Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

Jawab pertanyaan dibawah ini.

1. Jelaskan pengertian Filsafat dalam arti khusus !


2. Kemukakanlah pandangan para tokoh filsafat pada zaman Yunani mengenai
Hukum !
3. Sebutkan dan jelaskan 3 (tiga) mahzab dalam aliran Feminist Yurisprudence !

Jawaban

1. Filsafat ilmu kadang disebut sebagai filsafat khusus yaitu cabang filsafat yang
membahas hakikat ilmu, penerapan berbagai metode filsafat dalam upaya
mencari akar persoalan dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh
bidang ilmu tersebut untuk mendapatkan kejelasan yang lebih pasti. Dengan
demikian, penyelesaian masalah ilmunya menjadi lebih terarah. Jadi,
sesungguhnya. Setiap disiplin ilmu memiliki filsafat ilmunya sendiri. Misalnya
filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat sejarah, filsafat bahasa, filsafat ilmu
kealaman, filsafat matematika.1
2. - Socrates (469-399 BC)
Socrates sama sekali tidak setuju dengan pandangan kaum Sofis tersebut. Ia
berpendapat sebaliknya bahwa ada kebenaran dan hukum yang objektif dan
menjadi pedoman tetap bagi semua manusia. Kebenaran itu akan dicapai oleh
manusia kalau mereka dibukakan akalnya kepada pengetahuan intuitif tentang
yang baik dan yang benar yang ada dalam diri setiap manusia sendiri.
Karenanya, untuk sampai kepada pengetahuan tersebut manusia harus dididik
melakukan refleksi dan perenungan atas diri sendiri. Pengetahuan ini adalah
semacam roh ilahi dalam diri manusia dan menjadi sumber dari pengetahuan
dan kebenaran sejati. Tugas negara adalah mendidik warganya untuk dapat
mengenal diri melalui hukum-hukum negara. Maka prilaku yang utama adalah
taat kepada hukum-hukum negara baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Socrates menuntut supaya penegak atau pelaksana hukum di lapangan
mengindahkan keadilan sebagai nilai yang meninggikan derjat manusia.
1
Anna Poejiadi, Suwarma Al Muctar, Filsafat Ilmu, Tanggerang : Universitas Terbuka, 2019,Hlm. 1.22
- Plato (427—347 BC)
Plato adalah murid Socrates yang paling termasyhur. Beliau menjadi guru filsafat
di Athena di sekolah Akademia. Untuk dapat memahami pemikiran hukum Plato,
ada baiknya memahami dasar-dasar sistem filsafat beliau. Poin dasar filsafat
Plato adalah pembedaan yang nyata antara gejala (fenomenon) dan bentuk ideal
(eidos). Plato berpandangan bahwa di samping dunia fenomen atau yang
kelihatan terdapat suatu dunia lain yang tidak kelihatan yaitu dunia eidos. Dunia
fenomen adalah tidak nyata. Yang nyata adalah dunia eidos. Dunia eidos
merupakan patron dan ideal bagi dunia fenomen. Begitulah terjadi pada semua
bentuk dan makhluk di dunia fenomen. Negara-negara pada dunia fenomen
adalah tidak riil, tidak sempurna, dan di alam eidos terdapat negara yang teratur,
adil dan sempurna. Hukum-hukum di alam eidos adalah model absolut bagi
aturan hidup manusia di dunia. Adapun eidos ini sendiri diciptakan oleh Zat Yang
Maha Ada, tidak berubah dan kekal, yang sempurna indahnya dan baiknya. Zat
tersebut menyampaikan eidos kepada makhluk manusia dalam pikiran mereka.
orang-orang yang mendapat pemahaman akan eidos. Orang-orang ini adalah
suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang memiliki kebijaksanaan (sophia)
karena mereka dapat memahami eidos-eidos tersebut. Mereka adalah golongan
filosof. Mereka menduduki kelas atas dalam masyarakat dan memegang
pemerintahan. Kelas di bawahnya adalah keompok orang yang memiliki
keberanian atau kelas tentara. Kelas tiga ini terdiri dari orang-orang yang
memiliki keutamaan pengendalian diri dan kesabaran. Mereka adalah para
tukang dan petani yang memelihara ekonomi rakyat. Keadilan berarti bahwa
setiap golongan dan kelas berbuat apa yang sesuai dengan kemampuan dan
tugasnya masing-masing.
- Anaximander, Heraklitus, Parmanides.
Dipengaruhi oleh kepercayaan yang berkembang pada masanya maka menurut
Anaximander hukum itu adalah aturan-aturan yang berjalan dan merupakan
ketetapan alam. Semua di alam ini hidup, muncul, dan lenyap sesuai dengan
keharusan-keharusan alamiah yang sudah begitu adanya. Maka aturan-aturan
hidup bersama harus disesuaikan dengan keharusan alamiah. Kesesuaian inilah
yang menimbulkan keadilan (Dike). Pada Heraklitus telah ada upaya
penggabungan antara keharusan dan aturan hukum alam dengan pengertian-
pengertian yang berasal dari Logos. Parmanides malah telah melangkah kepada
pemikiran bahwa Logos adalah pembimbing arus alam. Alam dan kehidupan
mendapatkan suatu keteraturan yang jelas dan terarah. Jadi pada zaman paling
awal, para filosof memandang hukum ada satu, meliputi semesta alam. Hukum
adalah hukum alam itu sendiri. Hukum alam tersebut adalah hukum yang sah
dan merupakan keharusan alamiah yang sudah demikian adanya, baik semesta
alam maupun manusia tinggal dan tunduk di bawah hukum alamiah yang
dipandang sakral tersebut. Hukum alam menjadi hukum positif dan keduanya
belum dibedakan. Di sini tidak terlihat sama sekali peran manusia dalam
membentuk hukum. Alam dan manusia tunduk pada suatu kekuatan semacam
takdir.2
3. - Marxist Feminist menyatakan bahwa terdapat pembagian kelas secara gender
yang terbagi atas laki-laki dan perempuan yang diimplementasikan secara tidak
adil dalam kehidupan, sehingga mereka (perempuan) menuntut adanya
kesetaraan jender antarkelas (jender).
- Socialist Feminist menyatakan bahwa prinsip-prinsip sosialis harus digunakan
untuk meringankan penindasan secara jender.
- Liberal Feminist menyatakan bahwa terdapat perbedaan perlakuan antara
tenaga kerja laki-laki dengan perempuan, sehingga diperlukan kesetaraan
dalam perlakuan antarjender.

Ketiga cabang aliran tersebut menuntut kesetaraan gender karena kodratnya,


seperti dalam hal harta kekayaan, hak-hak tenaga kerja perempuan dan hak-hak
perempuan dalam hukum dan politik.3

2
Nurasiah faqih Sutan, Filsafat hokum Barat dan alirannya, Medan : Utul ‘Ilma Publishing, 2010, Hlm. 32-35
3
Heri Setiawan dkk, Isu Kesetaraan gender dalam Opytik Feminist Jurisprudence dan Implementasinya di
Indonesia, Jurisprudentie volume 5 nomor 2 Desember 2018,hlm. 123 - 124

Anda mungkin juga menyukai