Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

POST PARTUS TAK MAJU

Disusun oleh :
Nama : AULIA KAMILA
NPM : 2020181060
Prodi : D3 keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2020/2021
KONSEP TEORI

A. Definisi
Partus tak maju adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung
12 jam atau lebih,bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada
persalinan fase aktif (Prawirohardjo, 2002). Partus tak maju adalah ketiadaan
kemajuan dalam dilatasi serviks, atau penurunan dari bagian yang masuk selama
persalinan aktif (Kapoh, 2005). Partus tak maju merupakan fase dari suatu partus
yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan gejala-gejala
seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan, serta, asfiksia dan kematian dalam
kandungan (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
B. Etiologi
C. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid.
D.   Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
E.   Penyempitan aterorosklerotik
F.   Trombus
G.   Plak aterosklerotik
H.   Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
I.   Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
J.   Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
K.   Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
L.   Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.

C.PATOFISIOLOGI
Anatomi tubuh ibu melahirkan. Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya
berkaitan dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko
tinggi dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan
panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara
luas panggul dan besar kepala janin.
Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior atau kepala yang
sulit lahir pada presentasi bokong.
Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin, misal hidrosefalus,
pertumbuhan janin lebih dari 4000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.
Abonormalitas sistem reproduksi
Misalnya seperti tumor pelvis, stenosis vagina kongenital, perineum kaku dan
tumor vagina.
Usia ibu hamil.Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu
sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia <20
tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan
perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan
menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan
yang terjadi karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau
tidak lentur lagi. Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ
yang vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah
terjadi penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut
sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin). Sesuai dengan hasil
penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun 2006 dengan
menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang
mengalami partus tak maju kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20 tahun
dan > 35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.
Riwayat persalinan. Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan
prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan
induksi serta semua persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko
tinggi pada persalinan berikutnya. Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang
dilakukan oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan desain
penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami komplikasi
persalinan kemungkinan 7,3 kali lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek
dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat persalinan jelek. Riwayat
persalinan jelek pada kasus didapatkan partus tak maju 24,6%.Hasil penelitian di
Kasongo Zaire tahun 1971-1975, ibu yang memiliki riwayat persalinan yang
buruk kemungkinan 10 kali lebih besar untuk mengalami persalinan macet dari
pada ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk
Jumlah paritas. Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian
maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.
Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor


1. Hydroamnion Lingkungan
1. Faktor penyakit 2. Kehamilan
(toksemia 1. Tempat tinggal di
multiple/ganda
gravidarum, dataran tinggi
3. Kelainan
trauma fisik, dll) 2. Radiasi
kromosom
2. Faktor usia 3. Zat-zat beracun

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang blm sempurna

Tidak dapat Pernafasan belum Intake nutrisi tidak


menyimpan panas sempurna adekuat

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan O2 dalam darah CO2
panas

Sel-sel kekurangan
kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi

Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris

Gangguan
pertukaran gas
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
M. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) manifestasi klinik partus tak


maju yaitu:

a. Pada ibu
1) Gelisah, letih, suhu badan meningkat, nadi cepat, pernafasan cepat,
meteorismus.
2) Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan
ketuban
berbau, terdapat mekonium.
b. Pada janin
1) Denyut jantung janin cepat/tidak teratur, bahkan negatif, air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
2) Kaput suksadenum yang membesar.
3) Moulage kepala yang hebat.
4) Kematian janin dalam kandungan.
4. Kematian janin intra partum. Klasifikasi Partus tak maju
Klasifikasi Partus tak maju menurut Kurniawati & Mirzanie (2009) dan
Saifuddin (2010) adalah:
1) Fase laten yang memanjang (Prolonged Latent Phase).
Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam in partu dengan his
yang teratur.
2) Fase aktif yang memanjang
Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf. Faktor
penyebabnya yaitu:
a) Inersia uteri
Frekuensi his kurang dari 3 his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40
detik.
b) Disproporsi sefalopelvik
Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju,
sedangkan his baik.
c) Obstruksi kepala
Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak
maju dengan kaput, terdapat moulase hebat, edema serviks, tanda ruptura
uteri imminens, gawat janin.
d) Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin
(dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.
Malposisi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi verteks.
3) Kala II lama (Prolonged Expulsive Phase)
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan
penurunan.
5. Komplikasi
a. Komplikasi Partus tak maju menurut Prawirohardjo (2008) yaitu:
1) Infeksi Intrapartum
2) Ruptura Uteri
3) Cincin Retraksi Patologis
4) Pembentukan Fistula
5) Cedera Otot-otot Dasar Panggul 6) Efek pada Janin

7) Kaput Suksedaneum
8) Molase Kepala Janin
N. Pemeriksaan Penunjang

1) Ultrasonografi

2) Pelvimetri Radiologic (Achadiat, 2004).


O. Komplikasi
1) Infeksi intrapartum
Bahaya yang serius akan mengancam ibu dan bayi apalagi jika
ketuban sudah pecah, bakteri didalam cairan amnion akan menembus
desidua serta pembuluh korion sehingga akan terjadi bakteremia dan
sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, ini terjadi karena akibat
aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
2) Cincin retraksi patologis
Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang sulit yang disertai
dengan peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus.
Antisipasi yang bisa dilakukan apabila terjadi cincin retraksi patologis
diantaranya yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dan
pengakhiran persalinan dengan cara sectio caessarea.
3) Ruptureuteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus dapat menimbulkan bahaya
serius selama partus tak maju, terutama bila wanita dengan paritas tinggi
dan wanita yang mempunyai riwayat section caessarea. Apabila
disproporsi antara kepala janin dengan panggul cukup besar dan tidak
terjadi penurunan bagian terbawah janin maka segmen bawah uterus akan
menjadi sangat regang yang kemudian dapat menyebabkan rupture.
Antisipasi yang dapat dilakukan apabila terjadi rupture uteri diantaranya
yaitu :
a) Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
b) Berikan injeksi pethidin 50 mg untuk melemahkan kontraksi dan
mengurangi nyeri
c) Berikan infuse NaCl atau glukosa untuk mengatasi dehidrasi
d) Berikan infuse cairan kristaloid atau RL untuk mengganti cairan yang
hilang
e) Lakukan transfuse darah
f) Lakukan histerektomi ( Prawirohardjo, 2009).
P. Penatalaksanaan
a.Terapi pada partus tak maju bersifat darurat, koreksi adanya dehidrasi dan
 segera lakukan rujukan karena pada sebagian besar kasus partus tak maju
 diakhiri dengan SC
b.Perawatan pendahuluan, suntikkan cortone acetate 100-
200 mg secara intramuskuller,  penicillin prokain 1 juta IU IM, infuse cairan larutan
fisiologis, larutan glucose 510% pada  jam pertama 1 liter/jam, istirahat 1 jam untuk diob
servasi kecuali bila menghabiskan untuk segera bertindak
c.Pertolongan dapat dilakukan dengan partus spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi
forcep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, SC dan lain-
lain

Q. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal dalam batas normal (120-160 dpm). Mur-mur jantung yang
dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan 3500g
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna,kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, gerakan aktif,
bayi langsung menangis kuat, refleks rooting (mencari putting susu
dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk
dengan baik, refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik, refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik, refleks grasping (menggenggam) sudah baik, genetalia
sudah terbentuk sempurna , pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum
dan penis berlubang, pada perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang,
serta labia mayora sudah menutupi labia minora, eliminasi baik,
mekonium dalam 24 jam pertama, berwarna hitam kecoklatan.
R. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis

2. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.

(Ngastiyah, 2005)
S. Intervensi Keperawatan

TUJUAN INTERVENSI
Setelah mendapatkan tindakan 1.1. Pertahankan bayi pada
keperawatan 3x24 jam tidak inkubator dengan kehangatan
terjadi gangguan hipotermi 37oC
Kriteria Hasil : 1.2. Beri popok dan selimut
 Badan hangat sesuai kondisi
 Suhu : 36,5- 1.3. Ganti segera popok yang
37oC basah oleh urine atau faeces
1.4. Hindarkan untuk sering
membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan
peningkatan laju metabolisme
1.5. Atur suhu ruangan dengan
panas yang stabil
Setelah tindakan keperawatan 2.1. Lakukan perawatan tali pusat
3x24 jam tidak terjadi gangguan setiap hari
nutrisi 2.2. Kaji refleks menghisap dan
Kriteria Hasil : menelan
 Diet yang 2.3. Monitor input dan output
diberikan habis tidak ada 2.4. Berikan minum sesuai
residu program lewat sonde/spin
 Reflek menghisap 2.5. Sendawakan bayi sehabis
dan menelan kuat minum
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan


berat lahir yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir
rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada
besara kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.. Bayi berat rendah harus
diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian
0
lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 C, bagi bayi
yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat
kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat
didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“
atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat
1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Bayi preterm dengan
berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia
mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas,
lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan
infeksi dan sakit kulit.

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu


mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I M. Lowdermilk, D L. Jensen, M D. Perry, S E. 2005. Buku Ajar


Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Wijayarini M A dan Anugerah
P I. Jakarta: EGC
Kapoh, R P (ed). 2005. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai