Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. I DENGAN GOUT


ARTHRITIS PADA Ny. N DI DUSUN KULINYAR RT. 02/RW. 04
DESA KUDANGWANGI WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN
PUSKESMAS UJUNGJAYA KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Lapangan Keperawatan


Keluarga
Dosen : Tresna Komalasari, S.Kep.,Ners.,M.Kes

Disusun oleh :
Alif Alif Arifah Suhada
(17142011017)
4A-S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB
MAJALENGKA
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN ASAM URAT

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu
yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan
tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain
(Mubarak, 2011). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman , (2010) keluarga adalah unit
dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat
antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga
keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
keluarga yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan),
hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang
selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
b. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
c. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
d. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
e. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
f. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah
tangga.
3. Tipe Keluarga
Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya
terdiri ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti
ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah ( kakeknenek, paman-bibi)
b. Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas
adalah :
1) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan
satu rumah dengan anakanaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru,
satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-
duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di
luar rumah.
6) Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada
waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk kawin.
9) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

10) Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu pantipanti.
11) Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan
yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama
dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap
individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya diadopsi.
14) Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama.
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi,
strukrur peran, struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma
(Mubarak dkk, 2011) menggambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur,
terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki
kekuatan.
b. Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku
yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada
struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain :
legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert power
(keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan
affective power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan
norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosil
tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
Adapun macam-macam struktur keluarga diantaranya sebagai berikut
:
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam berbagai generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
istri
5. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et
al.,2010).
a. Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang
baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat membina hubungan
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, dan menaruh nilai-nilai
budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan,
pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan
keluarga dibagi menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan
bersama, membina hubungan dengan keluarga lain,
mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian
kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post
partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan
luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan
daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah
pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka,
mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai
lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial,
dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-
tua, serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian,
serta melakukan life review masa lalu.
7. Peranan Keluarga
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperanan
sebagai pencari nafkah, pendidikan, pelindung, dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga. Sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan
lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengaruh dan
pendidik anak-anaknya pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu juga ibu juga
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.
8. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan
menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah
sebagai berikut :
a.Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya,
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c.Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
danperawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas
fisik,psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
9. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelayanan kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit
dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga
berisiko tinggi maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat
mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh
perawat.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak
keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi
hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga
terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah
tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar
dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah
kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut
siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.
10. Prinsip perawatan kesehatan keluarga
Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat
melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah
dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan


preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin
untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan
masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan
kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang
kesehatan antara lain adalah :
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur
dengan masalah :
a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga
dengan penyakit keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b) Menderita kekurangan gizi (anemia).
c) Menderita hipertensi.
d) Primipara dan Multipara.
e) Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a) Lahir prematur (BBLR).
b) Berat badan sukar naik.
c) Lahir dengan cacat bawaan.
d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e) bu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi
dan anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba
untuk digugurkan.
b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan
sering timbul cekcok dan ketegangan.
c) Ada anggota keluarga yang sering sakit
d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari
meninggalkan rumah.

B. Konsep Penyakit Asam Urat (Gout)


1. Definisi Asam Urat
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan
penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering
ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah.
(Merkie, Carrie. 2005). Gout merupakan penyakit metabolic yang
ditandai oleh penumpukan asam urat yang menyebabkan nyeri pada
sendi. (Moreau, David. 2005;407). Jadi, Gout atau sering disebut asam
urat adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat
mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
2. Etiologi Asam Urat
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /
penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal
dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam
urat yang kurang dari ginjal. Beberapa faktor lain yang mendukung,
seperti :
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang
menyebabkanasam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam
urat, atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi, alkoholik
c. Gangguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang
dapat menyebabkan hiperuricemia.
d. Penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asamurat
seperti aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta
zolamid dan etambutol.
e. Pembentukan asam urat yang berlebih
f. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
g. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebih karana penyakit lain, seperti leukimia.
h. Kurang asam urat melalui ginjal
i. Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal
ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui. Gout sekunder renal
disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,misalnya glumeronefritis
kronik atau gagal ginjal kronik.
3. Patofisiologi Asam Urat
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh
pembentukan berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun
keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin. Secara
normal, metabolisme purin menjadi asam urat dapat diterangkan
sebagai berikut :
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur
penghematan (salvage pathway).
a. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat
melalui prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-
fosfat, yang diubah melalui serangkaian zat antara menjadi
nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat, asam adenilat).
Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang
kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi
yaitu : 5 – fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan
amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu
mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang
terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan.
b. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin
melalui basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau
asupan makanan. Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti
pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin)
berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor
nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua
enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan
adenin fosforibosiltransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus
proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian
diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
4. Klasifikasi Asam Urat
Gout terbagi atas 2 yaitu :
a. Gout primer, dimana menyerang laki-laki usia degenerative,
dimana meningkatnya produksi asam urat akibat pecahan purin
yang disintesis dalam jumlah yang berlebihan didalam hati.
Merupakan akibat langsung dari pembentukan asam urat tubuh
yang berlebihan atau akibat penurunan ekresi asam urat yaitu
hiperurisemia karena gangguan metabolisme purin atau gangguan
ekresi asam urat urin karena sebab genetik. Salah satu sebabnya
karena kelainan genetik yang dapat diidentifikasi, adanya
kekurangan enzim HGPRT (hypoxantin guanine phosphoribosyle
tranferase) atau kenaikan aktifitas enzim PRPP (phosphoribosyle
pyrophosphate ), kasus ini yang dapat diidentifikasi hanya 1 %
saja.
b. Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan
pemecahan purin menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat.
Contohnya pada pasien leukemia Disebabkan karena
pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekresi asam urat
yang berkurang akibar proses penyakit lain atau pemakaian obat
tertentu. merupakan hasil berbagai penyakit yang penyebabnya
jelas diketahui akan menyebabkan hiperurisemia karena produksi
yang berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat di urin.
5. Manifestasi Klinis
Manisfestasi sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut (serangan
rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan
kristal yang menumpuk dalam jaringan aritukuler, jaringan oseus, jaringan
lunak, serta kartilago), nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan
assam urat dalam traktus urunarus. Gout terjadi dalam 4 tahap :
a. Asymptomatic stage
Uric acid dalam darah meningkat tetapi tidak muncul gejala
b. Acute stage
Gejala biasanya muncul setelah 5 – 10 hari
1) Serangan sakit sendi secara tiba-tiba
2) Bengkak pada sendi
3) Sendi terasa panas, tendernes, serta terlihat kemerahan dan lebam
c. Intercritical stage
Gejala yang muncul ada interval waktu. Dari gejala gout yang pertama
kemudian muncul gejala gout kedua dapat terjadi dalam 6 bulan sampai
2 tahun, atau 5 – 10 tahun.
d. Chronic stage
1) Sakit sendi yang berkelanjutan, pengumpulan asam urat yang
tinggi pada cartilage, tendon dan soft tissue.
2) Terjadi penekanan pada kulit dan terdapat nanah
3) Joint stiffness (kekakuan pada sendi)
4) Keterbatasan pergerakan
6. Komplikasi Asam Urat
Asam urat dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit ginjal. Tiga
komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal
akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien
dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH
urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat
akan mengendap dan terbentuk batu.
Gout dapat merusak ginjal sehingga pembuangan asam urat akan
bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari
penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor.
Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat pada
duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan
gangguan ginjal kronik.
7. Pemeriksaan Penunjang Asam Urat
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6
mg % normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
2) Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan
diagnosa yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental
sekali.
3) Pemeriksaan darah lengkap
4) Pemeriksaan ureua dan kratinin
a) Kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
b) Kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
b. Pemeriksaaan fisik
1) Inspeksi
a) Deformitas
b) Eritema
2) Palpasi
a) Pembengkakan karena cairan / peradangan
b) Perubahan suhu kulit
c) Perubahan anatomi tulang/ jaringan kulit
d) Nyeri tekan
e) Krepitus
f) Perubahan range of motion
8. Diagnosis Asam Urat
Untuk mendiagnosis artritis gout digunakan kriteria American Rheumatism
Association (ARA), yaitu :
a. Terdapat kristal monosodium urat di dalam cairan sendi
b. Terdapat kristal monosodium urat di dalam tofi
c. Atau didapatkan 6 dari 11 kriteria berikut ini :
1) Inflamasi maksimum pada hari pertama
2) Serangan artritis akut lebih dari 1 kali
3) Artritis monoartikular
4) Sendi yang terkena bewarna kemerahan
5) Pembengkakan dan sakit pada sendi metatarsalfalangeal 1
6) Serangan pada sendi tarsal unilateral
7) Adanya tofus
8) Hiperurisemia
9) Pada gambaran radiologik, tampak pembengkakan sendi asimetris
10) Pada gambaran radiologik, tampak krista subkortikal tanpa erosi
11) Kultur bakteri cairan sendi negatif
9. Pengobatan Asam Urat
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat
mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
a. Medikasi
1) Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0
– 3,0 mg (dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
2) Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik)
3) Colchines (oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
4) Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan
inflamasi.
5) Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan
untuk mencegah serangan.
6) Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat
akumulasi asam urat.
7) Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane )
pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan
pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2x/hari.
b. Perawatan
1) Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang
mengandung purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ),
sarden, kerang, ikan herring, kacang – kacangan, bayam, udang, dan
daun melinjo.
2) Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori
harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada
tinggi dan berat badan.
3) Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong,
roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam
urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
4) Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.
5) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
6) Hindari penggunaan alkohol.
10. Pencegahan Asam Urat
a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu :
Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan
herring,Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
b. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat
badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah
konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bias
meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
c. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong,
rotidan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam
uratkarena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya
hati,ginjal, otak, paru dan limpa.
e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui
urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega
sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persendari
total kalori.
f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-
buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang
disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing
manis,dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang
lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah
alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang
tinggi.
g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat
mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka
yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alcohol akan
meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat
pengeluaran asam urat dari tubuh.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asam Urat


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga
pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman
pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan (WHO, 2014). Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu
rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga.
Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai
berikut (Heniwati, 2008) :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai
dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana
berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh
mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu
dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,
mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
 Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 5 bulan.
 Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila
menghadapi permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik
tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian,
menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus asam urat adalah :
a. Nyeri akut
Batasan karakteristik :
1) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (anggota
keluarga, pemberi asuhan)
2) Mengekspresikan perilaku nyeri (gelisah,merengek,menangis,
waspada)
3) Perubahan pada parameter fisiologis(tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernapasan)
4) Perilaku distraksi
b. Hambatan mobiitas fisik
Batasan karakteristik :
1) Gangguan sikap berjalan
2) Ketidaknyamanan
3) Keterbatasan rentang gerak
4) Gerakan lambat
c. Defisiensi pengetahuan
Batasan karakteristik :
1) Ketidakakuratan mengikuti perinntah
2) Kurang pengetahuan
3) Perilaku tidak tepat
Menentukan Diagnosa Keperawatan :
Sebelum menentukan diagnosa keperawatan tentu harus menyusun prioritas
masalah dengan menggunakan proses skoring seperti pada tabel berikut :
No
Kriteria Skor Bobot
.
Sifat masalah
Skala :
1  Aktual 3
 Risiko 2 1
 Keadaan sejahtera/diagnosis sehat 1

Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala :
2  Mudah 2
2
 Sebagian 1
 Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
3  Tinggi 3 1
 Cukup 2
 Rendah 1

Menonjolnya masalah
Skala :
 Masalah dirasakan dan harus segera 2
4 ditangani 1
 Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
a. Tentukan skore untuk setiap kriteria
b. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skor
x Bobot
Angka Tertinggi
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria
Diagnosa Keperawatan Pada Ny. N
No sasara domain kela Kode Diagnosa Batasan
. n s karakteristik

1. Ny. N Kenyamanan 1 0013 Nyeri 1. Fokus


2 Akut menyempit
(persepsi
waktu,proses
berfikir,interaksi
dengan orang
sekitar)
2. Sikap
melindungi area
nyeri
3.Mengekspresika
n prilaku nyeri
(gelisah,
merengek)
2. Aktivitas/Istirah 2 0008 Hambata 1. Dipsnea setelah
at 5 n beraktivitas

Mobilitas 2. Gangguan
sikap berjalan
Fisik
3. Gerakan
lambat
4. Kesulitan
membolak-balik
posisi
5. Keterbatasan
rentang gerak
6.
Ketidaknyamanan

3. Perencanaan (Intervensi Keperawatan)

Dx NOC NIC
1.Nyeri akut  Kontrol nyeri  Manajemen nyeri
a. Mengurangi kapan a. Gali
nyeri terjadi (1-5) pengetahua
1. Tidak pernah n dan
menunjukkan kepercayaa
2. Jarang n pasien
menunjukkan mengenai
3. Kadang – nyeri.
kadang b. Gali
menunjukkan bersama
4. Sering pasien
menunjukkan faktor yang
5. Secara konsisten dapat
menunjukkan menurunka
n atau
b. Menggambarkan memperera
faktor peyebabnya t nyeri
(1-5) c. Ajarkan
1. Tidak pernah metode
menunjukkan nonfarmakol
2. Jarang ogi untuk
menunjukkan menurunkan
3. Kadang – nyeri
kadang d. Gunakan
menunjukkan metode
4. Sering penilaian
menunjukkan yang sesuai
5. Secara konsisten dengan
menunjukkan tahapan
perkembanga
c. Mengguakan n untuk
tindakan memonitor
pengurangan nyeri perubahan
tanpa analgesic (1-5) nyeri
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang –
kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Secara konsisten
menunjukkan

d. Melaporkan nyeri
yang terkontrol (1-5)
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang –
kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Secara konsisten
menunjukkan

2. Hambata  Pergerakan  Terapi


n a. Gerakan otot (1-5) aktivitas
mobilita 1. Sangat terganggu a. Dorong
s fisik 2. Banyak terganggu aktifitas
3. Cukup terganggu kreatif
4. Sedikit terganggu
yang
5. Tidak terganggu
tepat
b. Bantu
b. Gerakan sendi
klien
1. Sangat terganggu
mengide
2. Banyak terganggu
ntifikasi
3. Cukup terganggu
aktifitas
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu yang
diinginka

c. Berjalan (1-5) n
1. Sangat terganggu c. Bantu
2. Banyak terganggu klien dan
3. Cukup terganggu keluarga
4. Sedikit terganggu untuk
5. Tidak terganggu mengide
ntifikasi
d. Bergerak dengan
kelemah
mudah (1-5)
an dalam
1. Sangat terganggu
aktifitas
2. Banyak terganggu
tertentu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

3. Defisien  Manajemen arthritis  Pengajaran


si a. Tanda dan gejala awal proses penyakit
pengetah (1-5) a. Kaji tingkat
uan 1. Tidak ada pengatahuan
pengetahuan pasien terkait
2. Pengetahuan
dengan proses
terbatas
penyakit
3. Pengetahuan
b. Jelaska
sedang
n
4. Pengetahuan
patofisi
banyak
ologi
5. Pengetahuan
penyak
sangat banyak
it

b. Faktor penyebab (1-5) c. Kenali

1. Tidak ada penget


pengetahuan ahuan
2. Pengetahuan pasien
terbatas menge
3. Pengetahuan nai
sedang kondisi
4. Pengetahuan nya
banyak d. Jelaska
5. Pengetahuan
n tanda
sangat banyak
dan
gejala
c. Strategi mengelola
yang
nyeri (1-5)
umum
1. Tidak ada
dari
pengetahuan
2. Pengetahuan penyak

terbatas it

3. Pengetahuan
sedang
4. Pengetahuan
banyak
5. Pengetahuan
sangat banyak

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga
dengan asam urat, yaitu :
a. Nyeri akut
1) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
2) Gali bersama pasien faktor yang dapat menurunkan atau
mempererat nyeri.
3) Ajarkan metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri
4) Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan
perkembangan untuk memonitor perubahan nyeri.
b. Hambatan mobilitas fisik
1) Dorong aktifitas kreatif yang tepat
2) Bantu klien mengidentifikasi aktifitas yang diinginkan
3) Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan
dalam aktifitas tertentu
c. Defisiensi pengetahuan
1) Kaji tingkat pengatahuan pasien terkait dengan proses
penyakit
2) Jelaskan patofisiologi penyakit
3) Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
5. Evaluasi
Evaluasi yang di harapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam
urat adalah :
a. Keluarga dapat mengatasi nyeri akut yang terjadi
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Keluarga dapat mengetahui secara umum mengenai penyakit gout
(asam urat)

Anda mungkin juga menyukai