Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Mohammad Yunus

NIM : 2012069

PRODI : S-1 TEKNIK ELEKTRO

BAB 5 UBUDIYYAH
A. Masa Permulaan Kewajiban Agama.

Menurut ajaran Islam, semua kewajiban dan larangan akan menjadi tanggungjawab setiap Muslim apabila
masuk usia aqil baligh/balighah atau batas minimal waktu mulainya kewajiban agama. Ketika masuk usia 7 tahun,
nabi memerintahkan para orangtua agar menyuruh anak-anaknya untuk melaksanakan shalat, dan mulai
memisahkan tempat tidur anak laki dan perempuan tidak dalam satu kamar.

“Dari ‘Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata, Rasulullah SAW bersabda, perintahlah anak-anak
kalian yang sudah berusia 7 tahun untuk melakukan shalat, berilah pelajaran/sanksi hukuman bila meninggalkannya
(pukulan sekedarnya jika dibutuhkan), sementara mereka sudah masuk usia 10 tahun, dan pisahkan tempat tidurnya
antara yang putera dan puteri” (HR. Abu Daud, dll) .

Dari pemahaman hadits ini, bila kewajiban diperintahkan, maka semua syarat untuk bisanya melaksanakan
kewajiban harus diajarkan kepada semua anak-anak muslim, sehingga mereka bisa melaksanakannya dengan benar
dan sah. Semua pengetahuan yang berhubungan dengan kewajibannya dan larangannya di dalam agama Islam harus
beritahukan. Dengan demikian wajib memasukkannya ke lembaga-lembaga keagamaan.

B. Tanda-tanda Masuknya Usia Baligh

Usia baligh bagi laki-laki dan balighah bagi perempuan dapat ditandai dengan beberapa hal berikut
1. Telah sempurma berumur 15 tahun bagi laki-laki maupun perempuan, dan ini merupakan batas maksimal
untuk menentukan bahwa seseorang sudah baligh/balighah.
2. Walaupun belum usia 15 tahun, tetapi dia sudah bermimpi basah (bermimpi bersetubuh, lalu keluar sperma)
bagi laki-laki maupun perempuan, biasanya sudah di atas usia 9 tahun
3. Khusus perempuan, selain bisa ditandai dengan mimpi basah, juga bisa ditandai dengan keluarnya darah
haidh, biasanya sudah masuk usia 9 tahun ke atas.

C. Bersuci (Thaharah) Dari Najis

Kata najis (‫( النجاسة‬berasal dari bahasa Arab dari akar kata masdar (verbal noun) najasah yang secara etimologis
bermakna kotor (qadzarah- ‫ القذارة‬.(Sedangkan dalam terminologi fiqh (syariah), najis adalah sesuatu yang kotor yang
diperintahkan oleh syariah untuk suci darinya dan menghilangkannya dari baju dan badan dan dari segala sesuatu yang
disyaratkan sucinya saat memakai. Adapun contoh perkara atau sesuatu yang dianggap najis menurut syariah Islam
sebagai berikut:
1. Kencing baik kencing bayi atau kencing orang dewasa.
2. Tinja (kotoran manusia) atau kotoran hewan
3. Khamr (mimunam keras beralkohol yang memabukkan).
4. Bangkai hewan yang mati tanpa disembelih secara syariah dan seluruh anggota badannya seperti daging,
tulang, tanduk, kuku, dll kecuali, (a) belalang, hewan laut dan hewan sangat kecil yang darahnya tidak mengalir
seperti lalat dan sejenisnya. Khusus untuk lalat dan sejenisnya apabila masuk ke air yang sedikit (kurang 2
qullah) dalam keadaan hidup kemudian mati dalam air, maka airnya tetap suci. (b) bangkai manusia,
hukumnya suci baik muslim atau nonmuslim (kafir).
5. Darah.
6. Nanah.
7. Muntah.
8. Anjing dan Babi
9. Madzi yaitu cairan putih encer yang keluar bukan karena tekanan syahwat yang tinggi.
10. Wadi yaitu cairan pekat kental yang keluar setelah kencing atau setelah membawa beban berat.
11. Mani (sperma) anjing dan babi.
12. Susu hewan yang tidak halal dagingnya kecuali susu manusia.

Bersuci yang diajarkan Islam ada dua macam: bersuci dari hadats, dan bersuci dari najis. Bersuci dari najis
artinya tidak ada benda najis seperti darah dan nanah, atau kotoran manusia atau binatang. Ada pun macam-macam
najis sebagai berikut:
1. Najis Ringan/Mukhaffafah (‫)مخففة‬
Najis ini disebut ringan, karena cara mensucikannya sangat ringanc ukup dilakukan memercikkan air pada najis
tersebut. Contohnya air kencing bayi laki – laki yang belum memakan apapun kecuali air susu ibu
2. Najis Berat/Mughalladzah ( ‫)مغلظة‬
Najis ini disebut najis mughalladzhah karena tidak bisa suci begitu saja dengan mencuci dan menghilangkannya
secara fisik, tetapi harus dilakukan cara tertentu, mencuci objek yang terkena najis dengan air sebanyak tujuh kali dan
salah satunya dengan tanah, Contohnya air liur anjing.
3. Najis Pertengahan Atau Sedang
Najis ini disebut mutawassithah (‫( متوسطة‬lantaran posisinya yang berada di antara najis ringan dan najis
berat

D. Bersuci (Thaharah) Dari Hadats

Pengertian Hadats dan Penyebabnya


Al-Jurjani mendefinisikan hadatas sebagai berikut :
ُ
‫احلدث هو النجاسة احلكمية امالنعة من الصالة وغيها‬
“Hadats adalah benda najis secara maknawi yang menghalangi sahnya shalat atau lainnya.

Dengan demikian hadats kecil menurut istilah agama adalah suatu kotoran yang bersifat maknawi (tidak dapat
dilihat oleh mata kepala), yang berada pada anggota wudhu’, yang menyebabkan seseorang dilarang melakukan shalat
atau amal ibadah mensyaratkan suci dari hadats seperti thawaf, dll.

Seseorang disebut “berada dalam kondisi hadats kecil” manakalah ia mengeluarkan sesuatu dari dubur dan
atau kubulnya yang berupa:
1. Buang air kecil atau buang air besar
2. Mengeluarkan kentut
3. Mengeluarkan Madzi dan atau Wadzi
4. Menyentuh Kemaluan Langsung (Tanpa Penghalang)
5. Tidur Nyenyak Dengan Posisi Miring atau Tanpa Tetapnya Pinggul di Atas Lantai

G. Pengertian Hadats Besar dan Pembagiannya

Hadats besar mengikut istilah syara’ artinya sesuatu yang maknawi (kotoran yang tidak dapat dilihat oleh mata
kasar), yang berada pada seluruh badan seseorang, yang dengannya menegah mendirikan solat dan amal iadah
seumpamanya, selama tidak diberi kelonggaran oleh syara’.
Sebagaimana yang telah kami kutip dari sebuah buku yang ditulis oleh Musthafa Kamal Pasha, dalam karyanya
yang berjudul Fikih Islam, cetakan ke-4, hal: 22 beliau mengemukakan bahwa yang menyebabkan seseorang
dihukumkan terkena hadats besar antaralian sebagai berikut:
1. Mengeluarkan air mani secara disengaja / tidak sengaja (mimpi)
2. Hubungan kelamin (Coitus, Jima’)
3. Terhentinya haid dan nifas

H. Mandi Besar dan Tatacaranya

Istilah mandi besar menurut hukum Islam adalah bersuci untuk menhilangkan hadats besar karena telah
melakukan hubungan suami isteri, keluar sperma, setelah berhenti darah haid dan atau nifas. Adapun yang pilar pokok
sahnya mandi besar
1. Niat di dalam hati untuk mandi menghilangkan hadats besar
2. Menyiaramkan air keseluruh anggota tubuh mulai dari rambut sampai kaki dengan merata
3. Tidak adanya penghalang masuknya air pori-pori kulit, seperti cat, aspal, dan sejenisnya.
Yang dianjurkan sebelum mandi adalah berwudhu’ sebagaimana wudhu ketika hendak melakukan shalat.
Membaca basamalah, lalu menyiramkan air dst.

I. Perkara-perkara yang diharamkan sebab berhadats besar

1. Shalat
2. Tawaf
3. Menyentuh Al-Qur’an (Tanpa Darurat)
4. Membaca Al-Qur’an (Kecuali Berdzikir).
5. I’tikaf
6. Berpuasa

BAB ADZAN
A. Definisi Adzan dan Pensyariataanya

Kata adzan ( ‫( أذان‬dari segi bahasa adalah al-‘i’lam yang artinya adalah pengumuman, permakluman atau
pemberitahuan. Kata adzan juga bermakna seruan atau panggilan untuk melakukan sesuatu, sebagaimana yang
dikatakan kepada Nabi Ibrahim a.s untuk memberitahukan kepada manusia agar melakukan ibadah haji.
Dan panggillah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan
kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. (QS. Al-Hajj : 27)

B. Adzan Selain Untuk Shalat

Dr. Wahbah Az-Zuhaily, ulama kontemporer abad 20 menuliskan dalam kitabnya Al-Fiqhul Islami Wa
Adillathu bahwa selain digunakan untuk shalat, adzan juga dikumandangkan pada beberapa kejadian lainnya, seperti :
a. Adzan untuk bayi yang baru lahir, yaitu pada telinga kanan dan iqamat dikumandangkan pada telinga
kirinya.
b. Pada waktu terjadi kebakaran
c. Pada waktu terjadi peperangan
d. Juga adzan dikumandangkan pada seseorang yang terkena pengaruh jin dan syetan (kesurupan). Sebab
syetan akan lari bila mendengar suara Adzan.
e. Juga dikumandangkan di bagian belakang orang yang akan bepergian (musafir).
Syarat Wajib dan Syarat Sah Shalat
A. Syarat Wajib

Syarat ini harus ada sebelum ibadah shalat dilakukan. Adapun yang termasuk dalam syarat wajib shalat
adalah hal-hal berikut ini :
1. Beragama islam
2. Baligh
3. Berakal sehat

B. Syarat Sah Shalat

Sebagaimana dijelaskan di atas, syarat sah shalat adalah hal-hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang
mengerjakan shalat agar shalatnya menjadi sah hukumnya. Diantaranya adalah :
1. Mengetahui bahwa waktu shalat sudah masuk
2. Suci dari hadats kecil maupun besar
3. Suci badan, pakaian, tempat Sholat
4. Menutup aurat
5. Menghadap kiblat

C. Rukun-rukun Shalat Dalam Berbagai Perspektif


Ada rukun-rukun shalat yang wajib dikerjakan selama proses ibadah shalat dalam kitab Safinatunnjah adalah
sebagai berikut:
1. Niat
2. Takbiratul ihram ( takbiratul ikram dilakukan bersamaan dengan niat)
3. Berdiri bagi orang yang mampu pada shalat fardlu
4. Membaca surat al-Fatihah
5. Ruku’
6. Thuma’ninah (berdiam kadar lamanya membaca tasbih) didalam ruku’
7. I’tidal
8. Thuma’ninah didalam i’tidal
9. Sujud dua kali
10. Thuma’ninah dalam sujud
11. Duduk diantara dua sujud
12. Thuma’ninah didalam duduk diantara dua sujud
13. Tasyahud akhir
14. Duduk pada tasyahud akhir
15. Bershalawat kepada Nabi ‫ﷺ‬
16. Mengucap salam
17. Tertib

D. Waktu-waktu Shalat
1. Subuh
2. Dhuhur
3. Ashar
4. Maghrib
5. Isya’

E. Waktu Shalat Yang Diharamkan

Ada empat waktu dalam sehari semalam yang diharamkan untuk dilakukan shalat di dalamnya
1. Setelah shalat subuh hingga matahari agak meninggi
2. Waktu istiwa’, yaitu ketika matahari berada tepat diatas kepala
3. Saat terbenam matahari
4. Setelah sholat ashar hingga matahari terbenam

F. Perkara Yang Membatalkan Shalat

1. Berbicara
2. Makan dan Minum
3. Banyak Gerakan dan Terus Menerus
4. Tidak Menghadap Kiblat
5. Terbuka Aurat Secara Sengaja
6. Mengalami Hadts Kecil atau Besar
7. Tersentuh Najis baik pada Badan, Pakaian atau Tempat Shalat
8. Tertawa
9. Murtad, Mati, Gila atau Hilang Akal
10. Berubah Niat
11. Meninggalkan Salah Satu Rukun Shalat
12. Mendahului Imam dalam Shalat Jama'ah
13. Terdapatnya Air bagi Orang yang Shalatnya dengan Tayammum

G. Golongan Yang Wajib Shalat Jumat

1. Laki-laki, sedangkan wanita tidak diwajibkan untuk shalat jumat namun bila dia mengerjakan, maka
kewajiban shalat zuhurnya telah gugur (tidak perlu shalat zhuhur lagi).
2. Dalam keadaan sehat, sedangkan orang sakit tidak wajib shalat jumat.
3. Dewasa yaitu baligh, sedang anak-anak tidak wajib shalat jumat.
4. Mukimin yaitu orang yang menetap bukan musafir atau yang sedang dalam perjalanan.
5. Merdeka bukan hamba sahaya.

Namun ulama berbeda pendapat tentang dua nomor terakhir itu, apakah termasuk atau tidak. Yang tidak
diwajibkan melakukan shalat Jumat adalah:

1. Para budak
2. Wanita
3. Anak-anak
4. Orang Sakit
5. Musafir

H. Shalat Dalam Berbagai Kondisi

1. Shalat Jama'
Ada dua jenis jama', yang pertama disebut jama’ taqdim dan yang kedua disebut jama’ ta'khir.

Hal-hal Yang Membolehkan Jama'

Dalam keadaan safar yang panjang sejauh orang berjalan kaki atau naik kuda selama dua hari. Para ulama
kemudian mengkonversikan jarak ini menjadi 89 km atau tepatnya 88,704 km. Hujan yang turun membolehkan
dijama'nya Mahgrib dan Isya' di waktu Isya, namun tidak untuk jama’ antara Zhuhur dan Ashar. Keadaan sakit menurut
Imam Ahmad bisa membolehkan seseorang menjama’ shalat.

Syarat Jama’ Taqdim

Untuk dibolehkan dan sah-nya jama’ taqdim, paling tidak harus dipenuhi 4 syarat. Bila salah satu syarat ini tidak
terpenuhi, tidak sah bila dilakukan jama’ taqdim.
1. Niat Sejak Shalat Yang Pertama
Misalnya kita menjama’ shalat Zhuhur dengan shalat Ashjar di waktu Zhuhur, maka sejak berniat shalat
Zhuhur kita juga harus sudah berniat untuk menjama’ dengan Ashar.
2. Tertib
Misalnya kita menjama’ shalat Maghrib dengan shalat Isya' dengan taqdim, yaitu di waktu Maghrib, maka
keduanya harus dilakukan sesuai dengan urutan waktunya.
3. Al-Muwalat (Bersambung)
Maksudnya antara shalat yang awal dengan shalat kedua tidak boleh terpaut waktu yang lama.
4. Masih Berlangsungnya Safar Hingga Takbiratul Ihram Shalat Yang Kedua
Misalnya kita menjama’ taqdim shalat Maghrib dengan Isya' di waktu Maghrib, maka pada saat Isya' kita
harus masih dalam keadaan safar atau perjalanan.

Syarat Jama’ Ta'khir

Sedangkan syarat dibolehkannya jama’ ta'khir hanya ada dua saja. Yaitu adalah :
1. Berniat Untuk Menmaja' Ta'khir Sebelum Habisnya Waktu Shalat Yang Pertama
Misalnya kita berniat untuk menjama’ shalat Maghrib dengan Isya di waktu Isya', maka sebelum habis waktu
Maghrib, kita wajib untuk berniat untuk menjama’ takhir shalat Maghrib di waktu Isya'.
2. Safar Harus Masih Berlangsung Hingga Selesainya Shalat Yang Kedua.
Kita masih harus dalam perjalanan hingga selesai shalat Maghrib dan Isya'. Tidak boleh jama’ ta'khir itu
dilakukan di rumah setelah safar sudah selesai. Sebab syarat menjama’ shalat adalah safar.

F. Shalat Tarawih

1. Pengertian
Secara bahasa, kata tarawih (‫( تراوي ح‬adalah bentuk jama' dari bentuk tunggalnya, yaitu tarwihah (‫ تروحية‬.)
Secara syariah, shalat tarawih adalah : shalat sunnah yang hanya dilakukan pada malam bulan Ramadhan,
dengan dua-dua rakaat, dimana para ulama berbeda pendapat tentang jumlahnya.
2. Tarawih Bukan Tahajjud
Shalat tarawih dikenal sebagai shalat yang dilakukan pada malam bulan Ramadhan. Dahulu Rasulullah SAW
pernah melakukannya di masjid bersama dengan beberapa shahabat. Adapun tahajjud atau qiamullail, adalah
shalat yang biasa dilakukan Rasulullah SAW baik di malam Ramadhan atau diluar Ramadhan. Dan shalat itu
bukan shalat Tarawih itu sendiri

G. Shalat-shalat Sunnah Muakadah


1. Shalat Sunnah Sebelum Subuh/Sunnah Fajar
2. Shalat sunnah 4 rakaat Sebelum Dzuhur/Jumat
3. Shalat Sunnah 4 rakaat Setelah Dzuhur/Jumat
4. Shalat Sunnah 2 Rakaat Setelah Maghrib
5. Shalat Sunnah 2 Rakaat Setelah Isya’
6. Shalat Tarawih Setelah Shalat Isya’ Ramadhan

H. Shalat-shalat Sunnah Ghairu Muakadah


1. Shalat 2 Rakaat Setelah Dzuhur
2. Shalat 4 Rakaat sebelum ashar, dengan 1 x salam
3. Shalat 4 Rakaat Sebelum Shalat Isya’ dan Sesudahnya
4. Enam Rakaat 1/2/3 X Salam (Shalat Awwabin)
5. Shalat Sunnah Dhuha
6. Shalat Sunnah Sehabis Wudhu
7. Shalat Tahiyyatul Masjid
8. Shalat Sunnah Tahajjud (Shalat Malam)
9. Shalat Istikharah Mohon Petunjuk Yang Terbaik
10.Shalat Tasbih
11.Shalat Sunnah Karena Punya Hajat
TUGAS PERTANYAAN TERKAIT MATERI MAUPUN DI LUAR MATERI

1. Apakah bisa dikatakan baligh, seorang anak laki – laki yang ‘onani’ lalu mengeluarkan sperma ?
2. Mengapa najis mukhaffafah hanya air kencing bayi laki – laki ? lalu bagaimana dengan bayi perempuan ?
3. Bagaimana hukum sholat di dalam kendaraan umum yang tidak bisa berhenti ? contohnya pesawat, kereta
api. Sedangkan waktu untuk jama’ sholat pun tidak bisa ?
4. Bagaimana jika seorang setelah jima’ lalu mandi namun tidak berniat mandi besar ? masih perlukah mandi
lagi dengan niat atau tidak ?
5. Siapa orang yang pertamakali mengumandangkan adzan ?
6.

Anda mungkin juga menyukai