Disusun oleh :
Alif Alif Arifah Suhada
(17142011017)
4A-S1 Keperawatan
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu
yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan
tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain
(Mubarak, 2011). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman , (2010) keluarga adalah unit
dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat
antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga
keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
keluarga yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan),
hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang
selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
b. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
c. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
d. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
e. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
f. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah
tangga.
3. Tipe Keluarga
Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya
terdiri ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti
ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah ( kakeknenek, paman-bibi)
b. Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas
adalah :
1) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan
satu rumah dengan anakanaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru,
satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-
duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di
luar rumah.
6) Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada
waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk kawin.
9) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu pantipanti.
11) Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan
yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama
dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap
individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya diadopsi.
14) Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama.
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi,
strukrur peran, struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma
(Mubarak dkk, 2011) menggambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur,
terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki
kekuatan.
b. Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku
yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada
struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain :
legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert power
(keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan
affective power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan
norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosil
tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
Adapun macam-macam struktur keluarga diantaranya sebagai berikut
:
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam berbagai generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
istri
5. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et
al.,2010).
a. Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang
baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat membina hubungan
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, dan menaruh nilai-nilai
budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan,
pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan
keluarga dibagi menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan
bersama, membina hubungan dengan keluarga lain,
mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian
kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post
partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan
luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan
daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah
pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka,
mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai
lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial,
dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-
tua, serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian,
serta melakukan life review masa lalu.
7. Peranan Keluarga
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperanan
sebagai pencari nafkah, pendidikan, pelindung, dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga. Sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan
lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengaruh dan
pendidik anak-anaknya pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu juga ibu juga
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.
8. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan
menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah
sebagai berikut :
a.Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya,
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c.Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
danperawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas
fisik,psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
9. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelayanan kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit
dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga
berisiko tinggi maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat
mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh
perawat.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak
keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi
hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga
terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah
tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar
dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah
kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut
siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.
10. Prinsip perawatan kesehatan keluarga
Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat
melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah
dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah dirasakan dan harus segera 2
4 ditangani 1
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
a. Tentukan skore untuk setiap kriteria
b. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skor
x Bobot
Angka Tertinggi
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria
Diagnosa Keperawatan Pada Ny. N
No sasara domain kela Kode Diagnosa Batasan
. n s karakteristik
Mobilitas 2. Gangguan
sikap berjalan
Fisik
3. Gerakan
lambat
4. Kesulitan
membolak-balik
posisi
5. Keterbatasan
rentang gerak
6.
Ketidaknyamanan
Dx NOC NIC
1.Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen nyeri
a. Mengurangi kapan a. Gali
nyeri terjadi (1-5) pengetahua
1. Tidak pernah n dan
menunjukkan kepercayaa
2. Jarang n pasien
menunjukkan mengenai
3. Kadang – nyeri.
kadang b. Gali
menunjukkan bersama
4. Sering pasien
menunjukkan faktor yang
5. Secara konsisten dapat
menunjukkan menurunka
n atau
b. Menggambarkan memperera
faktor peyebabnya t nyeri
(1-5) c. Ajarkan
1. Tidak pernah metode
menunjukkan nonfarmakol
2. Jarang ogi untuk
menunjukkan menurunkan
3. Kadang – nyeri
kadang d. Gunakan
menunjukkan metode
4. Sering penilaian
menunjukkan yang sesuai
5. Secara konsisten dengan
menunjukkan tahapan
perkembanga
c. Mengguakan n untuk
tindakan memonitor
pengurangan nyeri perubahan
tanpa analgesic (1-5) nyeri
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang –
kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Secara konsisten
menunjukkan
d. Melaporkan nyeri
yang terkontrol (1-5)
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang –
kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Secara konsisten
menunjukkan
c. Berjalan (1-5) n
1. Sangat terganggu c. Bantu
2. Banyak terganggu klien dan
3. Cukup terganggu keluarga
4. Sedikit terganggu untuk
5. Tidak terganggu mengide
ntifikasi
d. Bergerak dengan
kelemah
mudah (1-5)
an dalam
1. Sangat terganggu
aktifitas
2. Banyak terganggu
tertentu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
terbatas it
3. Pengetahuan
sedang
4. Pengetahuan
banyak
5. Pengetahuan
sangat banyak
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga
dengan asam urat, yaitu :
a. Nyeri akut
1) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
2) Gali bersama pasien faktor yang dapat menurunkan atau
mempererat nyeri.
3) Ajarkan metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri
4) Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan
perkembangan untuk memonitor perubahan nyeri.
b. Hambatan mobilitas fisik
1) Dorong aktifitas kreatif yang tepat
2) Bantu klien mengidentifikasi aktifitas yang diinginkan
3) Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan
dalam aktifitas tertentu
c. Defisiensi pengetahuan
1) Kaji tingkat pengatahuan pasien terkait dengan proses
penyakit
2) Jelaskan patofisiologi penyakit
3) Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
5. Evaluasi
Evaluasi yang di harapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam
urat adalah :
a. Keluarga dapat mengatasi nyeri akut yang terjadi
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Keluarga dapat mengetahui secara umum mengenai penyakit gout
(asam urat)