Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INDIVIDU

PENDEKATAN SOIAL BUDAYA DALAM PRAKTIK


KEBIDANAN MELALUI PENDEKATAN PESANTREN

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANANDA DWI RAHMAWATI

KELAS : CHAMOMILE

NIM : P1337424220035

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D-III KEBIDANAN MAGELANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Bab I. Pendahuluan

- Latar belakang
- Rumusan masalah
- Tujuan

Bab II. Pembahasan

A. Pesantren
- Pengertian Pesantren
- Karateristik Pesantren
- Ciri Utama Pesantren
- Tujuan Pesantren
B. Pendekatan Praktik Kebidanan melalui Sistem Pesantren
C. Upaya-upaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama
- Upaya pemeliharaan Kesehatan
- Upaya pencegahan penyakit
- Upaya Pengobatan
- Pemakaian IUD (Intrauterine Device)

Bab III. Penutup

- Kesimpulan
- Saran

Daftar pustaka

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya, sehingga berhasil menyelesaikan Makalah Sosial Dan Budaya
Pemakaian IUD (Intrauterine Device)Dasar yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktek Kebidanan Melalui Pendekatan
Pesantren”. Makalah ini berisikan informasi tentang Pendekatan Ilmu Sosial Budaya Dalam
Praktek Kebidanan Melalui Pendekatan Pesantren. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi serta pengetahuan dan wawasan baru tentang tema yang kita bahas
diatas. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu saya dalam pembuatan makalah ini .

Magelang , 29 Oktober 2020

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Negara Indonesia memiliki bermacam macam agama dan budaya . Selain itu bangsa
Indonesia juga memiliki begitu banyak kesenian tradisional serta perkumpulan-perkumpulan
dari berbagai suku /kesamaan yang biasanya disebut paguyuban. Di Indonesia, ada enam
agama yang paling banyak dianut, yaitu islam, Kristen, hindu, budha, dan konghucu. Selain
itu, bangsa Indonesia juga memiliki begitu banyak kesenian tradisional serta perkumpulan
dari berbagai suku atau kesamaan yang biasanya disebut paguyuban. Dalam memberi
pelayanan kebidanan, perlu kita lakukan pendekatan, diantaranya pendekatan melalui agama,
kesenian tradisi, paguyuban, dan cara lainnyaa. Hal tersebut bertujuan memudaahkan
masyarakat menerima bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan petugas kesehatan
bukan sesuatu yang tabu. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup
berkaitan dengan tugas, peran, serta tanggung jawabnya dalam menggerakkan Pekerja Sosial
Masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan pesantren?
2. Bagaimana pendekatan dalam sistem pesantren?
3. Bagaimana pelayanan kebidanan dengan pendekatan pesantren?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apakah maksud dari pesantren
2. Mengetahui bagaimana pendekatan dalam system pesantren
3. Mengetahui pelayanan kebidanan dalam pesantren

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PESANTREN

1. PENGERTIAN PESANTREN

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam yang ada untuk memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan
moral agama sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari hari. Pesantren merupakan
lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki kontribusi penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga ini layak diperhitungkan dalam pembangunan
bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan, keagamaan, dan moral. Dilihat secara historis,
pesantren memiliki pengalaman luar biasa dalam membina, mencerdaskan dan
mengembangkan masyakat di sekelilingnya. Pesantren telah lama menyadari bahwa
pembangunan sumber daya manusia (SDM) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah,
tetapi juga semua komponen masyarakat, termasuk dunia pesantren. Karena itu sudah
semestinya pesantren yang telah memiliki nilai historis dalam membina dan mengembangkan
sumber daya manusia ini terus didorong dan dikembangkan kualitasnya. Dalam kondisi
bangsa indonesia yang saat ini krisis moral, pesantren sebagai lembaga pendidikan yang
membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral harus menjadi pelopor sekaligus inspirator
pembangkit reformasi gerakan moral bangsa. Dengan begitu pembangunan tidak menjadi
hampa dan kering dari nilai nilai kemanusiaan. Dalam eksistensinya. Pesantren pada umunya
bersifat mandiri dan tidak tergantung pada pemerintah atau kekuasaan yang ada. Dengan sifat
kemandiriannya inilah pesantren bisa memgang teguh kemurniannya sebagai lembaga
pendidikan islam. Pesantren pun tidak mudah dimasuki oleh aliran aliran atau paham yang
tidak sesuai dengan ajaran islam.

2. KARAKTERISTIK PESANTREN
Karakteristik dan corak pesantren di Indonesia sebagai lembaga pendidikan Islam
antara lain :

1
1. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibanding dengan
sekolah modern sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dengan kiyai,
2. Kehidupan di pesantren menampilkan semangat demokrasi karena mereka praktis
bekerja sama mengatasi problem non kurikuler mereka,
3. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan,
persamaan, rasa percaya diri dan keberanian. Di samping itu, adanya pondok tempat
kiyai bersama santrinya, adanya masjid tempat kegiatan belajar mengajar, adanya
santri dan kiyai merupakan tokoh sentral dalam pesantren yang memberi pengajaran
dan kitab-kitab Islam klasik. Pondok pesantren tumbuh dan berkembang dengan
sendirinya dalam masyarakat karena berhadapan dengan implikasi politis dan kultural
yang menggambarkan sikap ulama-ulama Islam sepanjang sejarah.

3. CIRI CIRI UTAMA PESANTREN


Ada empat ciri utama pesantren :
 Pondok harus berbentuk asrama. Pesantren pada awalnya diinisiasi oleh seorang
Kiyai yang menerima santrinya di rumah untuk belajar ilmu agama. Lama-kelamaan,
santri semakin banyak berdatangan. Dan akhirnya, rumah sang Kiyai tidak cukup
menampung lagi.
 Kiai sebagai sentral figur yang berfungsi sebagai guru, pendidik, dan
pembimbing. Hal tersebut sudah menjadi syarat utama. Sebab corak pendidikan
pesantren adalah pendidikan Tradisional yang menekankan pada perbaikan individu.
Dan dalam struktur masyarakat di zamannya, figur ulama, Kiyai, Habaib dan lain –
lain adalah sosok sentral pemimpin agama.
 Masjid sebagai pusat kegiatan. Ciri ini tidak bisa lepas sama sekali dari pesantren.
Sebab pesantren menekankan pada pendidikan jiwa. Dan masjid adalah basisnya
 Materi yang diajarkan tidak terbatas kepada kitab kuning saja. Meski demikian,
Kitab Kuning adalah ciri utama dari Pesantren. Sebab karakter pendidikan utama di
pesantren adalah mengkaji pendapat para ulama-ulama mutaqaddimin.

4. TUJUAN PESANTREN
Tujuan pendidikan pesantren pada hakekatnya seperti halnya tujuan kehidupan
manusia di dunia ini adalah ibadah, yang spektrumnya seluas pengertian ibadah itu

1
sendiri. Santri tidak hanya disiapkan untuk mengejar kehidupan dunia, tapi juga
mempersiapkan kehidupan akhirat .

B. PENDEKATAN PRAKTIK KEBIDANAN MELALUI SISTEM


PESANTREN
 Pendidikan Tinggi Kesehatan dilaksanakan suatu pendekatan secara edukatif kepada
para santri, dengan kata lain bahwa santri tersebut diproses sedemikian rupa hingga
akhirnya dapat menimbulkan kesadaran dan rasa tanggung-jawabnya untuk dengan
swadaya sendiri ikut berpartisipasi dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa bila ceramah- ceramah yang
dilaksanakan oleh petugas-petugas kesehatan ataupun pejabat-pejabat (formal leader)
hadir di pesantren yang ditujukan kepada santri , namun santri yang mendengarkan
kadang kala hanya terpaksa karena takut dsb, sehingga pesan-pesan yang disam-
paikan hanya untuk didengar tidak untuk dilaksanakan.

 Tujuan asuhan kebidanan spiritual adalah untuk membantu klien menemukan Tuhan
mereka sendiri dan kebenaran, realitas yang bermakna bagi kehidupan mereka dalam
hubungannya dengan penyakit yang mencetuskan kebutuhan untuk asuhan kebidanan.

 Asuhan kebidanan spiritual meningkatkan kesejahteraan spiritual mereka.


Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan tidak dan seharus-nya tidak mengenakan
keyakinan dan hukuman agama tertentu. Asuhan klien yang dalam kondisi kritis atau
kehilangan klien dan keluarga.

 Peran bidan dalam menghadapi klien sakaratul maut dan keluarga bervariasi sesuai
kebutuhannya serta pilihan klien dan bidan, juga lingkungan klinik dimana interaksi
terjadi.Dengan memahami budaya dan variasi agama yang berhubungan dengan hal
diatas bidan dapat memberikan asuhan yang bersifat individual dan dapat membantu
dalam menentukan siapa yang perlu dihubungi jika kebutuhan itu timbul.
Kebidanan sendiri merupakan bagian integral dari sistim kesehatan dan berkaitan dengan
segala sesuatu yang menyangkut pendidikan, praktek dan kode etik bidan dimana dalam

1
memberikan pelayanannya mengyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatu
proses fisiologi normaldan bukan merupakan penyakit, walaupun pada beberapa kasus
mungkinberkomplikasi sejak awal karena kondisi tertentu atau komplikasi bisa timbul
kemudian. Fungsi kebidanan adalah untuk memastikan kesejahteraan ibu dan janin/
bayinya, bermitra dengan perempuan, menghormati martabat dan memberdayakansegala
potensi yang ada padanya, termasuk proses penjaminan kesehatan ibu danbayinya serta
untuk menghindari kasus gizi buruk bagi bayi.
Kemudian praktek kebidanan adalah asuhan yangdiberikan oleh bidan secara mandiri
baik pada perempuan yang menyangkut prosesreproduksi, kesejahteraan ibu dan janin
/ bayinya, masa antara dalam lingkuppraktek kebidanan juga termasuk pendidikan
kesehatan dalam hal prosesreproduksi untuk keluarga dan komunitasnya.
Praktek kebidanan berdasarkan prinsip kemitraan denganperempuan, bersifat holistik
dan menyatukannya dengan pemahaman akan pengaruhsosial, emosional, budaya,
spiritual, psikologi dan fisik dari pengalamanreproduksinya.
Praktek kebidanan bertujuan menurunkan / menekan mortalitasdan morbilitas ibu dan
bayi yang berdasarkan ilmu-ilmu kebidanan, kesehatan,medis dan sosial untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan ibudan janin / bayinya.

C. UPAYA-UPAYA PELAYANAN KESEHATAN YANG DITINJAU


DARI SEGI AGAMA

A. Upaya pemeliharaan Kesehatan

Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil yaitu sejak
janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan
sehat begitu juga dengan ibunya. Kesehatan merupakan faktor utama bagi umat manusia
untuk dapat melakukan/menjalani hidup dengan baik sehingga dapat terhindari dari berbagai
penyakit dan kecacatan. Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi umat
manusia untuk memelihara kesehatan yang dianjurkanoleh agama antara lain :

1. Makan makanan yang bergizi


2. Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan : kebersihan sebagian dari iman)
3. Berolah raga
4. Pengobatan diwaktu sakit

1
B. Upaya pencegahan penyakit

Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu sakit.
Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
1.Dengan pemberian imunisasi
Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu hamil, WUS, murid SD kelas 1 sampai
kelas 3.
2. Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun
(Surah Al-Baqarah ayat 233). Ayat tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang ibu untuk
menyusui bayinya dengan ASI sampai ia berusia 2 tahun.
3. Memberikan penyuluhan kesehatan. Dapat dilakukan pada kelompok pengajian, atau
kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.

C. Upaya pengobatan penyakit


Nabi saw bersabda : ” Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah, ada obat yang diturunkan-
Nya.” Dalam hati ini umat manusia dinjurkan untuk berobat jika sakit.

D. Pemakaian IUD (Intrauterine Device)


Pandangan agama (agama Islam) terhadap pelayanan Keluarga Berencana. Ada dua pendapat
mengenai hal tersebui yaitu memperbolehkan dan melarang penggunaan alat kontrasepsi.

 Pendapat / pandangan agama yang memperbolehkan/menghalalkan pemakaian


kontrasepsi IUD :

a. Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan.


b. Pemakaian IUD bertujuan menghentikan kehamilan. Jika didalam suatu keluarga memiliki
jumlah anak yang banyak, tentunya sangat merepotkan dan membebani perekonomian
keluarga.

 Pendapat/pandangan agama yang melarang/mengharamkan pemakaian kontrasepsi


IUD :

a. Pemakaian IUD bersifat aborsi, bukan kontrasepsi


b. Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan sel
telur bahkan adanya IUD sel mani masih dapat masuk dan dapat membuahi sel telur (masih

1
ada kegagalan).
c. Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih ada obat-obatan dan alat
lainnya. Selain itu pada waktu pemasangan dan pengontrolan IUD harus dilakukan dengan
melihat aura wanita.
Pelayanan kotrasepsi system operasi yaitu MOP dan MOW juga mempunyai dua
pendapat/pandangan yaitu memperbolehkan dan melarang.

 Pendapat/pandangan yang memperbolehkan:

a. Apabila pasangan suami istri dalam keadaan yang sangat terpaksa dalam kaedah
hukum (Islam) mengatakan ” Keadaan darurat memperbolehkan hal-hal yang dilarang
dengan alasan kesehatan/keselamatan jiwa “.
b. Begilu. juga halnya mengenai melihat aura orang lain apabila diperlukan untuk
kepentingan pemeriksaan dan tindakan hal tersebut dapat dibenarkan.

 Pandangan/pendapat yang melarang :

a. Sterilisasi berakhir dengan kemandulan. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama
perkawinan yang mengatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat juga untuk mendapatkan keturunan.
b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan cara memotong atau mengikat sebagian tubuh yang
sehat dan berfungsi (saluran mani/tuba).
c. Dengan melihat aura orang lain.

1
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pesantren atau pondok pesantren adalah sekolah islam berasrama. Para pelajar pesantren
(di sebut sebagai santri)yang belajar di sekolah ini. Biasanya pesantren di pimpin oleh
seorang kyai.untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, Bidan sebagai salah seorang
anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat
menentukan dalam meningkatkan status Kesehatan masyarakat pesantren, khususnya
Kesehatan di wilayah kerjanya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi . Seorang
bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta
tanggung jawabnya.

B. SARAN

Terkait dengan hal tersebut saya menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan yaitu
bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang meliputi
tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-
hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan wilayah tersebut.

1
DAFTAR PUSTAKA

https://putriandinitanjung.blogspot.com/2019/03/makalah-pendekatan-kebudayaan-
dalam.html

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/view/509

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/09/02/nu1z4q313-tiga-ciri-
utama-pesantren

https://amaljariah.org/4-empat-ciri-pesantren/

http://indahfebrianti09.blogspot.com/2015/12/mengaplikasikan-cara-cara-
pendekatan.html

1
1

Anda mungkin juga menyukai