Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA MASALAH GANGGUAN JIWA DENGAN HARGA DIRI


RENDAH
DI RUANG ARIMBI RSJ dr. SOEROJO MAGELANG

Oleh :
RISA LAILATUM MUSFIROH
(010116A069)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAAS NGUDI WALUYO
2018

1
A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Maryam et.al, 2007).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan negative tentang diri
sendiri yang mungkin diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Kim,
2008).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berdaya, tidak berarti dan rendah
diri berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (WHO Perwakilan Indonesia, 2008).
Rentang respon
Respon perilaku klien harga diri rendah dapat diidentifikasikan sepanjang
rentang respon adaptif dan rentang inaladaptif yang dapat dijelaskan sebagai
berikut: rentang respon neurobiologik (Stuart, 2016)

B. Manifestasi Klinis
Menurut Capernito (2009), tanda dan gejala perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah adalah:
1. Data subjektif
a) Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b) Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c) Perasaan tidak mampu
d) Rasa bersalah
e) Sikap negatif pada diri sendiri
f) Sikap pesimis pada kehidupan
g) Keluhan sakit fisik
h) Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i) Menolak kemampuan diri sendiri
j) Pengurangan diri sendiri atau mengejek diri sendiri
k) Perasaan cemas dan takut

2
l) Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik
positif
m) Mengungkapkan kegagalan pribadi
n) Ketidakmampuan menetukan tujuan
2. Data objektif
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku destruktif pada diri sendiri
c) Perilaku destruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan bersalah
g) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar
makan)
h) Tampak mudah tersinggung atau mudah marah

C. Penyebab
Harga diri sering disebabkan karena koping individu yang tidak efektif
akibat kurang adanya umpan balik positif, kurangnya system pendukung,
kemuduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negative,
disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal
(Townsend, 2008).
Faktor – factor yang mempengaruhi konsep diri adalah sebagai berikut :
1. Faktor
Predisposisi
a. Faktor biologis
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, keggalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang tua, dan ideal diri yang tidak realistic.
b. Faktor sosial budaya

3
Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah streotipik peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor psikologis
Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial (Stuart, 2016).
d. Faktor Presipitasi
1) Ketegangan adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
2) Konflik peran adalah ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan
dengan yang diinginkan.
3) Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya.
4) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
5) Transisi peran sehat-sakit sebagai pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi
tubuh.
c) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh
kembang normal.

D. Prosedur medis dan keperawatan.


Rentan Respon
Respon adaptif Respon maladapfif

1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran 1. Gangguan Pikir


A.
2. Persepsi akurat 2. Ilusi (waham / halusinasi)
3. Emosi konsisten 3. Reaksi emosi 2. Sulit berespon
dengan pengalaman berlebihan atau kurang 3. Perilaku disorganisasi
4. Perilaku sesuai 4. Perilaku aneh 4. Isolasi sosial
5. Berhubungan sosial 4 diri
5. Menarik
B. Pathway

E. Psikopatologi

Faktor predisposisi (biologis, Faktor presipitasi (lingkungan, Faktor perilaku


psikologis, sosiokultural) interaksi dengan orang lain)

Ketidak mampuan menyesuaikan


diri terhadap adaptif dan situasi

Koping individu tidak efektif (malu)

Merasa bersalah pada diri sendiri

Merasa tidak berguna/ketidakberdayaan

Mengasingkan diri

Kurang percaya diri

Sukar mengambil keputusan

Gangguan Gangguan Gangguan peran Gangguan pada Gangguan pada


gambaran diri identitas diri diri ideal diri Harga diri

Gangguan Konsep Diri

Harga Diri Rendah


5
F. Pengkajian Fokus
1. Isolasi sosial : menarik diri (Kusumawati, 2010)
a. Data Obyektif: Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri,
berdiam diri di kamar, banyak diam.
b. Data Subyektif: Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara
pelan dan tidak jelas.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Data Subyektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri
b. Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup.
3. Gangguan citra tubuh
a. Data subyektif : Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi,
Mengungkapkan sedih karena keadaan tubuhnya, Klien malu bertemu
dan berhadapan dengan orang lain, karena keadaan tubuhnya yang
cacat
b. Data obyektif : Ekspresi wajah sedih, Tidak ada kontak mata ketika
diajak bicara, Suara pelan dan tidak jelas, Tampak menangis

G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi: Harga Diri Rendah
2. Gangguan Kenyamanan: Isolasi sosial

H. Rencana Tindakan Keperawatan

6
Diagnosa : Harga diri rendah.
Tujuan umum : Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil : Klien dapat menjawab salam, kilen mau bersalaman, klien
mau menyebutkan nama, kontak mata tidak mudah teralih, klien
kooperatif.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik :
- Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional : Komunikasi teraupetik akan memberikan kenyamanan pada
klien, sehingga klien dapat mengutarakan segala
permasalahannya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria hasil : klien mengungkapkan aspek positif yang dimilikinya dan
melakukan kemampuan yang masih dapat digunakan.
Intervensi :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
Rasional : Pengetahuan klien tentang kemampuan dan aspek positif yang
klien miliki dapat meningkatkan harga diri klien.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

7
Kriteria hasil : adanya kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh klien
serta adanya kepercayaan klien atas kemampuan tersebut
Intervensi :
- Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
- Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan klien
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
Rasional : Mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh
klien akan memotivasi klien dalam melakukan aktivitas sesuai
kemampuan.
d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Kriteria hasil : klien dapat beraktivitas sehari-hari sesuai kemampuan
yang dimilikinya.
Intervensi :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
Rasional : Perencanaan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
klien dengan tujuan untuk membangkitkan harga diri klien
kembali.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
Kriteria hasil : klien mencoba melakukan kegiatan yang telah
direncanakan, kegiatan dirumah sudah terencanakan.
Intervensi :
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
- Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah

8
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien dalam melakukan aktivitas
sesuai kemampuan dan disesuaikan dengan perencanaan yang
telah dibuat.
f. Keluarga : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria hasil : keluarga mampu merawat klien memberikan dukungan
penuh untuk klien.
Intervensi :
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
- Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Rasional : Memberi informasi kepada pasien tentang sistem pendukung
agar klien dapat memanfaatkannya.

9
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Tindakan keperawatan untuk pasien


1. Kondisi Pasien
Ds : Pasien mengatakan tidak berguna
Do : Pasien tampak berbicara sendiri, tampak senang / sedih,
menyendiri, tatapan mata kosong

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Tujuan
a. Pasien dapat menilai aspek positf
b. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
c. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
e. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

4. Tindakan

10
a. Bina Hubungan Saling Percaya, salam terapeutik, perkenalkan diri
dengan sopan, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang
tenang dan buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topic).
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

B. Strategi Tindakan Pelaksanaan


SP 1 Klien
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,
membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
Fase Orientasi :
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Maezul, saya biasa dipanggil Maezul, saya
mahasiswa keperawattan UNW yang sedang praktik diruangan ini., Nama mbak
siapa? Senang dipanggil siapa? Bagaimana keadaan mbak A hari ini ?
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah mbak A lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat mbak A lakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih”. Apa mbak bersedia untuk mengikuti kegiatan ini? Baik, kalau mbak
bersedia kita bisa melakukan kegiatannya dimana?

11
Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?

Fase Kerja :
”Mbak A, bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang aspek positif dan
kemampuan yang mbak miliki selama ini? Baik, sebelumnya apa yang membuat
mbak A bisa dirawat di rumah sakit ini ? Siapa yang membuat mbak A bisa
bertahan dirawat di rumah sakit ini? jadi kedua orangtua mbak A yang
menginginkan mbak A berobat dirumah sakit ini untuk kesembuhan mbak A?
Selama mbak A dirawat apa ada keluarga lain yang sering menjenguk mbak A
kesini? Selain orangtua dan keluarga siapa yang mendukung mbak A menjalani
pengobatan untuk kesembuhan mbak A? Baik, berarti semua keluarga dan
tetangga mbak A sangat mengharapkan mbak A untuk sembuh seperti sedia kala
ya mbak A. Bagus sekali, mbak A memiliki aspek positif yang sangat
baik.Selanjutnya, apa saja kemampuan yang mbak A miliki? Bagus, apa lagi?
Saya buat daftarnya ya. Apa kegiatan rumah tangga yang biasa mbak A lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? “ Wah, bagus sekali ada lima
kemampuan dan kegiatan yang mbak A miliki “.
”Mbak A dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada
3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba mbak A pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. ”O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur mbak A”. Mari
kita lihat tempat tidur mbak A Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”

12
“mbak A sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ” “ Coba mbak A lakukan dan jangan
lupa memberi tanda M (mandiri) kalau mbak A lakukan tanpa disuruh, tulis B
(bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan mbak A tulis T jika tidak
melakukan.

Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mbak A setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur ? Yah, ternyata mbak A banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah
mbak A praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga
di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Mbak A mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. mbak A masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat
tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok,
mbak A maunya jam berapa? bagaimana kalau jam 8 pagi di dapur ruangan ini
sehabis makan pagi Sampai jumpa besok ya mbak A”

13
SP 2 PASIEN:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.

A. Orientasi :

“Selamat pagi, masih ingat dengan saya? Saya perawat Maezul yang
kemarin merawat mbak A. bagaimana perasaan mbak A pagi ini ? Wah,
tampak cerah ya, apa hari ini ada keluarga yang mau menjenguk mbak A?
Kelihatan ya mbak A tampak senang sekali.”

”Bagaimana mbak A, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/


Tadi pagi? Bagus, coba saya lihat tempat tidurnya sudah rapi atau belum
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi). Sesuai janji kita kemarin,
sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu
mbak A?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”

”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

B. Kerja :
“ mbak A, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., mbak A bisa
menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan
tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, mbak A ambil satu piring kotor,


lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.

14
Kemudian mbak A bersihkan piring tersebut dengan menggunakan
sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai
disabun, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di
piring tersebut. Setelah itu mbak A bisa mengeringkan piring yang sudah
bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…

“Sekarang coba mbak A yang melakukan…”

“Bagus sekali, mbak A dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.


Sekarang dilap tangannya

C. Terminasi :
”Bagaimana perasaan mbak A setelah latihan cuci piring ?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan ke dalam jadwal


kegiatan sehari-hari

mbak A mau berapa kali untuk mencuci piring? Bagus sekali mbak A
mencuci piring tiga kali setelah makan.”

”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan


tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar
kita akan latihan mengepel”

”mbak A besok mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa
besok ya”

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua


kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah
harga diri pasien.

1. Tindakan keperawatan pada keluarga

15
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :

1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang


dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih
dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien

b. Tindakan keperawatan :

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat


pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada
pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan
memuji pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan
caramerawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah
perawat demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
SP 1 KELUARGA
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri
rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,

16
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan
memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat.

A. Orientasi :
“Selamat pagi ibu/bp!”perkenalkan nama saya Maezul yang merawat pasien
mbak A.Nama ibu/bp siapa ya?senang dipanggil siapa?

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu hari ini ?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat mbak
A? Berapa lama untuk waktunya Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari kita duduk di
ruangan wawancara!”

B. Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah mbak A”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, mbak A itu memang terlihat tidak
percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada
mbak A, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah
orang
paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki
masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan mbak
A ini
terus menerus seperti itu, mbak A bisa mengalami masalah yang lebih
berat
lagi, misalnya mbak A jadi malu bertemu dengan orang lain dan
memilih
mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”

17
“Setelah kita mengerti bahwa masalah mbak A dapat menjadi
masalah
serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk mbak
A”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki mbak A? Ya benar, dia
juga
mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang
dikatakan mbak A)
” mbak A itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat
tidur dan
cuci piring. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu,
Bapak/Ibu dapat mengingatkan mbak A untuk melakukan kegiatan
tersebut
sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu.
Dan
jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak
pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.
”Selain itu, bila mbak A sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit,
bapak/Ibu
tetap perlu memantau perkembangan mbak A. Jika masalah harga
dirinya
kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa
mbak A ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan
pujian kepada mbak A”
”Temui mbak A dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu
berikan
pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali mbak A, kamu sudah
semakin
terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

18
C. Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi
mbak A
dan bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap
kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga
demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk
latihan cara memberi pujian langsung kepada mbak A”
“Jam berapa Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu.Sampai jumpa.”

SP 2 Keluarga :Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien


dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

A. Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti
yang kita pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada mbak
A.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui mbak A”

B. Kerja:
”Selamat pagi mbak A. Bagaimana perasaan mbak A hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua mbak A. Seperti yang sudah

19
saya katakan sebelumnya, orang tua mbak A juga ingin merawat
mbak A agar
mbak A cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang
sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian
terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan mbak A setelah berbincang-bincang dengan
Orang tua mbak A?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua mbak A ke ruang perawat
dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga)
C. Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat
tadi kepada mbak A »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan
pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita
pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu »
« Sampai jumpa »

SP 3 KELUARGA : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

A. Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan
membicarakan jadwal mbak A selama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

20
B. Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan mbak A selama di rumah sakit. Coba
diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di
rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama mbak A dirawat
dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan
maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku
yang ditampilkan oleh mbak A selama di rumah. Misalnya kalau
mbak A terus
menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap
diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi lagi maka bawa
segera ke Rs untuk pengobatan lanjut
”Selanjutnya perawat Maezul tersebut yang akan memantau
perkembangan mbak A selama di rumah

C. Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan
harian . Ini surat rujukan untuk perawat Maezul di PKM Inderapuri.
Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala
yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

21
DAFTAR PUSTAKA

Dalami e. suliswati, rochimah, suryati, KR danlestari W. (2009). Asuhan


Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan1. Jakarta : Tras
Info Media

FKUI dan WHO (2008). Modul Praktek Keperawatan Professional Jiwa (MPKP
Jiwa). Cetakan 1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan WHO.

Hartono, y. (2010). Buku ajar keperawata njiwa.cetakan1. Jakarta : Salemba


Medika

Kim et.al.(2008). Diagnose keperawatan (terjemahan). Edisi 7. Jakarta : EGC

Maryam et.al, (2007). Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Hierarki Maslow


Dan Penerapannya Dalam Keperawatan. Cetakan1. Jakarta : Semesta
Medika

Stuart.G.W. (2016). Buku saku keperawatan jiwa (terjemahan). Edisi 5. Jakarta :


EGC

22
23

Anda mungkin juga menyukai