Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA LANSIA DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DEFISIT


KEPERAWATAN DIRI

Oleh :

Alif Ratih Purwasih (20650201)

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Laporan Pendahuluan Keperawatan Gerontik dengan diagnosa keperawatan Defisit


Perawatan Diri

Nama : Alif Ratih Purwasih

NIM : 20650201

Institusi : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Untuk memenuhi tugas praktik profesi Ners Departemen Keperawatan Gerontik di


Wisma Srikandi pada tanggal 12 Oktober 2020- 28 Oktober 2020 di UPT PSTW
Magetan.

Magetan, Oktober 2020

Penyusun

(Alif Ratih Purwasih)

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi


LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Kasus (Masalah Utama)


Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil
sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gerontik yang dialami lansia dalam ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan
baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan
diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan
BAB atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien lansia terjadi akibat adanya berbagai
perubahan akibat dari faktor usia sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Faktor Predisposisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri
adalah Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu
melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan
inisiatif dan keterampilan. Lalu faktor predisposisi selanjutnya adalah Faktor
Biologis, beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri. Faktor selanjutnya adalah
kemampuan realitas yang menurun. Klien dengan gangguan jiwa
mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga menyebabkan
ketidak pedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan diri.
Selanjutnya adalah faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan kemampuan
dari lingkungannya, menyebabkan klien merasa
B. Faktor Presipitasi.
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau
penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah / lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor
yang mempengaruhi personal hygiene adalah body Image, praktik social,
status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu
dimanja dalam kebersihan diri maka,kemungkinan akan terjadi perubahan
pola personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat gigi,
shampoo dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk
menyediakannya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita
DM yang harus menjaga kebersihan kakinya. Pada factor Budaya, terdapat
budaya di sebagian masyarakat tertentu jika individu sakit tidak boleh
dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang yang enggan menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri, missal sabun, shampoo, dll.
Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukan nya.
C. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

D. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut :
1) Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,memperoleh
atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau aliran air
mandi,mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar
pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan mengenakan sepatu
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,mempersiapkan
makanan,melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang
diterima masyarakat,serta mencerna cukup makanan dengan aman
4) Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi
pakaian untuk toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil.

E. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan tidak melakukan perawatan


seimbang diri tidak seimbang diri

Gambar 1. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri


Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar
dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.

b. Mekanisme Koping Mal Adaptif


Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategori nya adalah : Tidak mau merawat diri.
III. Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

Gambar 2: Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


(Sumber : Keliat, 2006)

