Anda di halaman 1dari 10

PAPER

“PERSIAPAN DIKLAT DARI SEGI EDUKATIF”

(Penentuan metode diklat, Penyusunan kurikulum diklat, dan Penetapan tenaga


pengajar)

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Diklat
yang diampau oleh Dr. Erny Roesminingsih, M.Si. dan Windasari, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh kelompok 8:

Fara Agustias Ifadah (18010714014)

Laily Nuril Ayunisa (18010714020)

Koim Mafitri (18010714024)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diklat merupakan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dan
pelatihan dalam rangka mengembangkan kompetensi peserta diklat. Diklat
dapat disebut juga sebagai pelatihan yang ada dalam pendidikan yang mana
dalam pelatihan memiliki tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan
potensi bagi peserta pelatihan. Diklat diselenggarakan dengan maksud untuk
memberikan sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan
peserta didik pada suatu organisasi atau untuk peningkatan kemampuan dalam
menjalaskan kegiatan tertentu.
Metode diklat sangat diperlukan dalam kegiatan ini, metode
merupakan teknik yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Dengan menggunakan metode tersebut dapat lebih teratur dalam
melaksanakan kegiatan dan dapat mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Selain itu, terdapat ketentuan dalam menyusun kurikulum diklat, dengan
menerapkan format dan syarat dalam menyusun diklat maka dapat
mempermudah dan lebih efektif dalam penyusunannya.
B. Sub Pembahasan
1. Penentuan Metode Diklat
2. Penyusunan kurikulum diklat
3. Penetapan tenaga pengajar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pelaksanaan Program Diklat


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud
dengan metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikendaki. Metode merupakan
teknik yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Keberhasilan
suatu program pelatihan dan pengembangan tak luput dari penggunaan
metode-metode yang tepat. Menurut Sikula metode pelatihan meliputi: on the
job, vestibule, demonstrasi dan percontohan, simulasi, apprenticeship, metode
di dalam kelas (kuliah, konferensi, studi kasus, bermain peran, dan instruksi
terprogram), dan metode pelatihan lainnya. Sedangkan metode pengembangan
yaitu : metode-metode pelatihan, understudy, rotasi pekerjaan dan kemajuan
berencana, pembinaan-konseling (Anwar Prabu Mangkunegara, 2003: 52).
Metode Pelaksanaan Program diklat menurut Sikula dalam Munandar
(2011:21) mengemukakan metode diklat, yakni:
a. Metode latihan atau training terdiri dari lima cara:
1. On The Job, pada metode ini peserta pelatihan langsung bekerja di
tempat untuk belajar dan meniru suatu pekerjaan dibawah bimbingan
seorang pengawas.
2. Vestibule, metode pelatihan dilakukan di dalam kelas yang biasanya
dilakukan oleh perusahaan industri untuk memperkenalkan pekerjaan
kepada karyawan baru dan melatih mereka memperkenalkan
pekerjaan tersebut.
3. Demonstration and example, metode pelatihan dengan cara peragaan
dan penjelasan bagaimana cara-cara melakukan suatu pekerjaan
melalui contoh atau percobaan yang didemontarsikan.
4. Simulation, suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap
konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumapai.
5. Appreniceship, yaitu magang adalah suatu cara untuk
mengembangkan keahlian sehingga para karyawan dapat mempelajari
segala aspek dari pekerjaan.
b. Classroom Methods, yang terdiri dari:
1. Lecture (ceramah), metode ini banyak diberikan dalam kelas.
2. Conference (rapat), pelatih memberikan suatu makalah tertentu dan
peserta ikut berpartisipasi memecahkan masalah tersebut
3. Program instruksi, di mana peserta dapat belajar sendirikarena
langkahlangkah pengerjaanya sudah diprogram melalui komputer,
bukubuku petunjuk.
4. Studi Kasus, dalam metode ini dimana pelatih memberikan suatu kasus
kepada peserta.
5. Rol Playing, metode ini dilakukan dengan menunjuk beberapa orang
untuk memainkan suatu peranan di dalam sebuah organisasi tiruan.
6. Diskusi, melalui metode ini peserta dilatih untuk berani memberikan
pendapat dan rumusannya serta caracara meyakinkan orang lain agar
percaya terhadap pendapat itu.
7. Seminar, cara ini bertujuan untuk mengembangkan kecakapan dan
keahlian peserta dalam menilai dan memberikan saran-saran yang
konstruktif mengenai pendapat oang lain.

Pemilihan metode pelatihan dan pengembangan tergantung pada


kebutuhan masing-masing. Menurut Hani Handoko (2000: 110) tidak ada
teknik atau metode yang di nilai paling baik. Namun setidaknya dalam
penggunaan metode tersebut ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
yaitu sebagai berikut :

a. Efektifitas biaya (cost-effectiveness).


b. Isi program yang dikehendaki (desired program content).
c. Kelayakan fasilitas-fasilitas (appropriateness of the facilities).
d. Prefensi dan kemampuan peserta (trainee preferences and capabilities).
e. Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih (trainer preferences and
capabilities).
f. Prinsip-prinsip belajar (learning principles).

Dengan demikian adanya beberapa pertimbangan diatas diharapkan


organisasi dapat menggunakan metode pelatihan dan pengembangan yang
tepat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi agar tujuan yang
ingin di capai dapat terwujud dan bermanfaat.

B. Penyusunan Kurikulum Diklat


Kegiatan penyusunan kurikulum diklat dilaksanakan oleh unit
organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk menyelenggarakan diklat.
Dalam menyusun kurikulum diklat, unit organisasi dapat menyusun atau
membentuk tim. Penyusunan diklat dapat melibatkan nara sumber atau pakar
atau tenaga ahli. Berikut format penyusunan kurikulum diklat antara lain
memuat:
1. Judul kurikulum diklat, meliputi gambar sampul, penyusun, nama
penyusun, nama sekolah atau instansi, dan tahun penulisan.
2. Halaman pengesahan, memuat pernyataan pengesahan diklat oleh kepala
sekolah atau pejabat yang berwewenang.
3. Kata pengantar, berisi ucapan syukur, terima kasih kepada pihak yang
membantu, harapan terhadap keritik dan saran dari pembaca tentang diklat
yang disusun.
4. Daftar isi, memuat judul baba, sub baba, dan disertai dengan nomor
halaman.
5. Judul baba tau topic bahasan, memperjelas keterkaitan bab tersebut
dengan KI dan KD yang ingin dicapai, uraian KI, KD, dan indikator
pencapaian kompetensinya. Dalam penentuan indikator pencapaian
kompetensi ini akan menentukan keluasan dan kedalaman materi diklat.
6. Tujuan diklat, penjelasan tujuan bab disampaikan secara ringkas, dan
mengarah pada indicator pencapaian kompetensi. Lebih baik jika
ditambah dengan uraian terhadap kegiatan yang akan dilakukan.
7. Penjelasan teori, teori atau subtansi materi dijelaskan secara terperinci,
mulai dari mudah ke sulit, nyata ke abstrak, sehingga memudahkan
pembaca dalam mencerna penjelasan yang diberikan.
8. dalam pelaksanaan diklat perlu adanya peserta, pemberi materi, dan
penyelenggara agar dapat berjalan dengan baik.
9. Garis besar program pelatihan, gambaran tentang pelatihan yang akan
dilaksanakan.
10. Sajian contoh, contoh masalah dan pemecahannya perlu diberikan sebagai
bentuk implementasi dari teori yang telah dipelajari.
11. Soal latihan, untuk meguji kemampuan peserta didik dalam memahami
materi yang diberikan perlu diberi sarana latihan berupa permasalahan
yang perlu dipecahkan.
12. Bagian penunjang, pada bagian penunjang ini merupakan bagian akhir
dari sebuah diklat dapat berisi beberapa hal, seperti daftar pustaka,
lampiran ataupun glosarium. Namun yang harus ada sesuai ketentuan
adalah daftar pustaka.

Hakikat dari diklat adalah merupakan bagian kecil, pelengkap atau


pengganti dari buku ajar, untuk itu ketentuan diklat sebaiknya mengacu pada
pembuatan buku ajar. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam
menyusun diklat antara lain:

a. Ketentuan yang terkait dengan isi


1. Memuat materi minimal yang harus dikuasai peserta didik.
2. Diklat relevan dengan tujuan dan sesuai dengan kemampuan yang
akan dicapai peserta didik.
3. Sesuai dengan ilmu pengetahuan yang bersangkutan
4. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
5. Sesuai dengan jenjang dan sasaran
6. Isi dan bahasa mengacu pada kompetensi yang ada dalam kurikulum
b. Persyaratan tentang cara penyajian
1. Uraian materi diatur secara teratur
2. Saling memperkuat antara diklat dengan bahan ajar lain yang
digunakan
3. Diupayakan untuk menarik minat dan perhatian peserta didik
4. Menantang dan merngsang peserta didik untuk memepelajari
5. Memuat penjelasan menyeluruh, meliputi aspek afektif, kognitiif, dan
psikomotor.
c. Persayaratan yang berkaitan dengan bahasa
1. Menggunakan bahasa Indonesia yang benar
2. Menggunakan kata dan kalimat yang sesuai dengan usia, kematangan
dan perkembangan peserta didik
3. Menggunakan istilah, kosakata, symbol yang mempermudah
pemahaman
4. Menggunakan kosakata terjemah yang dibakukan
d. Persyaratan yang berkaitan dengan ilustrasi
1. Ilustrasi sesuai dengan bahan ajar yang dibuat
2. Ilustrasi jelas dan mudah
3. Ilustrasi baik, sesuai esensi dan dapat membantu dalam memperjelas
materi
C. Penetapan Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar adalah widyaiswara atau fasilitator yang memiliki
kompetensi, telah tersertifikasi dan mengutamakan pemberdayaan
widyaiswara dari instansi penyelenggar Diklat. Apabila pada instansi
Penyelenggara Diklat tidak tersedia Widyaiswara yang memiliki kompetensi
yang dibutuhkan, maka penyelenggara diklat dapat memberdayakan
Widyaiswara dari instansi terkait atau pejabat struktural / pegawai yang
memiliki kompetensi mengajar sesuai materi yang ditentukan. Standar
kompetensi Widyaiswara adalah kemampuan minimal yang secara umum
dimiliki oleh seorang widyaiswara dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab
dan wewenangnya untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS.
Widyaiswara atau Fasilitator ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dengan
mempertimbangkan kompetensi yang up to date dari tenaga pengajar atau
fasilitator serta legalitas yang dimiliki tenaga pengajar. Misal : Sertifikasi
Training of Trainer (ToT) pengajar materi tertentu, Posisi jabatan dan latar
belakang pelaksanaan tugas dari widyaiswara atau fasilitator. Tenaga pengajar
atau fasilitator sebelum melaksanakan tugas wajib menyusun satuan acara
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta Diklat/Pelatihan melalui
penyelenggara dan menyiapkan bahan ajar beserta metode pembelajaran yang
efektif.
BAB III

PENUTUP

Diklat merupakan kegiatan pilihan, kegiatan publikasi ilmiah untuk


menambah pengetahuan maupun keterampilan yang bertujuan menghasilkan
perubahan yang lebih baik lagi. Dalam penyusunan diklat ini termasuk dalam
kelompok yang paling mudah. Meskipun muda, dalam penyusunan diklat yang baik
perlu memperhatikan syarat dan ketentuan yang berkaitan dengan aturan penulisan
diklat. Untuk itu, penulis perlu memperhatikan hal-hal yang penting dalam
penyusunan diklat. Melalui diklat, peserta dapat menuangkan strategi andalan untuk
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatannya, dengan begitu dapat menunjukan
kelebihan dan menutupi kekurangan yang dimilikinya dalam melalukan pengajaran
atau kegiatan yang lainnya. Dengan begitu diharapkan dapat mewujudkan kualitas
pembelajaran yang lebih baik, dan dapat mencapai kompetensi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Mardjoeki (2017) ‘Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan pada


Kementerian Hukum Dan Ham’.

Perkalan No. 5 (2008) ‘tentang Standar Kompetensi Widyaiswara’, pp. 1–10.

persekjen33_2013_04.pdf. (n.d.).

Kamilati, N. (2018). Analisis Komponen Penilaian pada Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran sebagai Acuan Pengembangan Kurikulum Diklat Teknis Substantif
Guru. Edukasi, 16(1), 294547.

Anwar Prabu Mangkunegara. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya


Manusia. Bandung : Refika Aditama

Handoko T. Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia.


Yogyakarta : BPFE

Munandar. 2011. Budgeting, Perencanaan Kerja Pengorganisasiam Kerja.


Jakarta:Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai