(KD. 3.8)
Nama Sekolah : SMK DARUSSHIDDQIEN NW
Mata Pelajaran : Penddidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Komp. Keahlian : SemuaKompetensikeahlian
Kelas/Semester : X/2
Tahun Pelajaran : 2018/2019
AlokasiWaktu : 3 X 45 Menit
A. KompetensiInti *)
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung-jawab, responsif, dan proaktif
melalui keteladanan, pemberian nasihat, penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian
secaraberkesinambungan serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 4 : Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat informasi dan prosedur kerja
yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah sederhana sesuai dengan lingkup
kajian. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif dan solutif dalam ranah
abstrak, terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah.Menunjukkan
keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerak mahir, menjadikan
gerak alami, dalam ranah kongkrit terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah.
1.8 Meyakini al-Qur’an, Hadis danijtihad 1.8. 1 Meyakini al-Qur’an, Hadis dan ijtihad
sebagai sumber hukum Islam sebagai sumber hukum Islam
2.8 Menunjukkan perilaku ikhlas dan taat 2.8.1 Membuktikan perilaku ikhlas dan taat
beribadah sebagai implementasi pemahaman beribadah sebagai implementasi pemahaman
terhadap kedudukan al-Qur’an, Hadis, terhadap kedudukan al-Qur’an, Hadis,
1
danijtihad sebagai sumber hukum Islam danijtihad sebagai sumber hukum Islam
4.8.2
Menarikkesimpulansuatuhukumberda
sarkan al-Qur’an, Hadis,
danijtihadsebagaisumberhukum Islam
C. TujuanPembelajaran
3.8.1.1 Melalui diskusi dan menggali informasi peserta didik dapat menemukan kedudukan al-
Qur’an, Hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam dengan benar
3.8.1.2 Melalui membaca peserta didik dapat menelaah kedudukan al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad
sebagai sumber hukum Islam dengan baik
4.8.1.1 Melalui Demontrasi peserta didik dapat mengimplementasikan sumber hukum Islam
dengan baik
4.8.1.2 Melalui pengumpulan data peserta didik dapat menarik kesimpulan suatu hokum
berdasarkan Al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam dengan baik
2
Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar yang utama dalam
pengambilan hukum Islam. Ia menjadi pokok ajaran Islam sehingga segala sesuatu haruslah
bersumber atau berpatokan kepadanya. Ia menjadi pangkal dan tempat kembalinya segala sesuatu.
Ia juga menjadi pusat tempat mengalirnya sesuatu. Oleh karena itu, sebagai sumber yang baik dan
sempurna, hendaklah ia memiliki sifat dinamis, benar, dan mutlak. Dinamis maksudnya adalah al-
Qur’ān dapat berlaku di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Benar artinya al-Qur’ān
mengandung kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang yang sebenarnya. Mutlak
artinya al-Qur’ān tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan terbantahkan.
Adapun yang menjadi sumber hukum Islam yaitu: al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihād.
Al-Qur’ānulKarim
1. Pengertian al-Qur’ān
Dari segi bahasa, al-Qur’ān berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qirā’atan – qur’ānan, yang
berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari segi istilah, al-Qur’ān adalah Kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara
mutawattir, ditulis dalam mus¥af, dimulai dengan surah al-Fāti¥a¥ dan diakhiri dengan surah
an-Nās, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. dan
sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Sungguh, al-Qur’ān ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka
akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S. al-Isrā/17:9)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-Nya
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Swt. (al-Qur’ān) dan
Rasu-Nyal (sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisā’/4:59)
Dalam ayat yang lain Allah Swt. menyatakan:
3
Artinya: “... Amma ba’du wahai sekalian manusia, bukankah aku sebagaimana manusia biasa
yang diangkat menjadi rasul dan saya tinggalkan bagi kalian semua dua perkara utama/besar,
yang pertama adalah kitab Allah yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya/penerang,
maka ikutilah kitab Allah (al-Qur’an) dan berpegang teguhlah kepadanya ... (H.R. Muslim)
Berdasarkan dua ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa al-Qur’ān adalah kitab yang berisi
sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur’ān sumber dari segala
sumber hukum baik dalam konteks kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Namun
demikian, hukum-hukum yang terdapat dalam Kitab Suci al-Qur’ān ada yang bersifat rinci dan
sangat jelas maksudnya, dan ada yang masih bersifat umum dan perlu pemahaman mendalam
untuk memahaminya.
