Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TERAPI BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN PERSONAL SOSIAL

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN)


The effect of role play therapy on social personal of preschool children
Putu sri utami devi1, Ns. Kiki Rizki F.A, S.Kep., M.Kep2, Ns. A.A Istri Dalem Hana Yundari, S.Kep.,
M.Kep3, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali 1,2,3

ABSTRAK
Pendahuluan : Anak usia prasekolah merupakan salah satu masa dimana pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dari usia 4-6 tahun, masa ini merupakan masa kesiapan untuk memasuki pendidikan formal
yang sebenarnya. Anak mengalami masalah personal sosial yang mengakibatkan penolakan terhadap
lingkungannya. Masa ini tentunya anak membutuhkan stimulasi, salah satu stimulasi yaitu terapi bermain
peran. Metode : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Terapi Bermain Peran Terhadap
Kemampuan Personal Sosial Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Tunas Agung Negara. Penelitian ini
menggunakan rancangan Pra-experimental design one group pretest-posttet . Sampel terdiri dari 55 orang
diambil secara purposive sampling. Perkembangan personal sosial diukur dengan lembar observasi personal
sosial yang berpedoman pada DDST II (Denver Development Screening Test ). Hasil : Hasil didapatkan
sebelum diberikan terapi bermain terdapat banyak suspect 38 anak (69,1%), sesudah diberikan suspect
menurun 18 anak (32,7%). Berdasarkan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test diketahui p = 0,000 sehingga
p<α nilai α = 0,05 maka H0 ditolak berarti ada pengaruh terapi bermain peran terhadap perkembangan
personal sosial anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Tunas Agung Negara. Diskusi : Berdasarkan hasil
penelitian ini, pemberian terapi bermain peran dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam
meningkatkan perkembangan personal sosial anak.

Kata Kunci : Terapi Bermain, Personal Sosial, Anak Prasekolah


ABSTRACT
Introduction : Preschool children are one of the periods 4-6 years children are growth and development, this
period is the begining to enter the actual formal education. If children have problems of experience personal
social they can be rejected of their environment. For this time children need some stimulation, one of
stimulation is role play therapy. Method : This study determine of the Effect from Role Play Therapy on Social
Personal Ability of Preschool Children (4-6 Years) in Tunas Agung Negara Kindergarden. This study use a
Pre-experimental design one group pretest-posttet design. The sample consisted of 55 people taken by
purposive sampling. Social personal development was measured by a personal social observation sheet
based on DDST II (Denver Development Screening Test II). Result : The results obtained 38 children
(69,1%) get suspect before they play therapy given, after being the therapy given suspect decreased 18
children (32.7%). Based on the Wilcoxon Signed Rank Test statistical test it is known that p = 0,000 so that p
<α value α = 0.05 then H0 is rejected, meaning that there is an influence of role playing therapy on the
personal social development of preschool children (4-6 years) in Tunas Agung Negara Kindergarden.
Discussion : The results of this study, is provision of role play therapy can be used as an alternative
improving the children personal social development.

Key Words: Roleplay Therapy, Social Personal, Preschoolers

Alamat Koresponden : Jalan Wijaya Kusuma, Gang. III, No. 14, Baler Bale Agung, Kec. Negara, Kab.
Jembrana

Email : utamidevi99@gmail.com
PENDAHULUAN

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja dan bukanlah miniatur orang dewasa melainkan individu yang
unik (Hidayat, 2012). Menurut Montessori masa ini ditandai dengan masa peka terhadap segala
stimulasi yang di terima anak melalui panca indranya. Pada masa ini merupakan masa golden age
yang merupakan masa dimana anak sangat peka, kritis dan harus diberi stimulasi agar
mempercepat penguasaan terhadap tugas-tugas perkembangan pada usia selanjutnya dan
mencapai perkembangan yang optimal (Susanto, 2011).
Bermain merupakan kebahagiaan bagi anak-anak karena dengan bermain mereka bisa
mengekspresikan berbagai perasaannya serta belajar bersosialisasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya dan juga merupakan kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangannya (Madyawati, 2016). Bermain dapat dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya
bermain peran. Kegiatan ini juga melibatkan jumlah anak yang terbatas dalam interaksi
berpasangan atau beberapa anak dalam kelompok kecil, yang juga dapat membantu membangun
kepercayaan diri, meningkatkan kreativitas dan akal, juga membangun kemampuan sosialisasi
(Gunarti, 2014).
Dampak yang terjadi jika anak mengalami kelainan dan keterlambatan perkembangan
sosialisasi yaitu anak akan lebih sering menyendiri dan sukar bergaul, perilaku anak yang kasar,
rendahnya sopan santun anak, serta perilaku cemas, gugup, pemalu serta tidak berani tampil
didepan umum (Dr.Soetjiningsih, 2014). Soetjiningsih (2014) menyebutkan bahwa evaluasi
perkembangan pada anak secara langsung di sekolah, dimana angka kejadian terjadinya gagguan
personal sosial 3,8 kali lebih tinggi dari pada melalui wawancara. Dari hal tersebut diperkirakan
gangguan sosial pada anak adalah sekitar (4-5%). Menurut Cooper dalam Widari (2017) sebuah
penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan (9,5%-14,2%) anak mulai lahir sampai usia 6
tahun mengalami masalah sosial-emosional yang berdampak negatif pada anak.
Berdasarkan data National Center For Health Statistic (NCHS), data gangguan sosial
yang berdasarkan atas laporan orang tua (diluar gangguan pendengaran serta celah pada
palatum) angka kejadian adalah 0,9% pada anak di bawah usia 5 tahun, dan 1,94% pada usia 5-14
tahun (Gladys Gunawan, Destiana R, 2011).Soetjiningsih (2014) menyebutkan bahwa evaluasi
perkembangan pada anak secara langsung di sekolah, dimana angka kejadian terjadinya gagguan
personal sosial 3,8 kali lebih tinggi dari pada melalui wawancara. Dari hal tersebut diperkirakan
gangguan sosial pada anak adalah sekitar (4-5%). Menurut Cooper dalam Widari (2017) sebuah
penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan (9,5%-14,2%) anak mulai lahir sampai usia 6
tahun mengalami masalah sosial-emosional yang berdampak negatif pada anak.
Terjadinya dampak yang negatif terhadap personal sosial anak juga di jelaskan dalam
data Departemen Kesehatan RI (2017) bahwa jumlah anak usia dini (4-6 tahun) sebanyak 26,09
juta, dari jumlah tersebut 12,6 juta diantaranya berusia 4-6 tahun dan sekitar (33%) orang
mengalami gangguan perkembangan sosial-emosional. Tahun 2015 Provinsi Bali memiliki jumlah
anak usia dini (0-6 tahun) sebanyak 1.043.013 anak dari jumlah tersebut sebanyak 852.160 anak
(51,8%) anak diantaranya berusia 4-6 tahun dan sekitar (45%) anak mengalami keterlamabatan
perkembangan interaksi sosial. Profil Kesehatan Kabupaten Jembrana menyatakan jumlah anak
tahun 2015 sebanyak 67.800 anak atau (24,96%) dari jumlah penduduk, dari data tersebut
diantaranya berusia 4-6 tahun dan sebanyak 580 orang (6,9%) anak yang mengalami
keterlambatan perkembangan personal sosial (Darsana, 2015).
BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah pra-experimental design. Design ini belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan dalam penelitian ini adalah
One-Group Pretest Posttest, adalah rancangan yang tidak menggunakan kelompok pembanding
(kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan
menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen. Populasi dalam penelitian
ini adalah anak usia 4-6 tahun di TK Tunas Agung Negara sebanyak sebanyak 64 siswa. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 55 siswa. Pengambilan sampel menggunakan tehnik non probability
sampling jenis purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di TK Tunas Agung Negara dari tanggal
1 September sampai 1 Oktober 2019. Penelitian menggunakan instrument penelitian berupa
Lembar DDST II untuk mengukur personal sosial anak dengan intepretasi hasil untestable,
suspect, normal. Teknik analisa data yang digunakan uji statistik non parametric dengan uji
Wilcoxon Signed Rank Test dengan nilai signifikan (α=0,05) dengan nilai p value < 0,05 yang
artinya hipotesis penelitian di tolak yang berarti ada pengaruh terapi bermain terhadap
perkembangan personal sosial.

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Anak Usia
Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Tunas Agung Negara Tahun 2019.

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Perempuan 29 52,7
2 Laki-laki 26 47,3

Total 55 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah anak perempuan di TK Tunas Agung


lebih banyak yaitu 29 anak perempuan (52,7%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada Anak Usia
Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Tunas Agung Negara Tahun 2019.

No Usia Frekuensi (f) Presentase (%)

1 4 tahun 13 23,7
2 5 tahun 23 41,8
3 6 tahun 19 34,5

Total 55 100
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa dari 55 responden sebagian besar berada
pada usia 5 tahun yaitu 23 anak (41,8%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Personal Sosial Anak Sebelum (pretest) Diberikan Terapi Bermain
Peran Pada Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Tunas Agung Negara Tahun 2019.

No Sebelum Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Untestable 0 0
2 Suspect 38 69,1
3 Normal 17 30,9

Total 55 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari sampel anak yang diteliti sebelum diberikan
terapi bermain peran di TK Tunas Agung, didapatkan paling banyak anak dengan personal sosial
suspect yaitu 38 anak (69,1%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Personal Sosial Anak Setelah (posttest) Diberikan Terapi Bermain
Peran Pada Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Tunas Agung Negara Tahun 2019.

No Setelah Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Untestable 0 0
2 Suspect 18 32,7
3 Normal 37 67,3

Total 55 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan setelah diberikan intervensi bermain peran peran pada
55 sampel yang diteliti, didapatkan hasil anak dengan perkembangan personal sosial normal
sebanyak 37 anak (67,3%).

Tabel 5. Tabulasi Silang Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK
Tunas Agung Negara Tahun 2019.
Interpretasi DDST Posttest
II Perkembangan
Personal Sosial Untestable Suspect Normal Total 
value
f % f % f % f %
Pretest

Untestable 0 0 0 0 0 0 0 0
Suspect 0 0 18 32,7 20 36,4 38 69,1 0,000
Normal 0 0,0 0 0,0 17 30,9 17 30,9

Total 0 100 18 32,7 37 67,3 55 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa perkembangan personal sosial pada penilaian


awal (pretest) dengan penilaian akhir (posttest) yang mendapatkan pengaruh terapi bermain
sebanyak 20 anak (36,4%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian personal sosial anak sebelum diberikan terapi bermain peran
didapatkan hasil bahwa dari 55 anak terdapat 38 anak (69,1%) dengan kategori suspect, dan 17
anak (30,9%) dengan kategori normal. Lingkungan dan pola asuh juga dapat menghambat
perkembangan personal sosial anak karena proses sosialisasi anak pertama diperoleh melalui
interaksi dengan anggota keluarga (orang tua) (Ngumboro, 2015).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngumboro (2015) yang
berjudul pengaruh terapi bermain peran terhadap perkembangan sosial pada anak prasekolah
diperoleh data bahwa nilai perkembangan personal sosial sebelum diberikan terapi bermain peran
dari 15 anak sebanyak 9 anak (60%) dalam kategori suspect dan 6 anak (40%) dalam kategori
normal. . Personal sosial dalam kategori suspect merupakan keterlambatan bersosialisasi yang
dimiliki oleh anak, satu atau lebih kegagalan seperti berusaha meraih makanan, mengamati
tangannya, tersenyum secara spontan dan membalas senyuman. Pada anak usia dini (4-6 tahun)
jika masih memiliki kategori suspect akan berdampak negatif untuk masa selanjutnya.

Lingkungan rumah (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan
kemampuan personal sosial pada anak seperti anak dalam meniru cara berbahasa yang baik dan
benar, cara merespon, dan cara orang lain berbicara. Lingkungan juga menentukan baik tidaknya
anak dalam bersosialisasi apabila anak tumbuh dalam lingkungan yang baik (positif) maka anak
tidak akan memiliki masalah dalam bersosialisasi, begitu pula sebaliknya jika anak yang tumbuh di
lingkungan yang tidak baik atau orang tua tidak mengajarkan bagaimana memberi rasa aman pada
anak saat bersosialisasi, maka anak akan memiliki kecemasan terhadap lingkungan sosialnya.

Pada penelitian ini setelah diberikan terapi bermain peran (dokter dan pasien, guru dan
murid, pedagang dan pembeli, tamu dan tuan rumah) ditemukan jumlah suspect 18 anak (32,7%)
dan perkembangan normal meningkat dari 17 anak (30,9 %) menjadi 37 anak (67,3%).Hal ini
sesuai dengan teori Soetjiningsih (2014) mengatakan bahwa ada faktor dalam perkembangan
anak antara lain : faktor ras/etik atau bangsa, faktor keluarga, faktor umur, faktor genetik,
lingkungan, fisik, psikologi, keturunan, dan adat istiadat. Salah satunya faktor psikologi yaitu
stimulus contohnya bermain, perkembangan anak sangat ditentukan oleh bermain yang didapatkan
oleh anak, didukung juga dengan pernyataan Soetjiningsih (2014) bahwa ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar aktivitas bermain menjadi stimulus yang efektif antara lain dibutuhkan
energi ekstra , waktu yang cukup, alat permainan yang sesuai, ruang untuk bermain, serta teman
bermain.

Teori diatas diperkuat dengan penelitian Engga (2017) yang melakukan penelitian tentang
Pengaruh Bermain Peran Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) Di
TK Tunas Bangsa Bonti Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini didapatkan
setelah diberikan terapi bermain peran 2 responden (13,3%) dengan kategori normal meningkat
menjadi 13 responden (86,7%) dengan kategori normal.

Hasil analisa pengaruh terapi bermain peran terhadap kemampuan personal sosial anak
usia prasekolah (4-6 tahun) yang dilakukan di TK Tunas Agung Negara ditemukan bahwa setelah
diberikan terapi bermain peran perkembangan personal sosial anak pada responden mengalami
peningkatan yang dimana saat di lakukannya pretest dan posttest telah terjadi peningkatan
sebanyak 20 anak (36,4%) yang mendapat pengaruh terapi bermain menjadi kategori normal. Hasil
analisa pengaruh terapi bermain peran terhadap personal sosial anak usia prasekolah (4-6 tahun)
dengan menggunakan uji statistik Wicolxon Signed Rank Test didapatkan nilai ρ = 0,000 dengan
demikian H0 ditolak, yang artinya ada pengaruh terapi bermain peran terhadap kemampuan
personal sosial anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Tunas Agung Negara tahun 2019.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Widari (2017) yang berjudul Pengaruh Terapi
Bermain Peran Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Usia Prasekolah di TK Negeri Susut
Kaja Bangli yang menyatakan bahwa hasil penelitian didapatkan nilai  = 0,01 karena signifikasi <
0,05 maka H0 ditolak, maka ditemukan pengaruh terapi bermain pada anak usia prasekolah.
Kegiatan bermain peran adalah upaya untuk meningkatkan personal sosial anak. Proses belajar
anak melalui kegiatan ini dapat dilakukan oleh anak dengan melakukan sesuatu sesuai dengan
lingkungan disekitarnya. Anak juga dapat belajar bersosialisasi, berinteraksi dengan orang
disekelilingnya yang bertujuan untuk melatih keberanian anak dalam bersosialisasi.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa terapi bermain peran mampu
membantu meningkatkan personal sosial anak usia prasekolah (4-6 tahun). Stimulus dapat
mempengaruhi personal sosial anak, selain stimulus faktor lingkungan rumah maupun sekolah
sangat mempengaruhi perkembangan pada anak. Hasil penelitian ini dimana masih ditemukan
anak yang mengalami personal sosial suspect, hal ini disebabkan karena adanya faktor kurangnya
perhatian anak saat melakukan permainan dan faktor lain yang membatasi kesempatan anak untuk
belajar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa Perkembangan personal sosial anak sebelum diberikan terapi bermain peran
pada 55 anak didapatkan 17 anak (30,9%) dengan personal sosial normal, sedangkan setelah
diberikan terapi bermain peran pada 55 anak didapatkan 37 anak (67,3%) dengan personal sosial
normal, sehingga ada pengaruh terapi bermain peran terhadap personal sosial anak usia
prasekolah (4-6 tahun) di TK Tunas Agung Negara, dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank
Test, di ketahui ρ = 0,000 sehingga ρ <α (nilai α = 0.05 ) maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Saran
Kepada pihak sekolah Bagi guru-guru di sekolah diharapkan mampu menerapkan
stimulasi terapi bermain peran dilakukan satu kali dalam seminggu sebagai metode pembelajaran
yang dapat membantu merangsang perkembangan personal sosial anak usia prasekolah (4-6
tahun). Kepada tenaga keperawatan penelitian ini membuktikan bahwa pemberian terapi bermain
peran memiliki pengaruh terhadap personal sosial anak usia prasekolah (4-6 tahun), untuk
penggunaan terapi ini di rumah sakit sangat disarankan dan dapat menjadi salah satu alternatif
dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mengoptimalkan perkembangan anak khususnya
sosial anak. Kepada peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat mengendalikan faktor
perancu seperti anak- anak yang susah diatur, metode pembelajaran yang cocok untuk personal
sosial anak dan menambah enumerator untuk mengatasi masalah yang dihadapi peneliti
sebelumnya.
.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah. 2012. Permainan SosiodramaTerhadap Stimulus Perkembangan Emosi Anak Usia


Prasekolah. Diperoleh dari Diperoleh dari http:journal.unair.ac.id (Diakses : 12 Juli 2019)

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Penduduk Anak Usia Dini, Jakarta: Badan Pusat Statistik.

______ 2015. Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Provinsi Bali.

______ 2018. Jumlah dan Distribusi Penduduk, Kabupaten Jembrana.

Cahyo, A.N. 2015. Game Khusus Penyeimbang Otak Kanan & Kiri Anak Anak. Yogyakarta :
Flashbooks.

Depkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2017.

Dr.Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. (J. Suyono, Ed.) (II). Jakarta: EGC

Gladys Gunawan, Destiana R, K. R. 2011. Gambaran Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak
Usia 0-3 Tahun. Sari Pediatri, 13(1), 21–25.

Gunarti, W. 2014. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.
Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka

Hidayat A.A 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta Direktorat: Jendral Pendidikan
Tinggi.

______. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta Direktorat: Jendral Perguruan Tinggi.

Dr.Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. (J. Suyono, Ed.) (II). Jakarta: EGC.
Gladys Gunawan, Destiana R, K. R. 2011. Gambaran Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak
Usia 0-3 Tahun. Sari Pediatri, 13(1), 21–25.

Ngumboro, A. K. 2015. Pengaruh Terapi Bermain Peran Terhadap Perkembangan Sosial Pada
Anak Prasekolah Di Tk Aba ‘Aisyiyah Wirobrajan I Yogyakarta. Retrieved from
http://digilib.unisayogya.ac.id/17/1/Akhmad Khayyun Thoriq Ngumboro_201110201002.pdf

Nurssalam. 2017. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini (1st ed.). Jakarta.

Widari. 2017. Pengaruh Terapi Bermain Peran Terhadap Sosialisasi Anak Usia Prasekolah.

Anda mungkin juga menyukai