A. RENCANA KEPERAWATAN DEFISIT KEPERAWATAN DIRI

Tgl No Dx. Perencanaan


Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
I Defisit TUM : Setelah Bina hubungan
Perawatan Klien dapat dilakukan saling percaya
Diri : melakukan interaksi dengan dengan :
Merawat perawatan   1. Beri salam
klien diharapkan
Kebersihan diri secara klien mampu setiap berinteraksi
Diri mandiri menunjukkan    2. Perkenalkan
TUK 1 : tanda-tanda nama, nama
Klien dapat percaya pada panggilan perawat,
membina perawat : dan tujuan perawat
hubungan   1. Wajah cerah, berinteraksi.
saling tersenyum   3. Tanyakan dan
percaya   2. Mau panggil nama
berkenalan kesukaan klien
  3.Ada kontak   4. Tunjukkan sikap
mata empati, jujur dan
 4. Bersedia menepati janji
menceritakan setiap kali
perasaan berinteraksi.
  5. Bersedia   5. Tanyakan
mengungkapkan perasaan klien dan
masalahnya masalah yang
dihadapi klien
  6. Buat kontrak
interaksi yang jelas
  7. Dengarkan
dengan empati
  8. Penuhi
kebutuhan dasar
klien
TUK 2 : 2.   Setelah Diskusikan dengan
Klien dilakukan 1x klien
mengetahui pertemuan     1. Penyebab klien
pentingnya diharapkan klien tidak merawat diri
perawatan mampu     2. Manfaat
diri menyebutkan : menjaga perawatan
   1. Penyebab diri untuk keadaan
tidak merawat fisik, mental dan
diri sosial
   2. Manfaat     3. Tanda-tanda
menjaga perawatan diri yang
perawatan diri baik
    3. Tanda-tanda
   4. Penyakit atau
bersih dan rapi gangguan
    4. Gangguan kesehatan yang bisa
yang dialami dialami oleh klien
jika perawatan bila perawatan diri
diri tidak tidak adekuat
diperhatikan
TUK 3 : 3.1 Dalam 1x 3.1 Diskusikan
Klien pertemuan frekuensi menjaga
mengetahui berinteraksi perawatan diri
cara-cara dengan klien selama ini :
melakukan diharapkan klien      1. Mandi
perawatan mampu       2. Gosok gigi
diri menyebutkan       3. Keramas
frekuensi       4. Berpakain
menjaga       5. Berhias
perawatan diri :       6. Gunting kuku
     1. Frekuensi 3.2 Diskusikan cara
mandi praktek perawatan
     2. Frekuensi diri yang baik dan
gosok gigi benar :
     3. Frekuensi       1. Mandi
keramas       2. Gosok gigi
     4. Frekuensi        3. Keramas
ganti pakaian        4. Berpakain
     5. Frekuensi        5. Berhias
berhias        6. Gunting kuku
     6. Frekuensi 3.3 berikan pujian untuk
gunting kuku setiap respon kliken
3.2 Mampu yang positif
menjelaskan
cara menjaga
perawatan diri :
     1. Cara mandi
      2. Cara gosok
gigi
      3. Cara
keramas
      4. Cara
berpakaian
      5. Cara berhias
      6. Cara gunting
kuku
TUK 4 : 4. Dalam 1x 1.Bantu klien saat
Klien dapat berinteraksi perawatan diri :
melaksanaka dengan klien    a. Mandi
n perawatan     b. Gosok gigi
diharapkan klien
diri dengan mempraktekan       c. Keramas
bantuan perawatan diri        d. Berpakain
perawat dengan dibantu        e. Berhias
oleh perawat :        f. Gunting kuku
   a. Mandi 4.2 2.Beri pujian setelah
   b. Gosok gigi klien selesai
   c. Keramas melaksanakan
   d. Berpakain perawatan diri
    e. Berhias
    f. Gunting
kuku

TUK 5 : 5. Dalam 1x 1.Pantau klien


Klien dapat pertemuan dalam
melaksanaka perawat melaksanakan
n perawatan interaksi perawatan diri :
secara diharpakan klien    a. Mandi
mandiri mampu      b. Gosok gigi
melaksanakan      c. Keramas
praktek      d. Berpakain
perawatan diri      e. Berhias
secara mandiri :      f. Gunting kuku
   1. Mandi 2x 2.Beri pujian saat
sehari klien melaksanakan
   2. Gosok gigi perawatan diri
sehabis makan secara mandiri
   3. Keramas 2x
seminggu
   4. Ganti
pakaian 1x
sehari
   5. Berhias
sehabis mandi
  6. Gunting kuku
setelah mulai
panjang
TUK 6 : 6.1 Dalam 1x 1.Diskusikan
Klien pertemuan dengan keluarga :
mendapatkan perawat    - Penyebab klien
dukungan berinteraksi tidak melaksanakan
keluarga dengan keluarga perawatan diri
untuk maka     -Tindakan yang
meningkatka diharapkan telah dilakukan
n perawatan keluarga klien klien selama di
diri mampu Rumah Sakit dalam
menjelaskan menjaga perawatan
cara-cara diri dan kemajuan
1.membantu yang telah dialami
klien dalam oleh klien
memenuhi    -Dukungan yang
kebutuhan bisa diberika oleh
perawatan keluarga untuk
dirinya meningkatkan
6.2 2.keluarga kemempuan klien
menyiapakan dalam perawatan
sarana diri
perawatan diri 2.Diskusikan
klien : sabun denagn keluarga
mandi, pasta tentang :
gigi, sikat gigi,     -Sarana yang
sampo, handuk, diperlukan untuk
pakaian bersih, menjaga perawatan
sandal dan alat diri klien
berhias    -Anjurkan kepada
6.3 Keluarga keluarga
mempraktekan menyiapkan sarana
perawatan diri tersebut
kepada klien 3.Diskusikan
dengan keluarga
hal-hal yang perlu
dilakukan keluarga
dalam perawatan
diri :
   -Anjurkan keluarga
untuk
mempraktekan
perawatan diri
(mandi, gosok gigi,
keramas, ganti baju,
berhias dan gunting
kuku)
   -Ingatkan klien
waktu mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti baju,
berhias dan gunting
kuku
   -Bantu jika klien
mengalami
hambatan dalam
perawatan diri
    -Berikan pujian
atas keberhasilan
klien
DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.


Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course).Yogyakarta: EGC.
Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Momedia.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai