BRONKOPNEUMONIA
Noni Wahyuni
133307010002
Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga tugas ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing,dan dokter-dokter
spesialis anak lainnya yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
tugas ini.
Tugas ini disusun agar kita semua dapat memperluas wawasan dengan berdiskusi
mengenai yang dalam kesempatan ini penulis sajikan dalam bentuk laporan kasus.
Dalam pembuatan tugas ini, penulis merasakan masih banyak kekurangan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan menjadi masukan untuk penulis perbaiki ke
depannya.
Demikianlah kata pengantar ini,penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan tugas ini. Semoga dapat bermanfaat khususnya dalam
menunjang pembelajaran kita di dunia kedokteran.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Bronkopneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial. Pentebab pneumonia, antara lain virus, jamur, dan bakteri. S.
pneumonia merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua kelompok
umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun. Respiratory Syncytial
Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak kurang dari 3 tahun. Pada
umur yang lebih muda, adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus juga
ditemukan.1
Gejala klinis berupa demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak napas. Pada
bayi, gejala tidak khas, sering kali tanpa demam dan batuk. Anak besar kadang mengeluh
nyeri kepala, nyeri abdomen, sertai muntah.4
1
BAB II
STATUS PASIEN
Orangtua
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara alloanamnesa dari ibu pasien
1. KeluhanUtama : Sesak napas
2. KeluhanTambahan : Demam, batuk berdahak, mual, muntah
3. Telaah : Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari yang lalu.
Pasien juga mengalami demam yang terjadi sejak 3 hari yang. Demam naik terutama
saat malam hari dan turun dengan pemberian sanmol. Pasien juga memiliki keluhan
2
batuk berdahak sejak 4 hari . Batuk berdahak berwarna putih. Pasien juga mual dan
muntah 1 kali. 2 minggu yang lalu pasien di rawat dirumah sakit dengan keluhan yang
sama.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu : Brongkopneumonia
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu (Asma)
6. Riwayat Penggunaan Obat : cefixim, Nebul, Ventolin
7. Riwayat Alergi Obat : Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat
8. Riwayatkelahiran:
- Sectio Caesar
- Ditolong oleh dokter
- Segera menangis saat lahir
- BBL: 2700 gram
- Panjang Badan Lahir: 49cm
9. Imunisasi dasar :
a. Hepatitis B 3x saat lahir, usia 2 bulan, dan usia 6 bulan.
b. Polio 3x usia saat lahir, 2 bulan dan 4 bulan.
c. BCG 1x usia 2 bulan.
d. DPT 2x usia 2 bulan dan 4 bulan.
10. RiwayatPerkembangan :
a. Menegakkan kepala usia 3 bulan
b. Membalikkan badan usia 7 bulan
c. Belaja duduk usia 8 bulan
RIWAYAT NUTRISI
0-6 Bulan :
ASI : 2 bulan pertama, selanjutnya susu SGM
Lainnya : Bubur saring, biscuit milna
6-8 bulan :
3
Asi: -
Makan pagi /siang/malam : Bubur saring (2x per hari)
Makan selingan (snack) : buah (pisang,papaya,apel),, roti biskuit (2xper hari )
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesan Keadaan Sakit : Sedang
Sensorium : Compos Mentis, GCS: 15
Nadi : 136x/i regular
Pernafasan : 42x/i
Temperature : 38.70C
Data Antroprometri
Berat Badan : 10 kg
TinggiBadan : 85 cm
Lingkar Lengan Atas : 18 cm
Lingkar Kepala : 45 cm
Status Gizi
BB/Umur : 0SD s/d 2SD (Berat Badan Normal)
TB/Umur : -2SD s/d 0SD (Panjang Badan Normal)
BB/TB : 1SD s/d +2SD (Gizi Baik/Cukup)
2. PemeriksaanFisik
Kulit:
a. Sianosis : Tidak ditemukan
b. Ikterus : Tidak ditemukan
c. Pucat : Tidak ditemukan
d. Turgor : kembali cepat, <2 detik
e. Edema : Tidak ditemukan
f. Lainnya :-
4
Rambut : Normal, berwarna hitam, tidak mudah dicabut
Kepala : Normal, tidak ada trauma atau benjolan
a. Wajah : Dismorfik tidak ada
b. Mata : Pada palpebra tidak dijumpai adanya edema, pada
konjungtiva tidak dijumpai pucat, hiperemis ataupun sekret, pupil isokor dan
reflek cahaya (+/+)
c. Hidung : Bentuk normal, deviasi septum nasi (-), mukosa tidak
hiperemis, tidak ada edema concha, secret pada kedua lubang hidung (-)
d. Mulut
Bibir : Kering, sianosis (-)
Gusi : Tidak ditemukan perdarahan
Palatum : Tidak ditemukan kelainan
Lidah : Tidak ditemukan kelainan
Tonsil : T1-T1
Faring : Tidak ditemukan kelainan
e. Telinga : Bentuk aurikula normal, serumen (-)
Leher : Tidak ditemukan kelainan
Thorax:
a. Paru
Inspeksi : Simetris fusiformis
Perkusi : Batas paru jantung normal
Auskultasi : SP : Brongkial, ST : Ronki basah (+), whezing (-)
b. Jantung
Auskultasi : BJ I, BJ II regular, gallop (-), murmur (-)
3. Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk dada normal, tidak ada jejas
b. Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-)
c. Perkusi : Timpani
d. Auskultasi : Peristaltik normal
5
4. Ekstremitas : Akral hangat, bentuk kaki dan tangan tidak ada
deformitas, tidak ada edema dikedua ekstremitas bawah, tidak ada tremor di
keempat ekstremitas.
6
Bronkopneumonia
2.9 TERAPI DEFINITIF
O2 ½ liter/i (k/p)
Diet MI
FOLLOW UP
7
Hari/ S O A P
Tanggal
ST = ronki basah
(+) T : 38,7o C
Minggu, 7 - Demam (-) Kesan sakit Bronkopneumonia O2 ½ liter/i (k/p)
Januari :Sedang, Sens :
2018 - Sesak (-) IVFD 4:1 → 30 ggt/i
CM, GCS :15 mikro
- Batuk (+) FJ : HR =
Inj. Cefotaxim 500 g/ 8
118x/min, regular jam / drip dengan Nacl
FN : Pulse = 118 0,9 %
x/min, T/V =
Inj. Antalgin 100 mg/8
cukup
jam k/p
FP : RR = 32 x/
min, Nebul Ventolin + 2,5 cc
Nacl 0,9 %/ 8jam
SP = Bronkial
ST = ronki basah Diet MI
(+) T : 36,5
8
FJ : HR = Inj. Cefotaxim 500 g/
121x/min, regular 8 jam / drip dengan
Nacl 0,9 %
FN :
Pulse=121x/min, Inj. Antalgin 100
T/V = cukup mg/8 jam k/p
FP : RR = 33 x/ Nebul Ventolin + 2,5
min, cc Nacl 0,9 %/ 8jam
SP = Bronkial
Diet MI
ST = ronki basah
(+) T : 36,9
Selasa, 9 - Demam (-) Kesan sakit : Bronkopneumonia O2 ½ liter/i (k/p)
Januari Sedang, Sens :
2018 - Sesak (-) IVFD 4:1 → 30 ggt/i
CM, GCS : 15
mikro
- Batuk (+) FJ : HR =
120x/min, regular Inj. Cefotaxim 500 g/
FN : 8 jam / drip dengan
Pulse=120x/min, Nacl 0,9 %
T/V = cukup
Inj. Antalgin 100
FP : RR = 30 x/
mg/8 jam k/p
min,
SP = Bronkial Nebul Ventolin + 2,5
ST = ronki basah cc Nacl 0,9 %/ 8jam
(+) T : 36,9
Diet MI
9
118x/min, regular 8jam
FN : Pulse = 118
Prednisone
x/min, T/V = cukup
+Ambroxol +
FP : RR = 32 x/
Cetirizine → pulvis
min,
3x1
SP = Bronkial
ST = ronki basah PCT drop 4x1 ml
(+) T : 37
Diet MI
Kamis, 11 - Demam (+) Kesan sakit : Bronkopneumonia IVFD 4:1 10 gtt/I
Januari Sedang, Sens : mikro
2018 - Sesak (-) CM, GCS : 15
Inj. Ceftriaxon
- Batuk (+) FJ : HR =
400g/ drop Nacl 0,9
118x/min, regular
% 50 cc/ 12 jam
FN : Pulse = 118
x/min, T/V = Nebul Ventolin +
cukup 2,5 cc Nacl 0,9 %/
FP : RR = 32 x/ 8jam
min,
Prednisone +
SP = Bronkial Ambroxol +
ST = ronki basah Cetirizine → pulvis
(+) T : 39 3x1
PCT drop 4x1 ml
Diet M
Jumaat, - Demam (-) Kesan sakit Sedang, Bronkopneumonia IVFD 4:1 10 gtt/I
12 mikro
- Sesak (-) Sens : CM, GCS :
Januari
2018 Inj. Ceftriaxon
- Batuk (+) 15
400g/ drop Nacl 0,9
10
FJ : HR = % 50 cc/ 12 jam
100x/min, regular Nebul Ventolin +
2,5 cc Nacl 0,9 %/
FN : Pulse = 100
8jam
x/min, T/V =
Prednisone +
cukup Ambroxol +
Cetirizine → pulvis
FP : RR = 30 x/
3x1
min,
PCT drop 4x1 ml
SP = Bronkial
Diet M
ST = ronki basah
(+) T : 37
Jumaat, 13 - Demam (-) Kesan sakit : Sedang, Bronkopneumonia Cefixin 2 x 2,5 ml
Januari Sens : CM, GCS : 15
- Sesak (-) Salbutamol 3x1 ml
2018 FJ : HR = 100x/min,
- Batuk (+) regular PCT 3x1 ml
FN : Pulse = 100
x/min, T/V = cukup
FP : RR = 30 x/ min,
SP = Bronkial
ST = ronki basah (+)
T : 36,9
11
1.11 PEMBAHASAN
12
Pemeriksaan laboratorium
Berdasarkan Literatur Berdasarkan Nelson Berdasarkan Berdasarkan kasus
IDAI Pedoman Medis yang dijumpai
Dapat dijumpai: pneumonia viral dapat Pemeriksaan Dijumpai :
pneumonia bakteri dijumpai: jumlah Leukosit Leukosit : 14.690
1. Leukositosis Hitung jenis leukosit dan hitung jenis
yang berkisar seringkali normal atau leukosit perlu
15.000 – sedikit meningkat dilakukan untuk
40.000/mm3 membantu
dengan Pada Pneumonia pemberian
predominan bacterial dapat antibiotic
PMN dijumpai :
2. Leukopenia Hitung jenis leukosit
(<5000/mm3) mengalami peningkatan
(>20.000/mm3) dengan
predominan neutrofil
Pemeriksaan darah lengkap, pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma
umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Secara umum,
hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi
virus dan infeksi bakteri secara pasti.
13
dengan gambara difus merata Konsolidasi lobaris atau Bronkovaskular dalam batas
pada kedua paru, berupa pneumonia yang berbentuk normal Tampak infiltrat di
bercak – bercak infiltrat yang bundar dengan diikuti parakardial kanan
dapat meluas hingga daerah dengan kasus efusi pleura
perifer paru, disertai dengan
peningkatan corakan Pada pneumonia viral ;
peribronkial infiltrate bronkopneumonia
seperti garis tumpang tindih
(steaky) dan menyebar
(difus)
Penatalaksanaan
Berdasarkan Literatur IDAI Berdasarkan kasus yang dijumpai
Pada balita dan anak yang lebih besar, Diberikan ceftriakson (Antibiotik
antibiotic yang direkomendasikan adalah cephalosporin generasi ketiga)
antibiotic beta laktam atau diberikan
sefalosporin generasi ketiga intravena.
14
Bila pasien sudah tidak demam, antibiotic
dapat diganti menjadi oral.
Dasar penatalaksanaan rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta
tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen,
Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik.3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Definisi
Bronkopneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial.1
3.2 Etiologi
15
Tabel. Penyebab Utama Pneumonia yang didapat dimasyarakat
3.2 Epidemiologi
16
kasus setiap tahun hingga total diseluruh dunia 156 juta kasus pneumonia anak-balita
setiap tahun.3
Insiden kasus pneumonia berobat dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Insiden
pneumonia balita tertinggi (>4%) pada tahun 2005 ada di Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Lampung, Bangka Belitung, NTB, Kalimantan Selatan dan Sulawesi
tengah. Sementara Jawa Barat dan Papua Barat tidak ada data.2
Pada tahun 2006 daerah yang paling tinggi insidensnya adalah provinsi Bangka
Belitung, NTB, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Maluku.
Tahun 2007 provinsi dengan insidens pneumonia tinggi semakin berkurang dan sebagian
provinsinya berubah yaitu Kalimantan Selatan, NTB, Sulawesi Utara dan Sulawesi
Tenggara.3
Pada tahun 2008 provinsi dengan insidens pneumonia tinggi hanya tiga provinsi
yaitu Jawa Barat, NTB dan Gorontalo, Sedang tahun 2009 provinsi yang insidensnya
>4% adalah Bangka Belitung, Jawa Barat dan NTB . Dari hasil pemetaan insidens
pneumonia membuktikan bahwa pneumonia tersebar di seluruh provinsi di Indonesia,
hanya angka insidennya yang berbeda – beda.3
3.4 Diagnosa
A. Anamnesis
Demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak napas. Pada bayi, gejala
tidak khas, sering kali tanpa demam dan batuk. Anak besar kadang mengeluh
nyeri kepala, nyeri abdomen, sertai muntah.4
B. Pemeriksaan Fisis
17
Neonatus: sering dijumpai takipnea, grunting, pernapasan cuping hidung, retraksi
dinding dada, sianosis, dan malas menetek
Bayi yang lebih besar: jarang ditemukan grunting. Gejala lain yang sering terlihat
adalah batuk, panas, dan iritabel
Anak prasekolah, selain gejala di atas, dapat ditemukan batuk
produktif/nonproduktif, dan dispnea
Anak sekolah dan remaja, gejala lainnya yang dapat dijumpai yaitu nyeri dada,
nyeri kepala, dehidrasi, dan letargi
Auskultasi → fine crackles (ronki basah halus) yang khas pada anak besar,
mungkin tidak ditemukan pada bayi.
Iritasi pleura akan menyebabkan nyeri dada; bila berat gerakan dada tertinggal
waktu inspirasi, anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki fleksi Rasa nyeri
dapat menjalar ke leher, bahu, dan perut.
18
C. Pemeriksaan Penunjang4
1. Radiologis
19
direkomendasikan terutama pneumonia yang tidak memerlukan perawatan di
rumah sakit.
Pada bayi dan anak yang kecil, gambaran radiologis sering tidak sesuai
dengan gambaran klinis. Foto Rontgen toraks tidak dapat membedakan antara
pneumonia bakteri dan pneumonia virus. Gambaran radiologis yang klasik
dapat berupa:
3. Pulse oxymetri
Pengukuran saturasi O2 merupakan pemeriksaan noninvasive yang dapat
memperkirakan oksigenasi arteri. Semua anak yang dirawat inap karena
20
pneumonia seharusnya diperiksa pulse oxymetri. Pemeriksaan ini sangat
dianjurkan untuk negara berkembang dengan keterbatasan sarana untuk
mendeteksi hipoksemia
4. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan biakan darah harus dilakukan pada semua anak yang dicurigai
menderita pneumonia bakteri, pneumonia berat, pneumonia dengan
komplikasi Hasil (+) hanya didapatkan pada 10–30% kasus.
5. Pemeriksaan sputum
Walaupun kurang berguna, tetapi jika anak memungkinkan untuk
mengeluarkan sputum, periksa preparat gram Rapid test untuk deteksi antigen
bakteri mempunyai spesifisitas dan sensitivitas rendah.
3.6 Penatalaksanaan
A. Kriteria Rawat Inap
Bayi :
Saturasi oksigen ≤ 92% Sianosis
Frekuensi nafas > 60 x/menit
Distres pernafasan. Apnea intermiten atau grunting
Tidak mau minum / menetek
Keluarga tidak bias merawat dirumah
Anak :
B. Tatalaksanaan Umum
21
Pasien dengan saturasi oksigen < 92% pada saat bernapas dengan udara kamar harus
diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen >92%
Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena
dan dilakukan balans cairan ketat
Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak
dengan bronkopneumonia
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien
dan mengontrol batuk
Nebulisasi dengan –β 2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance
Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4
jam -sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen
Pemberian Antibiotik
22
Antibiotic intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral (misalnya karena muntah) atau termasuk dalam derajat
pneumonia berat.
Antibiotik iv yang di anjurkan adalah : Kloramfenikol, co-amoxiclav,
ceftriaxone dan cefotaxime.
Pemberian antibiotic oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan
setelah mendapat antibiotic intravena
C. Kriteria pulang.1
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asupan per oral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana control
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
3.7 Pencegahan.6
Vaksinasi dengan vaksin pertusis (DTP), campak, pneumokokus, dan H.
influenza.
Vaksin influenza untuk bayi >6 bl dan usia remaja.
Untuk orangtua atau pengasuh bayi <6 bl disarankan untuk diberikan
vaksin influenza dan pertusis.
3.8 Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,
pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmonner seperti meningitis purulenta. Empiema
torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri. 2
23
Daftar Pustaka
24