Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AGAMA

Fan Maitri Aldian


XI IPA 1 / 12
SMA XAVERIUS 1 JAMBI
A. Tugas 1
1. Jelaskan apa yang kalian mengerti tentang aborsi? Jelaskan!

Aborsi dapat disebut juga pengguguran kandungan. Jadi, aborsi adalah berakhirnya
kehamilan dengan dikeluarkannya janin (fetus) atau embrio sebelum memiliki
kemampuan untuk bertahan hidup diluar rahim, sehingga mengakibatkan kematian
janin tersebut. Di Indonesia, aborsi sendiri merupakan hal ilegal, namun masih
banyak dilakukan oleh banyak orang.

2. Apa yang harus dilakukan oleh para remaja, supaya mereka tidak terlibat
dalam kasus aborsi?
Cara agar anak/remaja tidak terlibat dalam kasus aborsi adalah dengan melakukan
penguatan iman, banyak berdoa, diberikan wawasan yang baik, diberikan wawasan
sejak dini, lingkungan hidup remaja tersebut harus sehat, sex education, dijelaskan
risiko dan akibat dari aborsi, paham akan hukum, pergaulan yang baik, dan
mengajarkan agar tidak mudah terpengaruh.
3. Apa yang harus dilakukan oleh keluarga-keluarga supaya mereka tidak
terpaksa melakukan aborsi?
Yang harus dilakukan oleh keluarga agar tidak melakukan aborsi adalah dengan
memperkuat iman, konsultasi ke dokter yang baik, hindari tekanan, tidak mudah
terpengaruh, rasa cinta kasih kepada makhluk hidup, pemikiran yang positif, paham
tentang sex education, dan pahami hukum.
4. Apa yang dikatakan undang-undang hukum pidana di Indonesia tentang
aborsi?
1) Pasal 75 ayat (1) UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
“Pada dasarnya setiap orang dilarang melakukan aborsi”
2) Pasal 75 ayat (2) UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Pengecualian terhadap larangan melakukan aborsi diberikan hanya dalam 2
kondisi tersebut :
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar
kandungan
b) Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.

3) Pasal 75 ayat (3) UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan.


“Hal itu hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau
penasehatan pra penindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.”
4) Pasal 76 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Selain itu, aborsi hanya dapat dilakukan :
i. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.
ii. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
iii. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan.
iv. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan.
v. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh menteri.
5) Pasal 194 UU Kesehatan.
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dengan denda paling banyak Rp 1
miliar.”
UU ini juga dapat menjerat pihak dokter dan/atau tenaga kesehatan yang
dengan sengaja melakukan aborsi ilegal, maupun pihak perempuan yang
dengan sengaja melakukannya.
6) Pasal 346 KUHP
“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.”
7) Pasal 299 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau pidana denda
paling banyak empat puluh lima juta rupiah.
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau
jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga.
(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
8) Pasal 347 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
9) Pasal 348 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
10) Pasal 349 KUHP
Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah
satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
5. Tulislah sebuah doa/puisi yang berisi niat, harapan untuk selalu menghargai
hidup manusia, menghindari pergaulan tidak sehat!
Namo buddhaya, Buddha, saya ingin mengucapkan terimakasih karena telah menjaga
kami semua hingga saat ini. Saya juga ingin berterimakasih karena telah memberikan
kami perdamaian, sehingga kami semua bisa saling menghargai hidup sesama kami.
Saya berharap, semoga tidak ada lagi perang di dunia ini, tidak ada lagi kegiatan
buruk seperti kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, aborsi, perang, dan
banyak lainnya. Semoga Buddha selalu memenuhi pikiran dan hati kami dengan
penerangan sehingga kami semua dapat terbebas dari pergaulan yang tidak sehat dan
dapat saling menghargai hidup sesama kami. Mungkin itu saja Buddha yang dapat
saya katakan, sabbe satta bhavantu sukkhitatt, semoga semua makhluk dapat hidup
berbahagia, saddhu saddhu saddhu, Namo Buddhaya.