Para ulama mengelompokkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’ān ke dalam tiga bagian, yaitu
seperti berikut. a. Akidah atau Keimanan
Akidah atau keimanan adalah keyakinan yang tertancap kuat di dalam hati. Akidah terkait
dengan keimanan terhadap hal-hal yang gaib yang terangkum dalam rukun iman (arkānu
³mān), yaitu iman kepada Allah Swt. malaikat, kitab suci, para rasul, hari kiamat, dan
qada/qadar Allah Swt.
1) Hukum Ibadah
Hukum ini mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah yang sesuai dengan
ajaran Islam. Hukum ini mengandung perintah untuk mengerjakan śalat, haji, zakat,
puasa dan lain sebagainya.
2) Hukum Mu’amalah
Hukum ini mengatur interaksi antara manusia dengan sesamanya, seperti hukum tentang
tata cara jual-beli, hukum pidana, hukum perdata, hukum warisan, pernikahan, politik,
dan lain sebagainya.
Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw. terdiri atas beberapa bagian yang
saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
a. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis dari Rasulullah
saw. sampai kepada kita sekarang.
b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.
c. Rawi, adalah orang yang meriwayatkan hadis.
2. Kedudukan Hadis atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam
Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-Qur’ān. Artinya, jika sebuah
perkara hukumnya tidak terdapat di dalam alQur’ān, yang harus dijadikan sandaran berikutnya
adalah hadis tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt:
Artinya : “... dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa-apa
yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-¦asyr/59:7) Demikian pula firman Allah Swt.
Artinya: “Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia telah menaati Allah
Swt. Dan barangsiapa berpaling (darinya), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu
(Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.” (Q.S. an-Nisā’/4:80)
Nah, kamu sudah paham, bukan, tentang peran penting hadis sebagai sumber hukum Islam kedua
setelah al-Qur’ān? Sekarang mari kita lihat kedudukan hadis terhadap sumber hukum Islam
pertama yaitu al-Qur’ān.
5
Seperti dalam al-Qur’ān terdapat ayat yang menyatakan, “Barangsiapa di antara kalian
melihat bulan, maka berpuasalah!” Maka ayat tersebut diperkuat oleh sebuah hadis yang
berbunyi, “... berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya ...”
(H.R. Bukhari dan
Muslim)
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Dilarang seseorang
mengumpulkan (mengawini secara bersama) seorang perempuan dengan saudara dari
ayahnya serta seorang perempuan dengan saudara perempuan dari ibunya.” (H.R.
Bukhari)
4. Macam-Macam Hadis
Ditinjau dari segi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu seperti berikut.
a. Hadis Mutawattir
Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi, baik dari kalangan
para sahabat maupun generasi sesudahnya dan dipastikan di antara mereka tidak bersepakat
dusta. Contohnya adalah hadis yang berbunyi:
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa berdusta
atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya adalah neraka.” (H.R. Bukhari, Muslim)
b. Hadis Masyhur
Hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih yang tidak
mencapai derajat mutawattir namun setelah itu tersebar dan diriwayatkan oleh sekian banyak
tabi’³n sehingga tidak mungkin bersepakat dusta. Contoh hadis jenis ini adalah hadis yang
artinya, “Orang Islam adalah orang-orang yang tidak mengganggu orang lain dengan lidah
dan tangannya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan Tirmizi)
c. Hadis Ahad
Hadis ahad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua orang perawi sehingga
tidak mencapai derajat mutawattir. Dilihat dari segi kualitas orang yang meriwayatkannya
(perawi), hadis dibagi ke dalam tiga bagian berikut.
6
1) Hadis Śa¥i¥ adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat hafalannya, tajam
penelitiannya, sanadnya bersambung kepada Rasulullah saw., tidak tercela, dan tidak
bertentangan dengan riwayat orang yang lebih terpercaya. Hadis ini dijadikan sebagai
sumber hukum dalam beribadah (hujjah).
2) Hadis ¦asan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi kurang kuat
hafalannya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak bertentangan. Sama seperti hadis
śa¥i¥, hadis ini dijadikan sebagai landasan mengerjakan amal ibadah.
3) Hadis ¬a’³f, yaitu hadis yang tidak memenuhi kualitas hadis śa¥i¥ dan hadis ¥asan. Para
ulama mengatakan bahwa hadis ini tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, tetapi dapat
dijadikan sebagai motivasi dalam beribadah.
4) Hadis Mau«u’, yaitu hadis yang bukan bersumber kepada Rasulullah saw. atau hadis palsu.
Dikatakan hadis padahal sama sekali bukan hadis. Hadis ini jelas tidak dapat dijadikan
landasan hukum, hadis ini tertolak.
2. Syarat-Syarat berijtihād
Karena ijtihād sangat bergantung pada kecakapan dan keahlian para mujtahid, dimungkinkan
hasil ijtihād antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda hukum yang dihasilkannya. Oleh
karena itu, tidak semua orang dapat melakukan ijtihād dan menghasilkan hukum yang tepat.
Berikut beberapa syarat yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan ijtihād. a. Memiliki
pengetahuan yang luas dan mendalam.
b. Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fikih, dan tarikh
(sejarah).
c. Memahami cara merumuskan hukum (istinba¯).
d. Memiliki keluhuran akhlak mulia.
3. Kedudukan Ijtihād
Ijtihād memiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur’ān dan hadis. Ijtihād
dilakukan jika suatu persoalan tidak ditemukan hukumnya dalam al-Qur’ān dan hadis. Namun
demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihād tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’ān
maupun hadis. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:
Artinya: “Dari Mu’az, bahwasanya Nabi Muhammad saw. ketika mengutusnya ke Yaman, ia
bersabda, “Bagaimana engkau akan memutuskan suatu perkara yang dibawa orang
kepadamu?” Muaz berkata, “Saya akan memutuskan menurut Kitabullah (al-Qur’ān).” Lalu
Nabi berkata, “Dan jika di dalam Kitabullah engkau tidak menemukan sesuatu mengenai soal
itu?” Muaz menjawab, “Jika begitu saya akan memutuskan menurut Sunnah Rasulullah
saw.” Kemudian, Nabi bertanya lagi, “Dan jika engkau tidak menemukan sesuatu hal itu di
dalam sunnah?” Muaz menjawab, “Saya akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran
sendiri (ijtihādu bi ra’yi) tanpa bimbang sedikitpun.” Kemudian, Nabi bersabda, “Maha suci
Allah Swt. yang memberikan bimbingan kepada utusan Rasul-Nya dengan suatu sikap yang
disetujui Rasul-Nya.” (H.R. Darami)
7
Rasulullah saw. juga mengatakan bahwa seorang yang berijtihād sesuai dengan kemampuan
dan ilmunya, kemudian ijtihādnya benar, maka ia mendapatkan dua pahala, dan jika kemudian
ijtihādnya itu salah maka ia mendapatkan satu pahala.
Artinya: “Dari Amr bin Aś, sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, “Apabila seorang hakim
berijtihād dalam memutuskan suatu persoalan, ternyata ijtihādnya benar, maka ia mendapatkan
dua pahala, dan apabila dia berijtihād, kemudian ijtihādnya salah, maka ia mendapat satu
pahala.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
4. Bentuk-bentuk Ijtihād
Ijtihād sebagai sebuah metode atau cara dalam menghasilkan sebuah hukum terbagi ke dalam
beberapa bagian, seperti berikut. a. Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihād dalam memutuskan suatu perkara atau
hukum. Contoh ijma’ di masa sahabat adalah kesepakatan untuk menghimpun wahyu Ilahi
yang berbentuk lembaranlembaran terpisah menjadi sebuah mus¥afal-Qur’ān yang seperti kita
saksikan sekarang ini.
b. Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan/menganalogikan masalah baru yang tidak terdapat dalam al-
Qur’ān atau hadis dengan yang sudah terdapat hukumnya dalam al-Qur’ān dan hadis karena
kesamaan sifat atau karakternya. Contoh qiyas adalah mengharamkan hukum minuman keras
selain khamr seperti brendy, wisky, topi miring, vodka, dan narkoba karena memiliki
kesamaan sifat dan karakter dengan khamr, yaitu memabukkan. Khamr dalam al-Qur’ān
diharamkan, sebagaimana firman Allah Swt:
c. Maślahah Mursalah
Maślahah mursalah artinya penetapan hukum yang menitikberatkan pada kemanfaatan
suatu perbuatan dan tujuan hakiki-universal terhadap syari’at Islam. Misalkan seseorang
wajib mengganti atau membayar kerugaian atas kerugian kepada pemilik barang karena
kerusakan di luar kesepakatan yang telah ditetapkan.
c. Haram (tahrim), yaitu larangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau perbuatan.
Konsekuesinya adalah jika larangan tersebut dilakukan akan mendapatkan pahala, dan
jika tetap dilakukan, akan mendapatkan dosa dan hukuman. Akibat yang ditimbulkan
dari mengerjakan larangan Allah Swt. ini dapat langsung mendapat hukuman di dunia,
ada pula yang dibalasnya di akhirat kelak.
Misalnya larangan meminum minuman keras/narkoba/khamr, larangan berzina, larangan
berjudi dan sebagainya.
d. Makruh (Karahah), yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan. Makruh artinya
sesuatu yang dibenci atau tidak disukai. Konsekuensi hukum ini adalah jika dikerjakan
tidaklah berdosa, akan tetapi jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala.
Misalnya adalah mengonsumsi makanan yang beraroma tidak sedap karena zatnya atau
sifatnya.
e. Mubah (al-Ibahah), yaitu sesuatu yang boleh untuk dikerjakan dan boleh untuk
ditinggalkan. Tidaklah berdosa dan berpahala jika dikerjakan ataupun ditinggalkan.
Misalnya makan roti, minum susu, tidur di kasur, dan sebagainya.
9
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
E. Model, MetodedanPendekatan
1. Model : Discovery learning
2. Metode : Demonstrasi, diskusi
3. Pendekatan: Scientific
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke 1
HOTS/4C/
Sintaksis model Prosedur
Discovery Pendekatan Kegiatan Karakter/ Waktu
Learning SCIENTIFIC
Literasi
pembelajaran;
d) Guru menunjukkangambar yang
berkaitandenganperilaku yang
tidaksesuaidenganhukumislam
Kolaboratif
e) Menyampaikan kompetensi dasar
dan tujuan yang akan dicapai;
f) Menyampaikan tahapan kegiatan
yang meliputi kegiatan Literasi
mengamati, menyimak, menanya,
berdiskusi, mengkomunikasikan
dengan menyampailan,
menanggapi dan membuat
kesimpulan hasil diskusi Kolaboratif
g) Peserta didik diberi motivasi
tentang makna hidup
h) Guru kembali mengingatkan
tujuan dan kompetensi yang
harus dikuasai para peserta didik.
Guru memperingatkan kepada
peserta didik bahwa
pembelajaran ini lebih ditekankan
pemaknaan dan pencapaian
kompetensi
i) Peserta didik dibagi menjadi
empat kelompok seperti minggu
kemarin (menyesuaikan)
Kegiatan Inti 90 menit
a) Peserta didik menyimak bacaan Literasi
Q.S. Al- Isra:9 dan Q.S. An nisa’ :
59 secara individu maupun
2. kelompok.
Questioning
Identifikasima b) Peserta didik mengajukan HOTS
( menanya )
salah pertanyaan tentang kaedah tajwid
yang terdapat dalam Q.S. Al-
Israayat 9 dan Q.S An nisaayat 59
c) Peserta didik menganalisa kaedah HOTS
tajwid yang terdapat Q.S. Al-
Israayat 9 dan Q.S. An nisaayat 59
Mempresentasikan / HOT
Associating menyampaikanhasildiskusitentangma
4. Pembuktian teri Al Qur’an
( Menalar ) danhaditssebagaisumber hokum
islam
5. Menarik Networking - Siswamelakukan Tanya Literasi
kesimpulan/g (membentuk jawabterhadapapa yang
11
HOTS/4C/
Sintaksis model Prosedur
Discovery Pendekatan Kegiatan Karakter/ Waktu
Learning SCIENTIFIC
Literasi
sudahdipresentasikanolehkelompo
k lain mengenaiapa yang
tidakdipahami Hot
- MembuatkesimpulanmateriAl
jejaring)/ Qur’an danhaditssebagaisumber
eneralisasi Mengomunikasik hokum islam
an - Kemudianbersama-
samamerenungkantentangmanfaat
darikegiatanpembelajaran yang
telahberlangsung
Penutup 20 menit
a. Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai Pembinaan
bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya; Karakter
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik cara
individu maupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai materi;
c. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
HOTS
G. Media/Alat/Sumber Pembelajaran
1. Media : Power Point
2. Alat dan Bahan : LCD, Laptop, Papan Tulis, Penghapus, Spidol
3. Sumber Belajar :
a. al-Qur’an dan terjemahannya,
b. Buku pegangan siswa PAI SMK Kelas X Penerbit Mendikbud tahun 2014 :
H. Penilaian
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi siswa.Hasil penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kema-
juan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.
