. Bentuk media

Bentuk media ditentukan oleh ada atau tidak adanya zat pemadat seperti Agar,
gelatin. Berdasarkan bentuk, dikenal tiga jenis media, yaitu: media padat, media
cair, media semi-padat.

1. Media padat (media solid); merupakan media yang berbentuk padat, yang terdiri
atas nutrisi yang ditambah dengan Agar-Agar sebagai pemadat, yang dibuat
padat dalam cawan (plate) atau dalam bentuk Agar miring dalam tabung. Media
padat, dibuat dengan menambahkan komponen pemadat seperti Agar ke dalam
medium kaldu. Contoh media padat adalah Nutrien Agar (NA). Media padat
umumnya dipergunakan untuk mempelajari penampilan atau koloni bakteri.
Selain itu, media padat dipergunakan juga untuk mengasingkan kuman untuk
mendapatkan koloni terpisah (untuk memperoleh biakan murni).

2. Media cair (media broth); merupakan media yang terdiri dari nutrisi-nutrisi yang
berbentuk cair. Media ini tidak ditambahkan dengan komponen pemadat seperti
Agar. Oleh karena itu, dalam suhu kamar, wujud media ini selalu cair. Contoh
media cair adalah kaldu nutrien (nutrient broth). Media cair dipergunakan untuk:
membiakkan mikroorganisme dalam jumlah besar, penelaan fermentasi,
perlakuan berbagai macam uji. Media ini tidak cocok untuk pengasingan bakteri
untuk memperoleh biakan murni, juga tidak dapat dipakai untuk mempelajari
koloni bakteri.

3. Media setengah padat (media semi-solid); merupakan media yang dibuat dengan
menambahkan komponen pemadat, misalnya Agar, yang hanya setengah atau
kurang dari seharusnya ke dalam nutrisi. Dengan demikian, tingkat konsistensi
media ini lebih rendah jika dibandingkan dengan media padat (media solid).
Media setengah padat dipergunakan untuk: menguji ada tidaknya motilitas
(pergerakan) sel bakteri, menguji ada tidaknya kemampuan fermentasi
bakteri.

Berdasarkan sifatnya atau kegunaannya, media pertumbuhan bakteri dikelompokkan


13
menjadi: media umum, media sederhana, media pengaya, media pemupuk, media
diferensiasi, media selektif, media khusus, dan media serbaguna.

1. Media umum; adalah media yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan


perkembangbiakan satu atau lebih kelompok mikroba (bakteri) secara umum.
Contoh media ini adalah agar kaldu nutrisi.

2. Media pengaya; adalah media dimana suatu jenis bakteri diberi kesempatan
untuk tumbuh lebih cepat dari jenis bakteri yang lain yang sama-sama berada di
dalam satu media. Misalnya kaldu selenit atau kaldu tertrationat untuk
memisahkan Salmonella typhi dari mikroba lain yang ada dalam feces.

3. Media pemupuk (enrichment); merupakan media yang ditambah dengan suatu


bahan, untuk mempersubur bakteri tertentu saja, dan bahan yang
ditambahkan tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.

4. Media pembanding (differensial); merupakan media yang dipergunakan untuk


penumbuhan bakteri tertentu, serta penentuan sifat-sifatnya. Media pembanding
dipergunakan untuk membedakan dua kelompok bakteri tertentu, berdasarkan
sifat metabolisme kedua kelompok bakteri tersebut. Misalnya penggunaan media
untuk menentukan kemampuan memfermentasi laktosa dari bakteri.

5. Media selektif; merupakan media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau
jenis bakteri tertentu, tetapi menghambat atau mematikan jenis-jenis bakteri
lainnya. Media ini mengandung zat- zat kimia tertentu yang dapat menghambat
pertumbuhan satu kelompok bakteri atau lebih, tanpa menghambat pertumbuhan
organisme yang diinginkan. Misalnya media SS (Salmonella- Shigella) Agar,
untuk menumbuhkan Salmonella dan Shigella, tetapi media ini dapat
menghambat atau mematikan bakteri lain yang tidak dikehendaki.

6. Media khusus; merupakan media yang ditambahkan dengan suatu bahan untuk
pertumbuhan suatu bakteri tertentu. Misalnya, media yang ditambah dengan
darah domba, kelinci, atau kuda; untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
melakukan hemolisa.

7. Media serbaguna; merupakan media yang dapat menunjang pertumbuhan


sebagian besar bakteri. Misalnya kaldu nutrien (nutrient broth).

J. Kultivasi Bakteri

Di habitat alaminya, mikroorganisme biasanya tumbuh dalam populasi yang kompleks dan terdiri
dari beberapa spesies. Hal ini menyebabkan penelitian mengenai mikroorganisme dalam berbagai
habitat menjadi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik untuk
memisahkan populasi yang kompleks ini menjadi spesies yang berbeda-beda sebagai biakan
murni. Biakan murni adalah suatu populasi sel yang ditumbuhkan dari satu sel induk.