B. Tugas 2
1. Apa saja faktor-faktor penyebab seseorang melakukan bunuh diri?
Faktor-faktor penyebab seseorang melakukan bunuh diri adalah lemahnya iman,
depresi berat, lupa akan Tuhan, gangguan bipolar, gangguan kepribadian, skizofrenia,
anoreksia nervosa, mudah menyerah dalam hidupnya, ketidak pedulian lingkungan
sekitarnya, memiliki masalah yang berat, dan rasa putus asa.
2. Jelaskan macam-macam euthanasia!
Euthanasia dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
1) Euthanasia Aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter
untuk mengakhiri hidup seorang (pasien) yang dilakukan secara medis.
Biasanya dilakukan dengan penggunaan obat-obatan yang bekerja cepat dan
mematikan.
Euthanasia aktif terbagi menjadi 2 golongan :
(1) Euthanasia aktif langsung
Yaitu cara pengakhiran kehidupan melalui tindakan medis yang
diperhitungkan akan langsung mengakhiri hidup pasien. Misalnya
dengan tablet sianida atau suntikan zat yang segera mematikan.
(2) Euthanasia aktif tidak langsung
Menunjukkan bahwa tindakan medis yang dilakukan tidak akan
langsung mengakhiri hidup pasien, tetapi diketahui bahwa risiko
tindakan tersebut dapat mengakhiri hidup pasien. Misalnya, mencabut
oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.
2) Euthanasia Pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia,
sehingga pasien diperkirakan akan meninggal setelah tindakan pertolongan
dihentikan.
3) Euthanasia Volunter
Euthanasia volunter adalah penghentian tindakan pengobatan atau
mempercepat kematian atas permintaan sendiri.
4) Euthanasia Involunter
Euthanasia involunter adalah jenis euthanesia yang dilakukan pada pasien
dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin menyampaikan keinginannya.
Dalam hal ini dianggap famili pasien yang bertanggung jawab atas
penghentian bantuan pengobatan. Perbuatan ini sulit dibedakan dengan
perbuatan kriminal.
3. Bagaimana pandangan agama-agama di Indonesia (6 Agama) mengenai bunuh
diri dan euthanasia?
1) Islam
(1) Bunuh Diri
Islam sangat memperhatikan keselamatan dan kehidupan manusia.
Karena itulah, islam melarang seseorang melakukan bunuh diri. Sebab,
pada hakikatnya jiwa yang bersemayam pada jasadnya bukanlah
miliknya sendiri. Sebaliknya, jiwa merupakan titipan Allah SWT yang
harus dipelihara dan digunakan secara benar. Maka dari itu, dia tidak
boleh membunuh dirinya sendiri.[30] Hal ini dijelaskan dalam QS.
An-Nisa : 29-30

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.
30. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan
aniaya, Maka kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka.
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.[31]

Ibnu Abbas dan kebanyakan ulama menafsirkan ayat di atas dengan


pengertian : “jangan saling membunuh antara sesame muslim”.
Sedangkan ‘Amru bin ‘Ash memahami dengan pengertian : “jangan
bunuh diri”. Penafsiran ‘Amru bin ‘Ash ini pun dibenarkan oleh
Rasulullah. Umpamanya, seorang yang sedang sakit parah, dilarang
oleh dokter mandi dengan air dingin. Orang yang melanggar larangan
dokter tersebut, termasuk kedalam pengertian ayat di atas, karena
secara langsung atau tidak, akan membawa bahaya dan akibatnya
berakhir dengan kematian. Bunuh diri atau saling membunuh menurut
penafsiran Amru bin Ash dan Ibnu Abbas, kedua-duanya tidak
dibenarkan oleh agama islam, walaupun penyebabnya berbeda.[32]

Syariat islam melarang tindakan bunuh diri sebgaimana melarang


pembunuhan. Hukum bunuh diri, menurut kesepakaran ulama, adalah
haram dan tergolong dosa yang paling besar setelah syirik. Larangan
ini telah ditegaskan dalam al-Qur’an dan hadits.[33] Allah SWT,
berfirman dalam QS. Al-Israa’ : 33

33. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah


(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang
benar[853]. dan barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka
Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan[854] kepada ahli
warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam
membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan.[34]
 

Bunuh diri adalah termasuk pembunuhan. Barang siapa membunuh


dirinya dengan cara apa pun, maka dia telah membunuh jiwa yang
dimuliakan Allah tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Bunuh diri
adalah dosa besar, karena adanya ancaman khusus baginya,
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim,
dan lainnya, dari Abu Hurairah r.a: Rasulullah SAW. Bersabda,

‫ﻤﻦﺗﺮﺪﻯﻣﻥﺠﺑﻞﻔﻗﺗﻝﻨﻓﺳﻪﻓﻬﻭﻔﻲﻨﺎﺭﺠﻬﻨﻢﻴﺗﺭﺪﻱﻔﻳﻪﺨﺎﻠﺪﺍﻣﺧﻟﺪﺍﻓﻳﻬﺎﺃﺑﺪﺍﻮﻣﻥﺗﺤﺲﺳﻣﺎﻔﻗﺗﻞﻧﻓﺳﻪﻓﺴﻣﻪ‬
‫ﻔﻲﻴﺪﻩﻴﺗﺣﺴﺎﻩ‬

‫ﻔﻲﻧﺎﺭﺟﻬﻨﻡﺧﺎﻠﺪﺍﻣﺧﻠﺪﺍﻔﻴﻬﺎﺃﺒﺪﺍﻮﻤﻥﻘﺗﻞﻧﻓﺳﻪﺒﺤﺪﻴﺪﺓﻓﺣﺪﻴﺪﺗﻪﻔﻲﻴﺪﻩﻴﺠﺄﺒﻬﺎﻔﻲﺑﻄﻧﻪﻓﻲﻧﺎﺭﺠﻬﻨﻡﺨﺎﻠﺪﺍﻣﺧ‬
‫ﻟﺪﺍﻓﻴﻬﺎﺃﺒﺪﺍ‬

