Keperawatan Gerontik| 2
ventrikel kiri yang dipertahankan.pemompaan normal atau bahkan
meningkat, dengan fraksi ejeksi kadang-kadang setinggi 80%.
Disfungsi diastolic disebabkan oleh gangguan relaksasi dan
pengisian. Pengisian ventrielkiri, suatu proses kompleks terjadi
selama diastole adalah suatu kombinasi pengisian pasif dan
kontraksi atrium.jika ventrikel kaku dan kompliansnya buruk
(akibat penuaan, hipertensi yang tidak terkontrol atau kelebihan
volume), relaksasi lambat atau tidak lengkap, jika prekuensi
jantung cepat, diastole singkat, atau jika pasien mengalami fibrilasi
atrium, tidak ada kontraksi atrium yang terorganisas. Mekanisme
ini semuanya mengurangi pengisian ventrikel dan menyebabkan
disfungsi diastolic sehingga menurunkan curah jantung
(Mortono,2011)
Keperawatan Gerontik| 3
(Gonce Morton,2011)
Keperawatan Gerontik| 4
menunukkan gejala awal dari gagal jantung kiri (Price and Wilson,
2005)
2. Ortopnea
Sesak napas saat berbaring disebabkan olehredistribusi aliran darah
dari bagian-bagian tubuh yang dibawa ke arah sirkulasi sentral.
Reabsorbsi cairan intertisial dari ekstremitas bawah juga akan
menyebabkan kongesti vaskular paru lebih lanjut.
3. Batuk non produktif
Dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada posisi berbaring.
Timbulnya ronkhi yang disebabkan oleh transudasi cairan paru
adalah ciri khas dari gagal jantung.
4. Hemoptisis
Disebabkan oleh perdarahan vena bronchial yang terjadi akibat
distensi vena. Distensi atrium kiri atau vena pulmonalis dapat
menyebabkan kompresi esophagus.
5. Hepatomegali
Pembesaran hati dan nyeri tekan pada hati karena peregangan
kapsula hati. Gejala saluran cerna yang lain sperti anoreksia, rasa
penuh pada perut, atau mual dapat disebabkan karena kongesti hati
dan usus.
6. Edema perifer
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang intertisial.
Penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan vena sistemik
7. Nokturia
Disebabkan karena redistribusi cairan dan reabsorbsi cairan pada
waktu berbaring dan berkurangnya vasokontriksi ginjal pada waktu
istirahat.
Untuk Manifestasi klinis pada usia lanju sulit dijelaskan karena
manifestasi klinik yang tidak khas.Dengan makin meningkatnya
penggunaan ekokardiografi,maka diagnosis gagal jantung lebih terbantu
(Darmojo,2014)
Keperawatan Gerontik| 5
F. Patofisiologi Decompensasi Cordis
Penyebab decompensasi cordis atau gagal jantung yaitu
mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari
curah jantung normal, bila curah jantung berkurang sistem saraf simpatis
akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai maka volume sekuncup harus menyesuaikan diri
untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung masalah utamanya adalah kerusakan dan
kekakuan serabut otot jantung dan volume sekuncup itu dipengaruhi tiga
faktor yaitu preload, kontraktilitas dan afterload, jika salah satu dari ketiga
faktor tersebut terganggu maka curah jantungnya akan berkurang.
Curah jantung yang menurun menyebabkan kongesti jaringan yang
terjadi akibat peningkatan tekanan arteri atau vena kongesti paru terjadi
karena ventrikel kiri gagal memompa darah dari paru. Peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke paru,
manifestasinya meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi, bunyi
jantung S3, kecemasan dan kegelisahan. Bila ventrikel kanan gagal
mengakibatkan kongesti visera dan jaringan perifer, sebagai akibat sisi
kanan jantung tidak mampu mengosongkan darah secara adekuat.
Manifestasinya yaitu edema dependen, hepatomegali, pertambahan
berat badan, asites, distensi vena jugularis. penurunan kontraktilitas
miokardium, pada awalnya hal ini hanya timbul saat aktivitas berat atau
olah raga dan tekanan vena juga mulai meningkat dan terjadilah
vasokontiksi luas, hal ini kemudian meningkatkan afterload sehingga
curah jantung semakin turun.), respon terhadap penurunan curah jantung
untuk mempertahankan perfusi normal yaitu peningkatan tonus otot
simpatis sehingga meningkatkan frekuensi jantung, tekanan darah,
kekuatan kontraksi dan respon fisiologis kedua adalah terjadinya retensi
air dan natrium, akibat adanya penurunan volume darah filtrasi.
Keperawatan Gerontik| 6
Patofisiologi decompensasi cordis/gagal jantung menurut adalah
sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
Kegagalan dari pemompaan oleh ventrikel kiri mengakibatkan curah
jantung menurun. Akibat ke depan menimbulkan gejala kelemahan
atau kelelahan. Sedangkan akibat ke belakang mengakibatkan
toleran dan volume akhir diastole meningkat sehingga terjadi
bendungan vena pulmonalis, kemudian terjadi di paru-paru. Akibat
adanya sisa tekan di ventrikel kiri mengakibatkan rangsang hipertrofi
sel yang menyebabkan kardiomegali. Beban atrium kiri meningkat
dan akhirnya terjadi peningkatan beban vena pulmonalis, kemudian
mendesak paru-paru dan akhirnya terjadi oedema. Hemoptisis dapat
terjadi pada dekompensasi kordis karena dinding kapiler jantung
sangat tipis dan rentan sehingga dapat mengakibatkan perdarahan.
2. Gagal jantung kanan
Gangguan pompa ventrikel kanan mengakibatkan aliran darah ke
paru-paru menurun mengakibatkan curah jantung menurun. Tekanan
dan volume akhir diastole ventrikel meningkat sehingga terjadi
bendungan di atrium kanan yang mengakibatkan bendungan vena
kava. Akibat bendungan di vena kava maka aliran vena hepatikum,
vena dari limpa terbendung akhirnya timbul hepatosplenomegali,
asites, edema perifer terutama kaki.
(Price & Wilson.2005)
Keperawatan Gerontik| 7
a. Pembedahan bisa dilakukan untuk memperbaiki
penyempitan/ kebocoran pada katup jantung, memperbaiki
hubungan abnormal diantara ruang-ruang jantung,
memperbaiki penyumpatan arteri koroner
b. Pemberian antibiotic untuk mengatasi infeksi
c. Pemberian obat anti-hipertensi
2. Menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung
Misalnya merokok, konsumsi garam yang berlebihan, obesitas
(kenaikan lebih dari 1 kilogram per hari menunjukkan bahwa adanya
kelainan pada jantung), konsumsi alkohol.
3. Mengobati gagal jantung
Pencegahan atau pengobatan dini terhadap penyebabnya
a. Digitalis
Secara kronotropik dan inotropik maka digitalis akan
memperbaiki kerja jantung dengan memperlambat,
memperkuat kontraksi otot jantung, dan meninggikan curah
jantung. Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam
digitalis ialah efek digitalis sangat individual. Harus ditulis
dengan jelas preparat apa yang digunakan,
cara pemberiannya, total digitalis, dosisi tiap kali dan
jadwal pemberiannya. Pada klien yang berobat jalan
diberikan penerangan yang jelas pada orang tuanya tentang
pemakaian, cara penyimpanan dan kemungkinan tanda-tanda
keracunan
b. Digoxin
Obat ini dapat meningkatkan kekuatan setiap denyut jantung
danmemperlambat denyut jantung yang terlalu cepat.
