Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL

HUBUNGAN CARING PERAWAT DENGAN ADAPTASI


HOSPITALISASI PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI RUMAH SAKIT TINGKAT III
BALADHIKA HUSADA JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan

Oleh:
Larasati Cahya Volytania
17.1101.1018

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
PROPOSAL

HUBUNGAN CARING PERAWAT DENGAN ADAPTASI


HOSPITALISASI PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI RUMAH SAKIT TINGKAT III
BALADHIKA HUSADA JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan

Oleh :
Larasati Cahya Volytania
17.1101.1018

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era sekarang bidang kesehatan menjadi prioritas utama dari

berbagai bidang pembangunan di Indonesia. Pilar utama kemajuan suatu

bangsa sangatlah ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya yang

antara lain dicerminkan oleh derajat kesehatan, tingkat intelegensia,

kematangan emosional dan spiritual serta produktivitas. Kesehatan sumber

daya manusia (SDM) merupakan faktor dominan dalam menjalankan roda

pemerintahan (Anugrahadi, 2019).

Persaingan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

telah menjadi sorotan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan.

Hal ini dikarenakan para konsumen sangat memperhatikan mutu pelayanan

yang diberikan oleh penyedia seperti rumah sakit (Potter & Perry, 2005).

Keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang

berhubungan dengan manusia, dan memberikan pelayanan komprehensif

terhadap seluruh aspek kehidupan yaitu biopsiko-sosial dan spiritual

(Nursalam, 2014).

Perawat harus dapat meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan

positif dan negatif pasien, dan perawat juga harus dapat untuk memberikan

waktunya dalam mendengarkan keluhan dan perasaan pasien. Selain itu

perawat juga harus mengedepankan nilai humanistik pasien, memberikan


lingkungan fisik yang nyaman kepada pasien, dan mengembangkan hubungan

saling percaya (Watson, 2012).

Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus serta

sentral dari praktik keperawatan yang dilandaskan pada nilai–nilai kebaikan,

perhatian, kasih terhadap diri sendiri dan orang lain serta menghormati

keyakinan spiritual pasien. Tujuan keperawatan menurut Watson adalah

memfasilitasi individu mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

meliputi jiwa raga, perkembangan pengetahuan diri, peningkatan diri,

penyembuhan diri dan proses asuhan diri (Watson, 2004). Hal ini senada

yang dengan teori Jean Watson dalam (Wulandari & Erawati, 2016) yaitu

caring sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi dan penerima

asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan melindungi pasien yang

nantinya akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk sembuh.

Pada ruang perawatan anak perilaku caring sangat diperlukan

karena tingkat ketergantungan yang sangat tinggi dan kecemasan

yang meningkat. Perawatan empati dan penuh perhatian secara

signifikan dapat mengurangi kecemasan (Koutoukidis, Stainton &

Hughson, 2013). Banyak hal yang dapat mempengaruhi kecemasan pada

anak usia sekolah antara lain perpisahan dengan orang tua, tidak familiar

dengan peralatan medis, lingkungan asing, orang asing, nyeri karena

tindakan medis atau luka pada tubuh dan ketidakmampuan

melakukan aktifitas (Nursalam, 2002).

Penyebab stress dan kecemasan pada anak dapat dipengaruhi oleh

perilaku yang ditunjukan oleh petugas kesehatan, pengalaman hospitalisasi


anak, support sistem atau dukungan keluarga yang mendampingi selama

perawatan. Dari hal tersebut dapat menyebabkan anak menjadi semakin stress

dan hal ini dapat berpengaruh terhadap proses penyembuhan (Gaghiwu,

Ismanto, & Babakal, 2013).

Berdasarkan penelitian dari Andria Pragholapati, Yuyun Sarinengsih

dan Susilawati bahwa tingkat kecemasan pada pasien anak usia sekolah (6-12

tahun) di IGD RSUD Majalaya Kabupaten Bandung pada periode bulan

Maret – Agustus 2017 diperloeh hasil bahwa sebagian besar anak usia

sekolah mengalami kecemasan dengan presentase 77,4 % dan 22,6 % tidak

mengalami kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut perawat

senantiasa mampu menghadapi segala permasalahan yang dihadapi oleh

pasien seperti perawat mampu melakukan komunikasi terapeutik untuk

menenangkan pasien pada saat pasien merasakan sakit dan ketakutan di

rumah sakit.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah

Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember bahwa pasien anak usia sekolah

(7-12 tahun) yang di rawat inap periode bulan Juni 2019 – Mei 2020

berjumlah 116 pasien. Peneliti mendapatkan bahwa banyak pasien pada usia

tersebut yang menangis terus menerus saat di ruang perawatan rawat inap dan

tidak kooperatif untuk dilakukan tindakan medis, merasa ketakutan ketika

melihat tenaga kesehatan terutama perawat. Hal ini dikarenakan perawat lebih

banyak berinteraksi dengan pasien untuk melakukan tindakan medis.

Berdasarkan data di atas dan mengingat pentingnya caring perawat

dalam menangani pasien anak usia sekolah (7-12 tahun) untuk menunjang
proses penyembuhan pasien anak usia sekolah maka peneliti ingin melakukan

penelitian tentang “Hubungan Caring Perawat Dengan Adaptasi Hospitalisasi

Pada Pasien Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika

Husada Jember”.

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Caring perawat dapat mempengaruhi proses adaptasi hospitalisasi

pada anak. Tapi sampai saat ini masih ada sifat perawat yang tidak

caring terhadap pasien sehingga membuat pasien tidak nyaman, takut

kepada perawat dan banyak presepsi pasien yang negatif ke perawat. Hal

ini berdampak buruk kepada pasien terutama pasien anak. Caring

perawat dalam melaksanakan tugas sangat dibutuhkan sehingga pasien

merasa diperhatikan, dihargai, disayangi sehingga akan mempercepat

kesembuhan pasien dari penyakitnya.

Hospitalisasi pada anak merupakan pengalaman yang penuh

dengan stress baik bagi anak sendiri maupun orang tuanya. Stressor yang

dialami anak ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif

yang menggangu proses penyembuhan anak. Lingkungan rumah sakit

dapat menjadi penyebab stress dan kecemasan pada anak (Utami, 2014)

2. Pertanyaan Masalah

1. Bagaimana tingkat pengetahuan perawat terhadap caring perawat di

Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember ?


2. Bagaimana sikap perawat terhadap pasien anak usia sekolah (7-12

tahun) di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember ?

3. Apakah ada hubungan caring perawat dengan adaptasi hospitalisasi

pada anak usia sekolah (7-12 tahun) di Rumah Sakit Tingkat III

Baladhika Husada Jember ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang caring perawat.

2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman hospitalisasi anak.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui caring perawat dalam melaksanakan tugas pada

pasien anak di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember

2. Untuk mengetahui bagaimana adaptasi hospitalisasi pada pasien

anak usia sekolah (7-12 tahun) di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika

Husada Jember

3. Untuk menganalisa hubungan caring perawat dengan adaptasi

hospitalisasi pada pasien anak usia sekolah (7-12 tahun) di Rumah

Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Berguna untuk menggali dan mengembangkan konsep-konsep adaptasi

hospitalisasi pada anak usia sekolah yang sedang dirawat dirumah sakit
dan mengupayakan penerapan asuhan keperawatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pada keperawatan anak.

2. Bagi Tenaga Kesehatan atau Perawat

Perawat atau tenaga kesehatan lainnya dapat menerapkan asuhan

keperawatan dan kesehatan pada anak usia sekolah yang sedang dirawat di

rumah sakit baik dari segi fisik ataupun emosional untuk mengantisipasi

timbulnya gangguan yang akan menghambat anak dalam menyelesaikan

tumbuh kembangnya.

3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Rumah sakit akan lebih memperhatikan pelayanan pada pasien anak yang

sedang dirawat di rumah sakit khususnya pada anak usia sekolah.

4. Bagi Peneliti

Untuk memperoleh pengalaman dalam hal penelitian sehingga dapat

menambah ilmu dan terpacu untuk dapat lebih meningkatkan potensi diri

dalam mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada

anak yang dirawat di rumah sakit khususnya anak usia sekolah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Caring Perawat

1. Teori Caring

Caring merupakan suatu bentuk kemampuan dalam berdedikasi

kepada orang lain dengan sikap peduli, perasaan empati, mencintai dan

menyayangi kepada orang lain. Menurut Watson dalam buku Nur Aini

(2018) caring diartikan sebagai sikap peduli yang memudahkan untuk

memperoleh status kesehatan dan pemulihan. Caring adalah manisfestasi

dari perhatian kepada orang lain, berpusat pada orang, menghormati harga

diri dan kemanusiaan, komitmen untuk mencegah terjadinya status yang

memburuk, memberi perhatian dan konsen serta menghormati orang lain.

Menurut Boykin, et al., 2003 dalam Potter & Perry 2010 memberikan

pengertian bahwa caring merupakan struktur yang mengubah praktis

menjadi praktik keperawatan, yaitu caring merupakan bentuk dasar dari

pratik keperawatan yang dimana harus membantu pasien untuk pulih dari

sakit, memberi penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien dan

membangun hubungan dengan pasien. Selain itu membantu perawat untuk

mengenali pemberian intervensi yang baik dan nantinya menjadi perhatian

dan petunjuk dalam pemberiannya.

Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring

merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis dimana perawat bekerja

untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Penerapan perilaku


caring akan berdampak pada kepuasan pasien terhadap pelayanan

keperawatan. (Muhlisin & Burhannudin, dalam Nur Aini (2018).

Sedangkan Purwaningsih (2015) mendefinisikan bahwa caring

merupakan sikap rasa hormat, peduli, menghargai satu sama lain yang

artinya memberikan perhatian yang lebih kepada orang lain dengan

mempelajari cara berfikir orang itu dan cara bagaimana seseorang dalam

bertindak. Caring juga mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan

yaitu perhatian, tanggung jawab dan melakukan dengan rasa ikhlas.

Menurut Dwidiyanti (2012) caring juga merupakan ungkapan cinta

dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati, dapat

memotivasi perawat untuk dapat lebih care pada klien dan mampu

melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien.

Menurut Watson (2012) dalam buku Poer & Perry (2013) memberikan

pengertian bahwa caring merupakan sentral praktek keperawatan dimana

perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap klien.

Aspek utama caring dalam analisis meliputi: pengetahuan, penggantian

irama (belajar dari pengalaman), kesabaran, kejujuran, rasa percaya,

kerendahan hati harapan dan keberaniannya, memberi perhatian, konsen

serta menghormati orang lain dan kehidupan manusia. Dampak perilaku

caring bagi klien adalah meningkatkan hubungan saling percaya,

meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, memiliki banyak energi,

biaya perawatan lebih rendah serta menimbulkan perasaan lebih nyaman.

Menurut teori Swanson dalam buku Potter & Perry 2010 caring

adalah holistik keperawatan yang berguna untuk mendukung proses


kesembuhan klien dan cara menjalin hubungan penduli dengan klien dan

bertanggung jawab atas kondisi klien. Teori ini menyatakan hubungan

caring yang dilakukan perawat merupakan proses keperawatan yang unik

dalam pelayanan.

Caring  memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali klien,

membuat perawat mengetahui masalah klien dan mencari serta

melaksanakan solusi dalam permasalahan klien (Delaune & Ladner, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

caring adalah sikap peduli, menghargai, rasa empati dan kasih sayang

yang dilakukan kepada orang lain.

Menurut Watson dalam buku Diva Viya Febriana (2017) ada 7

asumsi yang mendasari konsep caring antara lain:

a. Caring akan efektif bila diperhatikan dan dipraktikan secara

interpersonal

b. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan invidu dan

keluarga

c. Caring merupakan respon yang diterima klien tidak saat itu saja tapi

dapat mempengaruhi keadaan klien selanjutnya

d. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung

perkembangan klien

e. Caring terdiri dari faktor kuratif yang berasal dari kepuasan dalam

membantu memenuhi kebutuhan klien

f. Caring lebih kompleks daripada curing karena praktik caring

memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan


mengenai perilaku manusia yang berguna dalam meningkatkan derajat

kesehatan klien

g. Caring merupakan inti dari keperawatan. Sikap caring merupakan

perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar

Menurut Swanson ada lima konsep yang mendasari caring dalam

buku Nur Aini (2018) yaitu:

a. Maintaining Belief (Mempertahankan Kepercayaan)

Mempertahankan kepercayaan pasien dengan mempercayai kapasitas

pasien, menghargai nilai yang dimiliki pasien, mempertahankan

perilaku penuh pengharapan dan selalu siap membantu pasien pada

situasi pada situasi apapun

b. Knowing

Merupakan usaha untuk memahami orang lain, merawat orang lain

dan interaksi antara perawat dengan pasien.

c. Being With (Kehadiran)

Secara emosional hadir untuk yang lain dengan menyampaikan

ketersediaan berkelanjutan, perasaan berbagi, pemantauan yang peduli

dan tidak membebani orang dirawat.

d. Doing For (Melakukan)

Melakukan tindakan untuk orang lain atau memandirikan pasien,

mencakup tindakan antisipasi, kenyamanan, protektif, menjalankan

tugas perawat dengan terampil, menampilkan kompetensi, keahlian,

melindungi pasien dan menghargai pasien.

e. Enabling (Memfasilitasi)
Memfasilitasi pasien untuk melewati masa transisi dengan berfokus

pada situasi, memberikan informasi atau penjelasan, memberi

dukungan, memahami perasaan pasien, menawarkan tindakan,

memberikan umpan balik, berfikir melalui masalah dan menghasilkan

alternatif sehingga meningkatkan penyembuhan pribadi klien.

Aspek utama caring adalah pengetahuan, belajar dari pengalaman,

kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan dan

keberanian. Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara

pemberi dan penerima asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan

melindungi pasien yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan pasien

untuk sembuh (Tommey and Alligood dalam Nur Aini, 2018).

2. Teori Perawat

Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari

kata nutrix  yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Undang-

Undang RepubIik Indonesia No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,

mendefinisikan perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan

kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang

dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Sedangkan

Wardah dkk (2017) berpendapat bahwa perawat adalah tenaga yang

bekerja secara professional memiliki kemampuan, kewenangan dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Menurut Nisya (2013) memberikan pengertian bahwa perawat adalah

orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang mengalami masalah

kesehatan. Namun pada perkembangannya, pengertian perawat semakin


meluas. Pada saat ini, pengertian perawat merujuk pada posisinya sebagai

bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat secara profesional.

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui

oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan

untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan (PPNI:2010). Hal ini senada dengan Nursalam

(2011) bahwa perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang

memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dilakukan selama

24 jam dengan klien dengan jumlah perawat yang mendominasi sehingga

perawat harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu.

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa perawat

adalah tenaga profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab

dan kewenangan dalam melaksanakan serta memberikan perawatan di

bidang kesehatan.

a. Peran Perawat

Menurut Nursalam dalam buku Diva Fiya Febriana (2017)

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan

kebutuhan masyarakat peran perawat di masa depan harus berkembang

pula sehingga perawat dituntut mampu menjawab dan mengantisipasi

terhadap dampak dari perubahan. Sedangkan menurut Puspita (2014)

peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara


komprehensif sebagai upaya memberikan kenyamanan dan kepuasan

pada pasien meliputi:

1) Caring merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai

orang lain artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-

kesukaan seseorang serta bagaimana seseorang dan bertindak

2) Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalamam dan ilmu

atau berdikusi dengan pasiennya

3) Laughing artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang

perawat untuk meningkatkan rasa nyaman pasien

4) Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional baik dari

pasien maupun perawat lain sebagai suatu hak yang biasa di saat

senang ataupun duka

5) Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis

merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna

6) Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan

keperawatannya

7) Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain

memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat

kesehatannya

8) Learning artinya perawat selalu belajar serta mengembangkan diri

dan ketrampilannya

9) Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan

terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan pasien kepada

yang tidak berhak mengetahuinya


10) Listening artinya mau mendengar keluhan pasiennya

11) Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan dan

memahami perasaan duka, senang, frustasi dan rasa puas pasien.

Sedangkan peran perawat menurut Konsorsium merupakan tingkah

laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai

kedudukan dalam sistem dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial

baik dari profesi maupun diluar profesi keperawatan yang bersifat

konstan.

Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu kesehatan pada tahun

1989 terdiri dari:

1) Peran Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan

kebutuhann dasar manusia yang dibutuhkan  melalui pemberian

pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan

sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa

direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan

tingkat kebutuhan dasar manusia kemudian dapat di evaluasi

tingkat perkembangannya.

2) Peran Perawat Sebagai Advokat Klien

Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan

keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan

kepada pasien juga dapat berperan mempertahankan dan


melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan

sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas

privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk

menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3) Peran Perawat Sebagai Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan

yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien

setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4) Peran Perawat Sebagai Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan klien.

5) Peran Perawat Sebagai Kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan

yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan

termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk

pelayanan selanjutnya.

6) Peran Perawat sebagai Konsultan

Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas


permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan

keperawatan yang diberikan.

7) Peran Perawat sebagai Pembaharuan

Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,

perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode

pemberian pelayanan keperawatan.

b. Fungsi Perawat

Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan

berbagai fungsi diantaranya:

1) Fungsi Independent

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain

dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara

sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam

rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan

kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,

pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan

keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan

kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

2) Fungsi Dependent

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas

pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan

pelimpahan tugas yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh


perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke

perawat pelaksana.

3) Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini

dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim

dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan

keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.

Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan

juga dari dokter ataupun yang lainnya.

c. Tanggung jawab Perawat

1) Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman

pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan

terhadap keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.

2) Perawat dalam melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan,

memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai

budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu

keluarga dan masyarakat.

3) Perawat dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,

keluarga dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas

sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.

4) Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu keluarga

dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan

mengadakan upaya kesehatan serta upaya kesejahteraan pada


umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan

masyarakat.

3. Teori Caring Perawat

Caring perawat sebagai suatu tindakan perawat yang dilakukan dalam

memberikan dukungan kepada individu secara utuh serta tindakan dalam

bentuk perilaku. Caring membentuk body of knowledge ilmu keperawatan

(human science and human care) yang menjadi inti dari praktik

keperawatan yang bersifat etis dan filosofis atau hakiki.

Menurut Nursalam dalam Kusmiran (2015) caring perawat

merupakan sikap peduli yang memudahkan pasien untuk mencapai

peningkatan kesehatan dan pemulihan. Perilaku caring sebagai bentuk

peduli, memberikan perhatian kepada orang lain, berpusat pada orang,

menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk mencegah

terjadinya status kesehatan yang memburuk serta memberi perhatian dan

menghormati orang lain.

Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah

sakit yang menghadapi kesehatan klien selama 24 jam secara terus

menerus. Selama dirawat klien membutuhkan perawatan yang dapat

membuat masalah klien dapat teratasi baik dari aspek fisik, psikologis

spiritual dan sosial yaitu dengan perilaku caring dari perawat yang

diberikan dalam asuhan keperawatan (Meidiana. 2007).

Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana

perawat berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok lain. Caring bukan

semata-mata perilaku tetapi cara memiliki makna dan motivasi tindakan


(Watson dalam buku Nur Aini 2018). Menurut Swanson caring perawat

yaitu peran perawat dalam proses becoming yang artinya perawat tidak

hanya memberikan tindakan dan pengobatan medis tetapi juga merupakan

mitra dalam membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.

B. Konsep Teori Hospitalisasi

Menurut Supartini dalam jurnal Yuni dkk (2007) hospitalisasi pada anak

adalah suatu keadaan krisis pada anak karena suatu alasan terencana atau

darurat anak menjalani terapi dan perawatan di rumah sakit. Keadaan ini yang

mengharuskan anak beradaptasi dengan lingkungan di rumah sakit untuk

mendapatkan perawatan. Anak sangat takut dengan hal-hal yang berhubungan

dengan rumah sakit karena mereka merasa tidak nyaman dengan lingkungan

yang ada di rumah sakit.

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan

lingkungan yang dirasa aman, penuh kasih sayang dan menyenangkan yaitu

lingkungan rumah, permainan dan teman sepermainannya. Hal tersebut

menyebabkan anak mengalami beberapa perubahan psikis, membuat anak

menjadi cemas, takut, sedih dan timbul perasaan tidak nyaman. Apabila anak

mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit, orang tua menjadi

stres hal ini dapat menyebabkan anak semakin stres (Kazemi dkk, 2012)

Menurut Nursalam, Susilaningrum & Utami (2008) penyebab stress dan

kecemasan pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perilaku

yang ditunjukkan petugas kesehatan (dokter, perawat dan tenaga kesehatan

lain), pengalaman hospital anak, support system atau dukungan keluarga yang
mendamping selama perawatan. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan

anak menjadi semakin stress dan hal ini dapat mempengaruhi proses

kesembuhan.

