Disusun Oleh :
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Optik ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Yulia
Rahmadani pada Mata kuliah fisika dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang materi optik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Yulia Rahmadani, selaku dosen mata kuliah
fisika dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta,Januari 2021
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan optik sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Upaya untuk
memahami tersebut dimulai dengan cahaya. Pemahaman masyarakat mengenai cahaya tidak
hanya mulai dari awal abad ke-19. Orang Yunani kuno percaya bahwa mata manusia
memancarkan seberkas sinar sewaktu melihat. Sinar itu “meraba” benda lalu memantul-balik
ke mata. Kira-kira pada 100 M, Ibn al-Hitam menyatakan bahwa mata menerima cahaya dari
luar bukan memancarkan cahaya. Ia juga pernah merakit kacamata untuk menolong orang
yang lemah penglihatannya.
Pada pergantian abad ke-16 menuju ke-17, beberapa ahli mulai merakit mikroskop
dan teleskop. Galileo menggunakan teleskop untuk penelitiannya. Pada 1611 Keppler
menyatakan bahwa seandainya cahaya menebus selapis benda tembus pandang
(transparan/bening), maka sudut datang akan berbanding lurus dengan sudut bias. Saran ini
tidak sepenuhnya benar, karena hanya berlaku untuk sudut yang kecil. Pada 1676 Romer
memakai cara astronomis yang gemilang untuk menaksir kecepatan cahaya. Tapi sampai
masa itu belum banya pemikiran tentang sifat cahaya itu sendiri, lepas dari penerapannya
dalam berbagai piranti optik.
Huygens dalam bukunya Traite de la Lumiere (Telaah Cahaya) yang terbit pada 1690
membayangkan cahaya seperti gelombang. Inilah pernyataan tentang cahaya yang pertama.
Hipotesa gelombang ini hanya bertujuan untuk mencari penjelasan geometris tabiat cahaya
(misalnya memantul dan membias), bukannya menjelaskan hakikat. Gelombang yang
dibayangkan Huykens tidak periodik. Huygens sengaja membuatnya demikian untuk
menghindari gangguan diantara dua silang yang menyinar. Gagasan Huygens disusun tanpa
data hasil eksperimen samasekali dan mungkin janggal bagi pembaca masa kini. Walaupun
demikian Huygens telah menggalang kubu yang cukup berpengaruh dalam perdebatan sengit
tentang cahaya.
Cahaya pertamakali dibahas secara rinci oleh Newton. Pendirian Newton, yang oleh
pengikutnya ditafsirkan sebagai teori partikel, kemudian menjadi dogma selama seabad
lamanya. Pengertian partikel nantinya diserang oleh Young dan Fresnel pada abad ke-19.
Prinsip kerja dari alat optikadalah dengan memanfaatkan prinsip pemantulan cahaya
dan pembiasancahaya. Pemantulan cahaya adalah peristiwa pengembalian arah rambatcahaya
pada reflector. Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arahrambat cahaya karena
cahaya melalui bidang batas antara dua zat beningyang berbeda kerapatannya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata optik sendiri berasal dari bahasa Latin “óπ” yang mempunyai arti tampilan.
Optik merupakan cabang ilmu fisika yang membahas perilaku dan sifat cahaya, serta
interaksi cahaya dengan materi. Semua hal yang berkaitan dengan fenomena optik merupakan
kaijian dari optik.
Definisi optik / op.tik / menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu
berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa mata, dan sebagainya). Artinya bahwa semua
hal yang berkaitan seperti pemantulan, pembiasan, jalannya sinar termasuk bagian dari optik
Sebuah benda berada di depan sebuah lensa, bayangan akan dibentuk oleh lensa tersebut.
Jauh dekatnya bayangan terhadap lensa, bergantung pada letak benda dan jarak fokus lensa.
Hubungan tersebut secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
1 1 1
+ =
s s' f
Dengan:
6
Kekuatan atau daya lensa adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan sinar yang datang
sejajar dengan lensa. Hubungan antara jarak fokus dan kekuatan lensa memenuhi persamaan
berikut.
1
P =
f
Dengan:
Kacamata berlensa cekung digunakan untuk penderita miopi (rabun jauh), yaitu tidak dapat
melihat dengan jelas benda-benda yang jauh. Jarak fokus lensa kacamata untuk mata miopi
yang memenuhi persamaan berikut.
f = −PR
Dengan:
Kekuatan lensa kacamata berlensa cekung untuk penderita miopi yaitu sebagai berikut.
1
P = −
PR
Kacamata berlensa cembung digunakan untuk penderita hipermetropi (rabun dekat), yaitu
tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang letaknya dekat. Kekuatan lensa kacamata
berlensa cembung dirumuskan sebagai berikut.
1 1
P = = 4 −
f PP
7
Dengan: PP dinyatakan dalam satuan m (meter) dan P dalam dioptri.
Lensa lup menggunakan lensa cembung sehingga sifat bayangan yang dhasilkan adalah
maya, tegak, dan diperbesar untuk itu benda diletakkan di ruang I lensa (0 < s < f). Pada
penggunaan lup dapat ditentukan perbesaran bayangannya. Perbesarannya sering digunakan
perbesaran sudut (anguler). Persamaannya memenuhi:
β
M =
α
Dengan:
M = perbesaran anguler
sn
M =
f +1
Keterangan:
M = perbesaran anguler
sn
M =
f
8
Keterangan:
M = perbesaran anguler
■ Rumus Perbesaran Anguler Lup untuk Mata Berakomodasi pada Jarak Tertentu
1 1
M = sn +
f x
Keterangan:
Perbesaran pada mikroskop merupakan perkalian antara perbesaran oleh lensa objektif (mob)
dengan perbesaran oleh lensa okuler (mok) dan secara matematis dituliskan sebagai berikut.
M = mob × mok
Keterangan:
s'ob sn +
M = −
sob fok 1
9
Keterangan:
s'ob sn
M = −
sob fok
Keterangan:
D = s’ob + sok
Keterangan:
D = panjang mikroskop
10
■ Rumus Panjang Mikroskop untuk Mata Tak Berakomodasi
D = s’ob + fok
Keterangan:
D = panjang mikroskop
fob
M =
sok
Keterangan:
M = perbesaran teropong
d = s’ob + sok
d = fob + sok
Keterangan:
d = panjang teropong
11
■ Rumus Perbesaran Teropong Bintang untuk Mata Tidak Berakomodasi
fob
M =
fok
Keterangan:
d = fob + fok
Keterangan:
d = panjang teropong
fob
M =
sok
Keterangan:
M = perbesaran teropong
12
d = fob + 4fp + sok
Keterangan:
d = panjang teropong
fob
M =
fok
Keterangan:
Keterangan:
d = panjang teropong
13
8. Rumus pada Teropong/Teleskop Panggung (Galileo)
fob
M =
sok
Keterangan:
fob
M =
fok
Keterangan:
d = fob + sok
Keterangan:
d = panjang teropong
14
■ Rumus Panjang Teropong Panggung untuk Mata Tidak Berakomodasi
d = fob + fok
Keterangan:
d = panjang teropong
Jika lensa mata dianggap sferis bola dengan jarak permukaan depan lensa dengan retina 3 cm,
hitunglah:
■ Kuat lensa mata normal ketika mata melihat benda yang jauh sekali (mata tidak
berakomodasi) dan ketika melihat benda pada jarak 25 cm (mata berkomodasi maksimum).
■ Perubahan kekuatan lensa mata dari tidak berakomodasi sampai berakomodasi maksimum.
Penyelesaian:
Diketahui:
s' = 3 cm
s=~
Ditanyakan: kuat lensa mata normal saat tidak berakomodasi dan saat berakomodasi
maksimum serta perubah kekuatan lensa.
Jawab:
⇒ 1/f = 0 + 1/3
⇒ 1/f = 1/3
⇒ f = 3 cm = 0,03 m
15
Dengan demikian, daya lensa untuk mata tidak berakomodasi adalah sebagai berikut.
P = 1/f
⇒ P = 1/0,03
⇒ P = 33,3 dioptri
⇒ 1/f = (3 + 25)/75
⇒ 1/f = 28/75
⇒ f = 75/28
⇒ f = 2,7 cm = 0,027
Dengan demikian, daya lensa untuk mata berakomodasi adalah sebagai berikut.
P = 1/f
⇒ P = 1/0,027
⇒ P = 37,03 dioptri
Jadi, kuat mata normal pada saat tidak berakomodasi adalah 33,3 dioptri dan pada saat mata
berakomodasi adalah 37,,03 dioptri.
16
• Contoh Soal tentang Cacat Mata
1. Yulisa yang menderita rabun dekat mempunyai titik dekat 50 cm. Jika ingin membaca
dengan jarak normal (25 cm), maka berapa kekuatan lensa kacamata yang harus dipakai
Reni?
Penyelesaian:
Diketahui:
s = 25 cm
Ditanyakan: P = …?
Jawab:
1/f = 1/50
f = 50 cm = 0,5 m
Jadi, kekuatan lensa kacamata yang harus dipakai Yulisa adalah 2 dioptri.
2. Seseorang tidak dapat melihat benda jauh tak hingga dengan jelas. Kemudian dia
memeriksakan diri ke dokter mata. Untuk mengatasi kelemahan itu dia diberi saran oleh
dokternya untuk memakai kaca mata dengan kekuatan -1/3 dioptri. Berapakah titik jauh mata
orang tersebut.
Penyelesaian:
s=~
P = -1/3 D
s’ = -PR
Titik jauh s’ = -PR dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (2) yaitu sebagai
berikut.
P = 100/s + 100/s’
17
-1/3 = (100/~) − 100/PR
-1/3 = 0 − 100/PR
-1/3 = -100/PR
PR = -100 × (-3)
PR = 300 cm
18
1/2.500 + 1/s’ = 1/50
1/s’ = 1/50 – 1/2.500
1/s’ = 50 – 1/2.500
1/s’ = 49/2.500
s' = 2.500/49
s’ = 51,02 mm
Dengan demikian, lensa harus digeser sejauh 51,02 mm – 50 mm = 1,02 mm.
19
50
s = = 71/7
7
Jadi jarak benda ke lup adalah 71/7 cm.
Dan panjang mikroskop pada mata tidak berakomodasi dihitung dengan menggunakan
persamaan (5) yaitu sebagai berikut.
L = s’ob + fok
20
L = 21 + 10 = 31 cm
Dengan demikian kita peroleh perbesaran total mikroskop dan panjang mikroskop untuk
pengamatan dengan mata tidak berakomodasi yaitu berturut-turut 15 kali dan 31 cm.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Optik berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa mata, dan sebagainya). Artinya
bahwa semua hal yang berkaitan seperti pemantulan, pembiasan, jalannya sinar
termasuk bagian dari optik.
• Optik sudah dikenal sekitar tahun 300 SM. Dengan bukti ditemukannya sebuah kanta
optik yang berumur sekitar 2.200 tahun yang lalu di Baghdad, Irak. Kanta purba yang
berukuran kira-kira satu ibu jari tersebut ditemukan dengan sedikit retak di bagian
kacanya.
• Macam macam alat optik terdiri dari mata, kamera lup, mikroskop, teropong, dan
teleskop.
22
DAFTAR PUSTAKA
• https://www.fisikabc.com/2018/02/rumus-alat-optik-fisika.html
• http://sekitarkita0.blogspot.com/2018/05/pengertian-optik-macam-dan-sejarah-
optik.html
• https://www.fisikabc.com/2018/02/contoh-soal-alat-optik-fisika.html
23