Anda di halaman 1dari 15

DEMOKRASI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Moh. Abdul Latif, M.Kn

Disusun Oleh :

1. Lusi Rahmawati : 1810110111


2. Nur Azlina : 1810110112
3. Nur Cokro Saputro : 1810110113
4. Meita Wulandari : 1810110114
5. Chafidhotur Rohmah : 1810110115

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


JURUSAN TARBIYYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti yang kita ketahui, Negara Indonesia adalah Negara yang menganut sistem
demokrasi yang mana keadaan Negara dimana dalam sistem pemerintahannya
kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan
bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat atau
biasa disebut dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegera mengandung pengertian bahwa pada
tingkatan terakhir rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan Negara, karena kebijakan
tersebut akan menentukan kehidupan rakyat. Dengan demikian Negara yang
menganut sistem demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan berdasarkan
kehendak dan kemauan rakyat. Dari sudut organisasi demokrasi berarti
pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan
rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.1
Sistem demokrasi yang dianut Negara Republik Indonesia adalah demokrasi
pancasila yang mana suatu paham demokrasi yang bersumber dari pandangan hidup
atau falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali berdasarkan kepribadian rakyat
sendiri. Dari falsafah hidup bangsa Indonesia, kemudian akan timbul falsafah Negara
yang disebut dengan pancasila yang terdaulat, tercermin atau terkandung dalam
pembukaan UUD 1945.
Demokrasi pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional berdasarkan
mekanisme kedaulatan rakyat disetiap penyelenggaraan Negara dan penyelenggaraan
pemerintah menurut konstitusi yaitu UUD 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat
dengan UUD 1945 dan implementasinya atau pelaksanaanya wajib sesuai dengan apa
yang terdapat pada UUD 19452.

B. RUMUSAN MASALAH
1
Siti Malaiha Dewi,pendidikan kewargakenegaraan,(Kudus:nora media enterprise,2011).,hlm 89.
2
http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-demokrasi-pancasial-ciri-prinsip-fungsi-peraahli.html?m=1
diakses pda 31-10-18 14:00
1. Apa sajakah ciri-ciri demokrasi Indonesia?
2. Apa sajakah unsur penegak demokrasi Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui ciri-ciri demokrasi Indonesia.
2. Untuk mengetahui unsur penegak demokrasi Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DEMOKRASI
Secara etimologi (bahasa), demokrasi berasal dari Bahasa Yunani, yakni demos
yang berarti rakyat dan cratos/cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan,
sehingga secara bahasa demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Secara terminologi (istilah), demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh
kekuasaan untuk memutuskan cara memperjuangkan kompetisi atas suara rakyat
(Schumpeter, 1950). Demokrasi juga diartikan dengan pemerintahan oleh rakyat, di mana
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau
oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas (Ravietch, 1994).3
B. UNSUR PENEGAK DEMOKRASI
Untuk terwujudnya demokrasi dalam berbagai lapangan dan sisi kehidupan manusia
baik dalam kehidupan bernegara dimana hubungan negara dan masyarakat datau
masyarakat dengan Negara dan kehidupan social kemasyarakatan yaitu pola hubungan
antar sesame warga masyarakat. Tegaknya demokrasi sangat terkait dengan tegaknya
unsure dalam demokrasi itu sendiri. Komponen-komponen yang dapat
mengejawantahkan tegaknya demokrasi antara lain: 1. Negara hukum; 2. Masyarakat
Madani; 3. Partai Politik; 4. Pers yang bebas dan bertanggung jawab.4
1. Negara Hukum
Konsepsi negara hukum (rechtsstaat atau the rule of law) mengandung pengertian
bahwa negara memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui
pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak dan penjaminan HAM. Istilah
rechtsstaat dan the rule of law pada hakikatnya memiliki makna yang berbeda. Istilah
tersebut banyak dianut banyak dianut dinegara-negara eropa kontinental yang
bertumpu pada sistem civil law, sedangkan the rule of law banyak dikembangkan
dinegara-negara anglo-saxon yang bertumpu pada momen law. Civil law menitik
beratkan administration law, sedangkan comen law menitik beratkan pada judicial.

