Anda di halaman 1dari 15

Case Report Session

ASMA BRONKIAL

Oleh :

Khairunnisa (1940312025)
Asrining Tyas (1940312066)

PRESEPTOR:

dr. Oea Khairsyaf, Sp.P (K) FISR, FAPSR


dr. Dessy Mizarti, Sp.P

BAGIAN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma merupakan penyakit yang heterogen, dengan karakteristik adanya
inflamasi kronis saluran napas. Penyakit ini ditandai dengan adanya riwayat gejala
respirasi berupa whizing, sesak napas, dada terasa berat dan batuk yang bervariasi
dari waktu kewaktu serta intensitasnya, disertai dengan adanya keterbatasan aliran
udara ekspirasi yang bervariasi.1
Asma merupakan salah satu masalah kesehatan global yang dapat
mengenai semua kelompok umur. Prevalensi asma di berbagai Negara berkisar
antara 1-18% dari semua populasi. Angka kejadian asma di Indonesia berdasarkan
RISKESDAS 2013 adalah sebesar 4,5%. Provinsi dengan prevalensi asma
tertinggi adalah Sulawesi Tengah (7,8%), sedangkan provinsi dengan prevalensi
terndah adalah Lampung (1,6%). Prevalensi di Sumatera Barat sendiri adalah
2,7%, angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan prevalensi nasional.
Prevalensi asma pada kelompok usia ≥ 45 tahun mulai menurun. Asma lebih
banyak terjadi pada wanita.1,2
Hal yang selalu dapat ditemui pada penderita asma adalah saluran
pernapasan yang hiperresponsif terhadap stimulus. Stimulus pada tiap individu
tidak selalu sama. Dalam keadaan serangan asma, sangat mudah untuk
menegakkan diagnosisnya, tetapi ketika berada dalam episode bebas gejala, tidak
mudah untuk menentukan seseorang menderita asma.3
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan case ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
asma bronkhial terutama pada saat serangan akut (Eksaserbasi).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Asma merupakan penyakit yang heterogen, dengan karakteristik adanya
inflamasi kronis saluran napas. Penyakit ini ditandai dengan adanya riwayat gejala
respirasi berupa whizing, sesak napas, dada terasa berat dan batuk yang bervariasi
dari waktu kewaktu serta intensitasnya, disertai dengan adanya keterbatasan aliran
udara ekspirasi yang bervariasi.1
Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat penyempitan
yang bersifat reversible (penyempitan dapat hilang dengan sendirinya) yang
ditandai oleh episode obstruksi pernapasan diantara dua interval asimtomatik.
Namun, ada kalanya sifat reversible ini berubah menjadi kurang reversible
(penyempitan baru hilang setelah mendapat pengobatan).3
Eksaserbasi (serangan) asma adalah episode perburukan gejala-gejala
asma secara progresif. Gejala yang dimaksud adalah sesak napas, batuk, mengi,
dada rasa tertekan, atau berbagai kombinasi gejala tersebut. Pada umumnya,
eksaserbasi disertai distres pernapasan.4

2.2 Faktor Risiko


A. Faktor Penjamu
1. Prediposisi genetik
2. Atopi
3. Hiperesponsif jalan napas
4. Jenis kelamin
5. Ras/etnik

B. Faktor lingkungan yang mempengaruhi berkembangnya asma pada individu


dengan predisposisi asma
1. Alergen di dalam ruangan (mite domestic, biantang, kecoa, jamur)
2. Alergen di luar ruangan (tepung sari bunga, jamur)
3. Bahan di lingkungan kerja (Asap rokok pada perokok aktif dan pasif)
4. Polusi udara (dalam dan luar ruangan)

2
5. Infeksi pernapasan (Hipotesis higiene)
6. Infeksi parasit
7. Status sosioekonomi
8. Besar keluarga
9. Diet dan obat
10. Obesitas

C. Faktor lingkungan yang mencetuskan eksaserbasi dan/atau menyebabkan


gejala asma menetap
1. Alergen di dalam dan di luar ruangan
2. Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
3. Infeksi pernapasan
4. Exercise dan hiperventilasi
5. Perubahan cuaca
6. Sulfur dioksida
7. Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan
8. Ekspresi emosi yang berlebihan
9. Asap rokok
10. Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)4

2. 3 Gambaran Klinis
Asma bukanlah suatu penyakit yang spesifik, tetapi merupakan sindrom
yang diakibatkan oleh berbagai mekanisme yang akhirnya menghasilkan
kompleks gejala klinis termasuk obstruksi jalan pernapasan reversible. Sebagai
sindrom episodik, terdapat interval asimtomatik diantara kejadian serangan asma.
Ciri-ciri yang sangat penting pada sindrom ini seperti dispnea, wheezing,
obstruksi jalan pernapasan reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang
hipersensitif terhadap stimulus yang spesifik ataupun tidak spesifik, dan
peradangan saluran pernapasan. Semua ciri diatas tidah harus terdapat
bersamaan.3
Serangan asma ditandai dengan batuk, wheezing, serta sesak napas. Gejala
yang sering terlihat jelas adalah penggunaan otot napas tambahan, timbulnya

3
pulsus paradoksus, timbulnya Kusmaul’s sign. Pasien akan mencari posisi yang
enak, yaitu duduk tegak dengan tangan berpegangan pada sesuatu agar bahu tetap
stabil, biasanya berpegangan pada lengan kursi, dengan begitu otot napas
tambahan dapat bekerja dengan lebih baik. Takikardia akan muncul pada awal
gejala, kemudian diikuti sianosis sentral.3

2.4 Diagnosis
A. Anamnesis
Gejala khas untuk asma yang jika ada maka menigkatkan kemungkinan
pasien memiliki Asma, yaitu :
1. Terdapat lebih dari satu gejala (mengi, sesak, dada terasa berat)
khususnya pada dewasa muda
2. Gejala sering memburuk di malam hari atau pagi dini hari
3. Gejala bervariasi waktu dan intensitasnya
4. Gejala dipicu oleh infeksi virus, latihan, pajanan alergen, perubahan
cuaca, tertawa atau iritan seperti asap kendaraan, rokok atau bau yang
sangat tajam

B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pasien asma biasanya normal. Abnormalitas yang paling
sering ditemukan adalah mengi ekspirasi saat pemeriksaan auskultasi, tetapi ini
bisa saja hanya terdengar saat ekspirasi paksa. Mengi dapat juga tidak terdengar
selama eksaserbasi asma yang berat karena penurunan aliran napas yang dikenal
dengan “silent chest”.

C. Pemeriksaan penunjang
1. Arus Puncak Ekspirasi (APE) menggunakan Peak Flowmeter
2. Pemeriksaan darah (eosinofil dalam darah)
3. Spirometri
Diagnosis pasti asma ditegakkan dengan menggunakan pemeriksaan
spirometri. Adanya bukti penurunan rasio dari nilai Forced Expiratory Volume in
1 second (FEV1) terhadap Force vital capacity (FVC) merupakan tanda dari
asma.

4
Diagnosis asma ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang, yaitu terdapat kenaikan ≥20 % rasio APE sebelum dan
sesudah pemberian inhalasi salbutamol.4

Gambar 2.1. Klasifikasi Asma bronkial4

5
Gambar 2.2. Klasifikasi Berat serangan Asma Akut5

2. 5 Diagnosis Banding
Diagnosis banding asma stabil yaitu, disfungsi pita suara, hiperventilasi,
bronkiektasis, kistik fibrosis, gagal jantung, benda asing di saluran pernapasan.
Sedangkan diagnosis banding untuk asma akut (eksaserbasi adalah) obstruksi
saluran napas atas, benda asing di saluran napas, PPOK eksaserbasi ,penyakit paru
parenkimal, disfungsi pita suara, gagal jantung akut, dan gagal ginjal akut.1,4

2. 6 Penatalaksanaan
A. Asma stabil
1. Pasien disarankan untuk mengidentifikasi serta mengendalikan faktor
pencetusnya.
2. Perlu dilakukan perencanaan dan pemberian pengobatan jangka panjang
serta menetapkan pengobatan pada serangan akut sesuai tabel 2.3 di bawah
ini.

6
Gambar 2.3. Penatalaksanaan asma berdasarkan berat keluhannya 4

7
B. Asma eksaserbasi
Penatalaksanaan asma eksaserbasi dapat dilihat gambar 2.4 dan 2.5 dibawah
ini4,5

Gambar 2.4. Pengobatan asma eksarserbasi di layanan primer1

Ad functionam : Bonam

8
Ad sanationam : Dubia ad bonam

BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Usia : 37 tahun
Tempat tanggal lahir : 11/10/1982
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Alamat : Batang Selasi h

2. Anamnesis
Keluhan utama:
Sesak napas meningkat ± 15 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:


- Sesak napas meningkat ± 15 hari SMRS, sesak menciut, dipengaruhi
oleh udara dingin dan kelelahan. Terbangun pada malam hari karena
sesak. Memakai obat bronkodilator 3x sehari pada dua minggu
terakhir. Pasien memiliki riwayat asma sejak 5 tahun yll, mengonsumsi
obat pulmicort dan ventolin.
- Batuk berdahak sejak 15 hari SMRS, susah dikeluarkan dahak
berwarna keputihan
- Demam sejak 15 hari SMRS
- Sakit kepala sejak 2 hari SMRS
- Malaise (+)
- Penurunan napsu makan (+)
- Penurunan berat badan (+) dari 53 ke 48 kg
- Kulit gatal kemerahan jika mengkonsumsi ikan laut dan telur
- Mata gatal dan berair
- Bersin-bersin pada pagi hari (+)

9
- Batuk darah (-)
- Nyeri dada (-)
- Keringat malam (-)
- Penurunan napsu makan (-)
- Mual (-), Muntah (-)
- BAK tidak ada keluhan, BAB tidak ada keluhan

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat TB paru (-)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat HT (-)
- Riwayat operasi kista ovarium 2 bulan yang lalu
- Riwayat demam typhoid 1 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Pengobatan :


Pasien rutin kontrol berobat asma dengan dr. Taufik Hidayat Sp.P dan
mendapatkan obat pulmicort dan ventolin. Pasien menderita demam typhoid 1
bulan yang lalu dan mendapatkan antibiotik

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat atopi (-)
- Riwayat TB paru (-)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat HT (-)
- Riwayat keganasan (-)

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan :


- Pasien seorang petani.
- Pasien tidak merokok.

10
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : CMC Keadaan umum: sedang
TD : 107/63 Nafas : 23
mmHg kali/mnt
Nadi : 106 Tinggi badan : 150 cm
kali/mnt Berat badan : 48 kg
Suhu : 37,50C
Kepala : Normosefal
Mata : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Leher : JVP 5+0 cmH2O
Dada :
Paru:
a. Depan
Inspeksi Statis : simetris kiri sama dengan kanan,
Dinamis : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : suara nafas ekspirasi memenjang, terdapat wheezing
di paru kiri dan kanan.
b. Belakang
Inspeksi : Statis : simetris kiri sama dengan kanan,
Dinamis : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor diseluh lapangan paru kiri dan kanan
Auskultasi : suara nafas ekspirasi memenjang, terdapat wheezing
di paru kiri dan kanan.

Jantung:
Inspeksi : iktus kodis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba pada 1 jari lateral LMCS RIC V
Perkusi : Batas atas jantung RIC II, batas kanan jantung LSD,
dan batas kiri jantung 1 jari lateral LMCS RIC V
Auskultasi : irama regular, tidak terdapat murmur dan gallop

Abdomen:

11
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus positif, normal

Anggota Gerak: tidak terdapat udem dan clubbing finger di


ekstremitas

4. Pemeriksaan Labor
• Hb: 13,7 g/dl
• Leukosit: 9130
• Ht: 38,2%
• GDS: 131
• Ur/Cr: 8/0,5

5. Diagnosa Kerja :
Berdasarkan data diatas diagnosis pada pasien ini adalah “Asma persisten Berat
dalam serangan akut sedang”

6. Diagnosa Banding :
Asma dengan Community Acquired Pneumonia
Bronkitis kronik
Community Acquired Pneumonia
PPOK

7. Tatalaksana
- IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit
- Nebu combivent 1x1 amp
- Nebu Fulmicort 2 resp.
- Cefixime 2x200 mg
- Levofloxacin 1x500 mg
- Metil Prednisolone 3x8 mg
- Ambroxol 3x30 mg

12
- N-Acetylsistein 3x200 mg
- Cetirizine 1x10 mg
- Oksigen nasal kanul 3-4 lpm
- Cek labor lengkap, AGD

BAB IV
DISKUSI

Seorang pasien wanita usia 37 tahun datang pada tanggal 28 Oktober 2019
untuk kontrol ke poli Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi dengan keluhan utama sesak napas yang meningkat sejak 15 hari
SMRS. Sesak napas menciut dan dipengaruhi cuaca dan aktivitas. Sesak telah
dirasakan kurang lebih 5 tahun yang lalu kontrol teratur ke rumah sakit dan
mendapat obat pulmicort dan ventoline. Pasien juga mengeluhkan batuk dengan
dahak berwarna putih yang susah dikeluarkan, batuk sudah dirasakan sejak 15
hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 15 hari SMRS tidak tinggi
dan hilang timbul. BAB dan BAK tidak ada kelainan.
Pemeriksaan fisik umum didapatkan peningkatan frekuensi nafas
karena sesak yang dialami pasien dan juga ditemukan takikardia. Pada
auskultasi paru ditemukan suara nafas ekspirasi memanjang yang disertai
dengan wheezing. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, pasien pada kasus ini didiagnosis dengan asma
persisten berat dalam serangan akut sedang. Pada pasien ini diberikan
terapi berupa O2 3-4L/menit (NRM), Combivent nebu, Fulmicort nebu,
Cefixime oral, Levofloxacin oral, Metil Prednisolone oral, Ambroxol oral,
N-Acetylsistein oral, Cetirizine oral.
Pada anamnesis terdapat gejala tipikal asma yaitu sesak nafas
menciut, dan batuk yang meningkat dengan aktivitas dan dicetuskan oleh
udara dingin dan kelelahan. Berdasarkan asessment asthma control test
termasuk asma tidak terkontrol dengan skor 4. Pasien mengalami serangan

13
hampir setiap hari, pasien sering terbangun pada malam hari karena sesak,
pasien mengkonsumsi bronkodilator lebih dari 3x sehari, aktivitas pasien
sedikit terhambat.1 Pasien termasuk asma persisten berat karna mengalami
serangan hampir setiap hari dan sering terbangun pada malam hari. 4 Pasien
mengalami serangan sedang, pasien masih bisa berbicara dan duduk, nafas
23x/menit, 106x/menit.5

DAFTAR PUSTAKA

1. GINA, 2019. Global strategy for asthma management and prevention.


(Global Initiatives for Asthma, 2019)

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset kesehatan dasar


2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

3. Djojodibroto RD, 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta:


EGC.

4. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. 2014.

5. PDPI, 2016. Pedoman diagnosis & penatalaksanaan asma di Indonesia.


Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai