PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
jumlah asupan zat gizi (intake) dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh
tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kesehataan, dan lain lain)1. Status gizi orang dewasa dapat
dipantau secara sederhana dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
Body Mass Index (BMI), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap
penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Menurut European Society for Clinical Nutrition and
Metabolism, BMI kurang dari 18,5 kg/m2 merupakan alternatif untuk menilai
malnutrisi atau gizi kurang atau malnutrisi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara kebutuhan energi tubuh dan cadangan makanan pada
tubuh2. Beberapa kondisi seperti penyakit metabolisme, efek samping obat,
gangguan makan, dan infeksi tuberkulosis dapat menjadi risiko terjadinya
keadaan gizi kurang3. Menurut World Health Organiztion (WHO) tahun 2018,
terdapat 462 juta orang dewasa dengan gizi kurang di dunia 3. Di Indonesia
sendiri, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan (Depkes) Indonesia, angka
gizi kurang pada orang dewasa mencapai 11% dari keseluruhan penduduk di
Indonesia.
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ
terutama paru-paru4 WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8.6 juta kasus TB di
dunia, 13% nya merupakan koinfeksi dengan HIV. Untuk kasus TB paru sendiri,
data dari WHO menunjukkan Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia
untuk jumlah kasus TB dengan angka kejadian 450.000 kasus baru per tahun dan
angka kematian 175.000 kasus per tahun5. Untuk kasus TB paru, angka di
Indonesia pada tahun 2015 berdasarkan Depkes Indonesia mencapai 395 kasus
per 100.000 penduduk. Tuberkulosis ditandai dengan gejala khas yaitu; batuk >3
minggu, keringat malam, anoreksia, turun berat badan, dan penegakkan diagnosa
menggunakan pemeriksaan sputum dengan temuan berupa Basil Tahan Asam
(BTA)5.
Kecenderungan penurunan berat badan penderita tuberkulosis merupakan
akibat dari gejala anoreksia yang menyebabkan status gizi kurang. Selain itu
diketahui pula bahwa pada penderita TB, metabolisme basal di dalam tubuh
meningkat hingga 2 kali lipat. Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya status
gizi kurang apabila tidak diimbangi dengan diet yang tepat6. Prevalensi penderita
TB di Indonesia dengan status nutrisi kurang mencapai 60%. Sebuah penelitian
yang dilakukan pada pasien TB paru rawat inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru, menunjukkan bahha 61,1% dari penderita TB memiliki status gizi
kurang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Novi Maulidar tahun 2010 di
Kabupaten Pidie Provinsi Aceh menunjukkan hasil di mana 73,68% penderita TB
paru memiliki status gizi kurang.
Hubungan antara TB dan gizi kurang merupakan hubungan yang bersifat dua
arah (bi-directional), di mana keadaan TB dapat membuat pasien menjadi gizi
kurang, dan sebaliknya. Gizi kurang meningkatkan risiko terjadinya infeksi TB
aktif sebanyak 6-10 kali lebih tinggi7. Selain itu, keadaan gizi kurang dapat
melemahkan sistem imun, sehingga memperkuat kejadian TB relaps dan
mortalitas penyakit8,9. Berbeda dengan gizi kurang, kondisi malnutrisi lain seperti
obesitas, memiliki efek protektif terhadap terjadinya infeksi TB aktif10. Hal ini
dapat menjadi salah satu faktor perancu dalam melakukan penelitian hubungan
status gizi terhadap infeksi TB.
Walaupun sudah ada beberapa literatur yang menyebutkan adanya keterkaitan
antara status gizi dan infeksi TB, namun belum ada yang melakukan penelitian
membandingkan gizi buruk dan infeksi TB. Maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian, sehingga dapat mencari tahu dan menerapkan pelayanan
berkofus pada gizi guna meningkatkan tingkat mortalitas dan morbiditas pasien
dengan infeksi TB.
V. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Institusi
Menambah pengetahuan dan wawasan institusi mengenai pengaruh
status nutrisi terhadap kejadian TB paru.
Menjadi salah satu bahan dari pembuatan tuntunan (guideline)
nutrisi pada pasien TB paru.
b. Manfaat Praktis
Mengetahui pentingnya kolaborasi pengananan TB paru bersamaan
dengan status gizi pasien.