Perawatan empati dan penuh perhatian secara signifikan dapat

mengurangi kecemasan (Koutoukidis, Stainton & Hughson, 2013).

Menurut Nursalam (2013) memberikan pengertian bahwa hospitalisasi

adalah pengalaman penuh cemas baik bagi anak maupun keluarganya.

Kecemasan utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan keluarga,

kehilangan kontrol, lingkungan yang asing, kehilangan kemandirian dan

kebebasan. Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh perkembangan usia anak,

pengalaman terhadap sakit, diagnosa penyakit, sistem dukungan dan koping

terhadap cemas.

Kecemasan yang dialami anak dalam masa hospitalisasi akan berdampak

buruk yaitu menganggu proses penyembuhan. Berkurangnya kecemasan akan

meningkatkan pertahanan tubuh dan membantu meningkatkan

penyembuhan sehingga akan mempercepat lama rawat inap dan dapat

meminimalkan trauma pada anak.

Menurut Wulandari dan Erawati (2016) stressor umum pada hospitalisasi

adalah perpisahan, kehilangan kendali, perubahan gambaran diri (citra tubuh),

nyeri dan rasa takut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak antara lain:

a. Berpisah dengan orang tua dan sparing.

b. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxietis tentang kegelapan, moster,

pembunuhan dan binatang buas diawali dengan yang asing


c. Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan

d. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit

e. Prosedur yang menyakitkan, takut akan cacat dan kematian.

Menurut Nursalam (2002) banyak hal yang dapat mempengaruhi

kecemasan pada anak usia sekolah antara lain: perpisahan dengan orang

tua, tidak familiar dengan peralatan medis, lingkungan asing, orang asing,

nyeri karena tindakan medis atau luka pada tubuh dan

ketidakmampuan melakukan aktifitas. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi kecemasan adalah komunikasi terapeutik, caring

perawat dan konseling. Pada ruang perawatan anak perilaku caring

sangat diperlukan karena tingkat ketergantungan yang sangat tinggi

dan kecemasan yang meningkat.

Menurut Wulandari dan Erawati (2016), Permasalahan yang dihadapi

anak usia sekolah dalam hospitalisasi antara lain:

a. Rasa takut: paham bahwa penyakit itu beragam, sedikit rasa takut dapat

menjadi ketakutan jika pengalaman masa lalu menyakitkan.

b. Ansietas: peduli atas perpisahan dengan guru dan teman, cemas terhadap

PR sekolah dan perubahan peran dalam kelompok.

c. Tidak berdaya: anak berusaha mandiri, mencoba berani selama prosedur

medis, kasar terhadap orang tua saat berusaha mandiri membuat stres.

Anak akan mengekspresikan perasaan dan malu terhadap perilaku yang

berlebihan, merasa tidak pasti tentang masa depan karena penyakit atau

hospitalisasi.
Reaksi Hospitalisasi pada masa usia sekolah (6-12 tahun), perawatan di

rumah sakit memaksakan anak meninggalkan lingkungan yang dicintai,

keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan

kontrol berdampak pada peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial,

perasaan takut mati, dan kelemahan fisik. Reaksi nyeri dapat digambarkan

dengan verbal dan non verbal.

Intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada

anak antara lain:

a. Meminimalkan stressor

b. Mengurangi atau meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan

rasa nyeri.

c. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi

d. Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga

e. Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit dan sebelum

mendapatkan perawatan di rumah sakit

C. Definisi Anak usia sekolah

Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada periode usia

pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun (Santrock, 2008) sedangkan

menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun

yang sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-

tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan

kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung).


Menurut Supariasa (2013), karakteristik anak usia sekolah umur 6-12

tahun terbagi menjadi empat bagian terdiri dari:

1) Fisik atau Jasmani

a) Pertumbuhan lambat dan teratur

b) Anak wanita biasanya lebih tinggi dan lebih berat dibanding laki-laki

dengan usia yang sama

c) Anggota-anggota badan memanjang sampai akhir masa ini

d) Peningkatan koordinasi besar dan otot-otot halus

e) Pertumbuhan tulang, tulang sangat sensitif terhadap kecelakaan

f) Pertumbuhan gigi tetap, gigi susu tanggal, nafsu makan besar, senang

makan dan aktif

g) Fungsi penglihatan normal, timbul haid pada akhir masa ini

2) Emosi

a) Suka berteman, ingin sukses, ingin tahu, bertanggung jawab terhadap

tingkah laku dan diri sendiri, mudah cemas jika ada kemalangan di

dalam keluarga

b) Tidak terlalu ingin tahu terhadap lawan jenis

3) Sosial

a) Senang berada di dalam kelompok, berminat di dalam permainan yang

bersaing, mulai menunjukkan sikap kepemimpinan, mulai menunjukkan

penampilan diri, jujur sering punya kelompok teman-teman tertentu

b) Sangat erat dengan teman-teman sejenis, laki-laki dan wanita bermain

sendiri-sendiri

4) Intelektual
a) Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat minat besar dalam belajar

dan keterampilan, ingin coba-coba dan selalu ingin tahu sesuatu.

b) Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat.

D. Penelitian Terkait

a. Ayu Ambar Sari “Hubungan Caring Perawat Dengan Stress Orang Tua

Akibat Hospitalisasi Anak Usia Toddler Di Ruang Rawat Inap Anak

Rumah Sakit X Jagakarsa”, 2017.

Hasil : . Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku

caring perawat dengan stress pada orang tua akibat hospitalisasi anak usia

toddler ( p = 0,048, CI 95%) < alpha = 0,05. Perilaku caring perawat yang

baik akan meminimalkan stres hospitalisasi pada orang tua.

b. Suparno dkk “Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Stress

Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah di Ruang Rawat Inap RSUD dr.

Ibnu Soewoto Baturaja”, 2019.

Hasil : Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan

cross- sectional.Tehnik pengambilan sampling menggunakan purposive

sampling pada 39 orang tua yang anaknya berusia 3 – 6 tahun dan dirawat

di Ruang perawatan anak RSUD Dr. Ibnu Soetowo Baturaja. Tehnik

analisa data menggunakan uji chi-square dengan bantuan SPSS version

16,0. Hasil uji statistic menunjukkan nilai p value = 0.042 < 0,05 ( Ho

ditolak).
c. Hendra Irfiani dkk “Hubungan Penerapan Perilaku Caring Perawat

Dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah Yang di Rawat di

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta”, 2013.

Hasil : Penelitian ini merupakan penelitiannon exsperimental yang

menggunakan metode deskriptif korelasional denganpendekatan waktu

cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Juni–30 Juni 2013.

Sampel yang digunakan sebanyak 32 responden diambil dengan

menggunakan accidental sampling. Pengambilan data menggunakan

kuesioner dan analisa data menggunakan Kendall Tau(τ). Hasil penelitian

ini didapatkan nilai p value 0,002 (p < 0,05) artinya ada hubungan

penerapan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada anak

usia sekolah yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun

2013.

d. Irvan Fatoni dkk “Hubungan Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan

Pada Anak Yang Hospitalisasi di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri”, 2018.

Hasil : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan

pendekatan survei menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data

dengan desain penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu 49 anak. Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling. Instrument yang digunakan yaitu menggunakan

kuesioner. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis

bivariat. Frekuensi caring perawat menunjukkan baik sebanyak 28 perawat

(57%), dan caringperawat kurang sebanyak 21 perawat (43%). Sedangkan


pada distribusi frekuensi kecemasan menunjukkan, ringan sebanyak 18

anak, sedang sebanyak 19 anak, dan berat sebanyak 12 anak. Berdasarkan

Uji Chi Square dapat diketahui bahwa p-value kurang dari 0.05. hubungan

dengan tingkat kecemasan anak yang menjalani hospitalisasi.

e. Octavia Candra Dewi, “Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan

Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah Akibat Hospitalisasi di Rumah

Sakit Umum dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso”, 2015.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

mendapatkan perilaku caring perawat, tingkat kecemasan menurun. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami

tingkat kecemasan ringan sebanyak 54,5% dan sisanya sebanyak 45,5%

mengalami tingkat kecemasan sedang. Hal ini ditunjukkan sebanyak 13

responden (59,1%) dengan perilaku caring perawat baik, 10 responden

(76,9%), diantaranya mengalami tingkat kecemasan ringan dan 3

responden (23,1%) mengalami tingkat kecemasan sedang. Perhitungan uji

statistik dengan fisher’s exact didapatkan nilai p = 0.027; α= 0.05 yang

berarti Ho ditolak.

Anda mungkin juga menyukai