“Barangsiapa menjatuhkan dirinya dari gunung dan membunuh


dirinya sendiri, maka di neraka dia akan terjatuh dari gunung
berulang-ulang selamanya. Barangsiapa menghirup racun dan
membunuh dirinya sendiri, maka di neraka racun tersebut berada di
tangannya dan dia akan menghirupnya selamanya. Dan barangsiapa
yang membunuh dirinya sendiri denngan besi, maka di neraka besi
tersebut berada di tangannya dan dia akan memukul dirinya dengan
besi tersebut selamanya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

‫ﺍﻟﺬﻱﻴﺨﻧﻖﻨﻔﺳﻪﻴﺧﻧﻘﻬﺎﻔﻲﺍﻠﻧﺎﺭﻮﺍﻠﺬﻱﻴﻄﻌﻨﻬﺎﻓﻲﻭﺍﻠﺫﻱﻴﻗﺗﺤﻡﻨﻔﺴﻪﻴﻗﺗﺤﻡﻔﻲﺍﻠﻧﺎﺮ‬

“Barangsiapa mencekik dirinya sendiri, maka dia akan mencekiknya


di neraka. Barangsiapa menikam dirinya sendiri, maka dia akan
menikamnya di neraka. Dan barangsiapa menceburkan dirinya, maka
dia akan menceburkannya di neraka.” (HR. Bukhari)[35]
(2) Euthanasia

Dalam pandangan agama islam, hidup adalah anugerah Allah. Dia


yang menganugerahkannya dan hanya Dia pula yang mencabutnya,
atau berhak memerintahkan untuk mencabutnya.jangankan mengakhiri
hidup orang lain, mengakhiri hidup sendiri pun dilarang dan diancam
oleh-Nya dengan sanksi yang berat. “Aku didahului oleh hamba-Ku
sendiri, Kuharamkan untunya surga“, demikianlah firman Allah
dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari,
menyangkut seorang yang luka parah dan membunuh dirinya,
[16]demikian juga ditegaskan dalam firman-Nya, QS. Al-Mulk : 2

2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu,


siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun,[17]

Dari sisi lain, yang mengakhiri hidup seseorang walaupun dengan


alasan “kemanusiaan”, pada hakikatnya telah berputus ada dari rahmat
Allah. Seseorang tidak dibenarkan putus asa dari rahmat Allah,
berdasarkan firman Allah QS. Yusuf : 87

87. ………dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.


Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir”.[18]

  Dan firman Allah dalam QS. Asy-Syu’araa’ : 80, tentang pernyataan


nabi Ibrahim as

80. Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku,[19]


Doa, menurut peraih hadiah Nobel dalam bidang kedokteran, Alexis
Carrel, merupakan salah satu cara yang amat ampuh dalam
penyembuhan berbagai penyakit.[20]

Karena itu islam, sangat memperhatikan keselamatan hidup dan


kehidupan manusia sejak ia berada dalam Rahim ibunya sampai
sepanjang hidupnya. Hidup dan mati itu karunia dan wewenang
Tuhan, maka islam melarang orang melakukan pembunuhan, baik
terhadap orang lain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh
agama) maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan
apa pun.[21]

Dijelaskan juga dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim


dari Jundub bin Abdullah r.a, :

‫ﻜﺎﻦﻓﻤﻦﻛﺎﻦﻗﺒﻠﻜﻢﺮﺠﻞﺒﻪﺠﺮﺡﻔﺠﺰﻉﻓﺄﺧﺬﺳﻜﻴﻨﺎﻔﺤﺰﺒﻬﺎﻴﺪﻩﻔﻤﺎﺮﻗﺄﺍﻠﺪﻡﺤﺘﯽ‬

‫ﻣﺎﺖ﮳ﻗﺎﻞﷲﺘﻌﻟﯽ﮾﮽ﺒﺎﺪﺮﻨﯽﻋﺒﺪﯼﺒﻨﻔﺳﻪﺤﺘﯽﻤﺖﻋﻠﻴﻪﺍﻠﺠﻨﺔ‬

“telah ada diantara orang-orang sebelum kamu seorang lelaki yang


mendapat luka, lalu keluh kesahlah ia. Maka ia mengambil pisau lalu
memotong tangannya dengan pisau itu. Kemudian tidak berhenti-henti
darahnyakeluar sehingga ia mati. Maka Allah bersabda, ‘Hambaku
telah menyerahkan kematiannya sebelum Aku mematikan. Aku
mengharamkan surge untuknya’”[22]

Hadits tersebut di atas dengan jelas menunjukkan, bahwa bunuh diri


itu dilarang keras oleh islam dengan alasan apa pun. Orang yang
mengakhiri hidupnya dengan cara demikian, berarti dia telah
mendahului atau melanggarkehendak Allah dan wewenang-Nya.
Seharusnya orang bersikap sabar dan tawakkal menghadapi musibah
dan berdoa kepada Allah semoga berkenan memberikan ampunan
kepadanya dan memberikan kesehatan kembali, apabila hidupnya
masih bermanfaat dan lebih baik baginya.[23]

Karena alasan itu pula, seorang yang sakit dalam islam di anjurkan
untuk segera berobat. Sebab, orang berobat pada hakikatnya dalam
rangka mempertahankan kehidupannya. Rasulullah bersabda :

‫ﺇﻦﷲﻋﺰﻮﺠﻟﯽﺤﻴﺚﺧﻟﻖﺍﻠﺪﺍﺀﺧﻟﻖﺍﻠﺪﻮﺍﺀﻔﺘﺪﺍﻮﻮﺍ‬

“sesungguhnya Allah’Azza wa Jalla menciptakan penyakit beserta


obatnya. Karena itu, berobatlah”[24]

Hadits ini memotivasi kepada manusia agar ketika sakit hendaknya


berobat untuk kesembuhan penyakitnya. Karena, setiap penyakit
diturunkan oleh Allah itu pasti ada obatnya. Meskipun kadang kala,
manusia belum mengetahui obatnya. Yang terpenting bagi manusia
adalah bahwa ia telah berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya.

Euthasia aktif dipenjelasan sebelumnya, bisa masuk dalam kategori


pembunuhan disengnaja. Karena, dokter melakukan hal itu secara
sengaja dan jelas-jelas menggunakan obat yang biasanya memang
biasa mempercepat kematian si pasien. Konsekuensi (akibat) nya si
pelaku, dalam hal ini dokter dikenakan hukuman qishash.

Di sisi lain, seseorang juga dilarang keras membunuh orang lain,


sebagai bukti keseriusannya, Islam memberikan ancaman dan sanksi
yang sangat tegas bagi pelakunya.[25] Allah SWT, berfirman dalam
QS. An-Nisaa : 93

93. Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan


sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya
dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya.[26]
Bahkan jika ada ahli waris yang turut mendukung praktek tersebut,
maka dia tidak akan dapat memperoleh harta warisan. Sebagai mana
bunyi kaidah fiqh :

‫ﻤﻦﺍﺴﺗﻌﺠﻞﺷﻴﺌﺎﻗﺒﻞﺃﻭﺍﻨﻪﻋﻮﻘﺐﺑﺤﺮﻣﺎﻨﻪ‬

“barangsiapa mempercepat sesuatu sebelum waktunya, maka


terhalang sebab tindakan mempercepatnya itu” [27]

Kaitannya dengan kaidah ini, bahwa seorang ahli waris yang berusaha
untuk membunuh orang, agar bisa mewarisi harta orang tersebut, tidak
akan memperoleh bagian warisnya di kemudian hari. Ini merupakan
kutukan islam atas orang-orang yang punya ambisi tinggi untuk bisa
memperoleh warisan sebelum waktu yang semestinya.[28]

Euthanasia negatif/Pasif, tentunya persoalan yang berbeda dengan


euthanasia positif/aktif . Tidak lain karena, dalam kasus ini si dokter
sudahk tidak mampu lagi untuk memberikan pertolongan medis.
Karena itu, ia tidak bisa di persalahkan begitu saja. Lebih-lebih, jika
keluarga pasien yang sudah tidak ,mampu lagi membiayai pengobatan
meminta sendiri agar pasien tidak diobati.

Menanggapi masalah ini, Syekh Sulaiman Al-Bujairimi menegaskan :

‫ﻮﻴﺴﻦﺍﻠﺗﺪﺍﻭﻱﻠﺧﺑﺮﺇﻦﷲﻠﻡﻴﺿﻊﺪﺍﺀﺇﻻﺠﻌﻝﻠﻪﺩﻭﺍﺀﻏﻴﺮﺍﻠﻬﺭﻡ﮲ﻘﺎﻞﻔﻲﺍﻠﻣﺠﻣﻭﻉﻔﺈﻦﺗﺮ‬

‫ﻚﺍﻠﺗﺪﺍﻭﻱﺗﻭﻜﻼﻋﻟﻰﷲﻓﻬﻭﴽﻔﺿﻞﻭﯿﻜﺮﻩﺇﻛﺮﺍﻩﺍﻠﻤﺮﯿﺾﻋﻠﯿﻪ‬

“orang yang sedang sakit disunnahkan untuk berobat, karena ada


hadits, ‘sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit tanpa
menyertakannya dengan obat kecuali (penyakit) tua renta. (Imam al-
Nawawi) berkomentar dalam kitabnya al-Majmu’, jika seseorang
yang sakit tidak mau berobat semata-mata karena tawakkal kepada
Allah SWT, maka hal itu lebih utama. Malah makruh hukumnya,
memaksa dia untuk berobat”.[29]

Dalam masalah ini ada perbedaan pendapat. Menurut jumhur ulama,


mengobati atau berobat itu hukumnya mandub (sunnah), tidak wajib.
Namun sebagian ulama ada yang mewajibkan berobat, seperti
kalangan ulama Syafiiyah dan Hanabilah, seperti dikemukakan oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Menurut Abdul Qadim Zallum hukum
berobat adalah mandub. Tidak wajib. Hal ini berdasarkan berbagai
hadits, di mana pada satu sisi Nabi SAW menuntut umatnya untuk
berobat, sedangkan di sisi lain, ada qarinah (indikasi) bahwa tuntutan
itu bukanlah tuntutan yang tegas (wajib), tapi tuntutan yag tidak tegas
(sunnah).

2) Katolik

(1) Bunuh Diri

i. Kitab Suci

Yaitu bahwa nyawa manusia tidak boleh diremehkan karena


kehidupan manusia mempunyai nilai yang teristimewa yang
bersifat pribadi sehingga manusia tidak boleh menghilangkan
nyawanya sendiri, sebab hanya Tuhan yang boleh mengambil
kembali nyawa manusia.

ii. Katekismus Gereja Katolik

Bunuh diri bertentangan cinta kepada Allah yang hidup dan


juga melanggar hukum cinta kepada diri sendiri dan sesama.
 Artikel 2280 :
Tiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya. Allah
memberikan hidup kepadanya. Allah ada dan tetap
merupakan Tuhan kehidupan yang tertinggi.Kita
berkewajiban untuk berterima kasih karena itu dan
mempertahankan hidup demi kehormatan-Nya dan demi
keselamatan jiwa kita.Kita hanya pengurus, bukan pemilik
kehidupan, dan Allah mempercayakannya itu kepada kita.
Kita tidak mempunyai kuasa apa pun atasnya.
 Artikel 2281
Bunuh diri bertentangan dengan kecondongan kodrati
manusia supaya memelihara dan mempertahankan
kehidupan.Itu adalah pelanggaran berat terhadap cinta diri
yang benar.Bunuh diri juga melanggar cinta kepada
sesama, karena merusak ikatan solidaritas dengan
keluarga, dengan bangsa dan dengan umat manusia,
kepada siapa kita selalu mempunyai kewajiban.Akhirnya
bunuh diri bertentangan dengan cinta kepada Allah yang
hidup.

 Artikel 2282 :
Kalau bunuh diri dilakukan dengan tujuan untuk
memakainya sebagai contoh-terutama bagi orang-orang
muda - maka itu pun merupakan satu skandal yang
besar.Bantuan secara sukarela dalam hal bunuh diri,
melawan hukum moral. Gangguan psikis yang berat,
ketakutan besar, atau kekhawatiran akan suatu musibah,
akan suatu kesusahan, atau suatu penganiayaan, dapat
mengurangi tanggung jawab pelaku bunuh diri.

 Artikel 2283
Orang tidak boleh kehilangan harapan akan keselamatan
abadi bagi mereka yang telah mengakhiri kehidupannya.
Dengan cara yang diketahui Allah, Ia masih dapat memberi
kesempatan kepada mereka untuk bertobat supaya
diselamatkan. Gereja berdoa bagi mereka yang telah
mengakhiri kehidupannya.

(2) Euthanasia

Sejak awal Gereja sangat menghargai martabat manusia.Gereja hidup


berdasar pada Sabda Tuhan.Tuhan bersabda “janganlah membunuh”
(Kel 21:13).Dibalik perintah ini terkandung cinta Tuhan yang
mendalam pada manusia dan penghormatan yang tinggi terhadap
hidup manusia.Yesus sendiri menegaskan supaya hidup saling
mengasihi.“ Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi,
seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:12). Apabila seseorang
mengalami cinta Tuhan maka dia akan mampu hidup dalam cinta dan
mengasihi sesamanya.

- Paus Pius XII memberikan tanggapan atas tindakan eutanasia yang


dilakukan secara sistematis pada masa kekuasaan Nazi dalam ensiklik
Mystici Corporis pada 20 Juli 1943.Selanjutnya Paus menanggapi
“eugenic euthanasia”, mengatakan bahwa eutanasia merupakan
tindakan kekerasan melawan Allah. Peristiwa ini sungguh mengerikan
pada Perang Dunia II dan pembantaian hebat yang dilakukan oleh
Hitler terhadap orang-orang Yahudi. Paus melontarkan pemikirannya
dengan mengutip Kitab Suci mengenai Kain yang membunuh Habel,
adiknya (Kej 4:10).Paus mengedepankan keluhuran tubuh manusia
yang harus dihormati.
- Paus Yohanes Paulus II menerbitkan ensiklik Evangelium Vitae(EV)
25 Maret 1995. Dalam EV. art. 15 Paus menyatakan bahwa eutanasia
dapat menjadi ancaman hidup yang serius bagi manusia.Paus tidak
setuju dengan eutanasia bahkan karena alasan belaskasihan bagi pasien
yang mengalami penderitaan atau cacat atau mengalami
sakratulmaut.Selanjutnya Paus menandaskan bahwa “eutanasia
merupakan pelanggaran berat terhadap hukum ilahi, apabila tindakan
itu berupa pembunuhan sengaja terhadap seorang manusia” (EV.
art.65).Beberapa pendapat yang dilontarkan menunjukkan bahwa
Gereja prihatin dan mendorong umat manusia untuk sungguh-sungguh
menghargai kehidupan manusia, terutama mereka yang tidak berdaya
lagi karena penderitaan mereka.Perhatian tersebut diwujudkan melalui
seruan untuk menghentikan praktek eutanasia dan juga mengupayakan
pelayanan yang memberi kenyamanan bagi para penderita.

 Katekismus gereja katolik


Penjelasan ajaran gereja katolik yang menolak dengan tegas
euthanasia aktif.
 Kongregasi untuk ajaran iman
Mengenai euthanasia aktif sangat jelas, bahwa tidak seorang pun
diperkenankan meminta perbuatan pembunuhan, entah untuk
dirinya sendiri, untuk orang lain yang dipercayakan kepadanya.
Penderitaan yang harus diringankan bukan dengn pembunuhan,
melainkan dengan pendampingan oleh seorang teman.
 Ensiklik
Euthanasia merupakan pelanggaran berat terhadap hukum Allah
karena itu beratri pembunuhan manusia yang disengaja dan dari
sudut moral tidak dapat diterima.
3) Kristen
(1) Bunuh Diri
Alkitab memandang kasus bunuh diri sama bobotnya dengan
pembunuhan, karena itulah kenyataannya - pembunuhan diri.
Allah hanyalah satu-satunya yang boleh memutuskan waktu dan dengan
cara apa seseorang akan meninggal. Seperti diungkapkan dalam Mazmur
31:15, "Masa hidupku ada dalam tangan-Mu."

Allah adalah pemberi kehidupan.Ia memberi, dan Ia mengambilnya


kembali (Ayub 1:21). Bunuh diri, bentuk pembunuhan kepada diri
sendiri, menjadi tindakan durhaka, karena hal itu menjadi bentuk
penolakan manusia atas karunia kehidupan dari Allah.
Tidak satu pun, pria ataupun wanita, diperbolehkan mengambil alih
otoritas Allah dan mengakhiri kehidupan pribadi mereka.Menurut
Alkitab, bunuh diri adalah dosa.
Mazmur 139:8 ("Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku
menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.") sering
didiskusikan dalam konteks nasib orang yang melakukan bunuh diri.
(2) Euthanasia
a. Keluaran 20: 13

“Jangan Membunuh”

Inilah firman yang jelas diperkatakan Allah pada setiap orang yang
percaya kepadaNya.Oleh karena itu apapun alasannya sebaiknya
hindari perilaku dan tujuan pembunuhan dalam bentuk
apapun.Sama halnya dengan hukum aborsi menurut agama
Kristen, maka euthanasia juga bukan hal yang Allah
kehendaki.Berdoa dan minta yang terbaik. Jika Allah memandang
orang tersebut waktunya berpulang tentu Tuhan akan ambil
nyawanya. Jika Tuhan pandang hidup seseorang masih harus jadi
berkat, maka Tuhan akan perpanjang hidupnya. Bagaimanapun
ingatlah bahwa rancangan Tuhan adalah yang terbaik dan bukan
rancangan kecelakaan.

b. 1 Korintus 10:23

“Segala sesuatu diperbolehkan.”Benar, tetapi bukan segala sesuatu


berguna.“Segala sesuatu diperbolehkan.”Benar, tetapi bukan segala
sesuatu membangun.”

Di kalangan medis memang susah untuk menentukan mana jalan


yang terbaik. Karena itu sebaiknya bagi seorang profesi maupun
keluarga korban, banyak berdoa dan minta pertolongan Tuhan
karena keputusan Tuhan adalah yang terbaik.Jangan memaksa dan
dipaksakan. Karena pada dasarnya euthanasia menurut agama
Kristen bertumpu pada ada baiknya untuk menunggu hingga
memang Tuhan mengambil nyawanya sehingga beban kesalahan
dalam hati akibat takut akan asal mula dosa menurut Alkitab bisa
dilepaskan. Di satu pihak dengan demikian maka orang yang
menderita ini tidak perlu terlalu lama sakit.

c. Amsal 16:3

“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah


segala rencanamu”

Cara terbaik yaitu dengan memahami ayat Alkitab tentang berserah


kepada Tuhan.Karena manusia tidak memiliki kekuatan apapun
dalam hal ini. Tetapi langkah Tuhan yang menentukan apa yang
terbaik untuk dikerjakan. Jika Tuhan berencana untuk membiarkan
pasien tetap hidup maka Tuhan sendiri yang akan bekerja. Tidak
perlu khawatir akan keputusan dokter, karena dokter hanyalah
perpanjangan tangan Allah di dunia dalam membantu orang yang
sakit. Tetapi pada dasarnya hidup dan mati di tangan Tuhan dan
bukan di tangan manusia.Jangan terkecoh iblis yang membisikkan
kata-kata yang tidak sesuai kehendak Allah. Oleh karena itu jika
diperlukan ambil waktu cara puasa orang Kristen dan cari
kehendak Allah dalam hal ini supaya apapun keputusan yang
diambil adalah keputusan yang terbaik sesuai keinginan Allah,
bukan keinginan hati kita secara manusia.

4) Buddha
(1) Bunuh Diri
Menurut pandangan agama Buddha, dalam Kodhana Sutta, Avyakata
Vagga, Aṅguttara Nikāya VII, Sang Buddha mengidentifikasi
kecenderungan-kecenderungan penyebab bunuh diri adalah
ketidakseimbangan pikiran. Ada beberapa orang di masyarakat serta hal-
hal lainnya membuat mereka menjadi rendah diri, mudah kecewa, dan
putus asa. Biasanya orang yang bunuh diri itu tidak memahami ajaran
Sang Buddha tentang dukkha.