Ketidakteraturan irama jantung (aritmia) dapat diatasi dengan
obat atau alat pacu jantung buatan. Merupakan preparat yang
banyak dipakai. Dosis digitalis pada keadaan gagal jantung
Keperawatan Gerontik| 8
sesuai dengan umur dan berat badan. Dosis digitalis dapat
diberikan dalam 1 ± 3 hari tergantung pada keadaan.
c. Diuretik
Diuretik sangat berguna diberikan pada keadaan digitalis
yang tidak memadai. Pemakai diuretikum dalam jangka
waktu lama memerlukan pemeriksaan elektrolit secara
berulang untuk mencegah timbulnya ganguan elektrolit
terutama hipokalemia.
d. Vasodilator (ACE Inhibitor)
Vasodilator dapat melebarkan arteri, vena atau keduanya.
Pelebaran arteri akan melebarkan arteri dan menurunkan
tekanan darah, yang selanjutnya akan menurunkan beban
kerja jantung.
e. Antikoagulan
Berfungsi unstuk mencegah pembentukan bekuan dalam
ruang jantung. Milrinone dan amirinone menyebabkan
pelebaran arteri dan vena, dan juga meningkatkan kekuatan
jantung. Obat baru ini dapat digunakan dalam jangka waktu
pendek pada penderita yang dipantau secara ketat di rumah
sakit, karena bisa menyebabkan ketidakteraturan irama
jantung ynag berbahaya.
f. Kardiomioplasti
Pencangkokan jantung dapat dilakukan pada penderita yang
tidak memberikan respon terhadap pemberian obat.
Kardiomioplasti merupakan pembedahan dimana sejumlah
besar otot diambil dari punggung penderita dan
dibungkuskan di sekeliling jantung, kemudian dirangsang
dengan alat pacu jantung buatan supaya berkontraksi secara
teratur.
g. Istirahat
Keperawatan Gerontik| 9
Kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus benar-
benar dikurangi dengan tirah baring mengingat konsumsi O2
yang relatif meningkat. Tirah baring dan istirahat sdengan
benar, gejala-gejala gagal jantung dapat jauh berkurang.
h. Diit
Diit Umumnya diberikan makan lunak dengan rendah garam.
Jumlah kalori sesuai dengan kubutuhan. Klien dengan gizi
kurang diberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
Cairan di berikan 80-100 ml/kg BB/hari dengan maksimal
1500 ml/hari.
( Brunner & Suddarth,2013)
Keperawatan Gerontik| 10
diobati, dan pentingnya prognosis disritmia asimtomatik tidak
jelas. Sebaliknya takikardia ventrikel simtomatik, walaupun tidak
terus-menerus, memerlukan evaluasi dan biasanya menyebabkan
pemasangan kardioverter-defibrilator yang dapat di implan.
Defek konduksi juga bisa terjadi pada pasien yang
mengalami gagal jantung. Blok cabang berkas kiri adalah defek
konduksi yang paling sering terjadi pada pasien yag mengalami
disfungsi sistolik dan dapat membuat interprestasi EKG sangat
sulit.iskemia interior baru atau infark dapat tidak mungkin
diidentifikasi karena blok ini. Blok cabang berkas dan blok
atrioventrikular memerlukan EKG 12-sadapan untuk iagnosis.
EKG juga bermanfaat dalam mendiagnosa iskemia, IM dan
IM sebelumnya, yang dapat menjelaskan gagal jantung awitan
baru. Untuk pasien yang tidak mengalami nyeri dada tipikal
(seperti mereka yang mengalami diabetes mellitus dan wanita),
EKG dapat menunjukan IM sebelumnya yang tidak pernah
didiagnosis. Gagal jantung awitan baru mungkin adalah indikasi
pertama IM. EKG dilakukan sebagai bagian pemeriksaan gagal
jantung awitan baru kemudian diulangi sesuai kebutuhan untuk
setiap gejala baru yang dapat menggambarkan iskemia baru atau
perubahan irama. Selain itu, EKG dilakukan pada pasien rawat
inap yang mengalami nyeri dada untuk menyingkirkan iskemia
pada sebagai sumber nyeri.
