Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ZAKAT BARANG TAMBANG

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fikih Zakat

Dosen Pengampu: Abdul Kadir, M.Ag

Disusun Oleh:

Ade Rosi Siti Zakiah (18240002)


Nanik Baitul Afiah (18240025)
Fatih Akbar Nur (18240028)
Diah Qurrotul’ain (18240036)

JURUSAN ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Fikih Zakat ini dengan lancar. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyah hingga zaman penuh intelektual seperti saat ini.

Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu kami Ustadz
Abdul Kadir, M.Ag. Sehingga kami mampu melaksanakan tugas mata kuliah ini.

Kami juga memohonkan maaf kepada semuanya apabila dalam makalah yang kami
buat ini, karena masih terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan, lebih-lebih
mengenai referensi. Untuk itu kami dari kelompok enam sangat menerima kritik maupun
saran dari semua pembaca agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik
lagi. Semoga apa yang kami tulis ini dapat bermanfaat untuk pengetahuan kita sekarang
maupun di masa yang akan datang.

Malang, 25 Maret 2020

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Barang tambang (ma’din) adalah harta yang terpendam yang ditemukan oleh
seseorang dari dalam tanah. Jika sudah mencapai nishab maka harus dikeluarkan zakatnya.
Barang tambang merupakan sumber daya alam, baik berupa bukan mineral, mineral logam,
maupun mineral bukan logam yang berasal dari dalam bumi. Ketersediaanya di bumi
sangat melimpah terutama di daerah Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya.

Zakat barang tambang merupakan sebuah kewajiban yang harus ditunaikan jika
sudah mencapai nishabnya. Karena zakat sendiri digunakan untuk menyucikan harta kita.
Selain itu didalam setiap harta kita terkandung didalamnya hak-hak orang lain juga yang
harus dipenuhi. Karena itulah kewajiban zakat barang tambang harus ditunaikan.

Oleh karena itu perlu untuk mengetahi mengenai zakat barang tambang. Serta perlu
diketahui kadar atau nishabnya untuk zakat barang temuan dan zakat barang tambang, dan
juga apa ketentuannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari zakat barang tambang?
2. Apa saja landasan hukum barang tambang dan bagaimana penafsirannya?
3. Apa saja macam-macam barang tambang?
4. Bagaimana syarat zakat barang tambang?
5. Bagaimana kadar dan nishab zakat barang tambang?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian zakat barang tambang
2. Untuk mengetahui landasan hukum barang tambang dan bagaimana penafsirannya?
3. Untuk mengetahui macam-macam barang tambang
4. Untuk mengetahui syarat-syarat zakat barang tambang
5. Untuk mengetahui nishab zakat barang tambang

3
BAB II

PEMABAHASAN

A. Pengertian Barang Tambang

Secara etimologi barang tambang diambil dari kata (‫ )عدن‬yang artinya tetap dan
kokoh. Adapun barang tambang yang dimaksud disini adalah barang-barang yang
ditambang dari perut bumi yang memiliki nilai ekonomis. 1 menurut Ibnu Athir menyebut
dalam an-Nihaya bahwa al-Ma’aadin berarti tempat darimana kekayaan bumi seperti
emas, perak, tembaga, dan lain-lain keluar. Bentuk tunggalnya adalah Ma’din. Kanz adalah
tempat tertimbunnya harta benda karena perbuatan manusia. Dan Rikaz mencakup
keduanya karena kata ini berasal dari kata Rakz yang berarti simpanan, tetapi yang
dimaksud adalah Maruz yang artinya yang disimpan.2

Diantara pendapat madzhab adalah :

1. Hanafiyah : barang tambang, barang peninggalan kuno, atau harta karun adalah suatu
yang sama yaitu semua harta yang tertimbun dibawah bumi. Tetapi barang tambang
adalah barang yang diciptakan Allah SWT didalam bumi pada penciptaan bumi,
sementara barang peninggalan kuno adalah harta yang tertimbun karena pekerjaan
orang-orang kafir. Menurut Hanafi zakat tidak wajib kecuali pada macam pertama,
baik barang itu ditemukan di bumi kharrajiyah atau usyuriyah. Seperlima disalurkan
kepada mustahiq dalam bagian seperlima ghanimah.
2. Malikiyah : barang tambang bukanlah peninggalan kuno, kalau barang tambang
hukumnya dikembalikan kepada pemimpin kecuali tanah perdamaian selama
penduduknya orang-orang kafir. Zakatnya adalah 2,5% jika mencapai nishab dengan
syarat muslim dan merdeka. Sedangkan kalau peninggalan kuno itu disamakan dengan
ghanimah.

1
Fakhruddin Al-Muhsin, Al-Mukhtashar Al Jami’ Li Ahkamis Zakat Min Shahihil Khabari WAl Atsari Wan Nadziri
diterjemahkan oleh Agus Abu Aufa, Ensiklopedi Mini Zakat. (Bogor: CV Darul Ilmi, 2011), hlm. 60
2
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif mengenai status dan filsafat zakat berdasarkan Qur’an dan
Hadits, terj. Salaman Harun (Cet. IV; Jakarta: Mizan, 1996), hlm. 408

4
3. Syafi’iyah : barang tambang dan peniggalan kuno adalah dua hal yang berbeda. Jika
barang tambang itu adalah yang dikeluarkan dari tempat yang diciptakan Allah.
Sedangkan peninggalan kuno adalah barang timbunan orang-orang jahiliyah.
4. Hanabilah : barang tambang dan peniggalan kuno adalah dua hal yang berbeda.
Barang tambang adalah barang yang diambil dari tanah yang diciptakan oleh Allah
SWT.3
B. Landasan Hukum Zakat Barang Tambang

Dalil wajibnya menzakati barang tambang adalah dalil dari Alquran dan hadis

1. Dalil dari al quran yaitu QS Al-Baqarah: 267

ِ ‫َخَر ْجنَا لَ ُك ْم ِم َن ْاْل َْر‬ ِ ِ ِ ِ ِ َّ


‫ض‬ ْ ‫ين آَ َمنُوا أَنْف ُقوا م ْن طَيِِّبَات َما َك َسْب تُ ْم َوم َّما أ‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah dijalan Allah dari sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yag kami keluarkan dari bumi untuk
kamu”.4
Menurut Quraish Shihab, ayat ini menguraikan tentang nafkah yang diberikan serta
sifat nafkah tersebut. Yang pertama digarisbawahi adalah bahwa yang dinafkahkan
hendaknya yang baik-baik, dan yang kedua yang dinafkahkan adalah dari hasil usaha dan
dan dari yang dikeluakan Allah dari bumi Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa
turunnya ayat 267 dari Surat Al-Baqarah tersebut terkait dengan kaum Anshar yang
mempunyai kebun kurma. Diantara kaum Anshar yang berkebun kurma tersebut ada yang
mengeluarkan zakat sesuai dengan penghasilannya, dan ada juga menyerahkan kurma
kualitas rendah dan busuk sebagai zakatnya, sehingga turunlah ayat tersebut.

Terkait dengan makna an-nafaqah pada ayat 267 dari Surat Al-Baqarah tersebut,
menurut Ibnu Arabi adalah:
1. Nafakah yang dimaksud adalah sedekah wajib, ini menurut U’baidah as-Salmaniy dan
lainnya.

3
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani: Cet. 1,
2011,) hlm. 216
4
Fakhruddin Al-Muhsin, Ensiklopedi Mini Zakat, hlm. 61

5
2. Nafakah yang dimaksud adalah berlaku umum untuk semua sedekah – baik sedekah
wajib maupun sedekah sunnah.
Dari kedua pengertian an-nafaqah tersebut, pengertian yang tepat dalam konteks ini
adalah menurut Ibnu Arabiy adalah pengertian an-nafaqah yang kedua, yaitu yang
bersifat umum, baik sadaqah wajib maupun sunnah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali
bin Abi Thalib, ‛ubaidah al- Salmaniy, dan Ibnu Siyrin sebagaimana yang dikemukakan
oleh Al-Qurthubiy.5
2. Dalam Hadits Rasulullah SAW juga menjelaskan hadis tentang pertambangan yang
artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Rabi'ah bin
Abu Rabi'ah bin Abu Abdurrahman dari lebih dari satu orang bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah mengalokasikan untuk Bilal bin Al Harits Al Mazni
barang-barang tambang Qabiliyyah, barang tambang tersebut berasal dari daerah Fur'.
Barang tambang tersebut tidak diambil darinya kecuali zakat hingga hari ini. (HR. Abu
Daud).6
C. Macam-Macam Barang Tambang
1. Macam-macam Barang Tambang
Barang tambang ditemukan dari dalam bawah tanah yang ada pemiliknya ataupun
tidak ada pemiliknya, karena barang yang menjadi miliknya si pemilik adalah tanah
lapisan permukaan buminya saja, bukan isi dari lapisan tanah yang ada di dalamnya.
Ssmua barang yang terpendam di dalam lapisan tanah tidaklah menjadi milik orang yang
memiliki tanah permukaannya. Barang-barang yang ada di bawah tanah tersebut adalah
simpanan Allah yang diperuntukkan kegunaanya untuk kemaslahatan rakyat, dan harus
dirasakan kemanfaatannya oleh semua lapisan masyarakat.7
Adapun barang tambang yang dikeluarkan dari dalam tanah ada dua jenis, yaitu:
a. Barang tambang yang terlihat

5
Zulfan, Jurnal IAIN Padang Sidimpuan, Pengalihan Dana Zakat Menjadi Pinjaman Modal Usaha Oleh Bazda Kota
Padang Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Hadits. Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, (Mei, 2016), hlm. 96
6
Rizkiyallah, Zakat Batu Akik Hasil Tambang Menurut Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya) . hlm. 255
7
A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syari’ah (Bandung: Prenada
Media, 2003), hlm. 343

6
Adalah barang tambang yang keluar tanpa ada proses sebab nilai perhiasannya
sudah terlihat tanpa ada usaha dan hanya perlu mencari, terkadang mudah terkadang
susah, dan barang tambang yang keluar dari dalam tanah banyak sekali diantaranya:
minyak mentah (nifth), belerang, gala-gala, mumi, batu untuk membuat periuk masak
dan batu untuk membuat temoat menumbuk.
b. Barang tambang yang tidak terlihat
Adalah barang tambang yang harus melalui proses seperti emas, perak, besi, baja,
timah, fairuz, dan batu akik, yakut, dan semua jenis permata yang ada didalam lapisan
tanah. Barang tambang ini tidak dapat dimiliki kecuali dengan syarat berusaha
menggali untuk mendapatkannya dengan niat memiliki sebagaimana dengan tanah
yang tidak bertuan.8
2. Macam-macam Barang Tambang Menurut Madzhab Hanafi
Barang tambang terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1) Barang padat yang mencair dan bisa dicetak dengan memanaskannya dengan api,
seperti dua macam nuqud (emas dan perak), besi, tembaga, timah dan air raksa.
Inilah harta yang zakatnya wajib dikeluarkan sebanyak seperlima, walaupun harta
tersebut tidak mencapai nishab. Zakat seperlima ini diberikan kepada mustahiq
yang menerima khumus ghanimah.
2) Barang padat yang tidak mencair dan tidak bisa dicetak dengan cara
memanaskannya dengan api. Misalnya, kapur, batu celak, racun tikus, dan semua
jenis bebatuan, seperti yaqut dan garam.
3) Barang tambang cair, tidak membeku. Misalnya, aspal dan minyak bumi.9
3. Macam-macam Barang Tambang Menurut Madzhab Maliki
Berdasakan kepemilikannya, ada tiga jenis barang tambang, yaitu:
1) Barang tambang yang didapatkan dari tanah yang tidak dimiliki oleh seseorang.
Harta ini dimiliki oleh pemerintah. Harta tersebut diberikan kepada orang-orang
Islam atau disimpan di bayt al-mal demi kemaslahatan mereka, bukan untuk
kepentingan pemerintah.

8
Jurnal IAIN Syeikh Nurjati, “Pandangan Madzhab Syafi’i Dan Hanbali Tentang Zakat Barang Tambang”, diakses
dari sc.syeikhnurjati.ac.id, hlm. 12-13
9
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian berbagai Madzhab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 148

7
2) Barang tambang yang didapatkan dari tanah yang dimiliki oleh seseorang tertentu.
Harta ini tidak bisa dimiliki oleh pemerintah dan tidak hanya dimiliki oleh pemilik
tanah.
3) Barang tambang yang didapatkan dari tanah yang dimiliki bukan oleh seseorang
tertentu, misalnya tanah penaklukan atau perdamaian. Tanah penaklukan dimiliki
oleh pemerintah, sedangkan tanah perdamaian dimiliki oleh pemiliknya. Selama
pemilik tanah masih kafir, maka tanah tersebut tidak boleh diserahkan kepadanya.
Akan tetapi, jika ia tidak memeluk agama Islam, urusannya diserahakan kepada
pemerintah.
Barang tambang yang wajib dizakati hanya emas dan perak. Barang tambang yang
lainnya tidak wajib dizakati, misalnya tembaga, timah, air raksa, dan yang lainnya kecuali
jika barang-barang tersebut diperdagangkan.10
4. Macam-macam Barang Tambang Menurut Madzhab Syafi’i
Beliau berpendapat bahwa barang tambang tidak ada zakat sama sekali kecuali
emas dan perak. Jadi, beliau hanya mewajibkan zakat pada emas dan perak saja,
sedangkan dengan barang tambang lainnya tidak seperti besi, tembaga, timah, kristal,
batu bara, dan permata-permata lainnya seperti yaqut, zamrud dan lain-lainnya. Hal
tersebut sesuia dengan sabda Rasulullah SAW:11

‫أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أخدمن المعادن القبلية الصدقة‬

“Bahwasannya Rasulullah telah mengambil sedekah (zakatnya) dari hasil bumi di


negeri Qabaliya.” (HR. Abu Daud dan Hakim)
5. Macam-macam Barang Tambang Menurut Madzhab Hanabilah
1) Barang tambang yang beku/padat, seperti emas, perak, tembaga, dimiliki dengan
kepemilikan tanah yang mana barang tersebut ada di dalamnya, sebab itu adalah
bagian dari tanah. Barang itu seperti tanah dan batu-batuan yang menetap.12
2) Barang tambang yang cair, seperti benda yang melepuh dan mengandung air,
minyak mentah, arsenik, atau racun tikus dan lainnya, maka hukumnya mubah

10
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian berbagai Madzhab, hlm.152
11
Tim Darul Ilmi, Buku Panduan Lengkap Agama Islam, (Jakarta: QultumMedia, 2010), 180
12
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, (Depok: Gema Insani, 2007), hlm. 217

8
pada setiap keadaan. Hanya saja, seseorang seseorang dimakruhkan untuk ikut
memilikinya tanpa seizing pemiliknya.13

Imam Hambali berpendapat, bahwa semua barang tambang hukumnya wajib


dikeluarkan zakatnya, dan tidak ada perbedaan antara yang diolah dengan api dan yang
tidak diolah dengan api.14 Adapun alasan pendapat madzhab ini adalah firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 267, yaitu:

َ‫ِخ ِذي ِ إِالَّ أ‬


ِ ِ‫ض والَ تَي َّممواْ الْببِي َ ِمنْ تُ ِنف ُقو َ ولَستم آ‬
ُْ َ ُ
ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫ين َآمنُواْ أَنف ُقواْ من طَيِِّبَات َما َك َسْب تُ ْم َوم َّما أ‬
َ ُ َ َ ِ ‫َخَر ْجنَا لَ ُكم ِّم َن اْل َْر‬
ِ َّ
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
﴾٧٦٢﴿ ‫ضواْ فِي ِ َو ْاعلَ ُمواْ أَ َّ اللِّ َ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد‬
ُ ‫تُغْ ِم‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.”

Ayat tersebut memperjelas bahwasannya semua barang hasil usaha manusia


yang didapatkan atas karunia Allah SWT merupakan suatu yang wajib keluarkan
zakatnya.

D. Syarat-Syarat Zakat Barang Tambang


1. Barang tambang tersebut didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Artinya barang
yang haram, baik substansi bendanya maupun cara mendapatkannya jelas tidak dapat
dikenakan kewajiban zakat.15
Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-nissa’ ayat 29 :

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ
ً ‫ين َآمنُوا َال تَأْ ُكلُوا أ َْم َوالَ ُك ْم آَْي نَ ُك ْم آالْبَاط ِل إَّال أَ ْ تَ ُكو َ ت َج َارةً َع ْن تَ َراض منْ ُك ْم َوَال تَ ْقتُلُوا أَنْ ُف َس ُك ْم إ َّ اللَّ َ َكا َ آ ُك ْم َرح‬
‫يما‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka

13
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian berbagai Madzhab, hlm. 158
14
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1991, hlm. 145
15
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Moderen, (Jakarta : Gesma Insani Press, 2002), hlm. 20

9
sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. an-Nisa: 29)

2. Milik Penuh Mengenai kepemilikan yang sempurna ini ulama berbeda pendapat.
Imam mazhab Hanbali mengatakan bahwa yang dinamakan harta milik penuh yaitu
harta yang tidak ada campur tangan orang lain. Menurut Malikiyah yang dimaksud
dengan milik yang sempurna adalah kepemilikan asli dan kemampuan untuk
mengelolanya. Menurut ulama Syafi’iyah yang dimaksud dengan harta milik yang
sempurna ialah terpenuhinya kepemilikan asli yang sempurna. Maksudnya, tidak ada
kewajiban zakat atas tuan pada harta budak mukatab. Dari beberapa penjelasan para
ulama tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut dengan harta
milik penuh (almilk at-tâmm) adalah harta yang dimiliki seseorang secara tetap dan
pasti serta terdapat hak untuk mengeluarkannya.16

3. Cukup satu nishab. Artinya jumlah minimal yang dapat menjadikan barang tersebut
terkena kewajiban zakat. Pada umumnya zakat dikenakan atas harta jika telah
mencapai suatu ukuran tertentu yang disebut dengan nishab. Nishab zakat yaitu batas
minimal suatu harta yang wajib dizakati. 17

4. Tidak di Tentukan Haul. Ulama tabi'in dan fuqoha sepakat tentang ketentuan haul
pada beberapa harta yang wajib dizakati seperti emas, perak, perdagangan, hewan
dan lain-lain. Dan haul tidak berlaku pada zakat pertanian, rikaz, dan barang
tambang. Zakat barang tambang tidak terkait dengan ketentuan haul, ia harus
dikeluarkan pada saat memetiknya atau memanennya jika mencapai nishab, seperti
zakat pertanian18, Seperti disebutkan dalam quean surah al-an’am ayat 141

‫الرَّما َ ُمتَ َشاآِ ًها َو َغْي َر ُمتَ َشاآِ ُكلُوا ِم ْن ثَ َم ِرهِ إِ َذا أَث َْمَر‬ َّ ‫ع ُم ْبتَلِ ًفا أُ ُكلُ ُ َو‬
ُّ ‫الزيْتُو َ َو‬ َ ‫الزْر‬
َّ ‫َّب َل َو‬
ْ ‫وشات َوالن‬
َ ‫وشات َو َغْي َر َم ْعُر‬
ِ
َ ‫َوُه َو الَّذي أَنْ َشأَ َجنَّات َم ْعُر‬
ِ ُّ ‫ص ِادهِ ۖ َوَال تُ ْس ِرفُوا إِنَّ ُ َال يُ ِح‬
َ ‫ب الْ ُم ْس ِرف‬
‫ين‬ َ ‫َوآتُوا َح َّق ُ يَ ْوَم َح‬

Artinya: Dan dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan
zakatnya) QS. al An'am: 141

16
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, hlm. 174
17
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Moderen... hlm 22
18
https://www.tongkronganislami.net/syarat-dan-nisab-zakat-barang-tambang/ diakses pada 25/03/2020/ pukul
18.53

10
E. Kadar dan Nishab Zakat Barang Tambang
1. Kadar Zakat Barang tambang
a. Menurut mazhab Maliki, barang tambang terbagi dua bagian. Pertama yang diperoleh
melalui usaha yang sangat berat. Dalam hali ini sudah suda ada kesepakatan bahwa
hanya dikenakan zakat biasa. Kedua, yang diperoleh tampa usaha yang berat. Dalam
hal ini Malik tidak mempunyai pendapat yang tegas. Ia perna mengatakan bahwa besar
zakatnya adalah 2.5% sama dengan zakat uang, tapi pada kalimat lain ia mengatakan
bahwa zakatnya 20%.
b. Imam Syafi’i punya pendapat sama dengan pendapat diatas. Dan pendapat dari Imam
Syafi’i dan sahabat-sahabatnya adalah mengambil 1/40 bagian atau mempunyai kadar
zakat 2,5% dari barang tambang.
c. Imam Abu Hanifah dan ulama-ulama yang sependapat, mengatakan bahwa zakat
barang tambang itu sebesar 1/5 (20%). Beliau menyamakan barang tambang yang
disediakan (diciptakan) oleh Allah dengan “rikaz” (barang terpendam dan harta karun)
yang disimpan dan ditanam oleh manusia. Ulama yang sependapat dengan Imam Abu
Hanifah adalah: Abu ‘Ubaid, Zaid bin Ali Baqir Shaiq dan sebagian besar ulam Syiah
maupun Imamiah.
d. Imam Ahmad dan Ishaq berpendapat besar zakat yang dikeluarkan 2,5% yang
diqiaskan kepada zakat uang.19
2. Nishab Barang Tambang
Ulama’ berbeda pendapat mengenai nisab barang tambang. Ada yang mengatakan
bahwa barang tambang tidak terikat pada nisab, dan ada juga pendapat yang mengatakan
barang tambang terikat dengan nishab, berikat ini perinciannya:
1. Imam Abu Hanifah, dan ulama-ulama yang sependapat dengan beliau mengatakan,
bahwa barang tambang tidak terikat kepada nisab. Berapapun jumlahnya wajib
dikeluarkan zakatnya. Sebaimana telah dijelaskan terdahulu, abu hanifah memandang
sama antara barang tambang (ma’din) dan harrte terpendam (rikaz).
2. Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan Ishaq, berpendapat, bahwa nisab bagi
barang tanbang tetap berlaku sebaimana pada emas dan perak, apalagi hasil barang

19
Wiwit Martateli, Pelaksanaan Zakat Tambang Emas Ditinjau Menurut Hukum Islam( Studi Desa Koto Kombu
Kecamatan Huku Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi), Skripsi Sarjana (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim, 2011), h. 36.

11
tambang itu berkembang seperti minyak bumi, tambang emas, batu bara, dan
sebagainya.20

Pengertian satu nisab jumlah barang tambang yang diperoleh, bukanlah berarti bahwa
satu nisab itu cukup sekali penemuan barang tambang tersebut, tetapi diperoleh berkali-
kali sampai jumlahnya satu nishab. Hal itu dikarenakan penemuan barang tambang
biasanya terjadi tidak sekali. Dan apabila barang tambang tersebut tidak diakumulasikan
maka hasilnya tidak akan satu nishab dan barang tersebut tidak akan pernah terzakati.21

Untuk barang tambang nisabnya sama dengan emas, perak dan harta perniagaan yaitu
20 mitsqal (20 dinar) atau 200 dirham.

3. Masa pengeluaran zakat


a. Imam Abu Hanifah dan kawan-kawan berpendapat tidak perlu untuk menunggu satu
tahun.
b. Imam Malik Syafi’i. Imam Ahmad dan Ishak berpendapat, bahwa barang tambang
tetap terikat kepada haul, berbeda dengan harta karun.
c. Menurut mayoritas ulama Tidak disyaratkan masa setahun, akan tetapi wajib
dikeluarkan zakat seketika dihasilkan tambang itu jika telah mencapai nishabnya.
4. Contoh Penerapanan zakat Barang Tambang
Pak Muzakki adalah seorang penambang batu akik di daerah Pante Era ia
mendapatkan kentungan 60.000.00,00 yang sudah mencapai nishab lalu berapakah zakat
yang harus dikeluarkan oleh pak muzakki?
Diket :
 keuntungan : 60.000.000

Jawab :

 2,5 % × 60.000.000 = 1/40 × 60.000.000 = 1.000.000


Jadi zakat yang harus dikeluarkan oleh pak Muzakki adalah 1.500.000,00

20
Wiwit Martateli, Pelaksanaan Zakat, h. 36.

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif mengenai status dan filsafat zakat berdasarkan Qur’an dan
21

Hadits, hlm. 424-425

12
BAB III
KESIMPULAN

Barang tambang (ma’din) adalah harta yang terpendam yang ditemukan oleh
seseorang dari dalam tanah. Barang tambang merupakan sumber daya alam, baik berupa
bukan mineral, mineral logam, maupun mineral bukan logam yang berasal dari dalam
bumi. Kadar zakat barang tambang menurut jumhur ulama telah sepakat mengenai barang
tambang emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% serta mensyaratkan
nishab untuk zakat pertambangan, yaitu ketika yang digali sudah mencapai nilai satu
nishab. Sedangkan menuru temponya tidak disyaratkan masa setahun menurut mayoritas
ulama, akan tetapi wajib dikeluarkan zakat seketika dihasilkan tambang itu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam wa Adillatuhu, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta:
Gema Insani: Cet. 1, 2011.

Al-Zuhayly, Wahbah. Zakat Kajian berbagai Madzhab. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008.
Djazuli, Ahmad. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu
Syari’ah’. Bandung: Prenada Media, 2003.

Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Moderen. Jakarta : Gesma Insani Press, 2002.
Jurnal IAIN Syeikh Nurjati. “Pandangan Madzhab Syafi’i Dan Hanbali Tentang Zakat Barang
Tambang”. diakses dari sc.syeikhnurjati.ac.id.
Muhsin, Fakhruddin. Al-Mukhtashar Al Jami’ Li Ahkamis Zakat Min Shahihil Khabari WAl
Atsari Wan Nadziri diterjemahkan oleh Agus Abu Aufa, Ensiklopedi Mini Zakat. Bogor:
CV Darul Ilmi, 2011.
Martateli, Wiwit. “Pelaksanaan Zakat Tambang Emas Ditinjau Menurut Hukum Islam (Studi
Desa Koto Kombu Kecamatan Huku Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi)”. Skripsi
Sarjana. Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. 2011.

Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat: Studi Komparatif mengenai status dan filsafat zakat berdasarkan
Qur’an dan Hadits, terj. Salaman Harun, Cet. IV. Jakarta: Mizan, 1996.

Rizkiyallah, Zakat Batu Akik Hasil Tambang Menurut Perspektif Hukum Islam. Studi Kasus di
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
Zulfan,Zulfan. Jurnal IAIN Padang Sidimpuan, Pengalihan Dana Zakat Menjadi Pinjaman Modal
Usaha Oleh Bazda Kota Padang Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Hadits. Jurnal Ilmu-
ilmu Keislaman. Mei, 2016.
https://www.tongkronganislami.net/syarat-dan-nisab-zakat-barang-tambang/ diakses pada
25/03/2020/ pukul 18.53

14

Anda mungkin juga menyukai