Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MOHAMMAD YUNUS

NIM : 2012069

PRODI : S-1 TEKNIK ELEKTRO

BAB 8 AKHLAK PROFETIK


Ajaran Akhlak Terpuji dari Rasulullah SAW

Akhlak yang baik merupakan ukuran dan gambaran kualitas sempurna dan tidaknya iman seseorang.
Karenanya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Iman orang-orang mukmin yang paling sempurna adalah mereka
yang paling bagus akhlaknya kepada sesamanya, dan yang paling baik diantara kalian adalah yang paling bagus
akhlaknya kepada sama” (HR. Al-Baihaqi)

Orang yang akhlaknya tidak baik kepada sesama manusia, terlebih lagi buruk kepada sesama manusia,
maka imannya telah cacat alias tidak sempurna di hadapan Allah SWT. Artinya, ukuran iman seseorang itu terletak
pada akhlaknya kepada manusia. Jika akhlaknya baik, mulai dari ucapan, perilaku, sikap, dan tindakan, berarti
iman di hatinya telah betul-betul mengakar secara kuat.

Kedudukan Pemilik Akhlak Terpuji Sejajar Dengan Nubuwah

Tidak semata-mata mendapat penghargaan kehormatan di dunia, orang yang memilik perilaku dan sikap
lahir batin yang baik mendapatkan penghargaan “paling dicintai Rasulullah SAW” dan posisi kehormatan yang
berdekatan kelak di hari kiamat.

“Maukah kalian saya terangkan hal yang paling saya cintai dan yang paling dekat diantara kalian
tempatnya dengan saya pada hari kiamat?.” Lalu kaum (muslimin) terdiam, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam mengulangi kalimat itu dua atau tiga kali, maka kaum (muslimin) berkata, “Betul, wahai Rasulullah!,”
Rasulullah menerangkan, “Mereka yang paling baik akhlaknya kepada sesama.”

Menjaga Perilaku, Tindakan, dan Ucapan Kepada Sesama Muslim

Ukuran akhlak terpuji dalam Islam bisa diperhatikan di dalam hadits berikut ini: Abi Al-Khair mendengar
Abdullah bin Amru bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang muslim yang baik itu apa
kriterianya? Rasulullah SAW menjawab "Seorang muslim (yang sebenarnya) adalah orang yang menyelamatkan
orang-orang muslim lainnya dari perkataannya, tangannya.” (HR. Muslim).

Berdasarkan hadits di atas, agama akhlak terpuji yang menjadi barometer agama Islam ini adalah menjaga
perbuatan, sikap, tindakan, dan ucapan dari hal-hal yang menyakitkan orang lain.

“sesungguhnya seseorang akan mencapai derajatnya orang ahli ibadah malam dan ahli puasan sunnah di
siang hari, dengan kebaikan akhlaknya” (HR. Al-Hakim)

Akhlak Kepada Umat Non-Muslim

Sebagaimana keterangan di atas, bahwa perintah berperilaku yang baik itu bersifat universal dan global.
Tertuju kepada seluru umat manusia, tanpa batas suku, ras, dan agama. Hal itu ditunjukkan oleh perintah hadits
“tunjukkan akhlak yang baik kepada seluruh umat manusia” (H.R Tirmidzi)

Begitu mulia akhlak Islam dalam Al-Quran ini. Kepada orang yang dzalim dan menentang Allah SWT
sekalipun kita diperintahkan untuk bersikap yang baik, bertutur kata yang santun, dan ramah, sejauh masih dalam
batas-batas yang wajar, dan bisa diselesaikan dengan cara yang baik.
[2.83] Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu
tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

Pada ayat di atas berucap yang baik merupakan perintah dari Allah SWT yang tujukan kepada seluruh
umat manusia. Al-Quran mengajarkan kebaikan tidak terbatas kepada umat tertentu saja. Kecuali bila
berhubungan dengan akidah, maka tidak ada kebaikan yang sifatnya mendukung akidah di luar agama Islam.

“dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak
beriman, dan demi Allam tidak beriman. Sahabat bertanya, apa yang dimaksud itu wahai Rasulullah SAW? Nabi
menjawab, yaitu seorang tetangga yang selalu menyakiti/membahayakan tetangganya yang lain. Sahabat
bertanya lagi, apa yang dimaksud perkara yang membahayakan wahai Rasulullah SAW? Rasulullah menjawab,
keburukan perilakunya yang menyebabkan orang lain terluka.” HR. Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi.

Pada hadits di atas, kata “‫اجالر‬/tetangga” tidak disifati dengan kata “tetangga Muslim/Mukmin.” Tetapi
bersifat umum seluruh tetangga. Oleh karenanya di dalam shahih Bukhari dijelaskan hadits terkait hubungan
Muslim dengan orang Non Muslim dalam kaitannya dengan kehidupan bersosial seperti dalam hidup bertetangga.

Artinya, dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tidak ada batasan agama
dalam berbuat baik seperti memberi hadiah, memberi makan, membantu pengobatan, dsb., kecuali dalam ritus
keagamaan tertentu yang berhubungan dengan keyakinan, maka tidak boleh cara-cara ibadah agama Islam
dicampuraduk dengan ibadah agama lain.

Berbuat Baik Pada Tetangga, Tamu, dan Menahan Diri

Pada hadits berikut ini, ukuran iman seseorang apabila senantiasa selalu berbuat baik kepada tetangga,
memuliakan tamu, dan tidak berucap kecuali hal yang baik:

Barangsiapa yang telah beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbuat baiklah kepada tetangganya,
dan barangsiapa yang telah beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia harus memuliakan tamunya,
barangsiapa yang telah beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berucaplah yang baik, atau diamlah (tidak
bicara jika membuat orang lain tidak nyaman)” (HR. Bukhari)

Berdasarkan hadits ini, gambaran akhlak yang baik adalah orang yang senantiasa menampakkan
pandangannya kepada orang lain dengan pandangan yang menyejukkan, selalu ingin memberi yang terbaik untuk
orang lain, dan menahan diri jangan sampai perilakunya menyakiti orang lain.

Ancaman Neraka Bagi Pelaku Akhlak Buruk

Sungguh pun seseorang sudah mencapai tingkatan amaliah ibadah lahiriah sampai setinggi langit, tetapi
akhlaknya buruk kepada sesama manusia, maka Allah SWT mengancamnya dengan siksaan neraka.

“dari sahabat Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya nanti seorang hamba akan
mencapai keangungan derajat akhirat dengan akhlak yang baik, sungguhpun dia lemah ibadahnya, sebaliknya
orang akan terperosok ke lembah jahannam paling bawah dan dasar karena keburukan akhlaknya, padahal
orang tersebut ahli ibadah.” (HR. Abu Nu’aim)

Akhlak Menghadapi Keburukan Orang Lain

Baik dan buruk selalu ada berdampingan. Sebuah khayalan yang nyata jika seorang menginginkan seluruh
isi dunia ini baik. Selalu ada yang berbuat baik, dan di sana ada yang berbuat buruk.

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka
tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia. (QS. Fusshilat: 34)
Berdasarkan ayat di atas, kejahatan dan keburukan akan berhenti bila dibalas dengan kebaikan. Karena
jika keburukan dibalas keburukan, maka keburukan dari kedua belah pihak akan terus terjadi dan turun menurun
sebagaimana tradisi jahiliah, yaitu dendam turun temurun.

“Sesungguhnya Allah SWT tidak mengutusku sebagai pencela dan pengutuk, tetapi Allah SWT
mengutusku sebagai dai (pengajak kebaikan) dan rahmat, ya Allah tunjukkan kaumku, karena mereka tidak
(belum) tahu kebenaran risalah.” (HR. AlBaihaqi)

Anda mungkin juga menyukai