Dalam Pañcasīla Buddhis diterangkan bahwa bunuh diri termasuk


pelanggaran sila pertama yaitu membunuh. Jadi, di dalam Pañcasīla
Buddhis, sasaran pembunuhan makhluk hidup itu selain makhluk hidup
lain juga termasuk diri sendiri. Oleh karena itu bunuh diri termasuk
pelanggaran sila pertama, di mana pelakunya akan terlahir kembali di
alam yang rendah sebagaimana yang tertulis dalam Jātaka Aṭṭhakathā:
’makhluk yang bunuh diri dengan senjata, minum racun, gantung leher,
terjun ke tebing dengan didasari kemarahan, akan terlahir di alam neraka
dan alam rendah lainnya.’ Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kamma ditentukan oleh niat.Orang yang bunuh diri umumnya karena
kebencian dan tidak tahan karena menghadapi penderitaan hidup. Hal ini
akan membuat kembali ia lahir di alam rendah.
Sang Buddha bersabda: ’sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai
manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat
mendengarkan ajaran benar, begitu pula, sungguh sulit munculnya seorang
Buddha.’ (Dhammapada 182). Maka, sungguh menyedihkan apabila
kehidupan yang berharga ini hancur dengan cara yang bodoh.
(2) Euthanasia
Euthanasia bila dilihat dari sudut pandang agama buddha berarti termasuk
dalam pembunuhan manusia, walaupun pasien sendiri yang menghendaki
untuk dibunuh. Euthanasia adalah pembunuhan yang dilakukan dengan
kehendak (cethana). Euthanasia juga termasuk dalam tindakan bunuh diri,
Sang Buddha menetapkan tindakan membunuh manusia dan bunuh diri
adalah termasik pelanggaran parajika. dalam Vinaya pitaka III, dijelaskan
bahwa:
“Bhikkhu siapapun yang dengan sengaja membunuh seorang manusia atau
menganjurkan seseorang untuk bunuh diri, termasuk orang yang
terkalahkan dan tidak lagi dalam pesamuan (dipecat dari sangha)”.
(Horner, 1970 ).
Sang Buddha sangat mencintai kehidupan, beliau telah menghindari untuk
tidak membunuh makhluk. Demikian kita hendaknya meneladani sifat-
sifat Sang Buddha untuk tidak melakukan tidakan membunuh makhluk.
Demikian juga kita hendaknya untuk tidak melakukan membunuh diri
sendiri.“Kehidupan adalalah tidak pasti, tetapi kematian adalah pasti”.
(Lanny Angawati, 1999 : 144). Kematian adalah suatu proses yang pasti
akan datang pada setiap makhlukn tanpa kita memintanya, jadi salah jika
kita mempercepat datangnya kematian dengan jalan bunuh diri. Sebab-
sebab kematian dalam agama Buddha ada empat macam yaitu:
1. Ayukkhaya-marana, kematian yang disebabkan oleh habisnya usia,
2. Kammakaya-marana, kematian yang disebabkan oleh habisnya
kamma,
3. Ubhayakkaya-marana, kematian yang disebabkan oleh habisnya
kamma dan usia,
4. Upacchedaka-marana, kematian yang disebabkan oleh gangguan yang
lain, sedangkan usia dan kamma belum habis. (Panjika, 1994 : 141)
5) Hindu
(1) Bunuh Diri
“Tindakan bunuh diri dinyatakan “Ulah Pati”sebagai perbuatan dosa,
karena bertentangan dengan ajaran Dharma.Dharma mengajarkan kepada
umat manusia untuk memperbaiki kehidupan ini dari perbuatan tidak baik
menjadi baik/benar. Ulah Pati sangat tidak baik untuk dilakukan apalagi
usia yang masih relatif muda. Sungguh disayangkan dan sia-sialah mereka
yang mengambil jalan pintas melalui bunuh diri”
Sarasamuçcaya Sloka 2:
Manusah sarvabhutesu varttate vai çubhaçubhe Açubhesu samavistam
çubhesvevavakarayet.

Artinya : Diantara semua mahluk hidup, hanya yang dilahirkan


menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik
ataupun buruk ; leburlah kedalam perbuatan baik, segala perbuatan
yang buruk itu ; demikianlah gunanya (pahalanya)menjadi manusia.
Sarasamuçcaya Sloka 3:
Upabhogaih parityaktam natmanamavasadayet, Candalatvepi
manusyam sarvvatha tata durlabham.

Artinya : Oleh karena itu, janganlah sekali-kali bersedih hati ;


sekalipun hidupmu tidak makmur ; dilahirkan menjadi manusia itu,
hendaklah menjadikan kamu berbesar hati, sebab amat sukar untuk
dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun dilahirkan hina
sekalipun.

Sarasamuçcaya Sloka 4:
Iyam hi yoning prathama yam prapya jagatipate, Atmanam çakyate
tratum karmabhih çubhalaksanaih.
Artinya : Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh
utama ; sebab demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari
keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat
baik ; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

Sarasamuçcaya Sloka 6:
Sopanabhutam svargasya manusyam prapya durlabham, Tathatmanam
samadayad dhvamseta na punaryatha.

Artinya : Kesimpulannya, pergunakanlah sebaik-baiknya kesempatan


menjelma menjadi manusia ini, kesempatan yang sungguh sulit
diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga ; segala
sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya
dilakukan.

(2) Euthanasia

Ada dua sudut pandang Hindu tentang eutanasia.Dengan membantu


mengakhiri kehidupan yang menyakitkan seseorang melakukan perbuatan
baik dan dengan demikian memenuhi kewajiban moral mereka
.UTANIAIA juga dapat diterima jika digunakan untuk motif yang tidak
mementingkan diri. Di sisi lain, dengan membantu mengakhiri kehidupan,
bahkan yang penuh dengan penderitaan, seseorang mengganggu waktu
siklus kematian dan kelahiran kembali. Ini adalah hal yang buruk untuk
dilakukan, dan mereka yang terlibat dalam euthanasia akan mengambil
sisa karma pasien. Kematian adalah proses alami, dan akan datang pada
waktunya. [10]
Jelas dinyatakan dalam Veda bahwa manusia hanya memiliki dua teman
yang dapat dipercaya dalam hidup, yang pertama disebut Vidya
(pengetahuan), dan yang kedua disebut Mrityu (Kematian).Yang pertama
adalah sesuatu yang bermanfaat dan persyaratan dalam kehidupan, dan
yang terakhir adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari kadang-kadang
bahkan tidak terduga.Bukan euthanasia yang merupakan tindakan dosa,
tetapi keterikatan duniawi yang menyebabkan euthanasia dipandang
sebagai tindakan dosa.Bahkan Sannyasin atau Sannyasini jika mereka
memutuskan, diizinkan untuk mengakhiri hidupnya dengan harapan
mencapai moksha yaitu pembebasan jiwa.
6) Konghucu
Dilihat dari sudut pandang khonghucu euthanasia dan bunuh diri merupakan
suatu tindakan membunuh diri sendiri maupun pembunuhan yang tidak dapat
dibenarkan.

4. Bagaimana Pendapatmu mengenai bunuh diri dan euthanasia? Jelaskan: Setuju


/ Tidak setuju? Beri alasannya jika tidak setuju beri solusinya
Menurut saya,tindakan membunuh diri itu sangatlah tidak baik. Karena hidup itu
diberikan oleh Tuhan, dan dalam ajaran agama Buddha, di dalam diri setiap orang
terdapat boddhicitta atau disebut bakal Buddha. Jadi jika kita melakukan perbuatan
bunuh diri, sama saja kita membunuh Buddha yang ada di dalam diri kita. Selain itu,
kehidupan itu diberikan oleh Buddha, dan manusia merupakan makhluk hidup yang
paling sempurna dibandingkan makhluk hidup lainnya. Jadi, ketika kita melakukan
perbuatan bunuh diri, maka sama saja kita membuang-buang kesempatan kita untuk
hidup, yang dapat kita lakukan untuk berbuat baik, memupuk karma baik, agar dapat
terlahir kembali di alam yang lebih baik atau yang biasa disebut sukhavati. Solusinya
agar tidak melakukan bunuh diri, adalah dengan banyak berbuat baik, sering berdoa,
selalu mengikuti ajaran Buddha, dan bergaul lah dengan orang-orang yang baik.

Menurut saya, tindakan euthanasia adalah tindakan yang sama juga tidak baik.
Euthanasia juga melakukan tindakan mengakhiri kehidupan seseorang, jadi tindakan
tersebut sangatlah tidak baik. Saya tidak setuju dengan semua tindakan euthanasia.
Untuk tindakan euthanasia aktif dan pasif, tindakan ini menurut saya sangatlah buruk
dikarenakan kita mengakhiri kehidupan seseorang dengan sengaja. Kehidupan itu
sudah diatur oleh Tuhan, jadi kita sebagai manusia tidak berhak untuk menentukan
tindakan mengakhiri kehidupan seseorang. Untuk tindakan volunter dan involunter,
saya juga tidak setuju dengan tindakan ini. Menurut saya, baik itu tindakan euthanasia
yang diinginkan dari diri sendiri maupun dari keluarga atau kerabat terdekat, itu juga
tidak baik. Jika dari diri sendiri, maka sama saja dengan kita bunuh diri. Jika dari
keluarga atau kerabat terdekat, kita sebagai orang lain tidak berhak menentukan hidup
atau matinya seseorang. Namun, menurut saya ada 1 hal yang dapat diperbolehkan
melakukan euthanasia, yaitu ketika sang pasien sudah sangat sakit dan tidak sanggup
lagi menahan rasa sakitnya, jadi kita sebagai manusia terdekatnya dapat meminta
kepada dokter ataupun pihak yang berwenang untuk melakukan euthanasia agar sang
pasien dapat pergi dengan tenang dan terlepas dari rasa sakitnya. Namun, tindakan ini
tetap merupakan sebuah tindakan buruk yang mengakibatkan dosa.

Anda mungkin juga menyukai