2. Ekokardiogram
Ekokardiografi menggunakan refleksi gelombang suara
yang jauh dari struktur jantung untuk menghasilkan kembali
gambaran dua dimensi bilik jantung, dinding, katup dan pembuluh
darah besar seperti aorta, arteri pulmonal, dan vena kava. Teknik
ini memberi informasi tentang struktur dan fungsi jantung dan
digunakan untuk mengukur fraksi ejeksi, mengevaluasi struktur
katup dan kompetensi katup dan menggambarkan abnormalitas
Keperawatan Gerontik| 11
gerakan dinding. Tambahan doppler pada ekokardiogram
tradisional memungkinkan untuk evaluasi volume dan arah aliran
darah melalui pembuluh darah dan jantung. Reliabilitas
ekokardiografi sangat dipengaruhi oleh kompetensi teknisi
ekokardiografi dan ahli kardiologi yang mengintreprestasikan
ekokardiograf. Ekokardiografi digunakan secara terbatas pada
pasien yang mengalami obesitas, memiliki payudara ynag sangat
besar atau mengalami peningkatan diameter dada anterior-posterior
dan terjebaknya udara (misal pasien yang mengalami PPOK).
3. Ventrikulografi radionuklida
Ventrikulografi radionuklida atau pemindai multigated
acquistion (MUGA) adalah alat yang tepat untuk menghitung
fraksi ejeksi dengan menggunakan isotop radioaktif. Pemindaian
MUGA saat ini merupakan standart emas untuk penghitungan
fraksi ejeksi karena pemindaian MUGA tidak didasarkan pada
analisis subjektif individu yang “membaca”nya. Pemindaian
MUGA dapat menggambarkan gerakan dinding abnormal, dilatasi,
dan ketebalan dinding, selain fraksi ejeksi. Fungsi katupdan aliran
darah tidak dapat dievaluasi oleh pemindaian MUGA.
4. Radiografi dada
Radiografi dada bermanfaat dalam menskrining pasien
yang mengalami sesak nafas atau dispnea saat aktivitas fisik. Hal
ini memungkinkan klinisi untuk menyingkirkan infeksi atau
pneumonia, PPOK, atau massa sebagai penyebab gejala pasien.
Radiografi dada juga dapat membantu mengidentifikasi edema
paru dan kongesti kronis. Akan tetapi, karena perubahan kondisi
pasien dan status cairan mungkin tidak tampak pada radiograf
dada selama beberapa hari, prosedur ini tidak bermanfaat dalam
mengevaluasi terapi.
5. Uji olahraga
Keperawatan Gerontik| 12
Ketika iskemia dicurigai sebagai penyebab utama gagal
jantung, uji stress dapat digunakan untuk memastikan atau
menyingkirkan diagnosis ini. Ketika tubuh secara fisik mengalami
stress (yaitu ketika kebutuhan oksigen meningkat, seperti pada
olahraga), frekuensi jantung dan curah jantung meningkat.
Peningkatan ini memerlukan peningkatan suplai oksigen ke otot
jantung. Jika suplai oksigen tidak cukup, bagian otot jantung
menjadi iskemik dan fungsinya menurun. Untuk pasien yang dapat
berolahraga, treadmill atau sepeda digunakan untuk memberikan
stress, dan fungsi diukur menggunakan uptake radiosotop atau
ekokardiografi, area jantung yang diperfusi dan tidak adekuat
ditunjukkan. Untuk pasien yang tidak mampu berolahraga, agens
farmakologis seperti adenosin, dipiridamol, atau debutomin
digunakan untuk menirukan peningkatan kebutuhan oksigen yang
disebabkan oleh olahraga latihan fisik.
Olahraga atau pengganti farmakologi yang dikombinasikan
dengan pemindaian radionuklida lebih sensitif dan spesifik untuk
diagnosis iskemia miokardium yang diinduksi stress daripada uji
olahraga saja.
Uji olahraga latihan jantung-paru digunakan untuk
menentukan apakah dispnea pada saat aktivitas fisik lebih
berhubungan dengan penyebab kardiovaskular (disfungsi
ventrikel), penyebab paru (PPOK, penyakit paru restriktif ), atau
penurunan fungsi. Uji semacam ini dilakukan ketika ukuran yang
tepat keterbatasan aktivitas diperlukan atau ketika pasien dievaluasi
untuk transplantasi jantung. Pasien dilatih pada treadmill sepeda
latihan sementara EKG 12-sadapan didapatkan dan tekanan darah
diukur sebagai respon terhadap latihan yang bertingkat. Selain itu,
semua gas ekspirasi pasien dikumpulkan dan karbondioksida
diukur. Hal ini memungkinkan untuk pengukuran konsumsi
oksigen, indeks jantung, dan ambang anaerobik.
Keperawatan Gerontik| 13
6. Hemodinamika
Pemantauan hemodinamika pada pengkajian dan
penatalaksanaan gagal jantung akut dan eksaserbasi akut gagal
jantung kronis dibahas disini. Informasi yang lebih sensitif tentang
status cairan, fungsi jantung, dan penyebab gejala yang mungkin
perlu didapatka guna memandu evaluasi dan terapi. Untuk sebaian
besar yang mengalami gagal jantung akut dan ekserbasi akut gagal
jantung kroni, masalahnya nyata berdasarkan riwayat dan
pemeriksaan fisik. Masalahnya adalah kombinasi penurunan curah
jantung dan peningkatan tekanan diastolik-akhir ventrikel kiri yang
berhubungan dengan kelebihan volume, ditambah dengan
kontraktilitas yang buruk. Kuantifikasi yang tepat curah jantung
yang rendah atau perkiraan tekanan diastolik-akhir ventrikel kiri
oleh tekanan baji arteri pulmonari tidak mengubah pengkajian
dasar yang dilakukan pada pemeriksaan fisik dan tidak
mempengaruhi penatalaksanaan.
(Morton,2011)
Keperawatan Gerontik| 14
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
KADIOVASKULER PADA LANSIA (DECOMPENSASI CORDIS)
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Aktivitas/ istirahat
Gejala: Kelelahan terus-menerus, nyeri dada, insomnia, dispnoe saat
istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda: Gelisah, perubahan status mental, (misalnya letargi) tanda
vital berubah pada saat beraktivitas.
6. Sirkulasi
Gejala: Riwayat Hipertensi, Gagal jantung kronis, penyakit katup
jantung, bedah endokarditis, anemia, syok, septic.
Tanda: TD rendah. Tinggi karena kelebihan cairan.
a. Tekanan disempit, penurunan volume nadi sekuncup.
b. Frekuensi jantung takhikardi (gagal jantung kiri).
c. Irama jantung disritmia.
d. Bj S3 dan S4 dapat terjadi. S1 dan S2 lemah.
e. Murmur sistolik dan diastolik, tanda adanya stenosis katup
atau insufisiensi.
f. Nadi perifer berkurang, nadi sentral kuat.
g. Warna kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis.
h. Kuku pucat (stenosis dengan pengisian kapiler lambat).
i. Hepar, pembesaran/dapat diraba, reflex hepato jugularis.
j. Bunyi nafas, krekels, ronchi.
k. Edema umum atau pitting, khususnya pada ekstremitas.
7. Integritas ego
Keperawatan Gerontik| 15
Gejala: Ancietas, kuatir, takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit.
Tanda: Marah, ketakutan, mudah tersinggung.
8. Eliminasi
Tanda: Penurunan frekuensi BAK, urine berwarna gelap.
a. Berkemih pada malam hari (nokturia).
b. Diare/konstipasi.
9. Makanan/ cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, pembengkakan
ekstremitas bawah, diet rendah garam, makanan, kaleng, lemak,
gula, kafein, rokok.
Tanda: Penambahan BB cepat & distensi abdomen (ascites), edema,
(umum, dependen,tekanan, pitting).
10. Hygiene
Gejala: Keletihan, kelemahan, kelelahan selama aktivitas.
Tanda: Penampilan, perawatan personal menurun.
11. Neurosensori
Gejala: Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda: Letargi, kusut fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah
tersingung.
12. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina akut/kronis. Nyeri abdomen kanan atas,
sakit pada otot.
13. Pernafasan
Gejala: Dispnea saat tidur, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
kontrol.
a. Batuk dengan/tanpa kontrol.
b. Riwayat penyakit paru kronis.
Tanda: Pernafasan tachipnoe, nafas dangkal, pernafasan laboret.
a. Penggunaan otot bantu pernafasan.
Keperawatan Gerontik| 16
b. Batuk: kering, nyaring, non produktif/batuk terus menerus
tanpa pembentukan sputum.
c. Bunyi nafas tidak terdengar, krekels, basiler dan mengi.
14. Keamanan
Gejala: Perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot,
kulit lecet.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Domain 4 aktivitas/istirahat. Kelas 4 respons
kardiovaskular/pulmonal. 00029 penurunan curah jantung
berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung
2. Domain 4 aktivitas/istirahat. Kelas 4 respons
kardiovaskular/pulmonal. 0032 ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan Hiperventilasi
3. Domain 2 nutrisi. Kelas 5 hidrasi. 00026 kelebihan volume cairan
berhubungan dengan peningkatan ADH dan retensi natrium/air
4. Domain 9 koping/ toleransi stres. Kelas 2 respon koping. 00146
ansietas berhubungan dengan sesak nafas
Keperawatan Gerontik| 17
C. Intervensi Keperawatan
Keperawatan Gerontik| 18
cukup cukuo berat dari
kisaran normal
Skala 3: devisiasi
sedang dari kisaran
normal
Skala 4: devisiasi ringan
dari kisaran normal
Skala 5:tidak ada
devisiasi dari kisaran
normal
Keperawatan Gerontik| 19
121110 mengelurkan (05) berikan informasi
rasa marah secara faktual terkait diagnosis,
berlebihan perawatan dan prognosis
121111 masalah (06) dorong keluarga
perilaku pasien untuk
121112 kesulitan mendampingi klien
konsentrasi dengan cara yang tepat
lisan sesuai
(22) Instruksikan klien
121117 rasa cemas
untuk mengguanakan
yang disampaikan
teknik relaksasi
secara lisan
(24) kaji untuk tanda
121119 peningkatan
verbal dan non verbal
tekanan darah
kecemasan
121120 peningkatan
2. j:
frekuensi nadi
121121peningkatan
frekuensi pernafasan
121123 berkeringat
dingin
121124 pusing
121126 penurunan
produktivitas
121129 gangguan tidur
Dipertahankan pada...
Keperawatan Gerontik| 20
ditingkatkan ke...
Skala 1: berat
Skala 2: cukup berat
Skala 3: sedang
Skala 4: ringan
Skala 5:tidak ada
b. k
2. ks
3. Domain 4 Diharapkan setelah 1. Domain 2 fisiologis:
aktivitas/istirahat. mendapatkan perawatan kompleks. Kelas N
selama 3 x 24 jam diharapkan
Kelas 4 respons manajemen perfusi
dengan kriteria hasil :
kardiovaskular/pulm jaringan. 4040 perawatan
1. Domain 2 kesehatan
onal. 00029 jantung.
fisiologis. Kelas E jantung
penurunan curah Aktivitas-aktivitas:
paru.