BAB II
BAB III
FAKTOR-FAKTOR Gemuk
Usia Kurus
Jenis kelamin
Pekerja kesehatan
Riwayat TB IL-2
Riwayat HIV/AIDS PENYEBAB TB
Riwayat Diabetes Mellitus PARU
Riwayat narkotika
Stimulasi sel B, sel
Etiologi :
T dan sel NK
Pendapatan
Mycobacterium
Tingkat Pendidikan tuberculosis
Kepadatan hunian kamar
Pencahayaan rumah
Respon imun Transmisi :
Ventilasi seluler dan Droplet nuclei
Kelembapan udara rumah pembentukan
Paparan debu kronis granuloma Mtb
Kasus Bekas TB
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sputum BTA BTA (+)
Mantoux
Kultur
BTA (-)
Lab Darah lengkap, PCR, IGRA
TB Paru Kasus Baru BTA +
Radiologi Xray, CT scan
.2 Kerangka Konsep
Variabel Perancu:
Paparan debu kronis
Tingkat Pendidikan
Pendapatan
Kepadatan hunian rumah
Pencahayaan rumah
Ventilasi
Kelmebapan udara
Variabel Kontrol:
Usia
Jenis kelamin
Pekerja kesehatan
Riwayat TB sebelumnya
Riwayat pengobatan TB
sebelumnya
Riwayat HIV/AIDS
Riwayat Diabetes Mellitus
Riwayat narkotika
IMT gemuk
.3 Definisi Operasional
No. Variabel Indikator Definisi Metode Hasil Skala
1 Jenis Data dan Tanda fisik yang Observasi Nominal
Kelamin jawaban teridentifikasi (pengambilan
0. Laki-laki
responden pada pasien dan data primer)
1. Perempuan
dibawa sejak
dilahirkan
2 Usia Data dan Satuan waktu Kuesioner Nominal
1. <19 tahun
jawaban untuk mengukur
atau
responden lama hidup
>=60
pasien sejak
tahun
dilahirkan
2. 19-59
sampai
tahun
dilakukannya
penelitian
3 Pekerja Jawaban Kegiatan yang Kuesioner Nominal
Kesehatan responden dilakukan setiap
hari oleh
responden,
0. Ya
mendapat upah
1. Tidak
dan responden
mengabdikan diri
dalam
bidang kesehatan
4 Riwayat TB Data dan Pernah Kuesioner Nominal
sebelumnya jawaban didiagnosis TB 1. Ya
responden oleh dokter 2. Tidak
sebelumnya
5 Riwayat Data dan Pernah Kuesioner Nominal
pengobatan jawaban didiagnosis TB
TB responden sebelumnya dan 1. Ya
mengonsumsi 2. Tidak
pengobatan TB
>= 1 bulan
6 Riwayat Jawaban Pernah Kuesioner Nominal
1. Ya
Diabetes responden didiagnosis DM
2. Tidak
Mellitus oleh dokter
6 Riwayat Data rekam Pernah Rekam medik Nominal
HIV/AIDS medik melakukan
pemeriksaan HIV
dan hasil
3. Ya
dinyatakan (+)
4. Tidak
atau pernah
didiagnosis
HIV/AIDS oleh
dokter
7 Riwayat Jawaban Pernah Kuesioner dan Nominal
narkotika responden mengonsumsi wawancara
1. Ya
obat-obat langsung
2. Tidak
narkotika dengan
responden
8 IMT Pemeriksaan Berat badan Pengukuran 1. BB kurang Nominal
dibagi tinggi
fisik badan pangkat 2 berat badan dan
tinggi badan,
serta penentuan 2. Normal
golongan IMT 3. BB lebih
berdasarkan
tabel
9 Sputum Rekam medik Pemeriksaan Rekam medik Nominal
BTA dengan sampel
dahak diambil
pada 3 waktu,
yaitu sewaktu-
pagi-sewaktu,
kemudian dahak
diperiksa dengan
mikroskop. BTA
dinyatakan
positif apabila
1. BTA (+)
pada lapang
2. BTA (-)
pandang terlihat
batang berwarna
merah atau
merah muda
dengan latar
belakang biru
bila diwarnai
dengan
pewarnaan tahan
asam atau Ziehl-
Neelsen
3.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara gizi buruk dengan kejadian infeksi TB paru BTA (+) kasus
baru di wilayah kerja Puskesmas Jatiuwung.
3.5 Variabel
1. Variabel bebas/independen : Status gizi
2. Variabel terikat/dependen : Kejadian TB paru BTA (+) Kasus Baru
3. Variabel kontrol :
Usia Riwayat pengobatan TB
Jenis kelamin sebelumnya
Pekerja kesehatan Riwayat HIV/AIDS
Riwayat TB sebelumnya Riwayat Diabetes Mellitus
Riwayat narkotika
IMT gemuk
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain
Kriteria inklusi
1. Orang berusia 19 sampai 59 tahun.
2. Kriteria inklusi kasus:
Kontrol adalah pasien yang bukan penderita tuberkulosis BTA + atau tidak
dinyatakan menderita tuberkulosis BTA +
Kriteria eksklusi
1. Pasien tidak bersedia untuk ikut penelitian
2. Pasien masih merupakan suspek TB (klinis positif namun hasil dahak
belum keluar)
3. Pasien merupakan pekerja kesehatan
4. Pasien dengan riwayat TB sebelum episode saat ini
5. Pasien dengan riwayat HIV
6. Pasien dengan riwayat konsumsi narkoba
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara gizi kurang dengan
kejadian tuberkulosis BTA +, oleh karena itu untuk menghitung sampel digunakan
rumus uji hipotesis 2 proporsi:
P =1/2 (P1+P2)
P1 = proporsi efek yang diteliti
P2 = proporsi efek standar (kelompok kontrol)
Zα =1,96 Zβ= 0,842
Perkiraan besar sampel untuk mencari hubungan antara status nutrisi dan
kejadian tuberkulosis adalah:
Oleh karena n1=n2, dan terdapat 2 kelompok yang akan diperbandingkan (gizi
kurang dengan Tuberkulosis BTA + kasus baru dan gizi normal dengan Tuberkulosis
BTA + kasus baru) maka dibutuhkan jumlah sampel minimal 2 x 15 = 30 pasien
(masing-masing kelompok 15 sampel).
Variabel dependen
Gizi kurang
Variabel independen
Tuberkulosis BTA + kasus baru
Perancu
o Kepadatan hunian kamar
o Pencahayaan rumah
o Ventilasi
o Kelembaban udara
o Pendapatan
o Pendidikan
Alur penelitian
H. Analisis data
Pada setiap subyek penelitian (atau walinya) dilakukan penjelasan lisan dan
tertulis mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan prosedur penelitian,
dimana setelahnya subyek penelitian (atau walinya) diminta persetujuannya secara
tertulis untuk bersedia ikut dalam penelitian (formulir terlampir). Semua data rekam
medik yang dipergunakan akan dijaga kerahasiaannya.
J. Biaya Penelitian
K. Jadwal Penelitian
Hasil penelitian ini akan diajukan untuk tugas mini project internship
Puskesmas Jatiuwung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Dit, GM. Depkes; 2003
2. WHO. nutritional landscape information system. Geneva: World Health Organization;
2010. p. 1–51.
3. Bernstein M, Munoz N. Nutrition for the older adult: Jones & Bartlett Learning; 2019
4. Profil Kesehatan Indonesia 2013 [Internet]. Kementerian Kesehatan RI. 2013 [cited
15 December 2019]. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Indonesia%20Health%20Profile%202013%20-%20v2%20untuk
%20web.pdf
5. Malnutrition [Internet]. WHO. 2019 [cited 15 December 2019]. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition
6. Kementerian Kesehatan RI (2017). Tuberkulosis: Temukan Obati Sampai Sembuh.
Jakarta: InfoDatin.
7. Kementerian Kesehatan RI [Internet]. TBC Masalah Kesehatan Dunia. 2015 [cited 15
December 2019]: Available from: http://www.depkes.go.id/article/print/1444/tbc-
masalah-kesehatan-dunia.html.
8. Edo P, Abdul S, Agustina A. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Pasien
Tuberkulosis Paru Aktif yang Menjalani Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di
Unit Pengobatan Penyakit Paru Paru (UP4) Pontianak. Universitas Tanjungpura;
2014.
9. Lazulfa R, Wirjatmadi B, Adriani M. Tingkat kecukupan zat gizi makro dan status
gizi pasien tuberculosis dengan sputum BTA (+) dan sputum BTA (-). Surabaya:
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
10. Putri W, Munir S, Christianto E. Gambaran Status Gizi Pada Pasien Tuberkulosis
Paru (TB Paru) Yang Menjalani Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Riau: Fakultas Pendidikan Nasional Universitas Riau.
11. Mulyadi, Razi S, Novi M. Profil penderita tuberkulosis paru berobat jalan di
puskesmas pedalaman Aceh sesudah 4 tahun selesai konflik (kajian kegiatan
pemberantasan TB paru di puskesmas sakti Kabupaten Pidie tahun 2010). Aceh:
Universitas Syiah Kuala; 2010.
12. Bhargava A, Oxlade O, Menzies D. Undernutrition and the incidence of tuberculosis
in India: national and subnational estimates of the population
13. Peggy P, Luis O, Ellen P. Nutrition and tuberculosis , a review of litratures and
consideration for tuberculosis contrle program In. Edited by Oluwole D, Duale S,
Opoku J, Allen W, Musau S, Waisbord S, vol. 1. USA: USAID; 2010. p. 55.
14. Zachariah R, Spiehnann M, Harries A, Salanipon F. Moderate to severe malnutrition
in patients with tuberculosis is a risk factor associated with early death. Trans R Soc
Trop Med Hyg. 2002;96:291–4.
15. Yen Y, Hu H, Lee Y, Ku P, Lin I, Chu D et al. Obesity/overweight reduces the risk of
active tuberculosis: a nationwide population-based cohort study in Taiwan.
International Journal of Obesity. 2017;41(6):971-975.
START SHELLY
16. WHO. Malnutrition [internet]. WHO. 2018 [cited 10 Desember 2019]. Available
from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition.
17. Mahan L, Escott S. Krause’s Food and Nutrition Therapy. 12 nd ed. US: Saunders;
2008.
18. Gupta KB, Gupta R, Vishvkarma S, et al. Tuberculosis and nutrition. Lung India.
2009;26(1):9-16.
19. Papathakis P, Piwoz E. Nutrition and tuberculosis: A review of the literature and
considerations for TB control programs. United States Agency for International
Development. Africa’s Health. 2010;Project (2008):1-45.
20. Macallan D. Infection and malnutrition. Medical progress. 2011;38(2):76–9.
21. Stang J. Nutrition through the life cycle. 4th ed. Adolescent Nutrition. Wadsworth:
Cengage Learning, 2011:356–84.
22. Schaible LIE. Kaufmann SHE. Malnutrition and inl-ectiou: complex mechanisms
ard global impacts. PloS Medisine. 2007;4(5):806.
23. Pratomo IP, Burhan E, Tambunan V. Malnutrisi dan Tuberkulosis. J Indon Med
Assc. 2012;62(6):230-235.
24. Romero-Adrian TB, Leal-Montiel J, Fernández G, et al. Role of cytokines and
other factors involved in the Mycobacterium tuberculosis infection. World J
Immunol. 2015;5(1):16-50.
Lampiran 1
SURAT PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
No. Penelitian :
Pengesahan oleh Peneliti
Bersama ini saya menyatakan telah memberi penjelasan tujuan serta manfaat penelitian
“Hubungan gizi kurang dengan kejadian TB BTA + di wilayah kerja Puskesmas Jatiuwung
periode Desember 2019 – Januari 2020” dan telah dimengerti oleh pasien/keluarga pasien.
Peneliti, Tanggal :
___________________________
dr.
________________________________________________
Telp : ____________________ Hp :___________________
Setelah membaca, mendengar penjelasan tentang penelitian ini, saya memahami tujuan,
risiko, dan manfaat penelitian ini. Saya menyatakan secara sukarela bersedia mengikuti
prosedur penelitian dari awal hingga selesai dan setuju data mengenai kesehatan
saya/keluarga saya dipergunakan untuk penelitian ini baik data dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, laboratorium, maupun pemeriksaan penunjang lainnya
Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan dengan semestinya.
Tanggal : _______________________
KUESIONER PENELITIAN
(Case)
8 Pekerja kesehatan a. Ya
b. Tidak
9 Riwayat Diabetes Mellitus a. Ya
b. Tidak
11 Riwayat penggunaan narkotika a. Ya
b. Tidak
12 Riwayat TB sebelum episode sebelum saat ini a. Ya
b. Tidak
13 Riwayat pengobatan TB sebelum episode saat ini a. Ya, durasi __________
b. Tidak
14 Sputum BTA (episode saat ini) a. BTA (+)
b. BTA (-) / tidak diperiksa
15 TB BTA (+) Kasus Baru a. Ya
b. Tidak
16 Berat badan
17 Tinggi badan
18 Indeks Massa Tubuh (IMT) : a. BB lebih
b. Normal
c. BB kurang
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
(Control)
8 Pekerja kesehatan a. Ya
b. Tidak
9 Riwayat Diabetes Mellitus a. Ya
b. Tidak
11 Riwayat penggunaan narkotika a. Ya
b. Tidak
12 Riwayat TB sebelum episode sebelum saat ini a. Ya
b. Tidak
13 Riwayat pengobatan TB sebelum episode saat ini a. Ya, durasi __________
b. Tidak
16 Berat badan
17 Tinggi badan
18 Indeks Massa Tubuh (IMT) : a. BB lebih
b. Normal
c. BB kurang