Anda di halaman 1dari 14

Praktikum Farmasi Fisika

Praktikum 2
Laporan Pengaruh Penggunaan Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat

Dosen Pengampu : apt. Rahmah Elfiyani, M. Farm.

Disusun Oleh :

Eli Puspitasari
Nim : 2004015163
Praktikum Farmasi Fisika B1

Fakultas Farmasi dan Sains


Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
2021
PRAKTIKUM 2
PENGARUH PENGGUNAAN PELARUT CAMPUR TERHADAP
KELARUTAN ZAT

1. Kompetensi Dasar
a. Mampu melakukan metode solubilisasi miselar dan kosolvensi untuk
meningkatkan kelarutan zat dalam formulasi sediaan farmasi
b. Mampu membedakan pelarut polar, semi polar, dan non polar
2. Indikator Capaian
a. Ketepatan dalam menjelaskan peningkatan kelarutan dengan metode kosolvensi
b. Ketepatan dalam melakukan peningkatan kelarutan dengan metode kosolvensi
c. Ketepatan dalam membedakan pelarut polar, semi polar, dan non polar
3. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan untuk :
a. Memahami pengertian pelarut campur dan fungsinya dalam sediaan farmasi.
b. Memahami pengaruh konsentrasi penambahan pelarut campur terhadap
kelarutan zat aktif yang digunakan dalam sediaan farmasi.
4. Uraian Teori
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut, yaitu oleh
dipol momennya.Seringkali zat terlarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada
dalam 1 pelarut saja.Pemakaian pelarut campur ini disebut dengan istilah co-solvensy
dan dapat dianggap sebagai modifikasi polaritas dari sistem pelarut terhadap kelarutan
zat dan fenomena kelarutan ini disebut fenomena co—colvensy. Sedangkan kosolven
adalah pelarut yang digunakan dalam kombinasi untuk meningkatkan kelarutan solut.
Berdasarkan polaritas maka pelarut terbagi 3, yaitu : pelarut polar, pelarut
nonpolar, dan pelarut semipolar. Karakteristik pelarut polar yaitu memiliki nilai
konstanta dielektrik yang tinggi, dapat memecahkan ikatan kovalen dari elektrolit kuat
dengan reaksi asam-basa, dan dapat membentuk ikatan hidrogen. Sedangkan pelarut
nonpolar adalah kebalikan dari pelarut polar, yaitu nilai konstanta dielktrik yang
rendah, tidak dapat memecahkan ikatan kovalen serta tidak dapat membentuk ikatan
hidrogen. Pelarut semipolar dapat menginduksi derajat polaritas pelarut nonpolar
sehingga dapat larut dalam pelarut polar. Pelarut yang polar dapat melarutkan zat-zat
yang polar dengan baik, sedangkan zat non polar sukar larut dalam pelarut polar ini.
Hal ini dikenal dengan istilah Like dissolve like.
Menurut Moore, besarnya konstanta dielektrik dapat diatur dengan penambahan
pelarut lain atau pelarut campur. Konstanta dielektrik campuran pelarut merupakan
hasil penjumlahan dari konstanta dielektrik masing-masing pelarut yang dikalikan
dengan % volumenya.
5. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan Bahan
Aquades, gliserin / propilen glikol, asam salisilat, larutan FeCl3, labu volume 100 mL,
labu volume 50 mL, pipet volume 10 mL, spektrofotometer UV-Vis, corong, kertas
saring dan peralatan gelas lainnya..
b. Prosedur Kerja
1) Pembuatan kurva spektrum dan kurva kalibrasi asam salisilat
2) Penentuan Kadar Asam Salisilat Dalam Pelarut Campur
a) Buat campuran pelarut sesuai yang tertera pada tabel berikut :

No. Aquadest Gliserin/ Jumlah (ml) Jumlah yang dipipet


(ml) propilenglikol (ml) dari filtrat (ml)
1. 50 - 50 10
2. 47,5 2,5 50 10
3 45 5 50 10
4. 42,5 7,5 50 10
5. 40 10 50 10

b) Timbang asam salisilat sejumlah 50 mg, kemudian larutkan dalam 10 ml larutan


surfaktan, setelah itu masukkan ke dalam labu volume 100 ml.
c) Tambahkan aquades hingga tanda batas, lalu kocok selama 15 menit.
d) Saring larutan tersebut (larutan induk).
e) Pipet 10 mL larutan induk, masukkan ke dalam labu volume 50 mL, kemudian
tambahkan aquades hingga tanda batas (larutan sampel).
f) Ukur absorbansi larutan sampel menggunakan pektrofotometer UV—Vis.
g) Data absorbansi yang diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung jumlah
asam salisilat yang terdapat dalam larutan induk dengan menggunakan
persamaan garis lurus Y = a ± bx. Setelah itu tentukan % kadar asam salisilat.
h) Buat grafik antara % gliserin dengan % asam salisilat yang terlarut dan amati
hubungan antara konsentrasi gliserin dengan kelarutan asam salisilat.
i) Diskusikan hasil yang diperoleh dari percobaan ini.
LEMBARAN HASIL PRAKTIKUM 2

Nama/Nim : Eli Puspitasari (2004015163)

Kelompok/Kls : Kelas B1

HASIL DAN PERHITUNGAN

A. Data Pembuatan Pelarut Campur dan Penimbangan Asam Salisilat

Kode Aquadest Gliserin/PG Jumlah Vpipet dari % Gliserin/PG Bobot as.


(ml) (ml) (ml) filtrat (ml) Salisilat (mg)
A 50 0 50 10 0 50,05
B 47,5 2,5 50 10 5 50,01
C 45 5 50 10 10 49,95
D 45 7,5 50 10 15 50,00
E 42,5 10 50 10 20 49,98

Perhitungan % Propilenglikol.
𝑃𝑟𝑜𝑝𝑖𝑙𝑒𝑛𝑔𝑙𝑖𝑘𝑜𝑙
Rumus = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ

0 𝑚𝑙
A. × 100% = 0 %
50 𝑚𝑙
2,5 𝑚𝑙
B. × 100% = 5 %
50 𝑚𝑙
5 𝑚𝑙
C. × 100% = 10 %
50 𝑚𝑙
7,5 𝑚𝑙
D. × 100% = 15 %
50 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙
E. × 100% = 20 %
50 𝑚𝑙
B. Kurva Kalibrasi Asam Salisilat

No. Konsentrasi asam salisilat Absorban


1. 20 0,2272
2. 30 0,3054
3. 40 0,4766
4. 50 0,5818
5. 60 0,7052

Persamaan Garis Lurus


0.8

y = 0.0123x - 0.0337
0.7
R² = 0.9906

0.6

0.5
Absorban

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi Asam Salisilat
C. Pembacaan Absorbansi Larutan Sampel

No. Jumlah Kosolven Absorban Nilai X


1. Blangko (aquadest) A1 = 0,2087 X1 = 19,71
A2 = 0,2099 X2 = 19,80
A3 = 0,2136 X3 = 20,10
2. Gliserin/ A1 = 0,2628 X1 = 24,10
Propilenglikol 2,5 ml A2 = 0,2592 X2 = 23,81
A3 = 0,2603 X3 = 23,90
3. Gliserin/ A1 = 0,3349 X1 = 29,96
Propilenglikol 5 ml A2 = 0,3367 X2 = 30,11
A3 = 0,3462 X3 = 21,08
4. Gliserin/ A1 = 0,4016 X1 = 35,39
Propilenglikol 7,5 ml A2 = 0,4051 X2 = 35,67
A3 = 0,4105 X3 = 36,11
5. Gliserin/ A1 = 0,4615 X1 = 40,26
Propilenglikol 10 ml A2 = 0,4587 X2 = 40,03
A3 = 0,4590 X3 = 40,05

D. Pengaruh Penambahan Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat

No. Jumlah Kosolven Jumlah asam salisilat Kadar asam salisilat


dalam larutan induk terlarut (%)
1. Blangko (aquadest) A1 = 9.855 mg X1 = 19,71 %
A2 = 9.900 mg X2 = 19,80 %
A3 = 10.050 mg X3 = 20,10 %
2. A1 = 12.050 mg X1 = 24,10 %
2,5 ml A2 = 11.905 mg X2 = 23,81 %
A3 = 11.950 mg X3 = 23,90 %
3. A1 = 14.980 mg X1 = 29,96 %
5 ml A2 = 15.055 mg X2 = 30,11 %
A3 = 15.540 mg X3 = 21,08 %
4. 7,5 ml A1 = 17.695 mg X1 = 35,39 %
A2 = 17.835 mg X2 = 35,67 %
A3 = 18.055 mg X3 = 36,11 %
5. A1 = 20.130 mg X1 = 40,26 %
10 ml A2 = 20.015 mg X2 = 40,03 %
A3 = 20.025 mg X3 = 40,05 %

E. Perhitungan Pembacaan Absorbansi Larutan Sampel

1) Blangko (Aquadest)

Nilai A1 : Nilai A2 :
0,2087 = −0,0337 + 0,0123𝑥 0,2099 = −0,0337 + 0,0123𝑥
0,2087 + 0,0337 0,2099 + 0,0337
𝑥= 𝑥=
0,0123 0,0123
= 19,71 = 19,80
Hitung jumlah bobot Asam Salisilat : Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :
𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃 𝐶 = 𝑥 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃
50 50
𝐶 = 19,71 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙 𝐶 = 19,80 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10 10
𝐶 = 9.855 𝑚𝑔 𝐶 = 9.900 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
9.855 𝑚𝑔 9.900 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 19,71 % % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 19,80 %
50 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔

Nilai A3 :
0,2136 = −0,0337 + 0,0123𝑥
0,2136 + 0,0337
𝑥=
0,0123
= 20,10
Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :
𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃
50
𝐶 = 20,10 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10
𝐶 = 10.050 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
10.050 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 20,10 %
50 𝑚𝑔
2) 2,5 ml

Nilai A1 : Nilai A2 :
0,2628 = −0,0337 + 0,0123𝑥 0,2592 = −0,0337 + 0,0123𝑥
0,2628 + 0,0337 0,2592 + 0,0337
𝑥= 𝑥=
0,0123 0,0123
= 24,10 = 23,81
Hitung jumlah bobot Asam Salisilat : Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :
𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃 𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃
50 50
𝐶 = 24,10 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙 𝐶 = 23,81 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10 10
𝐶 = 12.050 𝑚𝑔 𝐶 = 11.905 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
12.050 𝑚𝑔 11.905 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 24,10 % % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 23,81 %
50 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔

Nilai A3 :
0,2603 = −0,0337 + 0,0123𝑥
0,2603 + 0,0337
𝑥=
0,0123
= 23,90
Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :
𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃
50
𝐶 = 23,90 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10
𝐶 = 11.950 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
11.950 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 23,90 %
50 𝑚𝑔

3) 5 ml

Nilai A1 : Nilai A2 :
0,3349 = −0,0337 + 0,0123𝑥 0,3367 = −0,0337 + 0,0123𝑥
0,3349 + 0,0337 0,3367 + 0,0337
𝑥= 𝑥=
0,0123 0,0123
= 29,96 = 30,11
Hitung jumlah bobot Asam Salisilat : Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :
𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃 𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃
50 50
𝐶 = 29,96 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙 𝐶 = 30,11 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10 10
𝐶 = 14.980 𝑚𝑔 𝐶 = 15.055 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
14.980 𝑚𝑔 15.055 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 29,96 % % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 30,11 %
50 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔

Nilai A3 :
0,3462 = −0,0337 + 0,0123𝑥
0,2456 + 0,0137
𝑥=
0,0123
= 21,08
Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :
𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃
50
𝐶 = 21,08 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10
𝐶 = 10.540 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
10.540 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 21,08 %
50 𝑚𝑔

4) 7,5 ml

Nilai A1 : Nilai A2 :
0,4016 = −0,0337 + 0,0123𝑥 0,4051 = −0,0337 + 0,0123𝑥
0,4016 + 0,0337 0,4051 + 0,0337
𝑥= 𝑥=
0,0123 0,0123
= 35,39 = 35,67
Hitung jumlah bobot Asam Salisilat : Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :
𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃 𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃
50 50
𝐶 = 35,39 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙 𝐶 = 35,67 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10 10
𝐶 = 17.695 𝑚𝑔 𝐶 = 17.835 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
17.695 𝑚𝑔 17.835 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 35,39 % % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 35,67 %
50 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔
Nilai A3 :
0,4105 = −0,0337 + 0,0123𝑥
0,4105 + 0,0337
𝑥=
0,0123
= 36,11
Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :
𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃
50
𝐶 = 36,11 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10
𝐶 = 18.055 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
18.055 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 36,11 %
50 𝑚𝑔

5) 10 ml

Nilai A1 : Nilai A2 :
0,4615 = −0,0337 + 0,0123𝑥 0,4587 = −0,0337 + 0,0123𝑥
0,4615 + 0,0337 0,4587 + 0,0337
𝑥= 𝑥=
0,0123 0,0123
= 40,26 = 40,03
Hitung jumlah bobot Asam Salisilat : Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :
𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃 𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃
50 50
𝐶 = 40,26 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙 𝐶 = 40,03 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10 10
𝐶 = 20.130 𝑚𝑔 𝐶 = 20.015 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
20.130 𝑚𝑔 20.015 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 40.26 % % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 40,03 %
50 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔

Nilai A3 :
0,4590 = −0,0337 + 0,0123𝑥

0,4590 + 0,0337
𝑥=
0,0123
= 40,05

Hitung jumlah bobot Asam Salisilat :

𝐶 = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 × 𝐹𝑃


50
𝐶 = 40,05 × 100𝑚𝑙 × 𝑚𝑙
10
𝐶 = 20.025 𝑚𝑔
𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 % 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
20.025 𝑚𝑔
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100% = 40,05 %
50 𝑚𝑔
F. Grafik antara % Kosolven dengan % Asam Salisilat yang terlarut Rata-rata
No. A1 A2 A3 Rata-rata
A1 + A2 + A3 / 3
1. 19,71 % 19,80 % 20,10 % 19,87 %
2. 24,10 % 23,81 % 23,90 % 23,93 %
3. 29,96 % 30,11 % 21,08 % 27,05 %
4. 35,39 % 35,67 % 36,11 % 35,72 %
5. 40,26 % 40,03 % 40,05 % 40,11 %

Persamaan Garis Lurus

Grafik antara % Kosolven dengan % Asam Salisilat yang


terlarut Rata-rata
45.00%

40.00% y = 1.0454x + 0.1888


R² = 0.9727
35.00%
% Asam Salisilat

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
0% 5% 10% 15% 20% 25%
% Kosolven

Persamaan Garis Lurus


0.8
0.7 y = 0.0123x - 0.0337
R² = 0.9906
0.6
0.5
Absorban

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi Asam Salisilat
G. Pembahasan

Kosolven adalah pelarut yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk membantu
melarutkan atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat, cara ini disebut kosolvensi. Cara ini
cukup potensial dan sederhana dibanding beberapa cara lain yang digunakan untuk
meningkatkan kelarutan dan stabilitas suatu bahan. Penggunaan kosolven dapat
mempengaruhi polaritas sistem, yang dapat ditunjukkan dengan pengubahan tetapan
dielektrikanya.Kosolvensi bekerja dengan menurunkan tegangan interfent antara zat terlarut
hidrofobik dan lingkungan cairan (mengandung air) atau dengan mengubah tetapan
dielektrik. Kosolven yang biasa digunakan, yaitu etanol, propilen glikol,polietilen glikol, dan
glikofural.

Propilenglikol atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis pelarut atau kosolven
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dalam formulasi sediaan cair,
semi padat dan sediaan transdermal. Propilenglikol memiliki sifat tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, dan larut sempurna dalam air.

Gliserol (bahasa Inggris: glycerol, glycerin, glycerine) adalah senyawa gliserida yang
paling sederhana, dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol
merupakan komponen yang menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol
terasa manis saat dikecap, dan di anggap tidak beracun. Gliserol dapat diperoleh dari proses
saponifikasi dari lemak hewan, transesterifikasi pembuatan bahan bakar biodiesel dan proses
epiklorohidrin serta proses pengolahan minyak goreng.

Dalam Farmakope Indonesia III, Pelarut campur dicantumkan dengan nama


“Propylenglycolum” dan “Glycerolum” dengan indikasi seperti :

a) Proplylenglycolum
• Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis;
higroskopik
• Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan
kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak
tanah P dan dengan minyak lemak.
b) Glycerolum
• Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis
diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur
hingga suhu encapai lebih kurang 20 C.
• Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak
larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.

H. Kesimpulan

Pada Praktikum Kelarutan ini bisa di simpulkan bahwa, Semakin tinggi konsentrasi
propilenglikol maka semakin menurun nilai konstamta dielektrik suatu pelarutnya.

Pada kurva kalibrasi Asam Salisilat telah di hasilkan nilai persamaan garis lurus yaitu
nilai y = 0,0123x – 0,0337 dan nilai R² = 0,9906. Sedangkan, pada Grafik antara %
Kosolven dengan % Asam Salisilat yang terlarut rata-rata yaitu nilai y = 1.0454x +
0.1888 dan nilai R² = 0.9727

I. Daftar Pustaka

Ditjen POM., 1979, “Farmakope Indonesia”, edisi III, Jakarta.

Sinala, Santi. 2016. “Farmasi Fisik”. Jakarta: Kemenkes Republik Indonesia,


Pusdik SDM Kesehatan.

Sinko, P. J., 2011. “Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Edisi V.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

267599-karakterisasi-fisik-liposom-asam-salisil-a7ec78b8.pdf (neliti.com)

Gliserol - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anda mungkin juga menyukai