3
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan(Depok: PT Rajagrafindo Perseda, 2014), hlm. 84-85
4
A. Ubaidillah dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani(Jakarta: IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2000), hlm. 183
Konsep rechtsstaat mempunyai ciri-ciri

 Adanya perlindungan terhadap HAM


 Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk
menjamin perlindungan HAM
 Pemerintahan berdasarkan peraturan
 Adanya peradilan administrasi

Sedangkan the rule of law dicirikan oleh :

 Adanya supremasi aturan-aturan hukum


 Kesamaan kedudukan di depan hukum
 Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara
 Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri
Istilah negara hukum dapat ditemukan dalam penjelasan UUD 1945 yang
berbunyi . “indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) dan
bukan berdasar atas kekuasaan belaka (rechtsstaat)”. Dengan demikian bahwa negara
hukum,baik dalam arti formal,yaitu penegakan hukum yang dihasilkan oleh lembaga
legislatif dalam penyelenggaraan negara,maupun negara hukum dalam arti material,
yaitu selain menegakan hukum, aspek keadilan juga harus di perhatikan menjadi
prasyarat terwujudnya demokrasi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Tanpa
negara hukum tersebut yang merupakan elemen suasana demokratis yang sulit
dibangun.

2. Masyarakat Madani

Masyarakat madani (civil society) masyarakat madani dicirikan dengan


masyarakat terbuka, yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, yang
kritis dan berpartisipasi aktif serta egaliter. Masyarakat madani merupakan elemen
yang sangat signifikan dalam membangun demokrasi, sebab salah satu syarat penting
bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses
pengambilan keputusan yang dilakukan negara atau pemerintahan.
Masyarakat madani mensyaratkan adanya civic engagement, yaitu keterlibatan
warga negara dalam asosiasi sosial. Civic engagement ini memungkinkan tumbuhnya
sifat terbuka , percaya, toleran antarsatu dengan yang lain yang sangat penting artinya
bagi bangunan politik demokrasi. Masyarakat madani dan demokrasi merupakan dua
kata kunci yang tidak bisa dipisahkan. Demokrasi dapat dianggap sebagai hasil
dinamika masyarakat yang menghendaki adanya pertisipasi. Tatanan nilai-nilai
masyarakat tersebut ada dalam masyarakat madani. Oleh karena itu, demokrasi
membutuhkan tatanan nilai-nilai sosial yang ada pada masyarakat madani.

3. Infrastruktur politik

Infrastruktur politik terdiri dari partai politik, kelompok gerakan, dan kelompok
penekan atau kelompok kepentingan. Partai politik merupakan struktur kelembagaan
politik yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang
sama yakni memperoleh kekuasaaan politik dan merebut kedudukan politik dalam
mewujudkan kebijakan-kebijakannya. Kelompok gerakan yang dikenal dengan
sebutan organisasi masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang yang berhimpun
dalam satu wadah yang berorientasi pada pemberdayaan warganya, seperti
Muhammadiyah, NU, Al-wasliyah, dan lain sebagainya. Sedangkan kelompok
penekan atau kelompok kepentingan merupakan sekelompok orang dalam sebuah
wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria profesionalitas dan keilmuan tertentu,
AIPI (asosiasi ilmuan politik Indonesia), IKADIN, KADIN, ICMI, PGMI, LIPI, PWI,
dan lain sebagainya.
Sebagai salah satu unsur yang menegakkan demokrasi,maka, partai politik
memiliki beberapa fungsi :

 Sebagai sarana komunikasi politik


 Sebagai sarana sosialisasi politik
 Sebagai sarana rekrutmen kader dan anggota politik
 Sebagai sarana pengantur konflik

Keempat fungsi partai politik tersebut merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai


demokrasi, yaitu adanya partisipasi kontrol rakyat melalui partai politik terhadap
kehidupan kenegaraan dan pemerintahan serta adanya pelatihan penyelesaian konflik
secara damai.5

4. Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab6


Pers merupakan pilar keempat (the fourth estate) dalam memujudkan demokrasi
pada suatu Negara setelah legislative, eksekutif dan yudikatif. Sebagai institusi
penegak demokrasi, pers mempunyai peran yang sangat strategis. Salah satu peran
strategis pers adalah sebagai penyedia informasi bagi masyarakat yang berkaitan
dengan berbagai persoalan baik dalam kaitan dengan kehidupan kenegaraan dan
pemerintah maupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.
Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsi secara maksimal, pers hendaknya
diberikan kebebasan dalam menyajikan informasi. Karena itu diperlukan adanay
5
A. Muchtar Ghazali dan Abdul Majid, PPKn Materi Kuliah Perguruan Tinggi Islam(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), hlm. 144-146
6
A. Ubaidillah, dkk., Op.cit, hlm. 188
jaminan konstitusional dan peraturan perundang-undangan yang tidak mengebiri
peran pers. Dalam konteks Indonesia, jaminan konstitusional ada pada pasal 28 UU
1945. Selain itu jaminan kebebasan pers ada pada pasal 19 pernyataan Umum Hak
Asasi Manusia dan ketetapan MPR XVII/MPR/1998 tentang HAM dalam kaitan
dengan kebebasan pers.

C. CIRI-CIRI DEMOKRASI
Demokrasi Pancasila yang diterapkan di Indonesia tentu memiliki karakteristik khusus
yang membedakan dengan demokrasi yang diterapkan di negara lain. Berikut ciri
demokrasi sebagai berikut.7
 Ciri khusus demokrasi pancasila
1. Demokrasi pancasila bersifat kekeluargaan dan gotong royongbernafas ketuhanan
Yang Maha Esa.
2. Demokrasi pancasila harus menghargai hak-hak asasi manusia serta menjamin
hak-hak minoritas.
3. Pengambilan keputusan dalam demokrasi pancasila sedapat mungkin dijadikan
atas dasar musyawarah untuk mufakat.
4. Demokrasi pancasila harus bersendi atas hukum.
 Ciri umum demokrasi pancasila
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat.
2. Selalu berdasarksan kekeluargaan dan gotong royong.
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawrah untuk mencapai mufakat.
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi.
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban
6. Menghargai hak asasi manusia.
7. Ketidak setujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan disalurkan
melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya demonstrasi dan
pemogokan karena merugikan semua pihak.
8. Tidak menganut sistem monopartai.
9. Pemilu dilaksanakan secara luber.
10. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
7
http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2015/10/pengertian-demokrasi-pancasila-dan-ciri.html?
m=1# diakses pada tanggal 01 November 2018 pukul 09.00 WIB
11. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.

D. PRINSIP DEMOKRASI
Menurut Masykuri AAbdillah (1999 : -142) prinsip-prinsip demokrasi terdiri dari
persamaan, kebebasan dan pluralisme. Prinsip bersamaan memberikan penegasan bahwa
setiap warga Negara baik rakyat biasa atau pejabat mempunyai persamaan kesempatan
dan kesamaan kedudukan di muka hokum dan pemerintahan. Begitu pula dengan prinsip
kebebasan yang menegaskan bahwa setiap individu warga negara atau rakyat memiliki
kebebasan menyampaikan pendapat dan membentuk perserikatan. Sedangkan prinsip
pluralism memberikan penegasan dan pengakuan bahwa keragaman budaya, bahasa,
etnis, agama, pemikiran dan sebagainya merupakan conditiosain quo non (sesuatu yang
tidak bias terelakkan). Sedangkan menurut Inu Kencana prinsip-prinsip demokrasi
sebagai berikut8.
a. Adanya pembagian kekuasaan (sharing power)
Untuk timbulnya iklim dan budaya demokratis, kekuasaan (power) dipisahkan
atau dibagi- bagi antara pembuatan undang-undang dengan pelaksanaan undang-
undang, agar terjadi pengawasan atau kontrol (checking power with power).
b. Adanya pemilihan umum yang bebas (general election)
Untuk terpilihnya pemerintahan yang dikehendaki oleh rakyat, atau anggota-
anggota perwakilan yang akan mewakili suara rakyat itu sendiri diperlukan
pemilihan umum yang jujur, adil, bebas dan demokratisdilakukan oleh lembaga
independent.
c. Adanya manajemenpemerintah yang terbuka
Untuk tidak terciptanya negara tirasi besi yang kaku dan otorier, perlu
keikutsertaan rakyat dalam menilai pemerintahan. Hal tersebut terwujud bila
manajemen pemerintah dilakukansecara transparan, menerapkan akuntabilitas
publik.
d. Adanya kebebasan individu
Untuk membuktikan bahwa rakyat tidak dihantui rasa ketakutan, setiap lapisan
masyarakat mesti memiliki kebebasan berbicara, kebebasan beribadah, kebebasan
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Apabila mahasiswa,
wartawan dan aktivis partai resmi yang bersuara lantang lalu diciduk, hal iini
sama sekali tidak demokratis.
e. Adanya peradilan yang bebas

8
A. Ubaidillah, dkk. Op.cit, hlm. 166-169
Untuk tidak ikut campurnya aparat pemerintah (dalam arti sempit) dalam
peradilan umum dan penegak hukum, maka aparat pengadilan harus bebas dari
pengaruh eksekutif, sehingga keluarga pejabat pemerintah tersebut atau pejabat
pemerintah itu sendiri dapat diproses dipengadilan dan dapat diputuskan
hukumnya dengan adil.
f. Adanya pengakuan hak minoritas
Untuk adanya perlindunan terhadap kelompok minoritas, mesti ada pengakuan
baik terhadap agama yang minoritas penganutnya atau terhadap golongan
ekonomi lemah seprti pedagang kaki lima.
g. Adanya pemerintah yang berdasarkan hukum
Untuk tidak timbulnya negara yang berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat),
maka hukum di tempatkan pada rujukan tertinggi. Dengan demikian warga negara
sama kedudukannya di depan hukum dan lembaga peradilan.
h. Adanya pers yang bebas
Untuk menjamin tegaknya demokrasi, pers itu sendiri harus bebas menyuarakan
hati nurani rakyat, baik penyampaian kritik terhadap kebijakan dan pelaksanaan
pemerintahan maupun terhadap diri seorang pejabat publik juga dalam
penyampaikan informasi pembangunan lainnya. Informasi yang disampaikan pers
hendaknya didukung oleh akurasi data.
i. Adanya multi partai politik
Untuk tidak timbulnya diktaktor partai atau sistem monolitik partai politik, system
demokrasi memberikan ruang tumbuhnya multi partai politik yang bebas dalam
mengemukakan dan mengartikulasikan kepentingan masyarakat untuk
disampaikan kepada Negara atau pemerintahan. Dalam alam demokrasi, partai
politik berkompetisi dalam pemilu untuk mendapatkan dukungan mayoritas
rakyat.
j. Adanya musyawarah
Untuk menyelesaikan konflik secara damai seperti timbulnya protes dan
demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat hendaklah diselesaikan dengan
musyawarah atau negoisasi (syur), bukan dengan penekanan dan intinidasi apalagi
dengan kekerasan senjata. Dengan demikian dalam sistem demokrasi konflik baik
konflik fertikal maupun herisontal bukan sesuatu yang menakutkan maikan
sesuatu yang harus ada dan diselesaikan secara damai.
k. Adanya persetujuan parlemen
Untuk menjalankan roda pemerintahan, pihak eksekutif terutama pengambilan
keputusan dan kebijakan yang menyangkut kepentingan orang banyak, dalam
negara demokrasi dibutuhkan persetujuan terlebih dahulu dari pihak legislatif
sebagai refrsentasi rakyat. Sehingga segala kebijakan dan keputusan eksekutif
dapat dikontrol oleh pihak legislatif.
l. Adanya pemerintahan yang koinstitusional
Untuk tidak timbulnya negara yang bersifat absolutisme, yaitu kekuasaan yang
tidak terbatas, maka pemerintahan harus berdasarkan atas sistem konstitusi
( hukum dasar). Karena konstitusi sebagai aturan dasar dalam penyelenggaraan
negara.
m. Adanya ketentuan pendukung tentang sistem demokrasi
Untuk terciptanya sistem demokratis dalam kehidupan kenegaraan, diperlukan
adanya kententuan tentang pendemokrasian yaitu Undang-Undang Dasar suatu
negara mesti mencamtukan secara tertulis, bahwa kedaulatannya berada ditangan
rakyat.
n. Adanya pengawasan terhadap admistrasi public
Untuk terciptanya manajemen dan organisasi pemerintahan yang dapat
dipertanggungjawabkan (accountable) dalam menjcapai tujuan nasional yaitu
kesejahteraan masyarakat seutuhnya dan kemerdekaan serta kedamaian, mutlak
dibutuhkan adanya pengawasan terhadap jalannya dan pengaturan admistrasi
public itu sendiri
o. Adanya perlindungan hak asasi manusia
Untuk melindungi harkat dan martabat manusia warga negara, diperlu kan
perlindungan hak asasi sepanjang memperhatikan nilai-nilai luhur moral dan
agama. Seperti mengadu domba agama dengan cara pembakaran rumah ibadah
untuk menggoyang kepemimpinan seseorang, sudah barang tentu tidak
menghargai hak asasi manusia. Sebaliknya melindungi usaha dagang anak pejabat
dan konglomerat dengan mengusir dan mematikan pedagang kecil adalah
pelanggaran hak asasi pedagang kecil.
p. Adanya pemerintahan yang bersih
Untuk menjamin tidak terjadinya kekuasaan di tangan satu orang dan
merajalelanya tindakan korupsi dan kolusi, diperlukan suatu komitmen
pemerintah untuk menegakkan pemerintahan yang bersih dan baik.
q. Adanya persaingan keahlian
Untuk penempatan pejabat dalam pemerintahan, harus benar-benar sesuai dengan
keahlian, bukan karena famili atau kolega dari pejabat yang berwenang, sehingga
dengan demikian tercipta penerimaan pegawai berdasarkan merit system.
Sebaliknya nepotisme, koncoisme dan kekerabatan lainnya merupakan sesuatu
yang tidak kehendaki dalam sistem demokrasi, karena hal itu merupakan ciri
ketiranian.
r. Adanya mekanisme politik
Mekanisme politik merupakan sesuatu yang niscanya dalam sistem demokrasi.
Karena dengan mekanisme tersebut akan terjadi suksesi dan rotasi kepemimpinan
berlangsung secara teratur dan berkesinambungan. Mekanisme politik
memungkinkan perubahan politik berlangsung secara damai.
s. Adanya kebijakan negara yang berkeadilan
Untuk terwujudnya kebijakan negara yang berkeadilan, hendaknya proses
pembuatan kebijakan tersebut dibuat oleh badan perwakilan politik (seperti
parlemen), tanpa paksaan dari pihak manapun, baik grup penekanan (pressure
group) maupun salah satu partai politik yang berkuasa.
t. Adanya pemerintahan yang mengutamakan tanggung jawab. Sistem demokratis
mengedepankan adanya tanggung jawab pemerintah yang tinggi dalam
menjalankan tugas yang diamanatkan rakyat kepadanya.

E. DEMOKRASI DI INDONESIA
Dalam sejarah ketatanegaraan Negara Republik Indonesia yang telah lebih dari
setengah abad, perkembangan demokrasi mengalami fluktuasi (pasang surut). Masalah
pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana upaya untuk
meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan social politik yang
demokratis dalam masyarakat yang plural.
Fluktuasi demokrasi di Indonesia pada hakikatnya dapat dibagi dalam lima
periode:9
1. Periode 1945-1949 dengan sistem Demokrasi Pancasila
Pada periode ini sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila seperti yang diamanatkan
oleh UUD 1945 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, karena negara dalam keadaan
darurat dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Misalnya, Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang semula berfungsi sebagai pembantu menjadi berubah
fungsi sebagai MPR. Sistem cabinet yang seharusnya Presidensial dalam
pelaksanaannya menjadi sistem Parlementer seperti yang berlaku dalam Demokrasi
Liberal.
2. Periode 1949-1959 dengan sistem Demokrasi Parlementer
Periode ini sangat menonjolkan peranan parlemen dan partai politik. Pada periode ini
berlaku Konstitusi RIS (1949-1950) dan UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959).
Pada masa ini pula, Indonesia dibagi dalam beberapa Negara bagian. Pemerintahan
dijalankan oleh Perdana Menteri dan Presiden hanya sebagai lambang. Selanjutnya,
RIS ditolak oleh rakyat Indonesia, sehingga pada tanggal 17 Agustus 1950, Presiden

9
Budi Juliardi, Op.cit, hlm. 96-98
Soekarno menyatakan kembali ke Negara Kesatuan dengan meggunakan UUD
sementara 1950. Kabinet pada sistem demokrasi parlementer ini selalu sili berganti,
akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar. Masing-masing partai lebih
memerhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah berjalan selama hamper
9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi
Parlementer tidak cocok diterapkan Negara ini.
3. Periode 1959-1965 dengan system Demokrasi Terpimpin
Sistem Demokrasi Terpimpin merupakan sistem yang menyimpang dari
konstitusional. Periode ini sering juga disebut dengan periode orde lama. Presiden
Soekarno menjabat sebagai “Pemimpin Besar Revolusi”. Dengan demikian
pemusatan kekuasaan ada di tangan presiden. Terjadinya pemusatan kekuasaan di
tangan presiden menimbulkan penyimpangan dan penyelewengan terhadap Pancasila
dan UUD 1945 yang puncaknya terjadi perebutan kekuasaan oleh PKI pada tanggal
30 September 1965 (G30S/PKI) yang merupakan bencana nasional bagi bangsa
Indonesia.
4. Periode 1965-1998 dengan system Demokrasi Pancasila (Orde Baru)
Demokrasi Pancasila Era Orde Baru yang merupakan demokrasi konstitusional yang
menonjolkan system presidensial. Periode ini dikenal dengan sebutan pemerintahan
Orde Baru yang bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuensi. Secara tegas dilaksanakan system Demokrasi Pancasila dan
dikembalikan fungsi lembaga tertinggi dan tinggi Negara sesuai dengan amanat UUD
1945. Dalam pelaksanaannya, sebagai akibat dari kekuasaan dan masa jabatan
presiden yang tidak dibatasi periodenya, maka kekuasaan menumpuk pada presiden,
sehingga terjadilah penyalahgunaan kekuasaan. Akibatnya adalah tumbuh suburnya
budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kebebasan berbicara dibatasi, praktik
demokrasi menjadi semu, dan Pancasila hanya dijadikan sebagai alat legitimasi
politik. Lembaga Negara berfungsi sebagai alat kekuasaan pemerintah. Oleh karena
itu, lahirlah gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa yang menuntut reformasi
dalam berbagai bidang. Puncaknya adalah dengan pernyataan pengunduran diri
Soeharto sebagai presiden.
5. Periode 1998-sekarang dengan sistem Demokrasi Pancasila (Orde Reformasi)
Demokrasi Pancasila Era Reformasi berakar pada kekuatan multi partai yang
berupaya mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga Negara. Demokrasi
yang dikembangkan pada masa reformasi ini adalah demokrasi dengan mendasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945, dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan
perbaikan peraturan-peraturan yang dianggap tidak demokratis, meningkatkan peran
lembaga-lembaga tinggi negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung
jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan, dan tata hubungan yang
jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Demokrasi pada
periode ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR-MPR hasil pemilu 1999 yang
telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya lembaga-lembaga
tinggi yang lain. Dalam perkembangannya, pemerintahan fokus pada pembagian
kekuasaan antara presiden dan parpol dalam DPR, sehingga rakyat terabaikan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang berasal dari rakyat,
dilakukan oleh rakyat, dan dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Demokrasi dapat
memberikan manfaaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu kesetaraan
sebagai warga negara, memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum, pluralisme, kompromi,
menjamin hak-hak dasar, dan pembaruan kehidupan social. Untuk membutuhkan
keyakinan akan baiknya sistem demokrasi, maka harus ada pola prilaku yang menjadi
tuntutan atau norma nilai-nila demokrasi yang diyakini masyarakat.
Nilai-nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal diantaranya kesadaran akan
puralisme, sikap yang jujur dan pikiran yang sehat. Demokrasi membutuhkan kerja sama
antar warga masyarakat dan sikap serta itikad baik, demokrasi membutuhkan sikap
kedewasaan. Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral. Dalam perjalanan sejarah
bangsa, ada empat macam demokrasi dibidang politik yang pernah diterapkan dalam
kehidupan ketatanegaraan Indonesia, yaitu demokrasi parlementer (liberal), demokrasi
terpimpin, demokrasi pancasila pada era orde baru, dan demokrasi pancasila pada era
orde reformasi.

B. SARAN
Pemerintah sebagai otoritas yang memimpin suatu negara hendaknya menyadari
hakikat dan makna dari demokrasi itu sendiri dan harus berupaya mewujudkan dalam
mengayomi dan menyejahterakan rakyat secara bersama dan adil, sehingga akan timbul
model negara yang sesuai harapan. Sebagai warga negara yang baik, seharusnya kita
semua menyikapi demokrasi ini dengan perbuatan yang positif, bukan menyikapinya
dengan cara anarkis, money politik dan tidak bertanggung jawab. Mahasiswa sebagai
akademisi hendaknya juga harus aktif dalam menjadi warga negara yang demokratis, baik
ketika masih menjadi mahasiswa maupun ketika sudah di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Siti Malaha, pendidikan kewargakenegaraan, Kudus: Nora Media Enterprise, 2011

Juliardi Budi, Pendidikan Kewarganegaraan, Depok: PT Rajagrafindo Perseda, 2014

Ghazali A. Muchtar dan Abdul Majid, PPKn Materi Kuliah Perguruan Tinggi Islam, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2016

Ubaidillah dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,


Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000

http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-demokrasi-pancasial-ciri-prinsip-fungsi-
peraahli.html?m=1
http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2015/10/pengertian-demokrasi-
pancasila-dan-ciri.html?m=1#

Anda mungkin juga menyukai