HAKIKAT SAINS
OLEH
JURUSAN FISIKA
MEDAN, 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah Hakikat Sains pada mata kuliah Pembelajaran Inovatif
di Bidang Fisika.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
mata kuliah ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalahini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan tulisan ini. Akhir kata saya
mengucapkan banyak terimakasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian hakikat Sains dalam pembelajaran inovatif di bidang Fisika
2. Menganalisis hakikat sains dalam pembelajaran inovatif di bidang Fisika
3. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu pembelajaran inovatif di bidang Fisika
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Menurut Toharudin (2011), hakikat sains terdiri dari sians sebagai proses,
sains sebagai produk dan sians sebagai sikap. Berikut penjabaran masing-masing
aspek:
a. Sains sebagai Proses
Sains sebagai proses, merupakan aktivitas kognitif. Sains sebagai proses
akan selalu merujuk pada suatu aktivitas ilmiah yang dilaksanakan oleh para ahli
sains. Setiap aktivitas ilmiah mempunyai ciri-ciri yang rasional, kognitif dan
bertujuan. Aktivitas seorang dalam mencari ilmu pasti memerlukan pikiran untuk
menalarnya. Dalam melaksanakan ktivitas ilmiah yang merupakan kegiatan
terbaik harus dipayungi oleh kegiatan yang bernama penelitian. Untuk melakukan
proses sains dibutuhkan berbagai keterampilan antara lain, sebagai berikut :
1. Keterampilan Mengamati
Kemampuan pengamatan sangat diperlukan dalam bekerja ilmiah.
Mengamati merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran tentang suatu
benda atau suatu fenomena. Tanpa adanya kemampuan mengamati kita tidak
akan bisa mendapatkan gambaran yang baik sehingga tidak akan dapat
mengembangkan ilmu.
2. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan percobaan
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan percobaan mencakup
beberapa keterampilan, yaitu keterampilan merumuskan pertanyaan penelitian,
keterampilan merumuskan hipotesis, keterampilan menentukan variabel, dan
Keterampilan menentukan cara dan langkah kerja penyelidikan.
3. Keterampilan menafsirkan dan menarik kesimpulan
Menafsirkan mencakup keterampilan untuk menghubung-hubungkan
hal yang satu dengan hal yang lainnya, misalnya antara data yang satu dengan
data yang lainnya atau antara apa yang baru diamati dengan sesuatu yang
sudah ada di
dalam pikiran kita. Keterampilan menafsirkan membantu kita dalam
menemukan persamaan, perbedaan, pola, dan keteraturan. Setelah berhasil
menafsirkan data, langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan.
4. Mengkomunikasikan
3
Keterampilan berkomunikasi mencakup keterampilan menyampaikan
dan menerima informasi. Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi
mencakup keterampilan menggunakan bermacam bentuk komunikasi baik
lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi ilmiah sering dituntut kemampuan
untuk menyajikan dan membaca informasi secara mudah dan akurat, misalnya
membaca dan membuat grafik, tabel atau diagram.
b. Sains sebagai sikap
Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh ilmuan
saat mereka melakukan berbagai kegiatan ilmiah terkait dengan profesinya
sebagai seoarang ilmuwan. Dengan perkataan lain, sikap ilmiah merupakan
kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan
masalah sistematis melalui langkah-langkah. Karena itu, seorang peneliti harus
mampu mengembangkan beberapa sikap ilmiah.
c. Sains sebagai produk
Sains sebagai produk ilmiah, dapat berupa pengetahuan-pengetahuan sains
yang didapat dari bahan ajar, makalah-makalah ilmiah, buku teks, artikel ilmiah
dan pernyataan para ahli sains berupa teori, postulat, hukum dan lain-lain. Secara
umum, ada beberapa produk sians seperti faka, konsep, lambang, konsepsi atau
penjelasan dan teori.
2.2 Hakikat Pembelajaran Sains
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan
bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperolah suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dan lingkungannya.
Hakikatnya pembelajaran sains tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga
harus belajar aspek proses dan sikap agar siswa dapat benar-benar memahami sains
secara utuh. Pembelajaran sains merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa
bukan sesuatu yang dilakukan pada siswa. Pembelajaran sains menuntut siswa untuk
belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak
hanya mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on. Penting sekali bagi setiap
4
guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan
bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa
Nilai-nilai sains yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran sains antara lain sebagai
berikut:
a. Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-
langkah metode ilmiah.
b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan
alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam
kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
pendidikan sains disekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:
1. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap.
2. Menanamkan sikap hidup ilmiah.
3. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.
4. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para
ilmuwan penemunya.
5. Menggunakan dan menerapakan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.
6
sehingga akan mengetahui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi
serta bagaimana sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat.
Terdapat beberapa point seputar literasi sains yaitu: (1) pengetahuan ilmiah
individu dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk
mengidentifikasi masalah, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena
ilmiah, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang berhubungan dengan isu
sains; (2) memahami karakteristik utama pengetahuan yang dibangun dari
pengetahuan manusia dan inkuiri; (3) peka terhadap bagaimana sains dan teknologi
membentuk material, lingkungan intelektual dan budaya; (4) adanya kemauan untuk
terlibat dalam isu dan ide yang berhubungan dengan sains.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakikat belajar sains yaitu suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku dan sikap dari sesuatu yang
berkaitan dengan makhluk hidup dan lingkungannya dengan menggunakan dan
menerapakan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Pembelajaran pada
hakekatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan prosedur dan metode yang
ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperolah suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dan lingkungannya. Terdapat beberapa point seputar
literasi sains yaitu: (1) pengetahuan ilmiah individu dan kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengidentifikasi masalah, memperoleh
pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti yang berhubungan dengan isu sains; (2) memahami karakteristik
utama pengetahuan yang dibangun dari pengetahuan manusia dan inkuiri; (3) peka
terhadap bagaimana sains dan teknologi membentuk material, lingkungan intelektual
dan budaya; (4) adanya kemauan untuk terlibat dalam isu dan ide yang berhubungan
dengan sains.
3.2 Saran
Semoga dengan tugas makalah ini pembaca dapat memahami serta
mengimplementasikannya bila ingin membuat suatu inovasi sains khususnya
di bidang fisika.
8
DAFTAR PUSTAKA
Asyhari, Ardian & Hartati, Risa. Profil Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Siswa
Melalui Pembelajaran Saintifik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi.
04(2): 181-182
Toharudin, Uus. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung:
Humaniora
Widowati, Asri. 2008. Diktat Pendidikan Sains. Yogyakarta: FMIPA UNY