jantung (01) secara rutin
a. 0400- Keefektifan
berhubungan dengan mengecek pasien baik
pompa jantung
secara fisik dan psikologis
040001 tekanan darah
sesuai dengan kebijakan
sistol
tiap agen atau penyedia
040019 tekanan darah
layanan
diastol
(02) pastikan tingkat
040002 denyut jantung
aktivitas pasien yang tidak
apikal
membahayakan curah
040003 indeks jantung jantung atau
040003 fraksi ejeksi memprovokasi serangan
040006 denyut nadi jantung
perifer (03) dorong adanya
040007 ukuran jantung peningkatan aktivitas
040020 urine output bertahap ketika kondisi
040022 keseimbangan pasien sudah stabil
intake dan output dalam (misalnya dorong aktivitas
Keperawatan Gerontik| 21
24 jam yang lebih ringan atau
040025 tekanan vena waktu yang lrbih singkat
sentral dengan waktu istirahat
040011 suara jantung yang seringdalam
abnormal melakukan aktivitas)
040016 mual (04) instruksikan pasien
Keperawatan Gerontik| 22
serta berat badan harian
(18) evaluasi perubahan
tekanan darah
(21) instruksikan pasien
dan keluarga mengenai
terapi modalitas, batasan
aktivitas dan kemajuan.
(22) susun waktu istirahat
dan latihan untuk
mencegah kelelahan
(23) batasi merokok
(24) monitor sesak nafas,
kelelahan, takipnea, dan
orthopnea
(25) bangun hubungan
saling mendukung antara
keluarga dan pasien
(26) identifikasi metode
pasien dalam menangani
stres
(27) berikan dukungan
teknik yang efektif untuk
mengurangi stress
(28) lakukan terapi
relaksasi sebagaimana
mestinya
(30) lindungi pasien dari
kecemasan dan depresi,
anjurkan pengobatan
dengan ati depresan yang
tepat jika diindikasikan
Keperawatan Gerontik| 23
(33) instruksikan pasien
dan keluarga mengenai
tujuan perawatan dan
bagaimana kemajuannya
akan diukur
(35) rujuk keprogram
gagal jantung untuk dapat
mengikuti program
edukasi pada rehabilitasi
jantung, evaluasi dan
dukungan yang sesuai
panduan untuk
meingkatkan aktivitas dan
membangun hidup
kembali sebagaimana
mestinya
2. J
4. Domain 2 nutrisi. Diharapkan setelah 1. Domain 2 fisiologis:
Kelas 5 hidrasi. mendapatkan perawatan kompleks. Kelas N
selama 3 x 24 jam diharapkan
00026 kelebihan manajemen perfusi
dengan kriteria hasil :
volume cairan jaringan. 4130 monitor
1. Domain 2 kesehatan
berhubungan dengan cairan.
fisiologis. Kelas G cairan
Aktivitas-aktivitas:
dan elektrolit.
(01) tentukan intake dan
a. 0601 keseimbangan
output cairan serta
cairan
kebiasaan eliminasi
060101 tekanan darah
(02) tentukan faktor-faktor
060122 denyut nadi
resiko yang mungkin
apikal
menyebabkan
060102 tekanan arteri
ketidakseimbangan cairan
rata-rata
(misalnya kehilangan
Keperawatan Gerontik| 24
060103 tekanan vena albumin, luka bakar,
sentral malnutrisi, sepsis, sindrom
060105 denyut perifer nefrotik, hipertermia,
060105 keseimbangan terapi diuretik, patologi
intake dan output ginjal, gagal jantung,
dalam 24jam diaforesis, disfungsi hati,
Keperawatan Gerontik| 25
Keperawatan Gerontik| 26
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi. 2014. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Badan Penerbit
FKUI: Jakarta.
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaan Etiologi Gagal Jantung Kongestif pada usia
lanjut dengan Usia Dewasa di Rumah Sakit Dr. Karida Januari-
Desember 2006. Semarang UNDIP
Mooheread, Sue, dkk. 2015. Nursing Outcomes Cassification, NOC. Edisi V ahli
bahasa: Intansari Nurjannah, dkk. Jakarta : Elsevier
Keperawatan Gerontik| 27
Keperawatan Gerontik| 28