Proses isolasi dan upaya mempertahankan keadaan murni memerlukan teknik aseptik . Oleh
karena itu, sebelum mengkultur suatu mikroba harus dilakukan suatu proses sterilisasi.  

Populasi bakteri di alam sangat banyak. Keberadaan bakteri di alam, dapat dijumpai
di udara, tanah, dan air. Bakteri-bakteri yang hidup di alam terdiri atas banyak jenis.
Oleh karena itu, jika ditumbuhkan dalam media yang memungkinkan seluruh jenis
bakteri tumbuh, maka akan diperoleh kultur campuran (bakteri yang terdiri atas
berbagai spesies).
14
Untuk memperoleh kultur murni, maka dalam kultivasi (penanaman) bakteri di
laboratorium, dilakukan metode penanaman tertentu. Metode-metode kultivasi yang
dapat diterapkan dalam upaya memperoleh kultur murni, adalah: metode
goresan (streaking method), metode tuang (pour plate). Metode goresan, dilakukan
dengan menggoreskan sel-sel bakteri dengan menggunakan ose pada media
padat di dalam cawan petri, atau media padat miring di dalam tabung. Metode tuang,
dilakukan dengan didahului mengencerkan sampel yang mengandung bakteri.
Dalam metode tuang, setelah dilakukan pengenceran, kemudian sampel tersebut
disedot dengan jumlah tertentu dengan menggunakan pipet, dan dimasukkan ke
dalam cawan petri. Selanjutnya, ditambahkan dengan media padat, digoyang-goyang
agar media dan sampel dapat bercampur dengan merata. Gambar
9.1 menunjukkan cara menyebarkan sel bakteri dengan metode goresan (streaking).

Gambar 9.1 Cara menyebarkan bakteri dengan metode goresan (Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Airlangga, 1994)

Selain metode goresan dan metode tuang yang dipakai untuk penanaman bakteri dalam
rangka memperoleh koloni terpisah, ada metode penanaman bakteri lain di
laboratorium. Metode-metode lain yang dipakai dalam menanam bakteri, yaitu :
1. Pembiakan lapangan; dikerjakan dengan membasahi seluruh permukaan lempeng
Agar dengan suspensi kuman. Cara ini akan menyebabkan pertumbuhan kuman secara
merata. Biakan serupa ini berguna untuk penentuan jenis kuman dengan bakteriofaga
dan uji kepekaan terhadap antibiotika.
2. Biakan tusukan; dikerjakan dengan menusukkan perbenihan dengan sengkelit
jarum yang panjangnya 11 cm. Biakan tusukan ini dipakai untuk menunjukkan
adanya pencairan gelatin dan mempertahankan biakan kaldu.
3. Biakan cair di dalam tabung, botol, atau erlenmeyer, dapat ditanami dengan
mencelupkan sengkelit yang sudah dioleskan kuman. Biakan cair diperlukan jika
kita membutuhkan biakan yang banyak dan cepat.
Dalam menumbuhkan bakteri pada media pertumbuhan, perlu diperhatikan sifat
bakteri berdasarkan kebutuhan akan oksigen dalam pertumbuhannya. Terkait
dengan bakteri anaerob, Fardiaz (1989) menjelaskan bahwa bakteri anaerob tidak
dapat tumbuh pada permukaan atau sedikit di bawah permukaan medium padat
atau semi-padat di dalam udara pada tekanan atmosfer. Bakteri anaerobik yang
aerotoleran dapat tumbuh dengan baik pada permukaan Agar dengan tekanan
oksigen yang rendah di atmosfer. Tetapi bakteri anaerobik obligat dapat segera
15
mati jika terkena oksigen. Ada juga bakteri yang bersifat anaerobik fakultatif, yaitu
dapat tumbuh tanpa atau dengan adanya oksigen. Oleh karena itu, dalam
menumbuhkan bakteri pada media-media pertumbuhan, perlu diperhatikan ciri-ciri
bakteri yang akan ditumbuhkan, sehingga teknis penanaman bakteri tersebut pada
media pertumbuhannya, disesuaikan dengan ciri-ciri nya.
K. Teknik Kultivasi Mikroba
Setelah semua bahan dan alat yang akan digunakan dalam proses kultivasi disterilkan, maka
dimulailah proses isolasi untuk mendapatkan biakan murni. Bahan yang diinokulasikan pada medium
disebut inokulum. Di bawah ini ada beberapa teknik inokulasi yang umum dilakukan di laboratorium
mikrobiologi.
a. Teknik Penyebaran (The Spread-Plate Technique)
Teknik penyebaran yang lebih sering disebut dengan Spread-Plate adalah teknik langsung dan
mudah untuk mendapatkan suatu biakan murni. Di bawah ini adalah gambar saat menginokulasi
mikroba dengan menggunakan teknik Spread-Plate.  Campuran dari beberapa spesies bakteri
disebarkan di permukaan medium agar, sehingga setiap sel akan tumbuh menjadi koloni yang
terpisah sempurna dan dapat dilihat secara makroskopis berupa kumpulan mikroba di atas
medium padat. Setiap koloni yang terbentuk merupakan biakan murni. i bawah ini adalah gambar
dari biakan murni yang diperoleh dengan menggunakan teknik Spread-Plate.
b. Teknik Goresan (The Streak-Plate Technique)
Biakan murni juga dapat diperoleh dengan teknik goresan ( Streak-Plate Technique ). Inokulum
digoreskan di atas medium dengan memakai ose menurut pola tertentu, yaitu:
1. Goresan T
Untuk membuat biakan murni dangan teknik goresan T, ada beberapa langkah yang harus
diikuti, yaitu :
 Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan hutuf T pada bagian luar dasar cawan petri.
 Inokulasi daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.
 Panaskan ose dan biarkan dingin kembali
 Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II.
 Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin kembali.
 Prosedur diatas diulang untuk daerah III
2. Goresan Kuadran
Teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi empat.
1) Goresan Radian
 Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.
 Pijarkan ose dan dinginkan kembali.
 Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir
lempengan
 Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya.
 Pijarkan ose.
2) Goresan Sinambung
 Ambil satu mata ose suspensi dan goreskan setengah permukaan lempengan agar.
 Jangan pijarkan ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose yang sama dan
gores pada sisa permukaan lempengan agar.
Setelah inkubasi, sel-sel mikroba memperbanyak diri dan dalam waktu 18-24 jam
akan terbentuk suatu massa sel yang disebut koloni. Koloni yang terbentuk ini adalah
biakan murni. Di bawah ini adalah hasil kultivasi berupa biakan murni yang diperoleh
dengan teknik goresan.
c. Teknik lempeng tuang (Pour Plate Technique )
Teknik pour-plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme
di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur
bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar. Kultivasi mikroba dengan
teknik ini dimulai dengan mengencerkan kultur bakteri yang telah ada dengan aquades.
Selanjutnya, diaduk hingga rata dengan cara memutar tabung reaksi dengan telapak tangan
16
selama beberapa kali. Larutan dilusi tadi sebanyak + 1 ml dituang ke dalam cawan petri. Cawan
petri diputar secara perlahan-lahan di atas meja horizontal untuk mengaduk campuran media agar
dengan dilusi kultur mikroba. Terakhir, inkubasi kultur ini pada kondisi yang sesuai. Tahapan di
atas diilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini.
Biakan murni yang dihasilkan, jika disimpan dalam jangka waktu yang lama akan mudah sekali
mengalami mutasi. Ini berarti, biakan murni yang disimpan terlalu lama bukan lagi biakan murni
yang semula. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah atau
setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya mutasi, yaitu :
1. Secara periodik, biakan harus dipindahkan ke medium baru, sebaiknya  pemindahan
dilakukan pada fase log
2. Biakan harus disimpan pada suhu rendah dan terhindar dari radiasi. Mikroba diliofilisasikan,
yaitu dimasukkan dalam ampul berisis susu kering bercampur CO2 kemudian disimpan pada
tempat bersuhu rendah.
L. Gambaran Koloni Kuman
Koloni adalah kumpulan sel-sel tunggal, hasil pembelahan sel kuman, pada media padat
atau semi-padat. Macam-macam bentuk koloni adalah: bulat, tidak teratur, berjari-jari
atau berambut. Permukaan koloni juga bermacam-macam, yaitu: licin, kasar, berbutir
halus atau kasar, berbintil-bintil, berkilap dan lain-lain. Ukuran koloni berkisar antara:
2 sampai 3 mm. Koloni yang sangat kecil berukuran 0,5 - 1 mm. Penonjolan koloni
bakteri bermacam-macam, antara lain: agak cembung, cembung, menyebar, menonjol
dengan permukaan yang rata, menonjol di tengah, cembung berbintik- bintik. Gambar
9.2 berikut menunjukkan penonjolan koloni.

Gambar 9.2 Penonjolan koloni (Gupte, 1990)

17
PENUTUP
3
B
BA

A. KESIMPULAN
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh,
pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya
diasimilasi oleh tubuh. Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan
makanan. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi.
Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik
dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang
proses penyerapanya disebut proses nutrisi.
Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut diberikan ke
dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya berbeda-beda tergantung pada
keperluannya. Beberapa golongan mikroorganisme misalnya diatomae dan alga tertentu memerlukan
silika (Si) yang biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan
kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar yang
agak tinggi diperlukan oleh mikroorganisme tertentu yang hidup di laut.
Mikroorganisme memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun
sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroorganisme mempunyai sifat
fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia sel mikroorganisme
relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel.
Nutrisi sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan mikroorganisme. Karena jika nutrisi
terhambat atau kurang memenuhi syarat, maka proses untuk tumbuh pada bakteri pun terganggu dan
terhambat.
Bakteri membutuhkan nutrisi untuk mensintesis komponen- komponen selnya. Oleh
karena itu, dalam proses kultivasi (penanaman) bakteri di laboraorium, perlu
diperhatikan keberadaan dan jumlah nutrisi di dalam media pertumbuhannya. Nutrisi
untuk pertumbuhan bakteri, merupakan sumber Carbon (C), Hidrogen (H), Nitrogen
(N), Oksigen (O), sulfur (S), air, beberapa unsur logan seperti: Na, Ca, Mg, Zn, Pb,
Co; vitamin.
Media pertumbuhan, merupakan media yang berisi nutrisi, dan unsur kimia lain, yang
disiapkan untuk menumbuhkan sel bakteri di laboratorium. Media pertumbuhan bakteri
harus memenuhi persyaratan, yaitu: mengandung nutrisi, pH yang sesuai dengan
kebutuhan sel bakteri, dan harus dalam keadaan steril.
Berdasarkan bentuknya, media pertumbuhan bakteri dikelompokkan menjadi:
media padat (media solid), media cair (media broth), dan media setengah padat (media
18
semi-solid). Media padat, mengandung bahan pemadat seperti Agar, digunakan untuk
mempelajari penampilan atau koloni bakteri, dan untuk mengasingkan kuman
untuk mendapatkan koloni terpisah. Media cair, tidak mengandung bahan pemadat
seperti Agar, dan dipergunakan untuk: membiakkan mikroorganisme dalam jumlah
besar, penelaaan fermentasi, perlakuan berbagai macam uji. Media setengah padat,
merupakan media yang mengandung bahan pemadat tetapi dalam jumlah yang
lebih sedikit bila dibandingkan dengan media padat, dan dipergunakan untuk:
menguji ada tidaknya motilitas (pergerakan) sel bakteri, menguji ada tidaknya
kemampuan fermentasi bakteri.
Untuk mendapatkan koloni terpisah, maka dalam kultivasi bakteri di laboratorium,
dapat dilakukan metode-metode kultivasi tertentu. Motode-metode kultivasi tersebut
antara lain, metode tuang dan metode gores. Kedua jenis metode kultivasi tersebut,
diterapkan dalam penanaman bakteri untuk mendapatkan koloni terpisah, dalam upaya
mengisolasi bakteri untuk memperoleh biakan murni.
Koloni adalah kumpulan sel-sel tunggal, hasil pembelahan kuman, biasanya tumbuh
pada media padat atau semi-padat. Bentuk, permukaan, ukuran, dan penonjolan koloni
kuman bermacam- macam.

B. SARAN
Adanya kritikan dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menuju perbaikan ke arah
kemajuan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Karena keterbatasan  informasi dan pengetahuan tentang nutrisi dan kultivasi mikroorganisme
ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman tentang pembuatan makalah ilmiah, mengakibatkan
terdapat sedikit kesulitan dalam pembuatan makalah ilmiah ini. Tetapi karena keterbatasan itulah
saya termotivasi untuk menjadi lebih baik.

19
Daftar Rujukan 115

DAFTAR PUSTAKA

Chan, V.L.; Sherman, P.M.; Bourke, B. 2006. Bacterial Genome and Infectious Diseases.
Totowa, New Jersey: Humana Press.
Dale, J.; Park, S. 2003. Molecular Genetics of Bacteria. England: Wiley.
Davis, B.D., et al. 1990. Microbiology. Singapore: Harper & Row Publisher.
Dworkin, M.; Falkow, S.; Rosenberg, E.; Schletfer, K.; Stackkebrandt,
E. 2006. The Prokaryotes. Volume 7. Singapore: Springer.
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Fardiaz, S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Alih Bahasa: Julius E.S. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
Hastuti, U.S. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press.
Jawetz, E., Melnick, J.L.; Adelberg, A. 1986. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan.
Alih Bahasa: H. Tonang. Jakarta: EGC.
Joklik, W.K.;Willett, H.P.; Amos, D.B.; Wilfert, C.M. 1988. Zinsser Mikcrobiology.
Singapore: Prentice Hall International Inc
Djide, M., dan Sartini. 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Dwyana, Zaraswaty dan Nur Haedar. 2009. Penuntun praktikum Mikrobiologi Pangan. Jurusan Biologi.
Universitas Hasanuddin : Makassar.
Jawetz, dkk. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika, Surabaya.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV. Yrama Widya : Bandung

Anda mungkin juga menyukai