Anda di halaman 1dari 5

Pengelolaan Air Asam Tambang

II

•Memang tidak semua tambang dapat menghasilkan AAT


•Risiko yang dihadapi oleh pertambangan terhadap AAT tidak
saja pada masa operasi tetapi yang lebih penting adalah pada
masa pascatambang
•Jika mengacu pada Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara serta Undang-undang No.
32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pelaku usaha pertambangan harus
bertanggungjawab terhadap berbagai dampak lingkungan yang
ditimbulkannya
•Bila terjadi kasus AAT pada pascatambang, bisa membuat
pelaku usaha pertambangan bertanggungjawab selamanya atau
harus mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk melakukan
penggalian & penimbunan kembali (re-mining)
Prinsip pengelolaan AAT
•Pencegahan terbentuknya AAT lebih baik dari pada
mengolahnya (prevention is better than treatment) karena:
–Lebih andal untuk jangka panjang
–Meminimalkan risiko
•Langkah pertama dari pencegahan – identifikasi batuan
yang berpotensi membentuk asam dan yang tidak
berpotensi membentuk asam – “karakterisasi”
•Dengan mengetahui sebaran jenis-jenis batuan
berdasarkan karakteristiknya dalam pembentukan AAT –
dapat disusun perencanaan pencegahan yang baik
•Hal ini perlu dilakukan sejak tahap eksplorasi,
perencanaan & perancangan, konstruksi, penambangan,
dan pascatambang

Tujuan pengujian
•Pengujian terhadap sampel batuan bertujuan untuk mengetahui
karakteristik geokimia batuan terkait dengan pembentukan AAT
•Konsep perhitungan potensi asam:
–Kandungan sulfur sebesar 1% pada batuan sebanyak 1 ton akan
menghasilkan asam sulfat sebanyak 30,62 kg yang membutuhkan
31,25 kg CaCO3 untuk menetralkannya.
–Jika sulfur dalam batuan tersebut terdapat dalam bentuk pirit,
kandungan sulfur total dalam batuan secara akurat
mengkuantifikasi potensi pembentukan asam
–Jika terdapat juga sulfur organik atau sulfat dalam jumlah yang
cukup besar, maka total sulfur akan memberikan prediksi yang
“overestimate”.
–Di dalam batuan selain pirit bisa juga terdapat material basa
(alkaline), umumnya dalam bentuk karbonat atau exchange
cation dalam lempung, yang dapat mengurangi proses oksidasi
atau menetralkan asam yang terbentuk. Material alkaline juga
dapat mengontrol bakteri dan membatasi kelarutan dari besi ferri.
–Jumlah material alkaline ini diukur dengan kemampuannya
untuk menetralkan asam

Potensi pembentukan asam


•Ada dua jenis uji untuk menentukan potensi pembentukan asam,
yaitu:
–Potensi pembentukan asam melalui penentuan secara
independen komponen yang dapat membangkitkan dan
menetralkan asam → dikenal sebagai ABA (Acid-Base Accounting)
–Potensi pembentukan asam dinyatakan dalam satu nilai yang
digunakan untuk menggambarkan kemungkinan asam yang
dibangkitkan atau pelepasan asam yang terkandung dalam sampel
→ NAG test dan paste pH
•Uji-uji di atas relatif tidak mahal sehingga dapat dilakukan untuk
jumlah sampel yang banyak – hasilnya seringkali dipakai untuk
kriteria penapisan dalam klasifikasi batuan
•ABA awalnya dikembangkan untuk batubara tetapi selanjutnya
juga digunakan pada tambang bijih

Anda mungkin juga menyukai