Tugas
- Mengumpulkan data (gambar, berita, artikel tentang perilaku berpegang teguh kepada al-Qur’an, al-
Hadits dan Ijtihad).
Observasi
- Mengamati pelaksanaan diskusi dengan menggunakan lembar observasi yang memuat isi
diskusi dan sikap saat diskusi.
- Mengamati perilaku orang-orang yang berpegang teguh kepada al-Qur’an, al-Hadits dan
Ijtihad
Portofolio
- Membuat paparan tentang kedudukan dan fungsi al-Qur’an, al-Hadits, dan ijtihad sebagai
sumber hukum Islam.
Tes tulis
- Tes kemampuan kognitif dengan menjawab soal-soal pilihan ganda dan uraian tentang
kedudukan dan fungsi al-Qur’an, al-Hadits, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
Tes lisan
Memaparkan hasil pengamatan perilaku berpegang teguh kepada al-Qur’an, al-Hadits dan Ijtihad
serta menganalisis dan menanggapinya
12
Mertakpaok,, …………… 20…..
A B C A B C A B C A B C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Refleksi
Berilah tanda checklist () yang sesuai dengan dorongan hati kamu menanggapi
pernyataan-pernyataan yang tersedia !
INTERNALISASI AKHLAK MULIA
14
Kebiasaan
Tidak
No Pernyataan Selalu Sering Jarang
pernah
Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
15
1 Setiap selesai śalat magrib saya membaca
al-Qurān.
2 Saya berusaha mengetahui arti ayatayat al-
Qurān yang saya baca.
3 Saya berusaha memahami ayat-ayat al-
Qurān yang saya baca.
4 Saya berusaha mengamalkan kandungan
ayat-ayat al-Qurān yang telah saya pahami.
1. Disiplin
a. Selalu hadir di kelas tepat waktu
b. Mengerjakan LKS sesuai petunjuk dan tepat waktu
c. Mentaati aturan main dalam kerja mandiri dan kelompok
2. Tanggung jawab
a. Berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh
b. Bertanya kepada teman/guru bila menjumpai masalah
c. Menyelesaikan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya
d. Partisipasi dalam kelompok
3. Peduli
a. Menjaga kebersihan kelas, membantu teman yang membutuhkan
b. Menunjukkan rasa empati dan simpati untuk ikut menyelesaikan masalah
c. Mampu memberikan ide/gagasan terhadap suatu masalah yang ada di sekitarnya
d. Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya
4. Kerja keras
a. Mengerjakan LKS dengan sungguh-sungguh
b. Menunjukkan sikap pantang menyerah
c. Berusaha menemukan solusi permasalahan yang diberikan
PEDOMAN PENILAIAN:
a. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan karakter siswa pada kondisi awal dengan
pencapaian dalam waktu tertentu.
16
b. Hasil yang dicapai selanjutnya dicatat, dianalisis dan diadakan tindak lanjut.
Lampiran3 :Penilaian
Tugas
- Mengumpulkan data (gambar, berita, artikel tentang perilaku berpegang teguh kepada al-
Qur’an, al-Hadits dan Ijtihad).
Observasi
- Mengamati pelaksanaan diskusi dengan menggunakan lembar observasi yang memuat isi
diskusi dan sikap saat diskusi.
- Mengamati perilaku orang-orang yang berpegang teguh kepada al-Qur’an, al-Hadits dan
Ijtihad
Portofolio
- Membuat paparan tentang kedudukan dan fungsi al-Qur’an, al-Hadits, dan ijtihad sebagai
sumber hukum Islam.
Tes tulis
- Tes kemampuan kognitif dengan menjawab soal-soal pilihan ganda dan uraian tentang
kedudukan dan fungsi al-Qur’an, al-Hadits, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
Tes lisan
- Memaparkan hasil pengamatan perilaku berpegang teguh kepada al-Qur’an, al-Hadits dan
Ijtihad serta menganalisis dan menanggapinya
17